PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan, penggunaan
sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama menghindarkan
rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kwalitas persyaratan tegangan yang harus dipenuhi oleh
PT PLN Persero selaku pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam UU
ketenagalistrikan No 30 tahun 2009.
Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang
digunakan di Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM wajib memenuhi kriteria enjinering
keamanan ketenagalistrikan, termasuk didalamnya adalah jarak aman minimal antara Fase
dengan lingkungan dan antara Fase dengan tanah, bila jaringan tersebut menggunakan
Saluran Udara atau ketahanan Isolasi jika menggunakan Kabel Udara Pilin Tegangan
Menengah atau Kabel Bawah Tanah Tegangan Menengah serta kemudahan dalam hal
pengoperasian atau pemeliharaan Jaringan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) pada
jaringan utama. Hal ini dimaksudkan sebagai usaha menjaga keandalan kontinyuitas
pelayanan konsumen.
Ukuran dimensi konstruksi selain untuk pemenuhan syarat pendistribusian daya, juga wajib
memperhatikan syarat ketahanan isolasi penghantar untuk keamanan pada tegangan 20 kV.
Lingkup Jaringan Tegangan Menengah pada sistem distribusi di Indonesia dimulai dari
terminal keluar (out-going) pemutus tenaga dari transformator penurun tegangan Gardu
Induk atau transformator penaik tegangan pada Pembangkit untuk sistem distribusi skala
kecil, hingga peralatan pemisah/proteksi sisi masuk (in-coming) transformator distribusi 20
kV - 231/400V.
1
1.2 TUJUAN
Tujuan umum dari laporan ini adalah mahasiswa akan dapat menjelaskan tentang inspeksi
gardu tiang trafo.Sedangkan tujuan khusus laporan ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan komponen dalam gardu induk trafo
2. Mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam gardu ditribusi
3. Mahasiswa dapat menjelaskan jaringan tegangan menengah
4. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pemeliharaan gardu tiang trafo
2
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 GARDU TRAFO TIANG (GTT)
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source)
sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah; 1) pembagian atau
penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan 2) merupakan sub sistem
tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-
pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi. Tenaga listrik yang
dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengantegangan dari 11 kV sampai 24 kV
dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70
kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi.
Gardu Trafo Tiang merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi yang
berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk membagikan atau
mendistribusikan tenaga listrik pada beban atau konsumen baik konsumen tegangan
menengah maupun konsumen tegangan rendah. Gardu Trafo Tiang adalah merupakan salah
satu komponen instalasi tenaga listrik yang terpasang di jaringan distribusi dan berlokasi
dekat dengan konsmen. Berfungsi sebagai trafo daya penurun tegangan dari tegangan
menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya tegangan tersebut disalurkan ke konsumen.
Mengingat fungsi dan harga trafo tersebut cukup mahal bila dibandingkan dengan peralatan
distribusi lainnya, maka pemeliharaan preventif yang dilakukan secara intensif, dengan
kriteria pemeliharaan yang jelas untuk setiap komponen GTT dan ditangani oleh tenaga yang
terampil dengan peralatan yang memadai agar pemeliharaan tersebut berjalan dengan efektif.
Gardu Trafo Tiang (GTT) berlokasi dekat dengan konsumen , trafo dipasang pada tiang
listrik dan menyatu dengan jaringan listrik. Untuk mengamankan trafo pada sistemnya, GTT
dilengkapi dengan unit-unit pengaman yang ditempatkan pada Pengaman Hubung Bagi
Tegangan Rendah (PHB-TR). Trafo daya step down berfungsi untuk menurunkan tegangan
menengah 20kV ke tegangan rendah 220/380V.
3
BAB III
PEMBAHASAN
4
1.1 Transformators Completely Self Protected (CSP)
adalah transformator distribusi yang sudah dilengkapi dengan Pengaman Lebur (fuse)
pada sisi primer dan LBS (Load Break Switch) pada sisi sekunder.
Spesifikasi teknis transformator ini merujuk pada SPLN No 95: 1994 dan SPLN
D3.002-1: 2007.
5
2. Pemutus beban – Load Break Switch (LBS)
Berfungsi sebagai pemutus atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemutus beban dapat
dioperasikan dalam keadaan berbeban dan terpasang pada kabel masuk atau keluar gardu
distribusi.
Kubikel LBS dilengkapi dengan sakelar pembumian yang bekerja secara interlock
dengan LBS. Untuk pengoperasian jarak jauh (remote control), Remote Terminal Unit
(RTU) harus dilengkapi catu daya penggerak.
