Anda di halaman 1dari 16

Struktur Tulang dan Pembentukan Tulang

Zefanya Merryani
102012308
Mahasiswa Fakultas Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta 11510
Telepon : 021-5694 2061; Fax : 021-5631731
Email : thara.zefanya@yahoo.com
Pendahuluan
Sebagai unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang menyangga struktur
berdaging, melindungi organ-organ vital seperti yang terdapat di dalam tengkorak dan rongga
dada, dan menampung sumsum tulang, tempat sel-sel darah dibentuk. Tulang juga berfungsi
sebagi cadangan fosfat, kalsium, dan ion lain, yang dapat dilepaskan atau disimpan dengan
cara terkendali untuk mempertahankan konsentrasi ion-ion penting ini di dalam cairan tubuh.1
Selain itu, tulang membentuk suatu sistem pengungkit yang melipatgandakan kekuatan
yang dibangkitkan selama otot rangka berkontraksi dan mengubahnya menjadi gerakan tubuh.
Jaringan bermineral ini memberi fungsi mekanik dan metabolik kepada kerangka. Karena itu
tulang tidak bekerja sendiri, tulang kita dibantu otot rangka dan saraf. Masing-masing
memiliki fungsi yang saling mendukung agar tubuh kita dapat beraktivitas seperti biasa.
Disamping itu, sendi juga membantu tulang dan otot rangka melakukan variasi gerakan-
gerakan yang dapat dilakukan oleh manusia dalam membantu pekerjaan sehari-hari. Ketiga
hal tersebut akan dibahas dalam beberapa pokok bahasan berikut.1

Pembahasan
Rangka pada manusia dewasa tersusun dari sekitar 206 tulang. Rangka digolongkan
menjadi rangka aksial, rangka apendikular, dan persendiaan antara tulang. Rangka aksial
terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan melindungi organ-organ pada
kepala, leher, dan torso. Rangka apendikular terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan,
tungkai, dan tulang pektoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan
tungkai pada rangka aksial. Persendian adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.2
Komposisi jaringan tulang terdiri dari sel-sel osteosit, osteoblas, dan osteoklas.
Matriks tulang tersusun dari serat-serat kolagen organik yang tertanam pada substansi dasar
dan garam-garam anorganik tulang seperti fosfor dan kalsium. Garam-garam tulang berada
dalam bentuk kristal kalsium fosfat yang disebut hidroksiapatit. Pada tulang juga terdapat dua
jaringan tulang yaitu tulang cancellus (berongga) dan tulang kompak. Tulang kompak
tersusun rapat dan terutama ditemukan sebagai lapisan di atas jaringan tulang cancellus.
Sedangkan tulang cancellus tersusun dari batang-batang tulang halus dan ireguler yang
bercabang dan saling bertumpang tindih untuk membentuk hjaringan-jaringan spikula dengan
rongga-rongga yang mengandung sumsum.2
Dalam tubuh manusia terdapat lima jenis utama tulang menurut bentuknya. Tulang
panjang, tulang pendek, tulang pipih, tulang tidak beraturan, dan tulang sesamoid. Namun,
sesuai kasus, hanya tulang panjang yang akan dibahas.

Makroskopik Tulang Extremitas Inferior


Extermitas inferior khusus berfungsi untuk lokomosi, penopang beban dan
mempertahankan keseimbangan. Extermitas inferior terdiri dari 3 bagian:
• Paha dengan femur yang menghubungkan panggul dengan lutut dan patella
• Tungkai bawah dengan tibia dan fibula yang menghubungkan lutut dengan ossa tarsi
• Kaki dengan ossa tarsi, ossa metatarsi dan phalanx yang merupakan ujung distal
extermitas inferior

Os. Femur
Femur merupakan tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh, meneruskan berat
tubuh dari os coxae kepada tibia sewaktu kita berdiri. Caput femuris menganjur ke arah
kraniomedial dan agak ke ventral sewaktu bersendi dengan acetabulum.ujung proksimal
femur terdiri dari sebuah caput femuris, collum femoris dan dua trochanter, caput femoris dan
collum femoris membentuk sudut terhadap poros panjang corpus femoris. Sudut in bervariasi
dengan umur dan jenis kelamin. Corpus femoris berbentuk lengkung, yakni cembung ke arah
anterior. Ujung distal femur berakhir menjadi dua condylus yaotu epicondylus medialis dan
epicondylus lateralis yang melengkung bagaikan ukir.3

Tulang dan Komposisinya


Sebagai unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang menyangga struktur
berdaging, melindungi organ-organ vital seperti yang terdapat di dalam tengkorak dan rongga
dada, dan menampung sumsum tulang, tempat sel-sel darah dibentuk. Tulang juga berfungsi

