Anda di halaman 1dari 24

MATA KULIAH

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

ANALISIS PENURUNAN HARGA SAHAM PT BINA KARYA JAYA ABADI 2016


DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

OLEH:

INDARTO

HALIP

WIJANARKO

SANO SEMPATI

SINGGIH

KELAS: 50 MMSI2

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN SISTEM INFORMASI

UNIVERSITAS GUNADARMA
BAB I. PENDAHULUAN

Kinerja PT Binakarya Jaya Abadi Tbk (BIKA) sepanjang tahun 2015 tergerus akibat
membengkahnya beban keuangan. Meskipun pendapatan masih tumbuh, namun laba bersih
emiten properti ini justru merosot 44,8%.

Mengutip laporan keuangan BIKA, perseroan hanya mampu mengantongi laba bersih
senilai Rp 44,8 miliar. Jumlah tersebut turun 42% dari laba tahun sebelumnya yang mencapai Rp
77,3 miliar.Penurunan keuntungan akibat melonjaknya beban keuangan hingga 100% dari Rp
63,8 miliar menjadi Rp 128 miliar pada tahun lalu. Selain juga membengkaknya rugi selisih kurs
dari Rp 904 juta menjadi Rp 4,9 miliar.

Sementara, pendapatan usaha BIKA masih tumbuh 5,5% menjadi Rp 1,01 triliun pada
akhir 2015. Dari entitas asosiasi, perseroan juga mencatatkan laba Rp 4 miliar, padahal tahun
sebelumnya merugi Rp 644 miliar.Pertumbuhan pendapatan BIKA tahun lalu terutama ditopang
oleh penjualan apartemen yang naik 36% jadi Rp 751 miliar. Lalu, pendapatan dari hotel tercatat
Rp 21,7 miliar, sedangkan tahun sebelumnya lini bisnis ini belum menyumbang pendapatan.

Namun, pendapatan penjualan ruko turun 55% jadi Rp 76 miliar. Kemudian, pendapatan
penjualan betacon naik tipis dari Rp 53 miliar menjadi Rp 57 miliar, penjualan rumah turun dari
Rp 60 miliar jadi Rp 52 miliar, penjualan kios naik dari Rp 16 miliar jadi Rp 20 miliar, dan penjualan
kondominium turun dari Rp 73 milair jadi Rp 18 miliar,Lalu, penjualan kavling turun dari Rp 26,9
miliar jadi Rp 1,2 miliar, pendapatan dari wahana air berkontribusi Rp 5 miliar dan pendapatan
lain-lain menyumbang Rp 7.6 miliar.
Gambar 1.1 Daftar IPO Tahun 2015

Gambar 1.2 Penurunan Saham BIKA


Penuruan tajam terjadi pada:
- 19 Februari 2016
- 18 Mei 2016
- 24 Juni 2016

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Korporasi PT Binakarya Jaya Abadi Tbk

2.1.1 Profile
Binakarya Jaya Abadi Tbk (BIKA) didirikan tanggal 28 Nopember 2007 dan mulai
beroperasi komersial pada tahun 2009. Kantor pusat BIKA berlokasi di Mall Taman Palem Lt.3
Blok D No 9 Jakarta Barat, Indonesia. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham
Binakarya Jaya Abadi Tbk, antara lain: Budianto Halim (34,96%) dan Go Hengky Setiawan
(37,03%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BIKA adalah bergerak
dalam bidang usaha jasa, pembangunan, pengangkutan darat, perbengkelan, percetakan,
perdagangan, perindustrian, pertambangan dan pertanian. Kegiatan usaha utama BIKA saat ini
adalah menjalankan usaha di bidang pembangunan dan pengembangan proyek properti,
operator komplek properti terpadu, perhotelan serta pemilik dan operator wahana taman
bermain (amusement park) yang bernama Palm Bay Water Park.
Pada tanggal 30 Juni 2015, BIKA memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ATIC (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 150.000.000 saham dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga
penawaran Rp1.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 14 Juli 2015.

PT Binakarya Jaya Abadi, Tbk. menawarkan lebih dari layanan individual, dengan fokusnya
yang konstan dalam melampaui nilai-nilai berkelanjutan, integritas dan keunggulan. Solusi yang
diberikan Perseroan meningkatkan kualitas hidup pelanggan melalui penyediaan pengalaman
hidup pada tingkat yang tinggi.

