Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TB PARU
DI RUANG 28 RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TB PARU
di RUANG 28 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:
MAHASISWA PROFESI NERS UMM
Rio Hardiatma
Yulaifung
Rhizta

Telah diteliti dan disetujui oleh :

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi,

----------------------------- ---------------------------------------
-----
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul : Tb Paru
Sasaran : Pasien, Keluarga pasien
Tempat : Ruang 28 RSSA Malang
Hari/Tanggal : Kamis, 12 April 2018
Alokasi Waktu : 30 menit
Media/Sarana : Power point & Leafleat
Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

A. Tujuan instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui
dan memahami tentang tb paru.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
 Mengetahui pengertian tb paru
 Mengetahui hal yang menyebabkan tb paru
 Mengetahui cara penularan tb paru
 Mengetahui tanda dan gejala tb paru
 Mengetahui dan menyebutkan pemeriksaan yang dilakukan pada tb paru
 Mengerti dan memahami penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada tb
paru

B. Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian tb paru
2. Faktor penyebab tb paru
3. Cara penularan tb paru
4. Tanda dan gejala tb paru
5. Pemeriksaan pada tb paru
6. Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien dengan tb paru
C. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Metode Media
Pendahuluan 5 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah -
menit 2. Memperkenalkan diri salam dan
3. Menjelaskan tujuan 2. Mendengarkan Tanya
penyuluhan dan pokok dan Jawab
materi yang akan memperhatikan
disampaikan 3. Menjawab
4. Menggali pengetahuan pertanyaan
keluarga pasien tentang tb
paru
Penyajian 15 Menjelaskan materi: Mendengarkan Ceramah PPT
menit 1. Pengertian tb paru dan dan +
2. Faktor penyebab tb paru memperhatikan Tanya Leaflet
3. Cara penularan tb paru Jawab
4. Tanda dan gejala tb paru
5. Pemeriksaan pada tb
paru
6. Penatalaksanaan yang
dilakukan pada klien
dengan tb paru
Penutup 10 1. Penegasan materi 1. Mengajukan Tanya
menit 2. Memberikan kesempatan pertanyaan Jawab
kepada peserta untuk 2. Menjawab
bertanya pertanyaan
3. Meminta peserta untuk yang diberikan
menjelaskan kembali oleh penyuluh
materi yang telah 3. Membalas
disampaikan dengan salam
singkat menggunakan
bahasa peserta sendiri
4. Memberikan pertanyaan
kepada peserta tentang
materi yang telah
disampaikan
5. Menutup acara dan
mengucapkan salam

D. Evaluasi
1. Evaluasi Terstruktur
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan
 Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP
 Audien hadir di ruang penyuluhan di ruang 28 RSSA
 Jumlah audien yang datang minimal 7 orang
 Kesiapan penyuluh termasuk kesiapan modul dan media yang akan
digunakan
 Kesiapan audien meliputi kesiapan menerima penyuluhan
2. Proses
 Penyaji mampu menguasai materi penyuluhan yang diberikan.
 Penyaji mampu menyampaikan materi dengan baik.
 Peserta mendengarkan ceramah dengan baik dan sangat berkonsentrasi
terhadap materi yang disampaikan oleh pemberi penyuluhan.
 Peserta antusias untuk bertanya dalam kegiatan penyuluhan dan
menerima penjelasan dari penyaji.
 Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan selesai
dilaksanakan.
 Tidak ada pasien/keluarga pasien yang mondar-mandir selama kegiatan
penyuluhan berlangsung
3. Hasil
 Pre penyuluhan
25% peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyaji
sebelum penyaji menyampaikan materi penyuluhan.
 Post penyuluhan
Peserta mampu menjawab pertanyaan dari penyaji yang meliputi:
a. Penyebab tb paru
b. Tanda dan gejala tb paru
c. Cara penularan tb paru
d. Penatalaksanaan tb paru
E. Media
Power point, leaflet

