Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 HASIL
Dalam analisis ini diperoleh kromatogram dari pembanding
Kuersetin dan Produk Makanan Bayi Beras Merah dengan perbandingan
konsentarsi, peak area dan waktu retensi pada gambar berikut :
PRODUK MAKANAN BAYI
KUERSETIN
BERAS MERAH
Peak Peak
C Area Waktu C Area Waktu
(μg/ mL) (105) Retensi (μg/ mL) (105) Retensi

5 9,09 3,26
10 10,23 3,25
15 11,49 3,26 25 12,17 3,20
20 12,55 3,25
25 13,35 3,21

Dalam analisis ini diperoleh fragmentasi dari pembanding Kuersetin dan


Produk Makanan Bayi Beras Merah:
IV.2 PEMBAHASAN
LCMS atau liquid chromatography-mass spectrometry adalah sebuah
metode analisis kuantitatif kromatografi cair dengan detektor spektrometer
massa. Penggabungan kedua alat tersebut akan menghasilkan data dengan
tingkat akurasi yang tinggi. Pemilihan metode analisis kromatografi cair
kinerja tinggi karena menurut Edward dan Robert (dalam Anggreani et al
2015) bahwa metode ini memiliki kelebihan mampu memisahkan senyawa
dari suatu campuran, waktu analisis yang lebih cepat, kepekaan tinggi, dan
sensitif karena volume sampel yang digunakan lebih sedikit
Dalam analisis kualitatif dan kuantitatif ini, baku dari senyawa
flavonoid yaitu kuarsetin dibuat beberapa variasi konsentrasi. Untuk
parasetamol dibuat dalam konsentrasi 5, 10, 15, 20, dan 25 µg/mL.
Menurut Watson (2009), tujuan dibuatnya variasi konsentrasi dalam
pengenceran ini adalah untuk menghasilkan suatu seri kalibrasi larutan
agar kadar yang terdapat dalam sampel berada dalam rentang seri
konsentrasi larutan baku yang digunakan sehingga persamaan kurva baku
yang diperoleh dapat digunakan untuk menetapkan kadar tiap komponen
dalam sampel. Sebelum dilakukan praktikum atau analisis pada instrumen
HPLC dilakukan optimasi terlebih dahulu untuk melihat kondisi yang
paling cocok dalam menganalisis suatu senyawa. Sistem elusi yang
digunakan adalah elusi isokraktik. Rubiyanto (2017) menyatakan bahwa
pada sistem elusi, eluen dengan komposisi konstan dipompkan ke dalam
kolom selama analisis berlangsung. Pompa berfungsi sebagai sistem
pengaliran fase gerak yang mendorong solven untuk melewati instrumen
dengan kecepatan alir yang konstan menggunakan laju alir 0,5 mL/menit.
Selanjutnya dilakukan analisis sampel makanan bayi beras merah
menggunakan instrumen LC-MS. Dalam analisis ini diperoleh
kromatogram pembanding Kuersetin dan sampel makanan bayi beras
merah dengan perbandingan konsentarsi, peak area dan waktu retensi.
Berdasarkan gambar kromatogram yaitu antara perbandingan
konsentrasi, peak area dan waktu retensi diperoleh data yang menunjukkan
bahwa dalam sampel produk makanan bayi beras merah mengandung
senyawa kuersetin yang ditunjukkan dengan adanya kesesuaian waktu
retensi antara senyawa baku kuersetin dan sampel produk makanan bayi
beras merah yaitu berkisar pada 3,24. Waktu retensi adalah waktu yang
diperlukan analit mulai saat injeksi sampai keluar adari kolom dan
sinyalnya secara maksimal ditangkap oleh detektor pada mass spektra.
Semakin lama analit berinteraksi dengan fase diam, maka semakin lama ia
keluar dan waktu retensinya semakin besar. Jadi semakin besar harga
kadar suatu senyawa maka waktu retensinya akan semakin besar karena
interaksi dengan fase diam besar dan migrasinya semakin lambat.
Selain waktu retensi terdapat nilai peak area atau luas puncak yang
berfungsi menentukan jumlah kadar senyawa pada sampel produk
makanan bayi beras merah dengan menggunakan perhitungan kurva
kalibrasi. Untuk kadar diperoleh dengan cara mensubtitusikan nilai luas
puncak ekstrak dengan persamaan kurva kalibrasi stigmasterol y = b x + a.
Nilai kurva kalibrasi yang diperoleh adalah y = 8,09x + 0,21 sedangkan
nilai luas puncak (peak area) dari sampel produk makanan bayi beras
merah adalah 12,17. Hasil kadar yang diperoleh yaitu bahwa dalam sampel
produk makanan bayi beras merah mengandung senyawa kuersetin adalah
7,768 mg/10 mg sampel.
Gambar diatas merupakan fragmentasi dari literatur dengan nilai
puncak m/z 303, dan pola fragmentasinya terdiri dari m/z 111, 183, 201
dan 229 (Fourier Transform Mass Spectrometry, 2011). Berdasarkan
gambar diatas terdapat beberapa persamaan pola fragmentasi kedua
senyawa tersebut. Sampel makanan bayi beras merah memiliki nilai
puncak dengan m/z yaitu 303 dan pola fragmentasinya yaitu 110, 183, 201
dan 227. Sehingga dapat disimpulkan sampel makanan bayi beras merah
mengandung kuersetin.
Perbandingan waktu retensi antara sampel makanan bayi beras
merah dan senyawa kuersetin belum menunjukkan bahwa perbandingan
tersebut benar-benar spesifik, harus dilakukan identifikasi senyawa
kembali menggunakan detektor MS atau mass spektra dengan
menganalisis berat molekul dan pola fragmentasi pada senyawa.
Spektroskopi massa (MS) adalah teknik analisis yang mengukur
perbandingan massa dengan muatan. Spektroskopi massa digunakan untuk
menentukan massa partikel, komposisi unsur dari suatu sampel atau
molekul serta untuk menuangkan struktur kimia dari molekul.
Spectrometer massa bekerja dengan molekul pengion yang kemudian akan
memilah dan mengidentifikasi ion menurut massa, sesuai rasio
fragmentasi. Dua komponen kunci dalam proses ini adalah sumber ion
(ion source) yang akan menghasilkan ion dan analisis massa (mass
analyzer) yang menseleksi ion.
Prinsip kerja spectrometer massa adalah ketika sampel masuk ke
dalam spectrometer massa, sampel tersebut akan mengalami pemisahan
ion molekul analit dari fase geraknya ini disebabkan saat eluent LC
disemprotkan bersamaan dengan gas nebulizer yang dipanaskan dalam
bidang elektrostatik menyebabkan menguapnya pelarut sehingga tetesan
analit menyusut. Keadaan tersebut memaksa sumber ion atau electrospray
ionization (ESI) yang akan mengubah molekul sampel fase gas ini menjadi
partikel bermuatan atau membentuk ion-ion molekul. Ion-ion molekuler
ini tidak stabil secara energetika dan beberapa diantaranya akan terpecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (fragmentasi). Setelah itu partikel-
partikel bermuatan ini akan masuk ke mass analyzer. Mass analyzer akan
memilih ion-ion berdasarkan massanya dengan menggunakan medan
elektromagnetik. Dengan berbagai proses, ion yang berbeda nilai-nilai m/z
melewati mass analyzer satu per satu untuk mencapai detektor.
Selanjutnya detektor akan mengukur nilai kuantitas dan menyediakan data
untuk menghitung kelimpahan masing-masing ion. Detektor menghitung
muatan yang terinduksi atau arus yang dihasilkan ketika ion dilewatkan
atau mengenai suatu permukaan.
Adapun hasil deteksi berat molekul dan pola fragmentasi sampel
makanan bayi beras merah memiliki nilai puncak dengan m/z yaitu 303
dan pola fragmentasinya yaitu 110, 183, 201 dan 227. Hal ini berdasarkan
jurnal penelitian Fourier Transform Mass Spectrometry (2011), kuersetin
memnili puncak m/z 303, dan pola fragmentasinya terdiri dari m/z 111,
183, 201 dan 229.

Gambar Pola Fragmentasi Kuesetin Sumber : Fourier Transform


Mass Spectrometry (2011)

Anda mungkin juga menyukai