Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. MASALAH UTAMA
Defisit perawatan diri

B. PROSES TERJADINYA DEFISIT PERAWATAN DIRI


Stuart (2009) mendefinisikan stressor predisposisi sebagai factor
resiko yang menjadi sumber terjadinya stress yang mempengaruhi tipe dan
sumber dari individu untuk menghadapi stress baik yang biologis, psikososial
dan social kultural. Stuart (2009) membedakan stressor predisposisi ini
kejadiannya telah berlalu, penjelasan secara rinci tentang ketiga stressor
predisposisi tersebut sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi
a. Biologis,terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan
dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai
manifestasi adanya gangguan adalaha pada perilaku mal adaptive klien
(townsend 2005). Secara biologi riset neurobiological memfokuskan
pada 3 area otak yang dipercaya dapat melibatkan defisit perawatan
diri yaitu sistem limbic, lobusfrontalis dan hypothalamus
Sistem limbik merupakan cincin korteks yang berlokasi dipermukaan
medial masing-masing hemisver dan mengelilingi pusat kutub
serebrum. fungsinya adalah mengatur persyaratan otonom dan emosi
(suliswati,et al,2005: stuart 2009). Fungsi sistem limbik berikutnya
adalah menyimpan dan menyatukan informasi berhubungan dengan
emosi, tempat penyimpanan memori dan pengolahan informasi.
Disfungsi pada sistem limbik menghadirkan beberapa gejala klinik
seperti hambatan emosi dan perubahan kepribadian, isyarat antara
perasangan dan pengalaman masalalu, emosi, perilaku saling
mempengaruhi, adanya periode peristiwa menakutkan, amukan,
kemarahan, dan ketegangan (Kaplan,saddok & grebb,1997).
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa klien

1
dengan defisit perawatan diri mengalami gangguan pada sistem limbik
sehingga tidak bisa terkontrol perilaku untuk dapat merawat diri.
Lobus frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti
dalam perilaku dan berfikir rasional, yang saling berhubungan dengan
sitem limbic (suliswati,et al,2005: stuart 2009). Menurut townsend
(2005) lobus frontal terlibat dalam 2 fungsi serebral utama yaitu
control motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi fikir,
dan control sebagai ekspresi emosi.kerusakan pada daerah lobus
frontal dapat menyebabkan gangguan berfikir, dan gangguan dalam
bicara/diorganisasi pembicaraan serta tidak mampu mengkontrol emosi
sehingga berprilaku mal adaptive. klien deficit perawatan diri yang
mengalami kerusakan pada lobus frontal mengakibatkan timbulanya
perilaku mal adaptive yaitu tidak mampu berprilaku untuk memnuhi
kebutuhan perawatan diri.
Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalamd aris
erebrum yang mengubungkan otak tengah dengan hemisfe serebrum.
Fungsi utamanya adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi
dan juga mengatur mood dan motivasi (suliswati,et al,2005: stuart
2009). Kerusakan hypothalamus membuat seseorang kehilangan mood
dan motivasi kurang aktivitas dan malas melakukan sesuatu. Apabila
kerusakan hypothalamus terjadi pada klien deficit perawatan diri, maka
akan terjadi gangguan mood dan penurunan motivasi sehingga
mengakibatkan klien tidak dapat melakukan aktivitas perawatan diri.
Selain gangguan struktur otak, proses terjadinya defisit perawatan diri
berdasarkan factor biologis disebabkan juga oleh adanya kondisi
patologis dan ketidakseimbangan dari beberapa neotransmitter.
Neotransmitter tersebut adalah dopamin, serotonim, norepineprim dan
asetilkolin.
Dopamine fungsinya mencakup regulasi gerak dan koordinasi, emosi,
kemampuan pemecahan masalah secara volunter (boyd & nihart,
suliswati,et al,2005).
Transmisi dopamine berimplikasi, pada penyebab gangguan emosi
tertentu .menurut hawari (2001) fungsi kognitif (alam pikir), efektif
(alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) pada klien skizofrenia