F. Materi
(terlampir)

MATERI
TB PARU

1. Pengertian
Menurut (Niluh Gede Yasmin Asih, 2003), tuberkulosis adalah infeksi
penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, suatu
basil aerobik tahan asam, yang ditularkan melalui udara (airbone). Menurut
(Imran Somantri, 2007) tuberkulosis paru – paru merupakan penyakit infeksi
yang menyerang parenkim paru – paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberkulosis. Penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain seperti
meningen, ginjal, tulang, dan nodus linfe.
Menurut (Elizabeth J Corwin, 2009) tuberkulosis (TB) merupakan contoh
lain infeksi saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme
Mycobacterium tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya dan membentuk
kolonisasi di bronkiolus atau alveolus, kuman juga dapat masuk ketubuh
melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar yang tidak dipasteurisasi,
atau kadang-kadang melaui lesi kulit.
Menurut (Chris Brooker, 2009) tuberkulosis adalah infeksi granulomatosa
kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis (tipe manusia),
suatu basil tahan asam (BTA). Jenis lainnya meliputi M. Bovis (sapi) dan
mikobakterium altipis misalnya M. Avium intracellulare dan M. Kansasii.
Menurut (Diane C. Baughman, 2000) tuberkulosis (TB) adalah penyakit
yang terutama disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosi.

2. Klasifikasi
a. Pembagian secara patologis :
• Tuberkulosis primer ( Child hood tuberculosis ).
• Tuberkulosis post primer ( Adult tuberculosis ).
b. Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :
• Tuberkulosis Paru BTA positif.
• Tuberkulosis Paru BTA negative
c. Pembagian secara aktifitas radiologis :
• Tuberkulosis paru (Koch pulmonal) aktif.
• Tuberkulosis non aktif .
• Tuberkulosis quiesent (batuk aktif yang mulai sembuh)
d. Pembagian secara radiologis ( Luas lesi )
• Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat non
kapitas pada satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak
melebihi satu lobus paru.
• Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya kapitas dengan
diameter tidak lebih dari 4 cm, jumlah infiltrat bayangan halus tidak
lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari satu
pertiga bagian satu paru.
• For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas yang
melebihi keadaan pada moderateli advanced tuberculosis.
e. Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat pada tahun 1974 American
Thorasic Society memberikan klasifikasi baru:
• Kategori O, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat
kontak tidak pernah, tes tuberculin negatif.
• Kategori I, yaitu terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya
infeksi, disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif.
• Kategori II, yaitu terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit.
• Kategori III, yaitu terinfeksi tuberculosis dan sakit.
f. Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori :
• Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan
kasus baru dengan batuk TB berat.
• Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal dengan
sputum BTA positf.
• Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan
paru yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut
dalam kategori I.
• Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.

3. Etiologi
Mycobacterium tuberkulosis merupakan jenis kuman berbentuk batang
berukuran panjang 1 – 4 mm dengan tebal 0,3 – 0,6 mm. Sebagian besar
komponen M. Tuberkulosis adalah berupa lemak / lipid sehingga kuman
mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor
fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang
banyak oksigen. Oleh karena itu, M. Tuberkulosis senang tinggal di daerah
apeks paru – paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi
tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis.

Saluran pernafasan dari hidung sampai ke bronchiolus dilapisi oleh


membran mukosa bersilia, ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka
dari itu; disaring, dihangatkan, dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan
fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat,
bersilia, dan bersel goblet. Permukaan epitel dilapisi oleh lapisan mukus yang
disekresi oleh sel goblek dan kelenjar serosa. Partikel-partikel debu yang kasar
dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung,
sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia
mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan ke
superior dalam sistem pernapasan bagian bawah menuju ke faring. Dari sinilah
lapisan mukus akan tertelan atau di batukkan keluar. Air untuk kelembaban
diberikan untuk lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplay ke udara
inspirasi berasal dari jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah.
Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedimikian rupa sehingga bila udara
mencapai faring hampir bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, dan
kelembabannya mencapai 100%. Udara mengalir dari faring menuju laring
atau kotak suara. Larynx merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang
dihubungkan untuk otot dan mengandung pita suara. Di antara pita suara
terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trachea dan
dinamakan glotis. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian
atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
Meskipun laring merupakan dianggap berhubungan fungsi, tetapi
fungsinya sebagai organ pelindung jauh lebih penting. Pada waktu menelan,
gerakan laring ke atas, penutupan glotis dan fungsi seperti pintu pada aditus
laring dan epiglotis yang berbentuk daun, berperan untuk mengarahkan
makanan dan cairan masuk ke dalam esofagus. Namun jika benda asing masih
mampu masuk melalui glotis, maka larynx yang mempunyai fungsi batuk akan
membantu menghalau benda asing dan sekret keluar dari saluran pernapasan
bagian bawah. Trachea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentu
seperti sepatu 5 inchi. Struktur kuda yang panjangnya trachea dan bronchus
dianalogkan dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan pohon
tracheal bronchial. Tempat percabangan trachea menjadi cabang utama
bronchus kiri dan cabang utama bronchus kanan dinamakan Karina. Karena
banyak mengandung saraf dan dapat menimbulkan broncho spasme hebat dan
batuk, kalau saraf-saraf terangsang. Cabang utama bronchus kanan dan kiri
tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek lebih besar dan merupakan
lanjutan trachea, yang arahnya hampir vertikal. Baliknya bronchus kiri lebih
panjang, lebih sempit dan merupakan lanjutan trachea yang dengan sudut yang
lebih paten, yang mudah masuk ke cabang utama bronchus kanan kalau udara
tidak tertahan pada mulut atau hidung. Kalau udara salah jalan, maka tidak
masuk ke dalam paru-paru kiri, sehingga paru-paru akan kolaps.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi
segumen bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai pada cabang terkecil
yang dinamakan bronchioulus terminalis yang merupakan cabang saluran
udara terkecil yang mengandung alveolus.Semua saluran udara di bawah
tingkat bronchiolus terminalis disbut saluran penghantar udara ke tempat
pertukaran gas-gas di luar bronchiolus terminalis. Terdapat asinus yang
merupakan unit fungsional paru-paru tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari
bronchiulus respiratorius yang kadang-kadang memiliki kantong udara kecil
atau alveoli yang berhasil dari dinding mereka, puletus alviolaris yang
seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan saccus alveolus hanya mempunyai satu
lapisan sel saja yang tebal garis tengahnya lebih kecil dibandingkan dengan
tebal garis tengah sel darah merah. Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300
juta alveolus dengan luas permukaan seluas lapangan tenis. Tetapi alveolus
dilapisi oleh zat lipoprotein yang dinamakan surfakton, yang dapat mengurangi
tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan
inspirasi, mencegah kolaps pada alveolus pada waktu ekspirasi.
Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terletak di
dalam rongga thoraks. Setiap paru-paru mempunyai apex dan basic. Pembuluh
darah paru-paru dan bronchial, syaraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru-
paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru-paru. Diantara pleura parietal
dan pleura viceral, terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang
memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama
respirasi, dan mencegah pemisahan thoraks dan paru-paru. Paru-paru
mempunyai 2 sumber suplay darah yaitu
1.) Arteri bronkhialis.
2.) Arteri pulmonalis.

4. Manifestasi Klinis
Pada banyak individu yang terinfeksi tuberkulosis adalah asimtomatis.
Pada individu lainnya, gejala berkembang secara bertahap sehingga gejala
tersebut tidak dikenali sampai penyakit telah masuk tahap lanjut.
Bagaimanapun gejala dapat timbul pada individu yang mengalami
imunosupresif dalam beberapa minggu setelah terpajan oleh basil.
Menurut Jhon Crofton (2002) gejala klinis yang timbul pada pasien
Tuberculosis berdasarkan adanya keluhan penderita adalah :
a. Batuk lebih dari 3 minggu
Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses
destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun,
keluhan ini dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak
lambat. Batuk pada Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan
penyakit, karena sekret masih sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.
b. Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit,
kemudian berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen
(kuning hijau) dan menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan.
c. Batuk Darah
Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah
sampai berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk.
Penyebabnya adalah akibat peradangan pada pembuluh darah paru dan
bronchus sehingga pecahnya pembuluh darah.
d. Sesak Napas
Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru.
Merupakan proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan.
e. Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi
gesekan pada dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan
pleuritis dan tegangan otot pada saat batuk.
f. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang
disebabkan oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.
g. Demam dan Menggigil
Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu
reaksi umum dari proses infeksi.
h. Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang
timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.

i. Rasa lelah dan lemah


Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.
j. Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari
Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit
Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses
telah lanjut.
Gambaran klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Gejala respiratorik, meliputi :
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian
berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah
segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena
pecahnya pembuluh darah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothorakx, anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang
ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala Sistemik, meliputi :
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore
dan malam hari mirip dengan influenza, hilang timbul dan makin lama
makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin
pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain adalah keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan serta malaise.

5. Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi.
Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka
terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagaian tubuh lainnya (ginjal, tulang,
korteks serebri), dan area paru – paru lainnya (lobus atas).
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
(neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri, limposit spesifik
tuborkulosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi
jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan
bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi dua sampai sepuluh minggu
setelah pemajanan.
Masa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan
basil yang masih hidup dan yang sudah mati di kelilingi oleh makrofag yang
membentuk dinding protektif granulomas diubah menjadi masa jaringan
fibrosa. Bagian sentral dari masa fibrosa ini di sebut tuberkel ghon. Bahan
(bakteri dan makropag) menjadi nekrotik, membentuk masa seperti keju. Masa
ini dapat mengalami kalsifikasi, membentuk sekar kolagenosa. Bakteri
menjadi dorman tanpa perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit
aktif karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respon sistem imun.
Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri
dorman. Bakteri kemudian menjadi tersebar diudara, mengakibatkan
penyebaran penyakit lebih jauh tuberkel yang memecah, membentuk jaringan
parut. Paru – paru yang terinfeksi lebih membengkak mengakibatkan
terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.
Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat
mengarah kebawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang
berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama
ketika penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang
diperbaharui. Hanya sekitar 10 % individu yang awalnya terinfeksi mengalami
penyakit aktif.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
• Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada
tahap aktif penyakit
• Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
• Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi
intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya
antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berani bahwa
TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh
mikobakterium yang berbeda.
• Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine
dan cairan serebrospinal, biopsi kulit): Positif untuk Mycobacterium
tuberculosis.
• Biopsi jarum pada jaringan paru: Positif untuk granuloma TB;
adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
• Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya
infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi
air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
• Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan
rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi
oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan
jaringan paru dan penyakit pleural (Tuberkulosis paru kronis luas).
b. Pemeriksaan Radiologis
Foto thorak: Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan
menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
7. Pathway
8. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan TBC adalah harus kombinasi, tidak boleh terputus-
putus dan jangka waktu yang lama. Di samping itu maka perkembangan
ekonomi tersebut dikenal 2 (dua) macam alternatif pengobatan.
• Paduan obat jangka panjang dengan lama pengobatan 18 – 24 bulan, obat
relatif murah.
• Pengobatan intensif : setiap hari 1 – 3 bulan INH +, Rifampicin +
Streptomicyn dan diteruskan dengan.
• Pengobatan intermitten dua kali seminggu sampai satu tahun : INH +
Rifampicin atau Ethambutol.
• Paduan obat jangka pendek dengan lama pengobatan 6 – 9 bulan obat
relatif murah.
• Pengobtan intensif: tiap hari selama 1 – 2 bulan INH + Rifampicin +
Streptomicyn atau Pirazinamid, dan diteruskan dengan
• Pengobatan intermitten 2 – 3 kali seminggu selama 4 – 7 bulan : INH
+ Rifampicin atau Ethambutol atau Streptomycin.
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Niluh Gede Yasmin. 2003. Keperawatan Medikal Bedah : Klien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku dari Brunner
dan Suddart. Jakarta : EGC
Brooker Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Volume 1 & 2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC
Crofton, John. 2002. Pedoman penanggulangan Tuberkulosis, Widya Medika :
Jakarta.
Departeman Kesehatan. Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta :
FKUI.
Price, S., & Wilson. 2003. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit,
Edisi.2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai