Anda di halaman 1dari 2

JUMP 1

1. Post Nasal Drip : akumulasi lendir di belakang hidung dan tenggorokan


menyebabkan, atau memberikan sensasi lendir menetes ke bawah dari belakang hidung.

JUMP 2

4. Dentogenic rhinosinusitis?
Dentogenic Rhinosinusitis merupakan salah satu penyebab penting sinusitis
kronik. Dasar sinus maksila adalah prosesus alveolaris tempat akar gigi rahang atas,
sehingga rongga sinus maksila hanya terpisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi,
bahkan kadang-kadang tanpa tulang pembatas. Infeksi gigi rahang atas seperti infeksi
apikal akar gigi atau inflamasi jaringan periodontal mudah menyebar secara langsung
ke sinus, atau melalui pembuluh darah dan limfe.
Harus curiga adanya sinusitis dentogen pada sinusitis maksila kronik yang
mengenai satu sisi dengan ingus purulen dan napas berbau busuk. Untuk mengobati
sinusitisnya, gigi yang terinfeksi harus dicabut atau dirawat, dan pemberian antibiotik
yang mencakup bakteri anaerob. Seringkali juga perlu dilakukan irigasi sinus maksila.
Selain karena infeksi pada gigi geraham atas, rhinosinusitis dentogen juga dapat
terjadi karena granuloma pada apikal atau fistula pada sinus maksila yang diakibatkan
oleh ekstraksi gigi geraham atas.

9. Pemeriksaan penunjang
a. Transiluminasi, merupakan pemeriksaan sederhana terutama untuk menilai kondisi
sinus maksila. Pemeriksaan dianggap bermakna bila terdapat perbedaan
transiluminasi antara sinus kanan dan kiri.
b. Endoskopi nasal, dapat menilai kondisi rongga hidung, adanya sekret, patensi
kompleks ostiomeatal, ukuran konka nasi, udem disekitar orifisium tuba, hipertrofi
adenoid dan penampakan mukosa sinus. Indikasi endoskopi nasal yaitu evaluasi
bila pengobatan konservatif mengalami kegagalan. Untuk rinosinusitis kronik,
endoskopi nasal mempunyai tingkat sensitivitas sebesar 46 % dan spesifisitas 86
%.
c. Radiologi, merupakan pemeriksaan tambahan yang umum dilakukan, meliputi X-
foto posisi Water, CT-scan, MRI dan USG. CT-scan merupakan modalitas pilihan
dalam menilai proses patologi dan anatomi sinus, serta untuk evaluasi rinosinusitis
lanjut bila pengobatan medikamentosa tidak memberikan respon. Ini mutlak
diperlukan pada rinosinusitis kronik yang akan dilakukan pembedahan.
d. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan antara lain:
1. Sitologi nasal, biopsi, pungsi aspirasi dan bakteriologi
2. Tes alergi
3. Tes fungsi mukosiliar : kliren mukosiliar, frekuensi getar siliar, mikroskop
elektron dan nitrit oksida
4. Penilaian aliran udara nasal (nasal airflow): nasal inspiratory peakflow,
rinomanometri, rinometri akustik dan rinostereometri
5. Tes fungsi olfaktori: threshold testing
6. Laboratorium : pemeriksaan CRP ( C-reactive protein)

12. Rhinosinusitis maxilla -> sama dengan No. 4 (dentogenic rhinosinusitis)

Anda mungkin juga menyukai