3. Pemutus Tenaga - Circuit Breaker (CB)
Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung arus listrik dengan cepat dalam keadaan
normal maupun gangguan hubung singkat. Peralatan Pemutus Tenaga (PMT) ini sudah
dilengkapi degan rele proteksi arus lebih (Over Current Relay) dan dapat difungsikan
sebagai alat pembatas beban. Komponen utama PHB-TM tersebut diatas sudah terakit
dalam kompartemen kompak (lengkap), yang sering disebut Kubikel Pembatas Beban
Pelanggan.
4. LBS - TP (Transformer Protection)
Transformator distribusi dengan daya ≤ 630 kVA pada sisi primer dilindungi pembatas
arus dengan pengaman lebur jenis HRC (High Rupturing Capacity).
Peralatan kubikel proteksi transformator, dilengkapi dengan LBS yang dipasang sebelum
pengaman lebur.
Untuk gardu kompak, komponen proteksi dan LBS dapat saja sudah terangkai sebagai
satu kesatuan, dan disebut Ring Main Unit (RMU).
6
4. PHB sisi Tegangan Rendah (PHB-TR)
PHB-TR adalah suatu kombinasi dari satu atau lebih Perlengkapan Hubung Bagi
Tegangan Rendah dengan peralatan kontrol, peralatan ukur, pengaman dan kendali yang
saling berhubungan. Keseluruhannya dirakit lengkap dengan sistem pengawatan dan
mekanis pada bagian-bagian penyangganya.
Secara umum PHB TR sesuai SPLN 118-3-1–1996,untuk pasangan dalam adalah jenis
terbuka. Rak TR pasangan dalam untuk gardu distribusi beton. PHB jenis terbuka
adalah suatu rakitan PHB yang terdiri dari susunan penyangga peralatan proteksi dan
peralatan Hubung Bagi dengan seluruh bagian-bagian yang bertegangan, terpasang
tanpa isolasi. Jumlah jurusan per transformator atau gardu distribusi sebanyak-
banyaknya 8 jurusan, disesuaikan dengan besar daya transformator dan Kemampuan
Hantar Arus ( KHA ) Penghantar JTR yang digunakan. Pada PHB-TR harus
dicantumkan diagram satu garis,
arus pengenal gawai proteksi dan kendali serta nama jurusan JTR.
Sebagai peralatan sakelar utama saluran masuk PHB-TR, dipasangkan Pemutus Beban
(LBS) atau NFB (No Fused Breaker).
Pengaman arus lebih (Over Current) jurusan disisi Tegangan Rendah pada PHB-TR
dibedakan atas :
1. No Fused Breaker (NFB)
No Fused Breaker adalah breaker/pemutus dengan sensor arus, apabila ada arus
yang melewati peralatan tersebut melebihi kapasitas breaker, maka sistem
magnetik dan bimetalic pada peralatan tersebut akan bekerja dan memerintahkan
breaker melepas beban.
2. Pengaman Lebur (Sekering)
Pengaman lebur adalah suatu alat pemutus yang dengan meleburnya bagian dari
komponennya yang telah dirancang dan disesuaikan ukurannya untuk membuka
rangkaian dimana sekering tersebut dipasang dan memutuskan arus bila arus
tersebut melebihi suatu nilai tertentu dalam jangka waktu yang cukup (SPLN
64:1985:1).
Fungsi pengaman lebur dalam suatu rangkaian listrik adalah untuk setiap saat
menjaga atau mengamankan rangkaian berikut peralatan atau perlengkapan yang
tersambung dari kerusakan, dalam batas nilai pengenalnya (SPLN 64:1985:24).
Berdasarkan konstruksinya Pengaman Lebur untuk Tegangan Rendah dapat
digolongkan menjadi :
7
1. Pelebur Tabung Semi Terbuka
Pelebur ini mempunyai harga nominal sampai 1000 Ampere.
Penggunaannya sebagai pengaman pada saluran induk Jaringan Tegangan
Rendah, saluran induk Instalasi Penerangan maupun Instalasi Tenaga.
Apabila elemen lebur dari pelebur ini putus dapat dengan mudah diganti.
2. Pelebur Tabung Tertutup (tipe NH atau NT)
Jenis pengaman lebur ini paling banyak digunakan. Pemilihan besar rating
pengaman pelebur sesuai dengan kapasitas transformator dan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
4. Peralatan Pengukur
1. Transformator Tegangan - Potential Transformator (PT)
Fungsinya adalah mentransformasikan besaran Tegangan Tinggi ke besaran
Tegangan Rendah guna pengukuran atau proteksi dan sebagai isolasi antara sisi tegangan
yang diukur atau diproteksikan dengan alat ukurnya / proteksinya. Faktor yang harus
diperhatikan dalam pemilihan transformator tegangan adalah batas kesalahan
transformasi dan pergeseran sesuai tabel dibawah ini :
8
Burden, yaitu beban sekunder dari transformator tegangan (PT), dalam hal ini sangat
terkait dengan kelas ketelitian PT-nya. Untuk instalasi pasangan dalam; lazimnya
transformator tegangan sudah terpasang pada kubikel pengukuran.
2. Transformator Arus - Current Transformator (CT)
Transformator arus (Current Transformer- CT) adalah salah satu peralatan di Gardu
Distribusi, fungsinya untuk mengkonversi besaran arus besar ke arus kecil guna
pengukuran sesuai batasan alat ukur, juga sebagai proteksi serta isolasi sirkit sekunder
dari sisi primernya.
Faktor yang harus diperhatikan pada instalasi transformator arus adalah Beban
(Burden) Pengenal dan Kelas ketelilitian CT. Disarankan menggunakan jenis CT
yang mempunyai tingkat ketelitian yang sama untuk beban 20% - 120% arus
nominal. Nilai burden, kelas ketelitian untuk proteksi dan pengukuran harus merujuk
pada ketentuan/persyaratan yang berlaku. Konstruksi transformator arus dapat terdiri
lebih dari 1 kumparan primer (double primer).
Untuk konstruksinya sama halnya dengan transformator tegangan, transformator
arus pasangan luar memiliki konstruksi lebih besar/kokoh dibandingkan konstruksi
pasangan dalam yang umumnya built in (atau akan dipasangkan) dalam kubikel
pengukuran.
9
Arrester (LA) sesudah Fused Cut Out, dipilih Fuse Link tipe–H. jika sebelum Fused Cut
Out (FCO) dipilih Fuse Link tipe–K.
Sesuai Publikasi IEC 282-2 (1970)/NEMA) di sisi primer berupa pelebur jenis pembatas
arus. Arus pengenal pelebur jenis letupan (expulsion) tipe-H (tahan surja kilat) tipe-T
(lambat) dan tipe-K (cepat) menurut publikasi IEC No. 282-2 (1974) – NEMA untuk
pengaman berbagai daya pengenal transformator, dengan atau tanpa koordinasi dengan
pengamanan sisi sekunder.
2. Lightning Arester (LA)
Untuk melindungi Transformator distribusi, khususnya pada pasangan luar dari tegangan
lebih akibat surja petir. Dengan pertimbangan masalah gangguan pada SUTM,
Pemasangan Arester dapat saja dipasang sebelum atau sesudah FCO
Untuk tingkat IKL diatas 110, sebaiknya tipe 15 KA. Sedang untuk perlindungan
Transformator yang dipasang pada tengah-tengah jaringan memakai LA 5 KA, dan di
ujung jaringan dipasang LA – 10 KA.
10
3. Konektor
Konektor adalah komponen yang
dipergunakan untuk menyadap atau
mencabangkan kawat penghantar SUTM ke
gardu. Jenis konektor yang digunakan untuk
instalasi gardu ini ditetapkan menggunakan
Live Line Connector (sambungan yang bisa
dibuka- pasang) untuk memudahkan
membuka/memasang pada keadaan
bertegangan.Penyadapan trafo dari SUTM dan pencabangan harus di depan tiang
peletakan trafo dari arah Pembangkit Listrik / Gardu Induk.
11
Unit Trafo. Besar arus sambungan SUTM menuju ke saluran trafo distribusi sisi
primer dihitung berdasarkan besar kapasitas daya trafo terpasang.
12
1.4KOMPONEN UTAMA KONSTRUKSI SUTM
1. Penghantar
1.1 Penghantar Telanjang (BC : Bare Conductor)
Konduktor dengan bahan utama tembaga(Cu) atau alluminium (Al) yang di pilin
bulat padat , sesuai SPLN 42 -10 : 1986 dan SPLN 74 : 1987
Pilihan konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade ini adalah AAC
atau AAAC. Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum
memungkinkan penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik.