2
sebagai cadangan kalsium, fosfat, dan ion lain, yang dapat dielepaskan atau disimpan dengan
cara terkendali untuk mempertahankan konsentrasi ion-ion penting ini di dalam cairan tubuh.1
Selain itu, tulang membentuk suatu sistem pengungkit yang melipatgandakan kekuatan
yang dibangkitkan selama otot rangka berkontraksi dan mengubahnya menjadi gerakan tubuh.
Jaringan bermineral ini memberi fungsi mekanik dan metabolik kepada kerangka.Tulang
adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antarsel berkapur, yaitu matriks tulang,
dan 3 jenis sel: osteosit, yang menyintesis unsur organik matriks, dan osteoklas, yang
merupakan sel raksasa multinuklear yang terlibat dalam resorpsi dan remodelling jaringan
tulang.Karena metabolit tidak dapat berdifusi melalui matriks tulang yang telah mengapur,
pertukaran zat antara osteosit dan kapiler darah bergantung pada komunikasi melalui
kanalikuli, yang merupakan celah-celah silindris halus, yang menerobos matriks.Permukaan
bagian luar dan dalam semua tulang dilapisi lapisan-lapisan jaringan yang mengandung sel-sel
osteogenik-endosteum pada permukaan dalam dan periosteum pada permukaan luar.1
Karena keras, tulang sukar dipotong dengan mikrotom, dan diperlukan teknik khusus
untuk mempelajarinya. Salah satu teknik umum yang memungkinkan pengamatan terhadap
sel-sel matriks organiknya didasarkan pada dekalsifikasi tulang yang diawetkan dengan bahan
fiksasi standar. Mineralnya dihilangkan dengan perendaman tulang dalam larutan yang
mengandung zat pengikat-kalsium (misalnya asam etilendiamintetraasetat [EDTA]). Jaringan
dekalsfikasi tersebut kemudian dipendam, dipotong, dan dipulas.1

Sel Tulang: Osteoblas


Osteoblas bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks tulang (kolagen
tipe I, proteoglikan, dan glikoprotein). Deposisi komponen anorganik dari tulang juga
bergantung pada adanya osteoblas aktif. Osteoblas hanya terdapat pada permukaan tulang,
dan letaknya bersebelahan, mirip epitel selapis. Bila osteoblas aktif menyintesis matriks,
osteoblas memiliki bentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma basofilik. Bila aktivitas
sintesisnya menurun, sel tersebut menjadi gepeng dan sifat basofilik pada sitoplasmanya akan
berkurang.1
Beberapa osteoblas secara berangsur dikelilingi oleh matriks yang baru terbentuk dan
menjadi osteosit. Selama proses ini, terbentuk rongga yang disebut lakuna. Lakuna dihuni
osteosit beserta juluran-julurannya, bersama sedikit matriks ekstrasel yang tidak
mengapur.Selama sintesis matriks berlangsung, osteoblas memiliki struktur ultra sel yang
secara aktif menyintesis protein untuk dikeluarkan. Osteoblas merupakan sel yang

3
terpolarisasi. Komponen matriks disekresi pada permukaan sel, yang berkontak dengan
matriks tulang yang lebih “tua”, dan menghasilkan lapisan matriks baru (namun belum
berkapur), yang disebut osteoid, di antara lapisan osteoblas dan tulang yang baru dibentuk.
Proses ini, yaitu aposisi tulang, dituntaskan dengan pengendapan garam-garam kalsium ke
dalam matriks yang baru dibentuk.1

Sel Tulang: Osteosit


Osteosit, yang berasal dari osteoblas, terletak di dalam lakuna yang terletak di antara
lamela-lamela matriks. Hanya ada satu osteosit di dalam satu lakuna. Kanalikuli matriks
silindris yang tipis, mengandung tonjolan-tonjolan sitoplasma osteosit. Tonjolan dari sel-sel
yang berdekatan saling berkontak melalui taut rekah (gap junction) dan molekul-molekul
berjalan melalui struktur tempat dari osteosit dan pembuluh darah melalui sejumlah kecil
substansi ekstrasel yang terletak di antara osteosit (dengan tonjolan-tonjolannya) dan matriks
tulang. Pertukaran ini menyediakan nutrien kira-kira untuk 15 sel yang sederet.1
Bila dibandingkan dengan osteoblas, osteosit yang gepeng dan berbentuk-kenari tersebut
memiliki sedikit retikulum endoplasma kasar dan kompleks Golgi serta kromatin inti yang
lebih padat. Sel-sel ini secara aktif terlibat untuk mempertahankan matriks tulang, dan
kematiannya diikuti oleh resorpsi matriks tersebut.1

Sel Tulang: Osteoklas


Osteoklas adalah sel motil bercabang yang sangat besar. Bagian badan sel yang melebar
mengandung 5 sampai 50 inti (atau lebih). Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas
terdapat di dalam lekukan yang terbentuk akibat kerja enzim pada matriks, yang dikenal
sebgagai lakuna Howship. Osteoklas berasal dari penggabungan sel-sel sumsum tulang.Pada
osteoklas yang aktif, matriks tulang yang menghadap permukaan terlipat secara tak teratur,
seringkali berupa tonjolan yang terbagi lagi, dan membentuk batas “bergelombang”. Batas
bergelombang ini dikelilingi oleh zona sitoplasma, zona terang yang tidak mengandung
organel, namun kaya akan filamen aktin. Zona ini adalah tempat adhesi osteoklas pada
matriks tulang dan menciptakan lingkungan mikro tempat terjadinya resorpsi tulang.1
Osteoklas menyekresi kolagenase dan enzim lain dan memompa proton ke dalam kantung
subselular (lingkungan mikro yang disebut sebelumnya), yang memudahkan pencernaan
kolagen setempat dan melarutkan kristal garam kalsium. Aktivitas osteoklas dikendalikan
oleh sitokin (protein pemberi sinyal kecil yang bekerja sebagai mediator setempat) dan

4
hormon. Osteoklas memiliki reseptor untuk kalsitonin, yakni suatu hormon tiroid, namun
bukan untuk hormon paratiroid. Akan tetapi osteoklas memiliki reseptor untuk hormon
paratiroid dan begitu teraktivasi oleh hormon ini, osteoklas akan memproduksi suatu sitokin
yang disebut faktor perangsang osteoklas. Batas “bergelombang” berhubungan dengan
aktivitas osteoklas.1

Matriks Tulang
Kira-kira 50% dari berat kering matriks tulang adalah bahan anorganik. Yang teristimewa
banyak dijumpai adalah kalsium dan fosfor, namun bikarbonat sitrat, magnesium, kalium dan
natrium juga ditemukan. Studi difraksi sinar X memperlihatkan bahwa kalsium dan fosfor
membentuk kristal hidroksiapatit dengan komposisi Ca10(PO4)6(OH2). Meskipun begitu,
kristal-kristal ini menunjukkan ketidaksempurnaan dan tidak identik dengan hidroksiapatit
yang ditemukan dalam mineral karang. Kalsium amorf (nonkristal) juga cukup banyak
dijumpai. Pada mikrogaf elektron, kristal hidroksiapatit tulang tampak sebagai lempengan
yang terletak di samping serabut kolagen, namun dikelilingi oleh substansi dasar. Ion
permukaan hidroksiapatit berhidrasi dan selapis air dan ion terbentuk di sekitar kristal.
Lapisan ini, yaitu lapisan hidrasi, membantu pertukaran ion antara kristal dan cairan tubuh.1
Bahan organik dalam matriks tulang adalah kolagen tipe I dan substansi dasar, yang
mengandung agregat proteoglikan dan beberapa glikoprotein struktural spesifik. Glikoprotein
tulang mungkin bertanggung jawab atas kelancaran kalsifikasi matriks tulang. Jaringan lain
yang mengandung kolagen tipe I biasanya tidak mengapur dan tidak mengandung
glikoprotein tersebut. Karena kandungan kolagennya yang tinggi, matriks tulang yang
terdekalsifikasi terikat kuat dengan pewarna serat kolagen.1
Gabungan mineral dengan serat kolagen memberikan sifat keras dan ketahanan pada
jaringan tulang. Setelah tulang mengalami dekalsifikasi, bentuknya tetap terjaga, namun lebih
fleksibel mirip tendon. Dengan menghilangkan bagian organik dari matriks, yang terutama
berupa kolagen, bentuk tulang juga masih terjaga, namun kini menjadi rapuh, mudah patah
dan hancur bila dipegang.1

Jenis Tulang
Observasi umum potongan melintang tulang memperlihatkan daerah-daerah padat tanpa
rongga yang sesuai dengan tulang kompakta (padat) dan daerah-daerah dengan banyak rongga
yang saling berhubungan yang sesuai dengan tulang berongga (spons). Namun di bawah

5
mikroskop, baik tulang kompakta maupun tuberkula yang memisahkan ruang-ruang dari
tulang berongga, memiliki struktur histologik dasar yang sama.1
Pada tulang panjang, ujung yang membulat disebut sebagai epifisis. Epifisis terdiri atas
tulang berongga yang ditutupi selapis tipis tulang kompakta. Bagian silindris yaitu diafisis
hampir seluruhnya terdri atas tulang kompakta, dengan sedikit tulang spons pada permukaan
dalamnya di sekitar rongga sumsum tulang. Tulang pendek umumnya memiliki pusat yang
terdiri atas tulang berongga, dan seluruhnya dikelilingi oleh tulang kompakta. Tulang pipih
yang membentuk calvaria memiliki 2 lapis tulang kompakta yang disebut lempeng, yang
dipisahkan oleh selapis tulang yang berongga disebut diploe.1
Pemerikasaan mikroskopik tentang tulang memperlihatkan 2 variasi: tulang primer,
imatur, atau tulang anyaman, dan tulang sekunder, matur atau lamelar. Tulang primer adalah
jaringan tulang yang pertama-tama berkembang dalam embrio dan dijumpai dalam perbaikan
fraktur atau proses perbaikan lain. Tulang primer ditandai oleh susunan serat kolagen halus
secara acak, yang berbeda dengan susunan kolagen lamelar yang teratur pada tulang
sekunder.1
Jaringan tulang primer umumnya bersifat sementara dan akan diganti oleh jaringan tulang
sekunder pada orang dewasa, kecuali pada sedikit tempat di tubuh, misalnya dekat sutura
tulang pipih tengkorak, di alveolus gigi, dan pada insersi beberapa tendo. Selain berkat serat
kolagen tak teratur, ciri tulang primer lain adalah kadar mineral yang lebih rendah (tulang ini
lebih mudah ditembus sinar X) dan proporsi osteosit lebih banyak daripada osteosit jaringan
tulang sekunder.1
Jaringan tulang sekunder adalah jenis jaringan yang biasanya dijumpai pada orang
dewasa. Jaringan tersebut secara khas memperlihatkan serat-serat kolagen yang tersusun
dalam lamela (tebal 3-7 mikrometer) yang sejajar satu sama lain atau tersusun secara
konsentris mengelilingi kanal vaskular. Seluruh lamel tulang tulang konsentrik mengelilingi
suatu saluran yang mengandung pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat longgar, yang
disebut sistem Havers atau osteon. Lakuna dengan osteosit di dalamnya terdapat di antara dan
kadang-kadang di dalam lamela. Di setiap lamela, serat kolagen tersusun paralel. Endapan
materi amorf yang disebut substansi semen, mengelilingi setiap sistem Havers dan terdiri atas
matriks bermineral dengan sedikit serat kolagen.1
Pada tulang kompakta (misalnya diafisis tulang panjang), lamela memiliki susunan khas
yang terdiri atas sistem Havers, lamela sirkumferens luar, lamela sirkumferens dalam, dan
lamela interstisial.Lamela sirkumferens dalam berlokasi di sekitar rongga sumsum dan lamela

6
sirkumferens luar terdapat tepat di bawah periosteum. Terdapat lenih banyak lamela luar
daripada lamela dalam. Di antara kedua sistem sirkumferensial tersebut, terdapat banyak
sistem Havers, termasuk kelompok lamela berbentuk tak teratur, yang disebut lamela
interstisial atau intermediat. Struktur ini merupakan lamela yang tersisa dari sitem Havers
yang dihancurkan selama pertumbuhan dan remodeling tulang terjadi.1
Setiap sistem Havers merupakan suatu silinder panjang, seringkali bercabang dua, dan
sejajar terhadap sumbu panjang diafisis. Sistem ini terdiri atas sebuah saluran di pusat yang
dikelilingi 4-20 lamela konsentris. Setiap saluran yang berlapiskan endosteum mengandung
pembuluh daraf, saraf, dan jaringan ikat longgar. Kanal Havers ini berhubungan dengan
rongga sumsum, periosteum, dan saling berhubungan melalui kanal Volkmann yang
melintang atau oblik. Kanal Volkmann tak memiliki lamela konsentris; sebaliknya, kanal-
kanal tersebut menerobos lamela. Semua kanal vaskular di jaringan tulang akan dijumpai bila
matriks terletak di sekitar pembuluh darah yang sudah ada.1
Pemeriksaan sistem Havers dengan cahaya polarisasi memperlihatkan lapisan-lapisan
anistrop terang yang diselingi lapisan isotrop gelap. Bila diamati di bawah cahaya polarisasi
tegak lurus terhadap panjangnya, serat kolagen terlihat birefringen (anistropik). Lapisan
terang dan gelap tersebut disebabkan perubahan orientasi serat-serat kolagen dalam lamela. Di
setiap lamela, serat-serat terletak paralel satu sama lain dan jalannya berpilin. Akan tetapi,
puncak pilinan (heliks) berbeda-beda untuk berbagai lamela sehingga di sembarang titik,
serat-serat dari lamel yang bersebelahan saling menyilang kurang lebih tegak lurus. Karen
jaringan tulang selalu mengalami remodelling, terdapat variasi besar dalam diameter kanal
Havers. Setiap sistem dibentuk oleh tumpukan lamela, dari luar ke dalam sehingga sistem
yang lebih muda memiliki kanal yang lebih besar. Pada sistem Havers dewasa, lamela yang
baru terbentuk letaknya paling dekat dengan kanal sentral.1

Histogenesis Tulang
Tulang dapat dibentuk dengan 2 cara: mineralisasi langsung dari matriks yang disekresi
osteoblas (osifikasi intramembranosa) atau oleh deposisi matriks tulang pada matriks tulang
rawan yang sudah ada (osifikasi endokondral).1
Osifikasi intramembranosa, yang terjadi pada kebanyakan tulang pipih, disebut demikian
karena terjadi di dalam kondensasi jaringan mesenkim. Tulang frontal dan parietal tengkorak,
selain bagian tulang oksipital dan temporal dan mandibula serta maksila, dibentuk melalui
osifikasi intramembranosa. Proses ini juga ikut dalam pertumbuhan tulang-tulang pendek, dan

7
penebalan tulang panjang. Pada lapisan kondensasi mesenkim, titik awal osifikasi disebut
pusat osifikasi primer. Proses diawali saat sekelompok sel berkembang menjadi osteoblas.
Osteoblas menghasilkan matriks tulang dan diikuti kalsifikasi, berakibat sebgaian osteoblas
dibungkus simpai, yang kemudian menjadi osteosit. Pulau-pulau pembentukan tulang ini
membentuk dinding yang membatasi rongga-rongga panjang yang berisi kapiler, sel sumsum
tulang, dan sel-sel prakembang. Beberapa kelompok demikian hampir serentak muncul di
pusat osifikasi sehingga penyatuan dinding menghasilkan struktur mirip spons pada tulang.
Jaringan ikat yang tertinggal di antara dinding tulang disusupi pembuluh darah dan sel
mesenkim tambahan, yang akan membentuk sel-sel sumsum tulang.1
Pusat-pusat osifikasi tulang tumbuh secara radial dan akhirnya menyatu, yang akan
menggantikan jaringan ikat asal. Ubun-ubun bayi yang baru lahir, misalny, merupakan daerah
lunak pada tengkorak yang sesuai dengan bagian jaringan ikat yang belum mendapat osifikasi.
Pada tulang pipih tengkorak terdapat lebih banyak pembentukan tulang daripada resorpsi
tulang pada permukaan dalam maupun luar. Jadi, 2 lapisan tulang kompakta (lempeng dalam
dan luar) terbentuk, sedangkan bagian pusat (diploe) tetap mempertahankan ciri sponsnya.
Bagian lapisan jaringan ikat yang tidak mengalami osifikasi menghasilkan endosteum
dan periosteum di tulang intramembranosa.1
Osifikasi endokondral terjadi dia dalam sepotong tulang rawan hialinyang bentuknya
mirip miniatur tulang yang akan dibentuk. Jenis osifikasi ini pada dasarnya bertanggung
jawab atas pembentukan tulang panjang dan pendek.1
Osifikasi endokondral tulang panjang meliputi urutan kejadian berikut. Mula-mula,
jaringan tulang pertama tampak berupa tabung tulang berongga yang mengelilingi bagian
tengah model tulang rawan. Struktur ini, yaitu leher tulang, dihasilkan melalui osifikasi
intramembranosa di dalam perikondrium setempat. Pada tahap berikut, tulang rawan setempat
mengalami proses degeneratif kematian sel, dengan pembesaran sel (hipertrofi) dan kalsifikasi
matriks, yang menghasilkan struktur 3 dimensi yang terdiri atas sisa-sisa matriks tulang rawan
yang mengapur. Proses ini dimulai di bagian pusat model tulang rawam (diafisis), tempat
masuknya pembuluh darah melalui leher tulang yang sebelumnya telah dilubangi oleh
osteoklas, yang membawa masuk sel-sel osteoprogenitor ke daerah tersebut. Berikutnya,
osteoblas melekat pada matriks tulang yang telah mengapur dan menghasilkan lapisan-lapisan
tulang primer yang mengelilingi sisa matriks tulang rawan. Pada tahap ini, tulang rawan
berkapur tampak basofilik, dan tulang primer terlihat esonifilik. Dengan cara ini terbentuk
pusat osifikasi primer. Kemudian muncul pusat osifikasi sekunder di bagian ujung yang

8
memebesar di model tulang rawan (epifisis). Selama perluasan dan remodelling berlangsung,
pusat osifikasi primer dan sekunder membentuk rongga yang secara berangsur diisi dan
dipenuhi oleh sumsum tulang.1
Di pusat osifikasi sekunder, tulang rawan tetap ada pada 2 daerah: tulang rawan sendi,
yang tetap ada seumur hidup dan tidak ikut dalam pertumbuhan memanjang tulang, dan
tulang rawan epifisis, yang juga disebut lempeng epifisis, yang menghubungkan epifisis
dengan diafisis. Tulang-tulang epifisis bertanggung jawab atas pertumbuhan memanjang
tulang, dan tidak terdapat lagi pada orang dewasa, yang menjadi sebab terhentinya
pertumbuhan tulang pada saat dewasa.1
Penutupan epifisis mengikuti urutan kronologis sesuai tulang yang bersangkutan dan
akan tuntas saat berumur 20 tahun. Pemeriksaan kerangka yang sedang tumbuh dengan sinar
X memungkinkan orang menetapkan “usia tulang” seseorang, dengan memperlihatkan mana
epifisis yang terbuka dan yang sudah tertutup. Begitu epifisis sudah menutup, pertumbuhan
memanjang tulang tidak dimungkinkan lagi meskipun pelebaran tulang masih mungkin
terjadi.1

Osifikasi Tulang
Tulang rawan epifisi dibagi dalam 5 zona, yang dimulai dari sisi epifisis tulang: (1) Zona
istirahat, terdiri atas tulang rawan hialin tanpa perubahan morfologi dalam sel, (2) Dalam zona
proliferasi, kondrosit cepat membelah dan tersusun dalam kolom-kolom sel secara paralel
terhadap sumbu panjang tulang. (3) Zona hipertrofi tulang rawan mengandung kondrosit besar
yang sitoplasmanya telah menimbun glikogen. Matriks yang telah diresorpsi hanya tersisa
berupa septa tipis di antara kondrosit. (4) Zona kalsifikasi tulang rawan, kondrosit mati, septa
tipis matriks tulang rawan mengalami pengapuran (kalsifikasi) dengan mengendapnya
hidroksi apatit. (5) Di zona osifikasi, muncul jaringan tulang endokondral. Kapiler darah dan
sel-sel osteoprogenitor yang dibentuk melalui mitosis sel, berasal dari invasi periosteum ke
rongga yang ditinggalkan kondrosit. Sel osteoprogenitor membentuk osteoblas, yang tersebar
membentuk lapisan tidak utuh di atas septa matriks tulang rawan berkapur. Akhirnya,
osteoblas meletakkan matriks tulang di atas matriks tulang rawan 3 dimensi yang berkapur.1
Sebagai kesimpulan, pertumbuhan memanjang tulang-tulang panjang terjadi melalui
proliferasi kondrosit dalam lemperng epifisis di dekat epifisis. Pada waktu yang sama,
kondrosit sisi diafisis dari lempeng mengalami hipertrofi; matriksnya mengalami perkapuran,
dan sel-selnya mati. Osteoblas meletakkan selapis tulang primer pada matriks yang berkapur

9
itu. Karena kecepatan kedua kejadian yang berlawanan ini (proliferasi dan destruksi)
kuranglebih sama, tebal lempeng epifisis tidak banyak berubah. Bahkan, lempeng epifisis
didesak menjauhi bagian diafisis sehingga tulang tersebut bertambah panjang.1
 Mekanisme Kalsifikasi
Kalsifikasi diawali dengan deposisi garam-garam kalsium pada serabut
kolagen, yaitu suatu proses yang diinduksi oleh proteoglikan dan glikoprotein
pengikat kalsium berafinitas tinggi.4 Deposisi garam kalsium agak dipercepat oleh
kemampuan osteoblas memadatkan garam tersebut dalam vesikel intrasitoplasma dan
pelepasan vesikel-vesikel ini, bila perlu ke dalam medium ekstrasel (vesikel matriks).4

Mekanisme Pertumbuhan Tulang Panjang


Piringan pertumbuhan, juga disebut sebagai piringan epiphyseal atau fisis adalah area
jaringan pertumbuhan didekat ujung tulang panjang anak-anak atau remaja. Tiap tulang
panjang mempunyai sedikitnya dua piringanan pertumbuhan yaitu pada masing-masing
ujungnya. Piringan pertumbuhan menentukan panjang dan ukuran tulang dewasa pada masa
yang akan datang. Jika pertumbuhan telah lengkap, kadang-kadang selama masa remaja
piringan pertumbuhan tertutup dan digantikan oleh tulang padat.5
Osteogenesis atau osifikasi terjadi pada dua lokasi: intramembraneous (contohnya
pada tulang frontal dan parietal) dan endochondral (contohnya pada tulang iga, vertebra, basis
cranii, tulang tangan dan kaki), dimana osifikasinya melalui fase kartilago. Pertumbuhan
tulang meluas dari lokasi penetrasi awal, yang menjadi foramen nutrisi. Membrana tipis
bernama perichondrium mengelilingi kartilago pada tulang panjang. Osteoblast di bawah
perichondrium pada tulang panjang fetus mulai mendeposit tulang di sekitar bagian luar
batang kartilago. Sekali hal ini terjadi, membran ini disebut periosteum, jaringan ikat
berserabut yang mendeposit tulang selapis demi selapis. Diameter tulang panjang meningkat,
dan osteoklas pada permukaan endosteal mereabsorbsi tulang sedangkan osteoblas pada
periosteum mendeposit tulang. Proses pertumbuhan pada tulang melebar (diametrik) tulang
panjang ini disebut pertumbuhan aposisional. Pertumbuhan memanjang tulang panjang terjadi
pada bidang epiphyseal oleh karenanya lokasi ini disebut bidang pertumbuhan yang terletak di
antara metaphysis (pusat osifikasi primer) dan epiphysis (pusat osifikasi sekunder).
Pertumbuhan memanjang ini menjauhi bagian tengah tulang yakni menuju proksimal dan
menuju distal. Pertumbuhan memanjang tulang panjang berhenti ketika metaphysis menyatu
dengan epiphysis.5

10
Pada sebelas minggu sebelum lahir, biasanya terdapat kurang lebih 800 pusat osifikasi.
Pada waktu lahir terdapat 450 pusat osifikasi. Pusat osifikasi primer muncul sebelum lahir dan
pusat osifikasi sekunder muncul sesudah lahir. Setelah dewasa, semua pusat osifikasi primer
dan sekunder menyatu dan jumlah tulang menjadi 206 elemen.5
Berikut merupakan urutan proses pertumbuhan tulang:2
1. Rangka embrionik terbentuk dari tulang-tulang kartilago hialin yang
terbungkus perikondrium.
2. Pusat osifikasi primer terbentuk pada pusat diafisis model kartilago tulang
panjang.
3. Sel-sel kartilago (kondrosit) pada area pusat osifikasi jumlahnya meningkat
(berproliferasi) dan ukurannya membesar (hipertrofi).
4. Matriks kartilago di sekitarnya berkalsifikasi melalui proses pengendapan
kalsium fosfat.
5. Perikondrium yang mengelilingi diafisis di pusat osifikasi berubah menjadi
periosteum. Lapisan osteogenik bagian dalam membentuk kolar tulang
(klavikula), dan kemudian mengelilingi kartilago terkalsifikasi.
6. Kondrosit akan berdegenerasi dan kehilangan kemampuannya untuk
mempertahankan matriks kartilago.
7. Kuncup periosteal mengandung pembuluh darah dan osteoblas yang masuk ke
dalam spikula kartilago terkalsifikasi melalui ruang yang dibentuk osteoklas
pada kolar tulang.
8. Jika kuncup mencapai puncak, osteoblas meletakkan zat-zat tulang pada
spikula kartilago terkalsifikasi, dan memakai spikula tersebut sebagai suatu
kerangka kerja. Paertumbuhan tulang menyebar ke dua arah menuju epifisis.
9. Setelah lahir, pusat osifikasi sekunder tumbuh dalam kartilago epifisis pada
kedua ujung tulang panjang.
10. Ada dua area kartilago yang tidak diganti tulang keras,yaitu:
 Ujung tulang tetap kartilago artikular
 Lempeng epifisis pada kartilago terletak antara epifisis dan diafisis.

Pusat Pertumbuhan Tulang Panjang


Menurut bentuk dan fungsinya, tulang terdiri atas tulang pendek,tulang panjang,
tulang datar, dan tulang irregular (tidak beraturan).Contoh tulang pendek adalah ossa carpalia

11
dan ossa tarsalia. Tulang datar berperan melindungi organ-organ dalam dan jaringan lunak yg
terletak di dalamnya. serta memberikan area yg luas untuk perlekatan otot dan ligamen,
contohscapula, sternum, costa, patella, dan beberapa tulang tengkorak. Tulang irregular dapat
berfungsi khusus pada tubuh manusia, seperti vertebra yg memiliki arcus untuk melindungi
spinal cord dan memiliki processus untuk perlekatan otot dan ligamen. Tulang panjang
membentuk kerangka dari appendicular skeleton ujung tulang yang terdapat cartilago sendi
yang self-lubrikasi untuk melindungi ujung tulang dari pengausan. Tulang panjang juga
memiliki rongga yang dikenal dengan cavitas atau canal medullaris. Tulang mulai tumbuh
pada awal perkembangan janin dan secara kontinyu; terjadi perubahan komposisi dan struk-
tur selama masa kehidupan. Pertumbuhan tulang terdiri atas pertumbuhan longitudinal
(tumbuh secara longitudinal) dan pertumbuhan circumferential(tumbuh secara
circumferential).6
Pertumbuhan longitudinal tulang terjadi pada epiphysis (dataran epiphyseal) epiphysis
adalah diskus kartilago yg ditemukan dekat ujung tulang panjang. Epiphysis merupakan pusat
pertumbuhan tulang yang menghasilkan jaringan tulang baru sebagai bagian dari proses
pertumbuhan normal sampai tertutup atau berhenti pada usia remaja atau dewasa muda.
Secara kontinyu,setiap epiphysis menghasilkan sel-sel tulang baru. Memasuki usia
remaja dataran epiphyseal menghilang dan terjadi penyatuan tulangakhir dari pertumbuhan
longitudinal sebagian besar merapat padausia sekitar 18 tahun, meskipun beberapa epiphysis
masih ada sampai usia sekitar 25 tahun. 6
Pertumbuhan circumferential terjadi pada diameter tulang.Lapisan bagian dalam dari
periosteum membentuk ja-ringantulang baru yg konsentrik (kearah pusat) pada puncak
salahsatu tulang periosteum adalah mem-bran berlapis gandayang menutupi tulang ; lapisan
paling luar tempat melekatnya tendon otot & lapisan dalam adalah tempat aktivitas osteoblast.
Osteoblast & osteoclast bekerja secara simultan untuk menghasilkan perubahan ukuran
&bentuk tulang.6

Remodeling pada Fraktur Tulang


Remodeling pada anak-anak terjadi jauh lebih cepat daripada remodeling pada orang
dewasa. Remodeling tulang pada orang dewasa adalah sebuah proses fisiologik dinamis yang
berlangsung serentak pada banyak lokasi di kerangka yang tidak berhubungan dengan
pertumbuhan tulang.1 Bila tulang mengalami kepatahan (fraktur), maka matriks tulang di
dalamnya akan ikut hancur, sehingga sel-sel tulang yang berdekatan dengan daerah fraktur

12
akan mati. Perdarahan terjadi akibat adanya pembuluh darah yang ikut rusak pada daerah
fraktur, sehingga membentuk bekuan darah.
Selama perbaikan bekuan darah, sel-sel dan matriks tulang yang rusak diangkut oleh
makrofag.1 Respon proliferasi intensif oleh periosteum dan endosteum di sekitar fraktur
menghasilkan suatu jaringan yang mengelilingi fraktur dan menyisip melalui ujung-ujung
tulang yang patah. Tulang primer kemudian dibentuk melalui osifikasi endokondral dan
intramembranosa yang berlangsung bersamaan selama proses pemulihan. Perbaikan
berkembang sehingga trabekula yang terbentuk tak teratur di tulang primer menyatukan kedua
ujung tulang yang patah untuk sementara dengan membentuk kalus tulang.1
Stres-stres pada tulang selama pemulihan akan mengubah model kalus tulang.1
Struktur jaringan tulang primer dari kalus secara berangsur akan diresorpsi dan diganti oleh
jaringan sekunder, sehingga menimbulkan remodeling pada tulang dan memulihkan struktur
aslinya tanpa membentuk jaringan parut.

Metabolisme Tulang
Pada substansi interstisial tulang, tulang terdiri atas dua kompnen utama, matriks
organic 35% dan garam –garam anorganik 65% dari berat keringnya. Matriks organik terdiri
atas serat-serat kolagen yang di dalamnya kaya akan substansi dasar proteoglikan. Pada
subtansi dasar tulang terdapat kondrotin sulfat, dan asam hialuronat.
Di dalamnya matriks tulang juga terdapat glikosaminoglikan bersulfat, matriks tulang
tampak asidofilik dalam sediaan histologik, karena banyaknya kandungan kolagen dan tediri
atas protein inti pendek dengan relative sedikit rantai disamping glikosaminoglikkan.Di dalam
tulang, juga terdapat dua protein kecil, tergantung dari vitamin K yang ada, yaitu Osteokalsin
dan Osteoponsin.
Di dalam tulang, mineral juga sangat diperlukan, mineral tulang mengandung cukup
banyak ion sitrat C6H5O7+ dan ion karbonat CO3+. Magnesium dan natrium, yang merupakan
unsur cairan tubuh normal, juga terdapat dalam mineral tulang, yang sampai pada tingkat
tertentu, berfungsi sebagai gudang simpanan bagi unsur ini. Selama pertumbuhan, jumlah
materi organic per unit volume tetap konstan, namun jumlah air mengurang dan proporsi
mineral tulang meningkat, pada orang dewasa mencapai maksimum 65% dari berat kering
bebas lemak. Jika tulang dipaparkan terhadap asam lemah atau agen kelasi, maka garam
anorganik akan dihilangkan. Kehilangan mineral demikian membuat tulang kehilangan
sebagian besar kekerasannya tetapi sangat liat dan fleksibel.7

13
Pada tulang panjang, osteoklas dan osteoblast juga menjadi faktor-faktor yang
mengatur metabolism tulang itu sendiri. Osteoklas adalah sel fagosit besar multinukleus yang
berasal dari monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas menyekresi berbagai asam dan ezim
yang mencerna tulang dan memudahkan fagositosisnya. Osteoklas juga menyekresi berbagai
sitokin yang lebih lanjut menstimulasi resorpsi dan biasanya osteoklas hanya terdapat pada
satu baigan kecil tulang pada satu waktu, dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit.
Pada osteoblast, osteoblast berperan untuk sintesis sebagian besar protein dalam
tulang, faktor pertumbuhan, sitokin, dan pengendapan matriks tulang yang baru (osteosit) dan
mineralisasinya.6 Pertumbuhan metabolime dan tulang dipengaruhi oleh sejumlah mineral dan
hormone yang meliputi:7
1. Kalsium dan fosfor. Jumlah kalsium (Ca) dalam tulang 99% dan fosfor 90%.
Konsentrasi kalsium dan fosfor mempunyai ikatan yang erat. Jika kadar Ca
meningkat, jumlah fosfor berubah. Keseimbangan kalsium dan fosfor
dipertahankan oleh kalsitonin dan hormone paratiroid.
2. Kalsitonin diproduksi oleh kelenjar tiroid dan menurunkan konsentrasi Ca
serum. Jika jumlah kalsitonin meningkat di atas normal, kalsitonin
menghambat absorpsi kalsium dan fosfor dalam tulang serta meningkatkan
ekskresi kalsium dan fosfor melalui urine sehingga dibutuhkan Ca dan fosfor.
3. Vitamin D terkandung dalam lemak hewan, minyak ikan dan mentega. Tubuh
manusia juga dapat menghasilkan vitamin D. Sinar ultraviolet sinar matahari
dapat mengubah ergosterol pada kulit menjadi vitamin D. Vitamin D
diperlukan agar kalsium dan fosfor dapat diabsorpsi dari usus dan digunakan
tubuh. Difisiensi vitamin D mengakibatkan dedisi mineralisasi, deformitas,
patah tulang, penyakit rikets pada anak-anak, dan osteomalasia pada orang
dewasa.
4. Hormone paratiroid (PTH). Pada saat kadar Ca menurun, sekresi PTH
meningkat dan menstimulasi tulang untuk meningkatkan aktivitas osteoblastik
dan menyumbangkan kalsium ke darah. Jika kadar Ca meningkat sekresi PTH
diminimalkan, hormone tersebut mengurangi ekskresi Ca di ginjal dan
memfasilitasi absorpsinya dari usus halus. Hal ini untuk mempertahankan
suplai Ca di tulang. Respon ini merupakan contoh umpan balik sistem loop
yang terjadi dalam sistem endokrin.

14
5. Hormone pertumbuhan. Hormone pertumbuhan yang bertanggung jawab
meningkatkan panjang tulang dan meningkatkan jumlah matriks tulang
dibentuk sebelum masa pubertas. Sekresi yang meningkat pada masa anak-
anak menghailkan gigantisme dan menurunya sekresi menghasilkan
dwarfisme. Pada orang dewasa penigkatan tersebut menyebabkan akromegali
yang ditandai oleh kelainan bentuk tulang dan jaringan lemak.
6. Glukokortikoid. Hormone glukokortikoid mengatur metabolism protein. Pada
saat dibutuhkan, hormone dapat meningkat atau menurun katabolisme atau
mengurangi mengintensifkan matriks organic di tulang dan membantu dalam
pengaturan kalsium di intestinum dan absorpsi fosfor.
7. Hormone seksual :
 Esterogen menstimulasi aktivitas osteoblastik dan cenderung
menghambat peran hormone paratiroid. Jumlah esterogen menurun saat
menopause sehingga penurunan kadar kalsium pada tulang dalam
waktu lama menyebabkan osteoporosis
 Androgen, seperti testosterone, meningkakan anabolisme dan massa
tulang.

Kesimpulan

Tulang paha (femur) merupakan salah satu contoh dari tulang panjang. Dalam
pertumbuhan tulang panjang dan pembentukannya, sangat diperlukan berbagai nutrisi dan
vitamin. Faktor usia pun turut berperan dalam proses pertumbuhan tulang. Pertumbuhan
tulang pada anak-anak jauh lebih cepat daripada pertumbuhan tulang pada orang dewasa. Hal
ini disebabkan oleh lempeng tulang epifisis yang dimiliki oleh anak-anak masih tebal,
sehingga masih sangat aktif melakukan pertumbuhan. pada orang dewasa yang mengalami
fraktur tulang, tulang masih dapat mengalami remodeling karena lapisan periosteum dan
endosteum yang banyak mengandung sel osteoblas mampu berespon di sekitar fraktur dengan
melakukan proliferasi intensif membentuk kalus tulang yang kemudian akan diresorpsi dan
diganti oleh jaringan sekunder yang mirip dengan struktur tulang asli.

15
Daftar Pustaka
1. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar: teks dan atlas. Ed 10. Jakarta: EGC;
2007.h.134-44
2. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 11. Jakarta: EGC; 2008.h.74-
81
3. Ethel S. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2004.h.107-8.
4. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed 6. Jakarta: EGC;
2006.h.881-6
5. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Ed 27. Jakarta: EGC;
2009.h.582
6. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi.3rd ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2009.h.330.
7. Suratun, Heryati, Manurung S, Raenah E. Klien gangguan sistem muskuloskeletal.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2008.h.7-8.

16

Anda mungkin juga menyukai