Binakarya menyediakan solusi properti yang spesifik. Kami mendesain dan membangun
secara menyeluruh, beragam proyek properti dari apartemen hingga kompleks komersial pada
lokasi yang strategis. Bagi Binakarya, kepuasan pelanggan adalah prioritas. Untuk mencapainya,
kami berkomitmen untuk menyediakan produk, layanan dan solusi yang berkualitas tinggi.

Melalui komitmen yang kuat, dengan dukungan dari mitra usaha dan staf yang
berdedikasi, kami berjuang untuk memberi nilai tambah dengan melalui pendekatan kerja yang
inovatif. Dengan kekuatan tersebut, kami yakin organisasi kami terus berkembang dan tumbuh
untuk meraih kepuasan pelanggan. Dengan berjalannya waktu, upaya kami untuk terus tumbuh
tidak hanya terfokus pada pelanggan namun juga pihak berkepentingan lainnya. Sejalan dengan
kami menjadi perusahaan publik, hal ini merupakan sebuah langkah besar bagi Binakarya.

Kami melakukan upaya maksimum untuk meraih posisi yang kuat di benak pemegang
saham, otoritas, pemasok, mitra usaha, dan tentunya pelanggan kami yang sangat bernilai.
Diarahkan dengan inovasi, profesionalisme dan tata kelola perusahaan yang baik, Binakarya telah
berlari cukup jauh dalam membangun fondasi sebagai perusahaan publik. Kami berkomitmen
untuk menjaga transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi dan keadilan sebagai
bagian dari kebijakan bisnis kami.

2. 1.2. Visi Dan Misi

 VISI

Menjadi pengembang dan pengelola properti terbaik di Indonesia dengan memberikan


nilai ekonomi yang terus bertambah kepada para konsumen, karyawan dan pemegang
saham.
 MISI

1. Menjadi developer terpercaya yang menghadirkan produk berkualitas tinggi


dengan harga terjangkau,

2. Meningkatkan kinerja perusahaan dan kepercayaan investor melalui


pertumbuhan keuntungan dan kredibilitas yang memuaskan
3. Menjadi perusahaan yang peduli pada aspek-aspek sumberdaya manusia dan
lingkungan hidup.

2.1.3 Nilai – nilai perusahaan


Mengedepankan dinamika kerja yang berlandaskan pada inovasi, profesionalisme, dan
tatakelola perusahaan yang baik.

2.2 Analitycal Hierarchy Process (AHP)

Analitycal Hierarchy Process (AHP) adalah metode untuk memecahkan suatu situasi yang komplek
tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan memberi nilai
subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara relatif, dan menetapkan variabel mana yang memiliki
prioritas paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Peralatan utama Analitycal Hierarchy Process (AHP) adalah memiliki sebuah hirarki fungsional
dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur
dipecahkan ke dalam kelomok-kelompoknya dan diatur menjadi suatu bentuk hirarki.

Metode-metode yang digunakan untuk AHP adalah

 Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria
yang paling dalam.
 Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan
alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
 Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
Prinsip menyusun hirarki adalah dengan menggambarkan dan menguraikan secara hirarki, dengan
cara memecahakan persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah.

Caranya dengan memperincikan pengetahuan, pikiran kita yang kompleks ke dalam bagian elemen
pokoknya, lalu bagian ini ke dalam bagian-bagiannya, dan seterusnya secara hirarkis.

Penjabaran tujuan hirarki yang lebih rendah pada dasarnya ditujukan agar memperolah kriteria
yang dapat diukur. Walaupun sebenarnya tidaklah selalu demikian keadaannya. Dalam beberapa hal
tertentu, mungkin lebih menguntungkan bila menggunakan tujuan pada hirarki yang lebih tinggi dalam
proses analisis.

Semakin rendah dalam menjabarkan suatu tujuan, semakin mudah pula penentuan ukuran obyektif
dan kriteria-kriterianya. Akan tetapi, ada kalanya dalam proses analisis pangambilan keputusan tidak
memerlukan penjabaran yang terlalu terperinci.

Dalam menyelesaikan persoalan dengan Metode AHP, ada beberapa prinsip dasar yang harus
dipahami, yakni:

a. Decomposition (prinsip menyusun hirarki)

Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problem yang utuh menjadi
unsur–unsurnya ke dalam bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur
atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan
terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga
didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak dipecahkan. Struktur hirarki
keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki
keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan
terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya (Gambar 1), sementara pada hirarki
keputusan incomplete tidak semua unsur pada masing-masing jenjang mempunyai hubungan.
Pada umumnya problem nyata mempunyai karakteristik struktur yang incomplete. Universitas
Sumatera Utara 7 Gambar 2.1. Struktur Hirarki AHP Complete

b. Comparative Judgement

Comparative Judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen
pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan di atasnya. Penilaian ini
merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen-
elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks pairwise
comparison yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa
alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan
tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan
tingkatan yang paling tinggi (extreme importance).

c. Synthesis of Priority

Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method untuk mendapatkan
bobot relatif bagi unsur-unsur pengambilan keputusan.

d. Logical Consistency Logical Consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai
dengan mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan
selanjutnya diperoleh suatu vector composite tertimbang yang menghasilkan urutan
pengambilan keputusan.

Maka salah satu cara untuk menyatakan ukuran pencapaiannya adalah menggunakan skala
subyektif.

Bagian terpenting dari proses analisis adalah 3 (tiga) tahapan berikut:

1. Nyatakan tujuan analisis

2. Tentukan kriteria

3. Tentukan alternative pilihan

Informasi ini kemudian disusun membentuk pohon bertingkat (Gambar 1).


Gambar 1. Analisis Hirarki

Informasi yang ada kemudian di-sintesis untuk menentukan peringkat relative dari alternative
pilihan yang ada. Kriteria dari jenis qualitative dan quantitative dapat diperbandingkan menggunakan
informed judgement untuk menghitung bobot dan prioritas. Hal ini dapat dilakukan dengan judgement
untuk menentukan peringkat dari kriteria. Dalam sebuah sistem berbasis AHP, judgement ini diberikan
oleh user pengguna sistem dan dilakukan pada saat user bermaksud melakukan proses AHP dan melihat
rekomendasi.

Selanjutnya dengan pairwise comparison (perbandingan berpasangan), tingkat kepentingan satu


kriteria dibandingkan dengan yang lain dapat diekspresikan.

Nilai yang digunakan:


1: equal
2: moderate
3: strong
4: very strong
5: extreme

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3

Kriteria 1

Kriteria 2

Kriteria 3
Sehingga kita mendapatkan

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3

Kriteria 1 1/1 1/2 3

Kriteria 2 2/1 1/1 1/4

Kriteria 3 1/3 1/4 1/1

Berikut cara untuk mencari solusi eigen vector:


1. Cara komputasi yang singkat yang bisa digunakan untuk mendapatkan peringkat adalah dengan
menggunakan matrik berpasangan ini sebagai sebagai dasar penghitungan kuadrat matrik
berpasangan setiap saat.
2. Jumlah setiap baris dihitung dan dinormalisasi
3. Perhitungan dihentikan apabila perbedaan dari jumlah-jumlah ini dalam dua penghitungan yang
berturutan lebih kecil dari suatu angka.

Tahan 1: Kuadratkan Matrik Berbasangan

Table perbandingan
kriteria 1 kriteria 2 kriteria 3 perkalian
kriteria 1 1,00 0,50 3,00 3 1,75 8
kriteria 2 2,00 1,00 4,00 5,33 3 14
kriteria 3 0,33 0,25 1,00 1,16 0,67 3

Tahap 2: Hitung Eigenvector pertama

1. Jumlahkan baris
2. Jumlahkan jumlah dari baris-baris yang ada
3. Normalisasi nilai jumlah dari masing-masing baris
Kriteria 1 12.75

Kriteria 2 22.33

Kriteria 3 4.83

Total

Jumlahkan baris

Kriteria 1 12.75

Kriteria 2 22.33

Kriteria 3 4.83

Total 39.91

Dapatkan total

Kriteria 1 0,319

Kriteria 2 0,559

Kriteria 3 0,121

Total
0,999

Normalisasi

Proses ini terus diulang: kuadrat, jumlahkan, dan normalisasikan. Metode di atas, parameter
berasal dari perkalian sebelumnya.

Table perbandingan
kriteria 1 kriteria 2 kriteria 3 perkalian
kriteria 1 3 1,75 8 ? ? ?
kriteria 2 5,33 3 14 ? ? ?
kriteria 3 1,16 0,67 3 ? ? ?
Sehingga didapat Eigenvector kedua

Kriteria 1 0,319

Kriteria 2 0,558

Kriteria 3 0,122

Total
0,999

Normalisasi

Kemudian dilakukan pengurangan

pertama kedua
Kriteria 1 0,319
0,319 -
Kriteria 2 0,559
0,558 0,001
Kriteria 3 0,121
0,122 (0,001)
Total 0,999 0,999

kriteria yang pertama adalah peringkat nomor 2 terpenting,


kriteria yang kedua adalah peringkat 1 terpenting, dan
kriteria yang ketiga adalah peringkat nomor 3 terpenting kemudian kita masukkan dalam chart.

Untuk alternative pilihan, juga dilakukan perbandingan berpasangan terhadap kriteria masing-
masing. Judgement dalam proses ini umumnya dilakukan berbasis pada data/informasi tentang
alternative pilihan (quantitative approach) atau kalau tidak tersedia data/informasi tersebut, dapat
dilakukan dengan judgement dari pakar terkait pemilihan alternative tersebut (qualitative approach).

Di dalam sebuah sistem, proses untuk menentukan nilai kriteria dari masing-masing alternative
pilihan dan perhitungan peringkat dilakukan pada saat melakukan entry dan edit data variabel dan kriteria
alternative pilihan.

Dalam kasus ini, yang memberikan judgement untuk kriteria style dan kehandalan adalah pakar
tentang ‘target’ dengan informasi bersifat qualitative.
Dari semua table yang kita miliki. Lakukan metode untuk mendapatkan nilai eigenvector. Hasil
akhirnya dimasukkan kedalam grafik. Kemudian dilakukan proses perkalian matriks

Table perbandingan
kriteria 1 kriteria 2 kriteria 3 perkalian
pilihan 1 ? ? ?
pilihan 2 ? ? ? x
pilihan 3 ? ? ?

berasal dari perhitungan pilihan berasal dari


perhitungan pertama

Dan hasil dari matriks didapat angka tertinggi dan terendah. Nilai tertinggi adalah pilihan pertama
yang dapat di ambil.

BAB 3. METODE DAN PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan

Sektor properti dan real estate merupakan salah satu sektor terpenting di suatu negara.
Hal ini dapat dijadikan indikator untuk menganalisis kesehatan ekonomi suatu negara. Menurut
Santoso (2009) industri properti dan real estate merupakan salah satu sektor yang memberikan
sinyal jatuh atau sedang bangunnya perekonomian suatu negara. Hal ini menandakan bahwa
semakin banyak perusahaan yang bergerak dibidang sektor properti dan real estate
mengindikasikan semakin berkembangnya perekonomian di Indonesia. Investasi di bidang
properti dan real estate pada umumnya bersifat jangka panjang dan akan bertumbuh sejalan
dengan pertumbuhan ekonomi serta diyakini merupakan salah satu investasi yang menjanjikan.
Menurut Michael C Thomsett ada berbagai jenis investasi di bidang properti dan real estate yang
secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu, residental property, yang meliputi apartemen,
perumahan, dan bangunan multi unit; commercial propety, yaitu properti yang dirancang untuk
keperluan bisnis misalnya gedung penyimpanan barang dan area parkir, tanah dan insustrial
property, yaitu investasi di bidang properti yang dirancang untuk keperluan industri misalnya,
bangunan-bangunan pabrik.
Harga saham suatu perusahaan ditentukan oleh tingginya permintaan saham dan
penawaraan di pasar modal. Apabila permintaan terhadap suatu saham meningkat maka secara
tidak langsung harga saham perusahaan tersebut akan meningkat, begitupun sebaliknya apabila
permintaan terhadap suatu saham menurun maka harga saham tersebut akan mengalami
penurunan. Permintaan saham yang meningkat merupakan sebuah penilaian mengenai prestasi
dan kinerja perusahaan yang baik, dengan meningkatnya permintaan harga saham akan
mendapatkan return dari saham yang dimiliki oleh investor berupa capital gain. Capital gain pada
perusahaan yang telah go public adalah 5 selisih harga jual dengan harga beli saham. Hal tersebut
dapat membantu investor melihat besar kecilnya nominal harga saham, karena kenaikan atau
penurunan yang terjadi setiap saat dapat menentukan keuntungan atau kerugian bagi investor
terhadap suatu saham yang dimiliki.

Rasio keuangan yang baik akan mencerminkan kondisi keuangan yang baik pula, sehingga
akan mempengaruhi harga saham (Ang, 1997). Pada perusahaan properti dan real estate datsa
yang telah diolah tidak selalu menunjukkan pertumbuhan pada harga saham meskipun rasio-
rasio keuangan mengalami kenaikan, demikian pula sebaliknya, penurunan rasio keuangan tidak
selalu diikuti dengan penurunan harga saham, hal ini jelas bertentangan dengan pernyataan
(Ang, 1997 dalam Hanry Dwi Purnomo, 2011) yang menyatakan di mana kinerja keuangan
perusahaan akan menjadi tolak ukur seberapa besar risiko yang akan ditanggung investor untuk
memastikan kinerja perusahaan berada dalam keadaan baik atau buruk dilakukan dengan
menganalisa rasio keuangan dari laporan keuangan. Jadi secara teoritis jika kinerja keuangan
perusahaan mengalami peningkatan, maka harga saham akan meningkat demikian juga
sebaliknya.

3.2 Metode

Analisis fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang efektifitas


dan efisiensi perusahaan mencapai sasarannya (Stoner et al. 1995). Untuk menganalisis kinerja
perusahaan dapat digunakan rasio keuangan yang terbagi dalam empat kelompok, yaitu rasio
likuiditas, aktivitas, hutang, dan profitabilitas (Gitman 2003). Dengan analisis tersebut, para
analisis mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi
nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang
dan menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Umumnya faktor-faktor fundamental yang diteliti adalah nilai intrinsik, nilai pasar, Return On
Total Assets (ROA), Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Book Value (BV), Debt
Equity Ratio (DER), Deviden Earning, Price Earning Ratio (PER), Deviden Payout Ratio (DPR),
Deviden Yield, dan likuiditas saham. Analisis teknikal menggunakan data pasar yang
dipublikasikan yaitu harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham individual maupun
gabungan untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran saham tertentu maupun pasar
secara keseluruhan. Menurut Malkiel (1996), pendekatan ini pada intinya membuat serta
menginterpretasikan grafik saham ditinjau dari pergerakan harga saham dan volume
transaksinya untuk mendapatkan petunjuk tentang arah perubahan di masa yang akan datang.
SPK turunnya laba tahun 2016 pada PT Blue Bird Group
Adaptabilitas Aset Strategic Kinerja Perusahaan

Kerjasama Operasi (KSO)


Membuat Aplikasi dengan Perusahaan Meningkatkan
Online Transportasi Online Strategi Marketing

Gambar 3.3
3.2 Pembahasan
Perhitungan metode AHP dilakukan dengan menentukan bobot, kriteria dan sub kriteria
serta menentukan rasio konsistensi diterima atau tidaknya kriteria atau sub kriteria tersebut
sebagai berikut:
Kasus :
Pada Tahun 2016 laba PT. Blue Bird Group turun sebesar 42,3% menjadi Rp 360,86 miliar dari periode sama tahun
sebelumnya Rp 625,42 miliar. Penyebab turunnya laba tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu aset strategik,
adaptabilitas, kinerja perusahaan.

Penyelesaian :

Tahap Pertama
Menentukan bobot dari masing-masing kriteria.
aset strategik (SDM, manajemen pengetahuan, kapabilitas organisasi dan
pengalaman)
adaptabilitas (kemampuan memahami pelanggan, pesaing dan kemempuan bekerja sama
dengan penyalur)
kinerja perusahaan (pertumbuhan penjualan, keuntungan dan
pasar)

adaptabilitas 2 kali lebih penting dari aset strategik


adaptabilitas 3 kali lebih penting dari kinerja
perusahaan
kinerja perusahaan lebih penting 1.5 kali dari aset
strategik

Pair Comparation Matrix


Aset Kinerja Priority
Kriteria adaptabilitas Strategic Perusahaan Vector
Adaptabilitas 1.0000 2.0000 3.0000 0.5455
Aset Strategic 0.5000 1.0000 1.5000 0.2727
Kinerja Perusahaan 0.3330 0.6670 1.0000 0.1818
Jumlah 1.8330 3.6670 5.5000 1.0000
Principal Eigen Value (lmax) 3.0
Consistency Index 0
Consistency Ratio 0%

Tabel Consistency Ratio n 1 2 3 4 5 dst


RI 0 0 0.58 0.9 1.12

Nilai Consistency Ratio yang bisa diterima adalah lebih kecil atau sama dengan
10%

Tahap Kedua
Pair Wire Comparation
aset strategik (SDM)
adaptabilitas (pesaing)
kinerja perusahaan (Pertumbuhan penjualan)
Aplikasi
KSO 4 kali adaptabilitasnya lebih baik daripada Aplikasi Online Online aplikasi online
KSO 3 kali adaptabilitasnya lebih baik daripada
infrastuktur KSO KSO
aplikasi online 1/2 kali adaptabilitasnya lebih baik daripada
marketing Marketing marketing

KSO 1/3 kali aset strategiknya lebih baik daripada aplikasi online
KSO 1/2 kali aset strategiknya lebih baik daripada
marketing
aplikasi online 1/2 kali aset strategiknya lebih baik daripada
marketing

KSO 1/3 kali kinerja perusahaan lebih baik daripada aplikasi online
KSO 0.5 kali kinerja perusahaan lebih baik daripada marketing
aplikasi online 0.5 kali kinerja perusahaan lebih baik daripada
marketing

Pair Wire Comparation Matrix


aplikasi Priority
Adaptabilitas KSO online marketing Vector
KSO 1.0000 4.0000 3.0000 0.6232
aplikasi online 0.2500 1.0000 0.5000 0.1373
marketing 0.3333 2.0000 1.0000 0.2395
Jumlah 1.5833 7.0000 4.5000 1.0000
Principal Eigen Value (lmax) 3.0255
Consistency Index 0.0127
Consistency Ratio 2%

aplikasi Priority
Aset Strategik KSO online marketing Vector
KSO 1.0000 0.3333 0.5000 0.1869
aplikasi online 3.0000 1.0000 0.2000 0.3059
marketing 2.0000 2.0000 1.0000 0.5072
Jumlah 6.0000 3.3333 1.7000 1.0000
Principal Eigen Value (lmax) 3.0034
Consistency Index 0.0017
Consistency Ratio 0%

aplikasi Priority
Kinerja Perusahaan KSO online marketing Vector
KSO 1.0000 0.3333 0.5000 0.1833
aplikasi online 3.0000 1.0000 0.5000 0.3833
marketing 1.0000 2.0000 1.0000 0.4333
Jumlah 5.0000 3.3333 2.0000 1.0000
Principal Eigen Value (lmax) 3.1
Consistency Index 0
Consistency Ratio 5%

Tahap Ketiga
aplikasi
Overall Composite Weight Weight KSO online marketing
Adaptabilitas 0.5455 0.6232 0.1373 0.2395
Aset Strategik 0.2727 0.1869 0.3059 0.5072
Kinerja Perusahaan. 0.1818 0.1833 0.3833 0.4333
Composit Weight 0.7561 0.2280 0.3477
BAB IV. KESIMPULAN

1. Faktor yang paling berpengaruh terhadap turunnya laba perusahaan pada tahun 2016 adalah
faktor adaptabilitas yaitu kemampuan bersaing yang rendah. Hal ini diketahui dari nilai AHP yaitu
0.5455.
2. Faktor adaptabilitas yang diindikasikan menjadi penyebab utama turunnya laba perusahaan
adalah dari sisi daya saing yaitu dengan makin maraknya kemunculan transportasi online.
3. Alternatif terbaik dalam menyikapi turunnya laba perusahaan karena transportasi online adalah
dengan membuat Kerjasama Operasi (KSO) dengan nilai yaitu 0.7561
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.bluebirdgroup.com/wp-
content/uploads/2015/05/AR_bluebird_2014_29apr_2015_lowres-audit-report1.pdf
2. http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/PerformanceSummary/BIRD.pdf
3. http://jualmobilextaksibluebird.blogspot.co.id/2012/06/tentang-pt-blue-bird-group.html;
4. https://kumparan.com/wiji-nurhayat/kinerja-keuangan-blue-bird-dan-express-anjlok-akibat-taksi-
online ;
5. http://www.gulalives.co/2016/03/22/ini-sejarah-perkembangan-taksi-blue-bird-di-indonesia/
6. https://core.ac.uk/download/pdf/11723125.pdf
7. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/542/jbptunikompp-gdl-kanimahard-27059-7-unikom_k-v.pdf
8. http://thewhynotcorner.blogspot.sg/2017/03/tergerusnya-bisnis-transportasi.html
9. http://www.bogor-today.com/mengurai-konflik-tarif-dasar-transportasi-online-dan-konvensional-
di-bogor/
LAMPIRAN

1.1 Data Perusahaan

Anda mungkin juga menyukai