2
dipengaruhi oleh dopamine. Gangguan pada fungsi dopamine akan
menyebabkan terjadinya gangguan fungsi regulasi gerak dan
koordinasi, emosi, serta kemampuan menyelesaikan masalah. Apabila
gangguan fungsi dopamine ini terjadi pada klien skizofrenia, akan
menyebabkan klien mengalami gangguan dalam regulasi gerak, emosi,
koordinasi, serta kemampuan masalah sehingga klien tidak dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam
perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat
mempengaruhi kognitif yaitu alam fikir, efektif yaitu alam perasaan
dan psikomotor yaitu perilaku (hawari 2001). menurut wilkison (2007)
jika serotonin mengalami penurunan akan mengakibatkan
kecenderungan perilaku yang mal adaptif. Pada klien dengan deficit
perawatan diri cenderung menunjukan perilaku mal adaptive. Perilaku
mal adaptif yang dapat dilihat yaitu tidak adanya aktivitas dalam
melakukan aktivitas perawatan diri: mandi, berganti pakaian, makan
dan toileting.
Norepineprin (boyd & nihart, suliswati,et al,2005) fungsi untuk
kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi proses pembelajaran dan
memori. Jika terjadi penurunan kadar norephineprin akan
mengakibatkan kelemahan yang menunjukkan kecenderungan yang
menampilkan perilaku negatif. Kelemahan yang terjadi mengakibatkan
klien deficit perawatan diri berperilaku negative seperti tidak
melakukan aktivitas mandi, tidak berhias, tidak memperhatikan makan
dan minum serta tidak melakukan aktivitas toileting dengan benar.
Acetylcholine (ACH) (boyd & nihart,1998) berperan penting untuk
belajar dan memori jika terjadi peningkatan kadar acetycholine akan
dapat menurukan atensi dan mood. Penurunan atensi dan mood
menyebabkan terjadinya perubahan fungsi otak sebagai pengatur
perilaku manusia. Salah satu tindakan perilaku dari penurunan atensi
dan mood yang dapat dilihat dengan adanya gejala kurang perhatian
untuk dirinya dan malas dalam berkativitas. Defisit perawatan diri
tidak dapat dikendalikan hanya dengan psikofarmaka saja tetapi

3
melalui pendekatan psikoterapi yang mengubah perilaku mal adaptif
menjadi perilaku adaptif salah satunya dengan menggunakan terapi
perilaku: token ekonomi.
Pada klien dengan defisit perawatan diri diperkirakan mengalami
kerusakan pada system limbic dan lobus frontal yang berperan dalam
mengendalikan atau pengontrolan perilaku. Kerusakan pada
hypothalamus berperan dalam pengaturan mood dan motivasi. Kondisi
kerusakan ini mengakibatkan klien dengan deficit perawatan diri tidak
dapat memiliki keinginan dan motivasi untuk berperilaku adaptif
melakukan aktivitas perawatan diri: mandi, berhias, makan, minum,
dan toileting. Klien deficit perawatan diri diperkirakan mengalami
perubahan pada fungsi transmitter. Perubahan dopamine, serotin,
norephineprin, asetilkolin menyebabkan adanya perubahan regulasi
gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan pemecahan masalah,
perilaku cenderung negative atau berperilaku mal adaptif, terjadi
kelemahan serta penurunan atensi dan mood.
b. Psikologis, meliputi konsep diri, intelektualitas, kepribadian, moralitas,
pengalaman masalalu, koping dan keterampilan komunikasi secara
verbal (stuart,2009).beberapa aspek tersebut diperkirakan ikut berperan
menjadi penyebab psikologis terjadinya defisit perawatan diri.
Konsep diri, dimulai dari gambaran diri secara keseluruhan yang
diterima secara positif atau negative oleh seseorang. Penerimaan
gambaran diri yang negative mengakibatkan perubahan persepsi
seseorang dalam memandang aspek positif lain yang dimiliki. Peran
merupakan bagian terpenting dari hardirnya konsep diri secara utuh.
Peran yang terlalu banyak dapat menjadi beban bagi kehidupan
seseorang, hal ini akan berpengaruh terhadap keracunan dari peran
dirinya dan dapat menimbulkan depresi yang berat. Ideal diri adalah
harapan, cita-cita serta tujuan yang diingin wujudkan atau dicapai
dalam hidup secara realistis.
Identitas diri terkait dengan kemampuan seseorang dalam mengenal
siapa dirinya, dengan segala keunikannya. Harga diri merupakan
kemampuan seseorang untuk menghargai diri sendiri serta member
penghargaan terhadap kemampuan orang lain. Seseorang yang

4
memandang dirinya secara negatif sering mengabaikan gambaran
dirinya, tidak memperhatikan kebutuhan dirinya dengan baik, sehingga
berakibat pula pada tidak terpenuhinya perawatan diri. Intelektualitas
ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang, pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan. Menurut poter & perry (2005) klien
dengan deficit perawatan diri cenderung memiliki tingkat pengetahuan
dan pendidikan yang rendah, sehingga tidak mampu memutuskan
untuk memutuskan aktivitas perawatan diri yang meliputi mandi,
berhias, makan, dan toileting.
Kepribadian, pada klien deficit perawatan diri biasanya ditemukan
klien memiliki kepribadian tertutup. Klien tidak mudah menerima
masukan dan informasi berkaitan dengan kebersihan diri. Klien juga
jarang bergaul dan cenderung menutup diri. Klien tidak memiliki
ketidakmampuan mengevaluasi atau menilai keadaan dirinya dan tidak
mampu memutuskan melakukan peningkatan keadaan menjadi lebih
baik.
Moralitas , klien deficit perawatan diri menganggap dirinya tidak
berguna, negative terhadap diri sendiri ini menyebabkan klien
mengalami penurunan motivasi untuk melakukan aktivitas perawatan
diri.
Menurut beberapa penjelasan diatas dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa konsep diri negatif, intelektualitas yang rendah, kepribadian dan
moralitas yang tidak adekuat merupakan penyebab secara psikologis
untuk terjadinya defisit perawatan diri. Klien defisit perawatan diri
memerlukan perhatian yang cukup besar untuk dapat mengembalikan
konsep diri seutuhnya.
c. Social budaya, meliputi status social umur, pendidikan, agama, dan
kondisi politik. Menurut townsend (2005) ada Beberapa hal yang
terkait dengan masalah gangguan jiwa, salah satunya adalah dengan
masalah status social. Masyarakat dengan status social ekonomi yang
rendah berpeluang lebih besar untuk mengalami gangguan jiwa
dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki status social ekonomi
tinggi. Factor social ekonomi tersebut meliputi kemiskinan, tidak

5
memadainya saran dan prasarana, tidak adekuatnya pemenuhan nutrisi,
rendahnya pemenuhan kebutuhan keperawatan untuk anggota
keluarganya, dan perasaan tidak berdaya, termasuk dalam factor social
ekonomi adalah kemampuan untuk menyediakan peralatan dan
perlengkapan mandi: sabun, pasta gigi, sampo, handuk dll
Potter dan perry 2005, mengungkapkan factor factor yang memenuhi
praktik hygine seseorang adalah citra tubuh, praktek social, status
social ekonomi, pendidikan yang rendah, pengetahuan, kultur budaya,
motivasi kurang dan kondisi fisik yang rendah.
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan
fisiknya. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan perawatan
diri. Menurut stuart(2009) citra tubuh adalah kumpulan sikap individu
yang disadari dan tidak disadariterhadap tubuhnya, termasuk persepsi
dan perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi,
penampilan dan potensi. Dapat disimpulkan bahwa citrs tubuh sangat
mempengaruhi bagi seseorang terutama dalam hal; penampilan
fisiknya, seorang memiliki keyakinan pad ukuran, struktur, fungsi dan
penampilan diri untuk melakukan perawatan diri. Citra tubuh yang
negative menyebabkan penurunan motivasi melakukan aktivitas
perawatan diri.
Tahap perkembangan, pelajaran kenbersihan diri dari orang tua yang
meliputi kebiuasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersedian
peralatan kebersihan diri merupakan beberapa factor yang dapat
mempengaruhi perawatan kebersihan. Remaja dapat menjadi lebih
perhatian pada kebersihan diri karena ada ketertarikan pada teman.
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan dapat berpengaruh terhadap
seseorang untuk melakukan perawatan diri sesuai dengan usia dan
kelompok kerja. Pengetahuan, tentang pentingnya kebersihan diri dan
diimplikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik kebersihan diri.
Pembelajaran yang diharapkan dapat menguntungkan dalam
mengurangi resiko kesehatan dan memotivasi seseorang untuk
mempengaruhi perawatan diri yang diperlukan. Semakin rendah

6
tingkat pengerahuan seseorang menyebabkan ketidak mampuan dalam
mempengaruhi kebutuhan perawatan diri.
Kultur atau budaya, kepercayaan budaya klien dan nilai pribadi
mempengaruhi perawatan diri. Kebudayaan diasia kebersihan
dipandang penting bagi kesehatan. Beberapa Negara di eropa, mandi
biasa dilakukan hanya sekali dalam seminggu. Penjelasan diatas
menunjukan bahwa kebiasaan yang dimiliki tiap daerah maupun
bangsa dalam hal perawatan diri berbeda, sesuai dengan letah
g\eografis dan kebiasaan masyarakat setempat.
Motivasi, setiap orang memiliki keinginan dan pilihan tentang waktu
untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut sesuai
dengan kebutuhan. Seseorang juga memiliki pilihan mengenai
bagaimana melakukan perawatan diri. Jika orang tersebut tidak
memiliki motivasi, maka dia tidak mampu menentukan pilihan, hal ini
akan mempengaruhi kebutuhan perawatan diri.
Kondisi fisik, orang yang mengalami atau menderita penyakit tertentu
atau yang menjalani operasi seringkali kekurangan energi fisik atau
ketangkasan untuk melakukan perawatan kebersihan diri.menurut
Wilkinson 2007 defisit perawatan diri sering kali disebabkan oleh
intoleransi aktifitas, hambatan mobilitas fisik, nyeri, ansietas,
gangguan kognitif atau persepsi.
Berdasarkan beberapa pertanyaan tersebut dapat disimpulkan bahwa
status sosial ekonomi, pendidikan yang rendah, kurangnya
pengetahuan, motifasi yang kurang dan kondisi fisik yang lemah dapat
mempengaruhi klien dalam mempertahankan aktivitas memnuhi
perawatan diri, hingga mengakibatkan klien mengalami deficit
perawatan diri

2. Factor presipitasi
Sturt 2009, mendefinisikan stressor presipikasi sebagai satuan
stimulus yang di persepsikan oleh individu apakah dipersepsikan sebagai
suatu kesempatan, tantangan, ancaman atau tuntutan. Stresor presipitasi

7
bisa berupa stimulus internal maupun eksternal yang mengancam individu.
Lkomponen stressor presipitasi terdiri atas sifat, asal, waktu dan jumlah
stressor.
Sifat stressor, terjadinya deficit perawatan diri berdasarkan sifat
terdiri dari biologis, psikologis, dan sosial budaya. Sifat stressor yang
tergolong komponen biologis, misalnya penyakit infeksi, penyakit kronis
atau kelainan struktur otak. Komponen psikologis, misalnya: intelegensi,
keterampilan verbal, moral, kepribadian dan control diri, pengalaman yang
tidak menyenangkan, kurangnya motivasi. Selanjutnya komponen sosial
budaya, misalnya: adanya aturan yang sering bertentangan antara individu
dengan kelompok masyarakat, tuntutan masyarakat yang tidak sesuai
dengan kemmpuan seseorang, ataupun adanya stigma dari masyarakat
terhadap seseorang yang mengalami gangguan jiwa sehingga klien
melakukan prilaku yang kadang menentang hal tersebut yang menuntut
masyarakat tidak sesuai dengan kebiasaan dengan lingkungan setempat.
Asal stressor terdiri dari internal dan eksternal . stressor internal
atau yang berasal dari diri sendiri seperti persepsi individu yang tidak baik
tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya, merasa tidak mampu,
ketidak berdayaan. Stressor eksternal atau berasal dari luar dirinya, seperti
kurangnya dukungan keluarga, dukungan masyarakat, dukungan kelompok
atau tim sebaya, dll
Stuart 2009 menjelaskan bahwa waktu diliat sebagai dimensi kapan
stressor mulai terjadi dan berapa lam terpapar stressor hingga timbulnya
gejala, lama dan jumlah stressor yaitu terkait dengan sejak kapan, su7dah
berapa lama, berapa kali terjadinya(frekuensi) serta jumlah stressor. Bila
baru pertama kali mendapatkan masalah maka penanganannya juga
memerlukan suatu upaya yang lebih intensif dengan tujuan untuk
penjugahan primer. Frekwensi dan jumlajhj stressor jga mempengaruhi
individu, bila frekwensi dan jumlah stressor lebih dibandingkan dengan
yang mempunyai frekwensi stressor lebih banyak dengan kata lain perawat
harus memahami kondisi stressor yang dialami oleh si ibu sehingga
penanganannya juga lebih baik.

8
Berbagai penyebab/stressor diatas, yang meliputi stressor
predisposisi dan stressor presipitasi yang dialami oleh klien deficit
perawatan diri akan memunculkan beberapa respon. Respon respon
tersebut merupakan pikiran, sikap, tanggapan,perasaan dan prilaku yang
ditunjukkan klien terhadap kejadian yang dialami.

3. Penilaian terhadap stress


Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga
merasa tidak aman saat berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien
berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan
dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam
hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Iya
berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu
menyakitkan dan menyulitkan sehinga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini
menyebabkan iya mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkkan
realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri
dengan kenyataan. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau
beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor
internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidak adekuatan sumber
sumber (fisik,psikologi,prilaku atau kognitif).

4. Sumber koping
Menurut herdman 2012, kemampuan individu yang harus dimiliki
oleh klien dwefisit perawatan diri adalah kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri dalam hal pemenuhan kebutuhan mandi,berhias,
makan dan minum, serta toileting. Sedangkan pada klien defidit perawatan
diri biasanya didapatkan data rendahnya motivasi klien dalam merawat
diri, keterbatasan eintelektual klien yang sangat mempengaruhi dalam
kemampuan perawatan diri dan keterbatasan fisi serta ketidakmampuan
memanfaatkan dukungan sosial.

9
5. Mekanisme koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi
2 (stuart,gw,2007) yaitu
1) Mekanisme koping adaktif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien
biswa mempengaruhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2) Mekanisme koping maladaktif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

C. POHON MASALAH

Effect Isolasi Sosial: menarik diri



Core Problem Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan

Causa Harga Diri Rendah Kronis

D. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Defisit perawatan diri
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah
E. DATA YANG PERLU DIKAJI
DATA MASALAH
Data subjektif : Klien mengatakan Deficit perawatan diri
malas mandi, tak mau menyisir rambut,
tak mau menggosok gigi, tak mau
memotong kuku, tak mau berhias, tak
bisa menggunakan alat mandi /
kebersihan diri.
Data objektif : Badan bau, pakaian
kotor, rambut dan kulit kotor, kuku
panjang dan kotor, gigi kotor, mulut
bau, penampilan tidak rapih, tak bisa
menggunakan alat mandi.

10
F. DIAGNOSIS KEPERAWATAN JIWA
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Defisit perawatan diri

H. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


(INDIVIDU,KELUARGA,KELOMPOK)
1. Individu
Sp 1. Pengkajian dan melatih cara menjaga kebersihan diri : mandi,cuci
rambut, sikat gigi dan potong kuku
Sp 2. Mealtih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran,rias muka untuk
perempuan. Sisaran dan cukuran untuk laki-laki
Sp 3. Melatih cara makan dan minum yang baik
Sp 4. Melatih BAB dan BAK yang baik
2. Keluarga
Sp 1. Melatih cara merawat dan membimbing pasien kebersihan diri
Sp 2. Melatih cara merawat dan membimbing pasien berdandan
Sp 3. Membimbing keluarga merawat dan membimbing makan dan minum
yang baik
Sp 4. Membimbing keluarga merawat dan membimbing BAB dan BAK yang
baik.
3. Terapi aktivitas kelompok
Sesi 1. Memperkenalkan diri
Sesi 2. Tata cara toileting

11
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa


Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai