Anda di halaman 1dari 11

RESUME PERTEMUAN MINGGU VIII

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu Ns. Agnes Dewi Astuti, M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh:

Kelompok II

Akhmadi (PO.62.20.1.15.112)
Elis Fitria (PO.62.20.1.15.121)
Inda Febriana Dewi (PO.62.20.1.15.124)
Isma Azizah (PO.62.20.1.15.127)
Romitha (PO.62.20.1.15.139)
Salvi Fajriati (PO.62.20.1.15.140)
Yuanando (PO.62.20.1.15.147)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya
Jurusan Keperawatan
Prodi DIV Keperawatan Reguler II
2017
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Alam Perasaan

(Depresi, Mania)

A. Asuhan Keperawatan Klien dengan Depresi

a) Pengertian
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen
psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen
somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut
nadi sedikit menurun.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedahan,
kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti kehilangan kasih
sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek
dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan
faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang
bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak
dapat dimengerti oleh orang lain.

b) Pohon Masalah

Resiko mencederai diri

Akibat

Gangguan alam perasaan: depresi

Core problem

Koping maladaptif

Penyebab

c) Pengkajian

1. Gangguan alam perasaan: depresi

a. Data subyektif:
 Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering mengemukakan
keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada
tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
b. Data obyektif:
 Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan
sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan lang-
kah yang diseret.Kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah,
tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.
Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu,
tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada
pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk
akal (irasional), waham Data Obyektifsa, depersonalisasi dan halusinasi.
Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah
tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.

2. Koping maladaptif
a. Data Subyektif : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada
harapan.

b. Data Obyektif : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

d) Diagnosa Keperawatan
1) Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi
2) Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

e) Rencana Tindakan Keperawatan

o Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.

o Tujuan khusus:

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan:
1. Perkenalkan diri dengan klien
2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empat
3. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak
memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan
4. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan keinginanny
5. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah
dimengerti
6. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.

2) Klien dapat menggunakan koping adaptif


Tindakan:
1. Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa
perawat memahami apa yang dirasakan pasien.
2. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan
sedih/menyakitkan
3. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
4. Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
5. Beri Data Obyektifrongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling
tepat dan dapat diterima
6. Beri Data Obyektifrongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah
dipilih
7. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.

3) Klien terlindung dari perilaku mencederai diri


Tindakan:
1. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
2. Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk
mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.
3. Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
4. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh
peramat/petugas.

4) Klien dapat meningkatkan harga diri


Tindakan:
1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).

B. Asuhan Keperawatan Klien dengan Mania

a) Pengertian
Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan
disertai dengan hiperaktivitas, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan
kadang¬kadang sebagai pikiran yang meloncat loncat (flight of ideas).

b) Proses terjadinya masalah


Pada dasarnya pasien mania sama dengan pasien depresif yang merasa tidak berharga
dan tidak berguna. Karena tidak dapat menerima perasaan ini, mereka menyangkalnya
dan mengakibatkan timbulnya kecemasan. Pasien memperlihatkan sikap banyak
bicara, banyak pikiran dan cepat berpindah topiknya tetapi tidak dapat memusatkan
pada satu topik. Meskipun mereka menunjukkan kegembiraan yang berlebihan,
sebenarnya pasien penuh dengan kebencian dan rasa permusuhan terutama terhadap
lingkungannya. Ia melontarkan perasaannya secara kasar dalam cetusan cetusan yang
pendek dan cepat beralih ke topik yang lain.
Pada pasien depresif tampak menonjol perasaan bersalah dan kebutuhan akan
hukuman atas tingkah laku yang buruk, sedangkan pada pasien dengan mania rasa
permusuhannya timbul, ia bertindak seolah-olah mempunyai kekuasaan yang penuh
dan tidak pernah membiarkan rasa bersalah menguasai dirinya. Dari luar pasien
tampak memiliki kepercayaan diri yang penuh dan membesarkan diri untuk menutupi
perasaan tidak berharga, yang pada dasarnya bersifat depresif.
Pasien membutuhkan cinta kasih dan perlindungan. Untuk mendapatkan ini pasien
berusaha menguasai orang lain agar memenuhi dan memberi kepuasan kepadanya.
Karena kebutuhan ini tidak nampak orang tidak melihatnya, bahkan menolak karena
sikapnya yang mengganggu orang lain. Penolakan ini menimbulkan kecemasannya
bertambah yang mengakibatkan gejala manianya lebih menonjol.
c) Proses keperawatan
1. Pengkajian
a. Data subyektif:
Banyak bicara, kadang waham besar, pembicaraan mudah beralih topik (flight of
ideas), menghasut, tak punya rasa malu/bersalah.
b. Data obyektif:
Ekspresi wajah tegang, riang berlebihan, kurang memperhatikan makan dan
minum, kurang istirahat/tidur, tidak bertanggungjawab, mudah
tersinggung/terangsang, tidak tahan kritik, aktivitas motorik meningkat, berdandan
aneh dan berlebihan, menantang bahaya, kacau, kebersihan diri kurang.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan mania.
b. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mania.
c. Gangguan komunikasi: verbal berhubungan dengan mania.
d. Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur berhubungan dengan mania.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan mania.
f. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

3. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Tujuan umum: sesuai masalah (problem).
b. Tujuan khusus

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan:
1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan / janji
dengan jelas tentang topik, tempat, waktu.
2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
3. Bicara dengan tegas, jelas, singkat dan bersahabat.