1.2 Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)
Konduktor dengan bahan utama aluminium ini diisolasi dengan material XLPE
(croslink polyetilene langsung), dengan batas tegangan 6 kV dan harus memenuhi
SPLN No 43-5-6 tahun 1995
1.3 Penghantar Berisolasi Penuh (Three single core)
13
1.4. Isolator
Pada jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar bertegangan dengan tiang
penopang/travers dibedakan untuk jenis konstruksinya adalah :
Cut Out berfungsi untuk opersai dan sebagai unit trafo, cara kerjanya membuka dan
menutup saluran ke GTT, untuk mengoperasikan harus memakai tongkat khusus
(stick) dan prinsip kerjanya seperti sakelar CO sebagai pengamanan trafo atau GTT,
karena unit CO dilengkapi dengan Fuse Link dan akan bekerja atau putus apabila
dilewatioleh arus listrik yang lebih besar dari kapasitasnyaProses putusnya Fuse
Link, bias disebabkan karena: SUTM terkena surja petir dan merambat pada saluran
14
masukan GTT. Pada saat ada gangguan hubung singkat pada saluran ke trafo atau
pada unit trafonya. Saluran pengahantar dari SUTM ke CO memakai kabel jenis
NYAF. Besar kapasitas CO tergantung dari besar Fuse Link, dan besar Fuse Link
harus disesuaikan dengan daya trafo, dan berfungsi sebagai pengaman(seperti pada
fuse atau sekering). Apabila terjadi gangguan pada unit trafo maka fuse link akan
putus, dan bisa diganti. Besar fuse link dari PLN adalah 3, 6, 10 A., karena disuaikan
dengan besar kapasitas Trafo Distribusi milik PLN.
1. Spesifikasi Penghantar
Konstruksi menggunakan penghantar telanjang AAC dan AAAC. Untuk kawat petir
(shield/earth wire) dipakai penghantar dengan luas penampang 16 mm2.
Kawat ACSR digunakan untuk kondisi geografis tertentu (antara lain memerlukan
bentangan melebihi jarak standar untuk memperkecil andongan dan memperkuat
gaya mekanis).
2. Spesifikasi Konstruksi Tiang
Spesifikasi tiang kayu yang dapat digunakan pada jaringan distribusi harus
memenuhi SPLN 115:1995 tentang Tiang kayu untuk jaringan distribusi. Spesifikasi
Tiang besi yang dapat dipergunakan pada Saluran Udara Tegangan Menengah ,
sesuai SPLN 54 : 1983 tentang Standar Tiang Besi Baja dapat dilihat pada tabel 3.1.
15
Sedang untuk tiang beton, tipe tubular sesuai SPLN 93 : 1991 tentang Tiang Beton
Pratekan untuk jaringan distribusi, spesifikasi konstruksi tiang beton penampang
bulat dapat dilihat pada tabel 3.2
3. Jenis Isolator
Isolator tumpu dan isolator tarik yang digunakan dapat dengan material dasar keramik
atau gelas ataupun polimer. Dimensi dan kekuatan jenis-jenis isolator tumpu dan tarik
dapat dilihat pada gambar konstruksi
4. Jenis Konektor
Konektor adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyambung kawat penghantar.
Jenis konektor yang digunakan ada beberapa macam yaitu :
a. Joint Sleeve Connector (Sambungan Lurus)
b. Paralel Groove Connector (Sambungan Percabangan)
c. Live Line Connector (Sambungan Sementara yang bisa dibuka pasang)
Joint sleeve adalah jenis konektor yang digunakan untuk sambungan penghantar pada
posisi lurus. Tap connector adalah jenis konektor yang digunakan untuk sambungan
penghantar pada titik pencabangan.
Live Line connector adalah jenis konektor yang digunakan untuk pekerjaan dalam
keadaan bertegangan (PDKB).
5. Peralatan Hubung (Switching)
Pada jaringan SUTM digunakan juga peralatan switching untuk optimasi operasi
distribusi. Sesuai karakteristiknya, peralatan hubung dapat dibedakan atas :
1. Pemisah (Disconnecting Switch = DS)
2. Pemutus beban (Load Break Switch = LBS)
16
6. Peralatan Proteksi Jaringan SUTM
1. Pemisah dengan pengaman lebur (Fused Cut-Out )
2. Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser)
3. Saklar Seksi otomatis (Automatic Sectionalizer)
4. Penghantar tanah (Shield Wire)
1.6 Ruang Bebas (Right Of Way) dan Jarak Aman (Safety Distance)
Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif/fase dari jaringan terhadap benda-benda
disekelilingnya baik secara mekanis atau elektromagnetis yang tidak memberikan
pengaruh membahayakan. Secara rinci Jarak aman jaringan terhadap bangunan lain
dapat dilihat pada tabel 4.1
Khusus terhadap jaringan telekomunikasi, jarak aman minimal adalah 1 m baik
vertikal atau horizontal. Bila dibawah JTM terdapat JTR, jarak minimal antara JTM
dengan kabel JTR dibawahnya minimal 120 cm
17
c). Konstruksi tiang sudut besar dengan sudut lintasan 30°- 60° dan
kelengkapannya
Konstruksi ini memakai 6 set isolator tarik, 3 buah isolator tumpu dan 2
buah cross arm UNP 10 x 2200.
d). Konstruksi tiang sudut besar dengan sudut lintasan 60°- 90° dan
kelengkapannya
Konstruksi ini memakai 6 set isolator tarik, 1 buah isolator tumpu dan 4 buah cross
arm UNP 10 x 2000.
e). Konstruksi tiang awal (Riser Pole) dan kelengkapannya
Konstruksi tiang awal ini dipasang pada awal jaringan dimana terdapat kabel
naik dari gardu induk/pusat listrik. Pada tiang ini terpasang 3 set isolator
tarik, 2 buah cross arm UNP 10 x 2000, lightning arrester, pipa galvanis
pelindung kabel diameter 4 inci, dan instalasi pembumian. Kekuatan tiang
disesuaikan dengan besarnya penampang penghantar yang digunakan.
f). Konstruksi tiang Peregang (Tension Pole) dan kelengkapannya
Konstruksi tiang peregang ini di pasang pada tiap-tiap 10 gawang
jaringan. Kekuatan tiang (Working Load) sama dengan kekuatan tiang
awal atau tiang dengan kekuatan tiang lebih kecil namun harus di tambah
2 set konstruksi Topang tarik dengan arah berlawanan. Pada konstruksi ini
terpasang 6 set isolator tarik, 3 buah isolator tumpu dan 2 buah cross arm
UNP 10 x 2000.
g). Konstruksi tiang pencabangan ( Tee- Off Pole)
Konstruksi ini adalah gabungan antara konstruksi tiang penumpu dan
tiang awal tanpa lightning arrester, kabel naik, namun di tambah dengan 1
buah isolator tumpu dan 1 set Topang tarik, jika tidak memungkinkan
penggantian tiang dengan kekuatan tarik yang lebih besar.
h). Konstruksi saklar tiang (Pole Switch)
Konstruksi ini di pasang untuk maksud - maksud manuver jaringan atau
pemeliharaan . Terdapat 2 jenis saklar tiang
Pole Top Switch yang hanya berfungsi sebagai pemisah.
Pole Top Load Break Switch yang berfungsi sebagai pemutus beban.
Konstruksi ini memakai tiang dengan kekuatan tarik sekurang-kurangnya
350 daN. Semua BKT harus di bumikan.
18
i). Konstruksi Pembumian.
Bagian-bagian yang harus dibumikan adalah Bagian Konduktif Terbuka
konstruksi tiang untuk setiap 3 gawang dan instalasi lightning arrester.
Konstruksi ini memakai penghantar pembumian jenis tembaga, bimetal
joint, penghantar alumunium dan elektroda pembumian.
j). Konstruksi tiang akhir (End Pole).
Konstruksi tiang akhir ini sebagaimana konstruksi tiang awal dengan atau
tanpa kabel naik. Tiang yang di pakai dengan kekuatan tarik sesuai
penampang penghantar atau dengan kekuatan tarik lebih kecil di tambah
konstruksi topang tarik.
k). Konstruksi penopang tiang
Terdapat 3 macam konstruksi penopang tiang yang dipakai :
- Topang tarik ( Down Guy Wire / Trekskur)
- Topang tekan (Strut Pole / Drukskur)
- Kontramast (Span Guy Wire)
2.1.2. Konstruksi SUTM Sirkit Ganda
Konstruksi SUTM sirkit ganda pada dasarnya sama dengan konstruksi
SUTM sirkit tunggal, dengan pertimbangan sebagai berikut :
1) Panjang tiang sekurang-kurangnya 12 meter.
2) Posisi tiang sudut, tiang akhir harus diperkuat dengan konstruksi
penopang.
3) Tidak menggunakan satu tiang awal untuk atau arus kabel naik TM.
4) Kebutuhan material konstruksi menjadi dua kali lebih banyak pada satu
tiang konstruksi.
5) Tidak memasang saklar tiang pada tiang yang sama.
6) SUTM dioperasikan dari Transformator yang sama.
7) Instalasi Load Break Switch pada jaringan SUTM Lurus
2.1.3. Konstruksi Penopang Tiang
a). Instalasi guywire/treckschoor
Konstruksi ini ditujukan untuk penambahan kekuatan tiang agar dapat
``memikul beban mekanisnya. Jenis konstruksi penopang tiang adalah :
• Konstruksi guy wire/treckschoor.
• Konstruksi down Guy wire/treckschoor ( topang tarik ).
• Konstruksi over head guy wire/treckschoor ( kontramast).
• Konstruksi drukschoor / Strut Pole.
19
• Instalasi patok guywire/treckschoor.
b). Konstruksi penghantar pengikat (bending wire) SUTM pada isolator
tumpu dengan menggunakan bending wire atau Preformed Tie
c). Konstruksi transisi SUTM horizontal ke SUTM Vertikal
SUTM vertikal digunakan bilamana jarak aman penghantar dengan
bangunan sekitarnya sangat terbatas sehingga tidak dimungkinkan
pemasangan cross arm horizontal. Konstruksi isolator yang berjajar
vertikal – menggunaan tiang beton dengan panjang tinggi 12 m.
Konstruksi SUTM Underbuild pada SUTM eksisting tiang 11 m,
sebaiknya dihindari mengingat kemungkinan dipakai bersama Jaringan
Tegangan Rendah.
d). Konstruksi Khusus
Konstruksi SUTM crossing sungai/tebing dengan menggunakan 3 tiang
beton 500 daN untuk bentang maksimum 70 m.
Konstruksi SUTM crossing sungai / tebing dengan menggunakan 4 tiang
500 daN beton untuk bentang maksimum 70 m.
Konstruksi ini tidak distandarkan mengingat sifatnya dalah konstruksi
khusus.
2.2. Konstruksi SUTM sistem 4 Kawat ( Jaringan SUTM dengan Penghantar
Netral )
Konstruksi SUTM sistem 4 kawat merupakan konstruksi SUTM dengan ciri-
ciri pemakaian panghantar Netral pada sistem Tegangan Menengah yang di
bumikan pada tiap-tiap tiang. Penghantar Netral sisi Tegangan Menengah ini
juga merupakan penghantar Netral sisi Tegangan Rendah, sehingga
dinamakan sistem distribusi dengan Penghantar Netral Bersama ( Multi
Grounded Common Netral ).
Pada sistem ini konstruksi satuan udara menggunakan banyak model
konstruksi , vertikal, delta, horizontal simetris, baik untuk konstruksi Fasa-3
maupun Fasa-1.
2.2.1. Konstruksi SUTM Tunggal
a). Konstruksi Tiang Penumpu dan Kelengkapannya
Konstruksi dipasang vertikal, Delta, Horizontal. Untuk konstruksi
Vertikal dan Delta memakai Cross Arm Pole Mounted Bracket dengan
Post Insulator, Line Post dan String Insulator. Sementara Penghantar
20
Netral memakai konstruksi Insulator Shak’le ANSI 53-4 dan Pin 52-2,
dan di bumikan pada tiap tiang.
b). Konstruksi tiang Sudut kecil
Pada konstruksi Fasa-1 dengan Pole Mounting Bracket dan Horizontal
Bracket memakai isolator jenis Post type dan Penghantar Netral
memakai insulator Rusi 52-2 (0° - 10°) dan Ansi 53-4 (10° - 25°).
Untuk sudut lintasan sampai dengan 30°, memakai 2 buah Horizontal
Bracket.
Untuk Fasa-3 sama dengan konstruksi Fasa-3 sistem 3 kawat pada butir
IV.2.1.
c). Konstruksi tiang Awal
Konstruksi tiang awal Fasa-3 pada sistem 4 kawat sama dengan uraian
pada butir IV.2.1 hanya terdapat batasan isolator Ansi 53-4 untuk
Penghantar Netral.
d). Konstruksi tiang Peregang
Konstruksi tiang peregang hanya dipakai pada sistem Fasa-3 dengan
uraian sama dengan butir IV.2.1.
( Di dalam aplikasi sistem Fasa-3 – 4 kawat ini di Jawa Tengah tidak
mengenal konstruksi Tiang Peregang ).
e). Konstruksi tiang Pencabangan
Pada konstruksi tiang pencabangan Fasa-1 dari Fasa-3 ( saluran utama )
memakai konstruksi Fused Cut-Out sebagai pengaman jaringan dan
konstruksi Isolator supension.
Untuk konstruksi pencabangan pada Fasa-3 konstruksi pencabangan
yang dipakai sama dengan uaraian pada butir IV.2.1.
f). Konstruksi tiang Akhir
Pada konstruksi Fasa-1, tiang akhir pada umumnya juga adalah
konstruksi gardu Trafo Fasa-1 yang dilengkapi dengan Lightning
Arrester dengan isolator suspension TM dan isolator Ansi 33-4
Penghantar netral. Sementara pada konstruksi Fasa-3 nya sama dengan
uraian pada butir IV.2.1.
Pada konstruksi Vertikal tetap memakai konstruksi Dead End Isolator
suspension.
21
g). Konstruksi Penopang Tiang
Pada sistem Fasa-3 4 kawat ini, Penopang tiang / Guy wire tidak
dilengkapi dengan isolator Guy ( TOEI Insulator ).
Pada bagian atas langsung di bumikan menjadi satu dengan pembumian
Penghantar netral.
i). Konstruksi Pembumian
Penghantar Netral di bumikan pada tiap tiang. Pembumian dengan
elektroda bumi pada konstruksi Lightning Arrester, gardu distribusi dan
pada tiap-tiap 3 gawang / jarak tiang.
Nilai satuan Pembumian tidak melebihi 10 ohm. Pada jaringan dan 1
ohm pada Lightning Arrester dan gardu.
j). Konstruksi saklar Tiang
Saklar tiang baik merupakan pemisah atau pemutus beban di bumikan
seluruh bagian konduktif terbukanya. Instalasi pembumian juga dijadikan
satu dengan pembumian Penghantar netral.
Saklar tiang dari jenis pemutus beban dilindungi terhadap akibat petir
dengan Lightning Arrester 5 KA pada sisi kiri – kananya.
2.2.2. Konstruksi SUTM Dua Sirkit (Ganda)
Konstruksi sirkit ganda pada saluran udara TM di bagi atas 2 proses :
a) Tambahan saluaran pada tiang saluran yang sudah ada
b) Konstruksi saluran ganda yang sama sekali baru
Pada tiang dengan saluran yang lama, jarak antara cross-arm lama dan
baru sekurang-kurangnya 80 cm; dengan tinggi andongan / lendutan
yang sama. Kebutuhan material sama dengan kebutuhan material untuk
sirkit tunggal, dengan tambahan topang tarik/tekan pada tiang sudut,
tiang pencabangan dan tiang akhir.
Untuk jaringan dari pusat listrik/gardu induk yang sama, kebutuhan
konstruksi pembumian dapat di paralelkan saja pada konstruksi
pembumian yang sudah ada. Untuk konstruksi saluran udara TM ganda
yang baru, kebutuhan material jaringan sebanyak 2 kali konstruksi sirkit
ganda. Instalasi pembumian dapat dijadikan satu, sementara kekuatan
tarik (Working Load) tiang sama dengan saluran dengan sirkit ganda di
tambah topang tarik. Kekuatan tarik tiang awal sekurang-kurangnya
sebesar 2 x 500 daN dengan panjang sekurang-kurangnya 12 meter.
22
2.2.3. Konstruksi SUTM Tiga Sirkit
Konstruksi SUTM 3 sirkit pada 1 tiang sebaiknya dihindari, mengingat masalah
operasi pemeliharaan dan kontinuitas pelayanan.
23
2.2 Jenis-jenis penghantar TM ( SUTM )
3 X 30 mm M100 3 X 70 mm P100
3 X 240 mm P503
24
TM1 Tiang Penyangga Lurus
TM8
Tiang Penyangga Percabangan
TM8C Tiang Penyangga Percabangan dengan CO
Lain-lain
25
26
2.4 Pemeliharaan Gardu Trafo Tiang
Tenaga Listrik merupakan suatu kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini, oleh karena
itu Tenaga Listrik harus dapat tersedia secara terus menerus dengan mutu dan keadaan
yang tinggi, untuk dapat tercapainya hal tersebut salah satu usaha adalah dengan tetap
terpeliharanya instalasi Sistem Tenaga Listrik di sisi Pembangkitan, Penyeluran dan
Distribusinya.
Sebagaimana peralatan pada umumnya, peralatan yang operasi dalam instalasi Tenaga
Listrik perlu dipelihara, hal ini bertujuan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan
tersebut, terpeliharanya instalasi tenaga listrik dengan baik dapat mempertahan mutu dan
kendala penyaluran tenaga listrik.
Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu komponen instalasi tenaga listrik
yang terpasang di Jaringan Distribusi berfungsi sebagai trafo daya penurun tegangan dari
tegangan menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya tegangan rendah tersebut
disalurkan ke konsumen. Mengingat fungsi dan harga dari trafo tersebut cukup mahal
bila dibandingkan dengan peralatan distribusi lainnya, maka pemeliharaan preventif
yang dilakukan secara intensif, dengan kriteria pemeliharaan yang jelas untuk setiap
komponen GTT dan ditangani oleh tenaga yang terampil dengan peralatan yang
memadai agar pemeliharaan tersebut berjalan dengan efektif.
1.PERALATAN
A. Peralatan Kerja
1. Toolkit
2. AVO meter
3. Squencial
4. Puller
5. Tangga
6. Peralatan K3 (helm, safety belt, sarung tangan, kacamata pengaman)
Peralatan pembersih (kain lap, vaseline)
27
2. PELAKSANAAN PEMELIHARAAN
A. Pemadaman / Pembebasan Tegangan
1. Pelaksana telah siap dengan peralatan dan material pendukung
2. Melakukan pengetesan / pengukuran
3. Tegangan (phasa to phasa, phasa to netral)
Rotasi Meter
Arus tiap phasa
4. Lapor ke operator gangguan terkait dengan rencana pemadaman listrik.
5. Jika sudah ada izin operator, maka dilakukan pelepasan beban pada sisi TR dengan
cara :
Melepas saklar utama bila LV panel dilengkapi dengan saklar utama.
Melepas fuse utama bila LV panel tidak dilengkapi dengan saklar utama.
6. Melepas fuse masing-masing jurusan pada masing-masing phasa.
7. Melepas fuse cut out (FCO) 20 kV.
8. Tes LV panel dengan voltmeter atau alat tester lainnya, apakah tegangan trafo sudah
benar-benar tidak ada.
9. Periksa / tes ulang pada JTR, apakah tidak ada tegangan dari luar.
10. Beri pengaman tegangan (grounding) pada sisi JTR.
3. Pelaksanaan Pemeliharaan
1. Periksa fisik trafo, apakah ada perubahan bentuk fisik trafo dan bila ada, sejauh
mana dapat diperbaiki segera.
2. Periksa paking dan baut penyikat.
3. Periksa minyak trafo, ambil contoh minyak trafo untuk tes.
4. Periksa kondisi bushing MV isolator .
5. Periksa kondisi bushing LV isolator.
6. Periksa semua terminal penghubung.
7. Periksa terminal netral / ground netral.
8. Periksa kran / saluran minyak trafo.
9. Bersihkan dan cuci bushing trafo dari kerak.
10. Bersihkan tabung trafo dari bekas minyak trafo yang merembes.
11. Bersikan semua terminal penghubung.
12. Tambah minyak trafo bila ada kekurangan.
13. Kencangkan semua baut pengikat.
14. Tes kondisi masing-masing phasa dengan netral menggunakan AVO meter.
28
15. Tes kondisi masing-masing kabel incoming yang menuju LV panel.
16. Periksa masing-masing terminal lug.
17. Periksa dan bersihkan masing-masing terminal pada fuse base.
18. Periksa dan bersihkan terminal pada main contactor.
19. Kencangkan semua baut pengikat pada main contactor.
20. Periksa dan bersihkan pisau / busur api pada main contactor.
21. Tes pentanahan / grounding system.
22. Bersihkan dan cuci LV panel dari debu dan kotoran lain yang melekat.
29
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Gardu Trafo Tiang merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi yang
berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk membagikan atau
mendistribusikan tenaga listrik. Standard Operation Prosedure (SOP) adalah suatu petunjuk
pengoperasian/ pemeliharaan GTT 20 kV dengan baik dan benar. Gardu Trafo Tiang (GTT)
berfungsi sebagai trafo daya penurun tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah,
dan selanjutnya tegangan tersebut disalurkan ke konsumen.
Gardu distribusi dapat dibedakan dari beberapa hal yang diantaranya :
1. Gardu Hubung
2. Gardu Trafo
3. Gardu Open Type (Gardu Sel)
4. Gardu Tembok (Gardu Beton)
5. Gardu Kios (Gardu Besi)
6. Gardu Trafo
7. Gardu Open Type (Gardu Sel)
8. Gardu Tembok (Gardu Beton)
9. Gardu Kios (Gardu Besi)
Sebagaimana peralatan pada umumnya, peralatan yang operasi dalam instalasi Tenaga
Listrik perlu dipelihara. Mengingat fungsi dan harga dari trafo tersebut cukup mahal bila
dibandingkan dengan peralatan distribusi lainnya, maka pemeliharaan preventif yang
dilakukan secara intensif, dengan kriteria pemeliharaan yang jelas untuk setiap komponen
GTT dan ditangani oleh tenaga yang terampil dengan peralatan yang memadai agar
pemeliharaan tersebut berjalan dengan efektif.
30
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis dan pembaca
yang dapat diuraikan sebagai berikut.
Bagi penulis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi penulis
mengenai Sistem Distribusi Gardu Tiang.
Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan dapat memperluas wawasan pembaca mengenai Sistem
Distribusi Gardu Tiang serta dapat dijadikan referensi dan acuan dalam membuat inovasi
baru sebagai hasil dari aplikasi Sistem Distribusi Gardu Tiang
31
Daftar Rujukan
32
33