Laporan Pendahuluan CA COLON
Laporan Pendahuluan CA COLON
DEFINISI
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur
dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan
pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke
tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan
kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan
fungsi lainnya (Gale, 2006 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma yang
muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2007 : 72).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan
menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2002 : 143).
Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan
usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2007: 805).
D. FATOFISIOLOGI
a. Anatomi Fisiologi Kolon
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon
terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon
menurun(descending),kolon sigmoid, dan rektum.Bagian kolon dari usus buntu
hingga pertengahan kolon melintang sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan
bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri".
b. Patologi
Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau
disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat
cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada
stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi
dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker
yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335). Kanker
kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus).
Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas
dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke
hati).Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih.
2. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system -
portal.
4. Penyebaran secara transperitoneal
5. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker
menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan
ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan
perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 :177).
E. Pathway Keperawatan
F. Penatalaksanaan
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut
:
a. Pembedahan (operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui
lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah
terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar
jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X,
atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi tumor, merusak
genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang pembelahan
dirinya cepat, antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan usus, sel darah.
Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu
makan.
c Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy
ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau di makan, pada umumnya lebih dari
satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini
dapat bersifat sementara atau permanen.
G. Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan foto
kolon (barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat
memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini
menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran
tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini.
Enema barium secara umum di lakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit.
Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah
metastasis.
Histopatologi
Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma
kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan.
Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Hasil tes
Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract.
Pasien harus menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase (tanaman
lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces
spesimen.
Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat
ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
7) PK : Infeksi.
b. Diagnosa keperawatan pasca operatif :
8) Nyeri akut berhubungan dengan terangsangnya nosiseptor akibat luka operasi.
9) Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry akibat luka/pembedahan
10) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah, tindakan kolostomi, dan
kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal.
11) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi.
12) PK : Komplikasi pasca bedah usus.
c. Diagnosa keperawatan akibat terapi ajufan :
13) Kurang pengetahuan tentang efek samping terapi ajufan berhubungan dengan kurang
informasi efek samping.
2) Mengurangi nyeri :
a) Kaji tingkat toleransi pasien terhadap nyeri.
b) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
c) Bantu pasien untuk membebat insisi abdomen, selama batuk dan napas dalam
untuk mengurangi tegangan pada tepi insisi.
d) Kolaborasi pemberian analgetik.
3) Mengatasi kerusakan integritas kulit :
a) Pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
b) Jelaskan cara perawatan kulit pasca operasi.
c) Berikan barier pelindung kulit sesuai resep.
4) Meningkatkan citra tubuh yang positif:
a) Kaji konsep diri pasien tentang citra tubuhnya.
b) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan masalah yang dialami dan
mendiskusikan tentang pembedahan.
c) Dorong pasien untuk memasukkan rencana perawatan kolostomi dalam kehidupan
sehari-hari.
d) Tingkatkan dukungan lingkungan dan sikap perawat dalam meningkatkan adaptasi
terhadap perubahan yang terjadi akibat pembedahan.
5) Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi pasca bedah usus :
a) Ileus paralitik :
Mulai dan lanjutkan intubasi nasogastrik.
Siapkan pasien pemeriksaan sinar X.
Jamin penggantian cairan dan elektrolit adekuat.
Berikan antibiotic sesuai resep.
b) Infeksi intra peritoneal dan infeksi luka abdomen :
Evaluasi pasien terhadap nyeri kolik intermiten, mual, muntah.
Pantau nyeri abdomen konstan atau umum nadi cepat dan peningkatan suhu.
Siapkan untuk selang dekompresi usus.
Berikan cairan dan elektrolit sesuai program.
Beri antibiotic sesuai resep.
c) Peritonitis :
Evaluasi pasien terhadap adanya mual, cegukan, menggigil, demam tinggi dan
takikardi.
4. EVALUASI KEPERAWATAN
Kriteria hasil yang diharapkan :
a) Pra bedah
1) Mempertahankan eliminasi usus adekuat.
2) Mengalami sedikit nyeri.
3) Meningkatkan toleransi aktifitas.
4) Mencapai tingkat nutrisi optimal (diet rendah residu,tinggi kalori dan protein).
5) Keseimbangan cairan tercapai (membatasi masukan cairan dan makanan oral bila
mual, berkemih sedikitnya 1,5 liter / 24 jam).
6) Mengalami penurunan ansietas ( mengungkapkan masalah dan rasa takut dengan
bebas, menggunakan tindakan koping dalam menghadapi stres)
7) Tidak ada tanda-tanda infeksi.
b) Post bedah
8) Nyeri dapat terkontrol.
9) Integritas kulit terjaga.
10) Infeksi post operasi tidak terjadi.
11) Memiliki citra tubuh yang positif.
12) Tidak mengalami komplikasi pasca bedah usus :
c) Terapi ajufan
13) Pengetahuan pasien / keluarga tentang efek samping terapi ajufan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Brown,Sandra Clark.2007.Nursing Outcomes Classification (NOC).US : ELSEVIER
2007 Nursing Intervention Classificatio (NIC) US : ELSEVIER
Brunner and Suddart .2006.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Jakarta : EGC
Herdman,T.Heather.2010.Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2009-2011 Jakarta
:EGC
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 2006,Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
DISUSUN OLEH :
MUHAMAD RAFIK
NIM: 20170305020