2) Klien dapat mengungkapkan perasaannya


Tindakan:
1. Beri kesempatan klien unutk mengungkapkan perasaannya.
2. Beri kesempatan klien mengitarakan keinginan dan pikirannya dengan teknik
focusing.
3. Bicarakan hal-hal yang nyata dengan klien.

3) Klien dapat menggunakan koping adaptif


Tindakan:
1. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan kesal,
marah, dan tak menyenangkan.
2. Bicarakan kerugian cara yang telah digunakan.
3. Jelaskan tentang batas tingkah laku yang wajar.
4. Bantu klien menemukan cara lain yang lebih posistif.
5. Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat
diterima.
6. Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
7. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.

4) Klien terlindung dari perilaku mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tindakan:
1. Tempatkan klien di ruang yang tenang, tidak banyak rangsangan, tidak banyak
peralatan.
2. Jauhkan dan simpan alat alat yang dapat digunakan oleh pasien untuk
mencederai dirinya,orang lain dan lingkungan, ditempat yang aman dan
terkunci.
3. Temani klien jika nampak tanda-tanda marah / agresif.
4. Lakukan pengekangan fisik jika klien tidak dapat mengontrol perilakunya.

5) Klien dapat melakukan kegiatan terarah


Tindakan:
1. Anjurkan klien untuk melakukan kegiatan motorik yang terarah, misal:
menyapu, joging dll.
2. Beri kegiatan individual sederhana yang dapat dilaksanakan dengan baik oleh
klien.
3. Berikan kegiatan yang tidak memerlukan kompetisi.
4. Bantu klien dalam melaksanakan kegiatan.
5. Beri reinforcement positif atas keberhasilan pasien.

6) Klien terpenuhi kebutuhan nutrisinya


Tindakan:
1. Diskusikan tentang manfaat makan dan minum bagi kesehatan.
2. Ajak klien makan makanan yang telah disediakan, temani selama makan.
3. Ingatkan klien untuk minum ½ jam sekali sebanyak 100 cc.
4. Sediakan makanan TKTP, mudah dicerna.

7) Klien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya


Tindakan:
1. Diskusikan pentingnya istirahat bagi kesehatan.
2. Anjurkan klien untuk tidur pada jam-jam istirahat.
3. Sediakan lingkungan yang mendukung: tenang, lampu redup dll.

8) Klien terpenuhi kebersihan dirinya


Tindakan:
1. Diskusikan manfaat kebersihan diri bagi kesehatan.
2. Bimbing dalam kebersihan diri (mandi, keramas, gosok gigi).
3. Bimbing pasien berhias.
4. Beri pujian bila klien berhias secara wajar.

9) Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat


Tindakan:
1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum
obat).
2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis,
cara, waktu).
3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

10) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.


Tindakan:
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

Asuhan Keperawatan Jiwa di Masyarakat

A. Pengertian
Pengertian Community Mental Health Nursing (CMHN) adalah perawatan kesehatan
jiwa atau upaya memajukan pelayanan kesehatan jiwa dengan tujuan pasien yang tidak
tertangani di masyarakat akan mendapat pelayanan lebih baik.

Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan yang


komprehensif , holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa ,
rentan terhadap stress (resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan serta
pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa).

B. Kompetensi Perawat Kesehatan Jiwa Komunitas

1. Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.


2. Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
3. Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi,
koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.
4. Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk
menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk
pelayanan terkait, teknologi dan sistem sosial yang paling tepat.
5. Meningkatkan dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh penyakit
mental melalui penyuluhan dan konseling.
6. Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan
penyakit jiwa dengan masalah fisik.
7. Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan
klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.

C. Upaya-Upaya Keperawatan Jiwa Masyarakat

Pelayanan keperawatan jiwa komprehensif adalah pelayanan keperawatan jiwa yang


diberikan pada masyarakat pasca bencana dan konflik, dengan kondisi masyarakat yang
sangat beragam dalam rentang sehat – sakit yang memerlukan pelayanan keperawatan
pada tingkat pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

1. Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya
gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa. Yaitu anggota
masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur
yaitu anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia.

Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah:


a. Memberikan pendidikan keadaan orang tua antara lain:
1) Pendidikan menjadi orang tua.
2) Pendidikan tentang perkembangan anak sesuai dengan usia.
3) Memantau dan menstimulasi perkembangan.
4) Mensosialisasikan anak dan lingkungan

b. Pendidikan kesehatan mengatasi stress


1) Stress pekerjaan
2) Stress perkawinan
3) Stress sekolah
4) Stress pasca bencana

c. Program dukung sosial diberikan pada anak yatim piatu, individu yang
kehilangan pasangan, pekerjaan, kehilangan rumah atau tempat tinggal yang
semuanya ini mungkin terjadi akibat bencana. Beberapa kegiatan yang dilakukan
adalah :
1) memberikan informasi tentang cara mengatasi kehilangan.
2) Mengggerakan dukungan masyarakat seperti menjadi orang tua asuh bagi anak
yatim piatu.
3) Melatih keterampilan sesuai dengan keahlian masing-masing untuk
mendapatkan pekerjaan.
4) Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untik memperoleh tempat
tinggal.

d. Program penyalah gunaan penggunaan obat. Penyalahgunaan obat sering


digunakan sebagai koping untuk mengatasi masalah. Kegiatan yang dilakukan:
1) Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stress.
2) Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa menyakiti
orang lain.
3) Latihan afirmasi dengan menguatkatkan aspek-aspek positif yang ada pada diri
seseorang.

e. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satucara


menyelesaikan masalah oleh individu yang mengaalami depresi. Oleh karena itu
perlu dilakakukan program:
1) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
tanda-tanda bunuh diri.
2) Menyediakan lingkung yang aman untuk mencegah bbunuh diri.
3) Melatih keterampilan koping yang adaptif.

2. Pencegahan Sekunder
Meliputi diagnosis dan pengobatan dini pada keadaan yang menyebabkan terjadinya
retardasi mental. Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah
deteksi dini dan penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan
jiwa.Tujuan pelayanan adalah menurunkan angka kejadian gangguan jiwa. Target
pelayanan adalah anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda
masalah dan gangguan jiwa.

Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah :


a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari
berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain dan penemuan langsung.
b. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut
:
1. Melakukan pengkajian 2 menit untuk memperoleh data fokus pada semua
pasien yang berobat kepukesmas dengan keluhan fisik.
2. Jika ditemukan tanda-tanda yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi
maka lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pengkajian keperawatan
kesehatan jiwa.
3. Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa (di
tempat– tempat umum)
4. Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan sesuai
dengan standar pendelegasian program pengobatan (bekerja sama dengan
dokter) dan memonitor efek samping pemberian obat, gejala, dan kepatuhan
pasien minum obat.
5.Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang
dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami (jika ada
gangguan fisik yang memerlukan pengobatan).
6. Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar
melaporkan segera kepada perawat jika ditemukan adanya tanda-tanda yang
tidak biasa, dan menginformasikan jadwal tindak lanjut.
7. Menangani kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien ditempat yang
aman, melakukan pengawasan ketat, menguatkan koping, dan melakukan
rujukan jika mengancam keselamatan jiwa.
8. Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk
membantu pemulihan pasien seperti terapi aktivitas kelompok , terapi keluarga
dan terapi lingkungan.
9. Memfasilitasi self-help group (kelompok pasien, kelompok keluarga, atau
kelompok masyarakat pemerhati) berupa kegiatan kelompok yang mebahas
masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan jiwa dan cara
penyelesaiannya.
10. Menyediakan hotline service untuk intervensikrisis yaitu pelayanan dalam 24
pukul melalu telepon berupa pelayan konseling.
11. Melakukan tindakkan lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pada peningkatkan
fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan akibat
gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat mengalami gangguan jiwa
pada tahap pemulihan.

Aktifitas pada pencegahan tersier meliputi :


a. Program dukungan sosial dengan menggerakan sumber-sumber dimasyarakat
seperti : sumber pendidikan, dukungan masyrakat (tetangga, teman dekat, tokoh
masyarakat), dan pelayan terdekat yang terjangkau masyarakat.
b. Program rehabilitas untuk memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri
berfokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga.
c. Program sosialisasi
1. Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi.
2. Mengembangkan keterampilan hidup (aktifitas hidup sehari-hari
[ADL],mengelola rumah tangga, mengembangkan hobi
3. Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat
rekreasi.
4. Kegiatan sosial dan keagamaan (arisan bersama, pengajian bersama, majelis
taklim, kegiatan adat)

d. Program mencegah stigma. Stigma merupaka anggapan yang keliru dalam


masyarakat terhadap gangguan jiwa, oleh karena itu, perlu diberikan program
mencegah stigma untuk menghindari isolasi dan deskriminasi terhadap pasien
gangguan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai