Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“Pendidikan dan Pelatihan dalam Pembelajaran Micro


Asuhan Kebidanan”

Dosen Pengampuh : Dr. Hj. Netty Herawati, DHSM, M.Si

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

1. Ulfa Tiara
2. Nela Desmala Sari
3. Ade Nopita
4. Venny Nevia Gustin
5. Rismalawati
6. Jumraeni
7. Serly Yuliana
8. Lekha Metriani
9. Erma Nesti
10. Harleni Megawati

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini
sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Tak lupa pula, penulis kirimkan
salam dan salawat kepada junjungan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW,
keluarga, dan seluruh sahabatnya.
Makalah ini membahas tentang “Micro Teaching The Accelerated
Learning”. Banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian
makalah ini. Oleh karena itu, penulis ucapkan banyak terimakasih. Kami
menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian.
Besar harapan kami, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan
sumbangsih yang berarti demi kemajuan ilmu pengetahuan bangsa.

Bengkulu, Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan Makalah ......................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Orthorexia .................................................................................. 3
B. Bagaimana seseorang dapat mengalami orthorexia ................... 3
C. Cara Mengetahui Jika Seseorang Mengalami Orthorexia ......... 4
D. Dampak Orthorexia ................................................................... 5
E. Cara Memulihkan Kelainan Orthorexia ..................................... 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................ 6
B. Saran .......................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Guru atau pendidik yang baik adalah, mereka yang berhasil membawa
peserta didik mencapai tujuan dan hasil yang baik sesuai dengan kaidah yang
berlaku dalam suatu pendidikan. Untuk mencapai efektifitas suatu
pembelajaran, tentunya dibutuhkan seorang guru profesional yang betul-betul
memahami tentang bagaimana melaksanakan suatu pembelajaran dengan baik,
serta memiliki ketrampilan (skill) dasar mengajar yang baik sebelum
melaksankan tugas sebagai seorang pendidik atau guru .
Keprofesionalisme seorang pendidik dapat diperoleh dari pelatihan serta
pengalaman belajar. Pelatihan dan pengalaman itu sendiri dapat diperoleh
antara lain dengan mengikuti pembelajaran micro (micro teaching).
Pembelajaran micro memiliki tujuan untuk membekali para calon
pendidik (guru) agar memiliki beberapa keterampilan dasar dalam mengajar,
serta dapat mendalami makna dan strategi yang akan digunakan pada suatu
proses pembelajaran. Tenaga pendidik (guru) tentunya harus terus berlatih
keterampilan tersebut satu demi satu.
Oleh karena itu, pembelajaran mikro sangat dibutuhkan oleh seorang
calon tenaga pendidik (guru) dalam bentuk peer teaching dengan harapan
agar para calon pendidik sekalius dapat menjadi pengamat bagi teman sesama
calon pendidik, untuk saling memberikan koreksi dan masukan mengenai
penguasaan keterampilan dasar mengajar yang dimilikinya.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran micro teaching ?
2. Apa yang dimaksud dengan The accelerated learning ?
3. Apa yang dimaksud dengan Quantum teaching ?
4. Apa yang dimaksud dengan Coaching dan buzz group ?

1
5. Apa yang dimaksud dengan Focus group discussion (FGD)

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui pembelajaran micro teaching
2. Untuk mengetahui The accelerated learning
3. Untuk mengetahui Quantum teaching
4. Untuk mengetahui Coaching dan buzz group
5. Untuk mengetahui Focus group discussion (FGD)

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Mikro (Microteaching)


1. Pengertian Pembelajaran Mikro (Microteaching)
Microteaching berasal dari dua kata yaitu micro yang berarti kecil,
terbatas, sempit danteaching berarti mengajar. Jadi, Microteaching berarti
suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara menyederhanakan
atau segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil jumlah siswa,
waktu, bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu,
akan dapat diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri
calon guru secara akurat
Pada saat peserta berlatih melalui pendekatan pembelajaran mikro,
untuk mencermati penampilan peserta, dilakukan pengamatan atau
observasi oleh supervisor atau oleh yang telah berpengalaman. Terhadap
setiap penampilan peserta dilakukan pencatatan, direkam dan kemudian
dilakukan diskusi umpan balik untuk mengkaji kelebihan dan kekurangan,
kemudian menyampaikan saran dan solusi pemecahan untuk memperbaiki
terhadap kekurangan yang masih ada dalam proses latihan berikutnya.

2. Tujuan Pembelajaran Mikro


Secara umum, pembelajaran mikro bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dalam proses pembelajaran atau kemampuan profesional
mahasiswa calon guru dalam berbagai keterampilan yang spesifik. Melalui
pembelajaran mikro, mahasiswa calon guru dapat berlatih berbagai
keterampilan mengajar dalam keadaan terkontrol untuk meningkatkan
kompetensinya.
Secara khusus, setelah mengikuti pembelajaran mikro mahasiswa
calon guru diharapkan:
a. Dapat menganalisis tingkah laku mengajar kawan-kawannya dan
dirinya sendiri

3
b. Dapat melaksanakan keterampilan khusus dalam mengajar.
c. Dapat mempraktekkan berbagai teknik mengajar dengan benar dan
tepat.
d. Dapat mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif, produktif dan
efesien
e. Dapat bersikap profesional keguruan.

3. Karakteristik Pembelajaran Mikro


Pembelajaran mikro pada intinya adalah penyederhanaan
pembejaran. Karena penyederhanaan maka tentu tidak semua keterampilan
mengajar dipraktikkan dalam satu waktu, akan tetapi keterampilan
mengajar dipraktikkan sendiri-sendiri. Seperti keterampilan membuka
pelajaran berdiri sendiri, demikian juga pada latihan berikutnya difokuskan
pada keterampilan menjelaskan dan sebagainya. Berikut ini beberapa hal
fundamental berkaitan dengan karakteristik pembelajaran mikro.
Di antara karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :
a. Microteaching is a real teaching
Pembelajaran mikro adalah kegiatan mengajar yang sebenarnya
(real teaching), akan tetapi dilaksanakan bukan pada kelas yang
sebenarnya, melainkan dalam suatu kelas, laoratorium atau tempat
khusus yang dirancang untuk pembelajaran mikro.
b. Micro teaching lessons the complexities of normal classroom teaching
Sesuai dengan namanya micro, latihan mengajar dilakukan
secara mikro atau disederhanakan. Penyederhanaan ini dilakukan
dalam setiap unsur atau komponen pembelajaran
c. Microteaching focuses on training for the accomplishment of specific
tasks
Latihan yang dikembangkan dalam pendekatan pembelajaran
mikro hanya difokuskan pada jenis-jenis keterampilan tertentu secara
spesifik, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh setiap yang berlatih
atau atas dasar saran yang diberikan oleh pihak supervisor.

4
d. Micro teaching allows for the increased control of practice
Pembelajaran mikro diarahkan untuk meningkatkan kontrol pada
setiap jenis keterampilan yang dilatihkan. Kontrol yang ketat, cermat
dan komprehensif relatif lebih mudah dilakukan dalam pembelajaran
mikro, karena setiap peserta yang berlatih hanya memfokuskan diri
pada keterampilan tertentu saja.
e. Micro teaching greatly expands teh normal knowledge of results or
feedback dimension in teaching
Pembelajaran mikro diharapkan dapat memperluas wawasan dan
pemahaman yang terkait dengan pembelajaran, karena pihak-pihak
yang berkepentingan dan juga terlibat di dalamnya mendapatkan
masukan dari pihak lainnya.

4. Materi Kuliah Microteaching


Materi pokok yang akan diajarkan oleh dosen pengasuh kepada mahasiswa
peserta microteaching adalah sebagai berikut:
a. Pengenalan komponen-komponen kurikulum dan silabus
b. Penyusunan desain pembelajaran secara lengkap
c. Pembahasan desain pembelajaran
d. Simulasi mengajar; mempraktikkan keterampilan mengajar (di dalam
ruangan kelas
e. Praktik mengajar (microteaching)

5. Strategi Pembelajaran Micro


Proses pembelajaran micro dititikberatkan pada penugasan, diskusi,
tanya jawab dan penyusunan desain pembelajaran. Kemudian dilanjutkan
kepada praktik pengajaran, baik di ruang kelas maupun di ruang
microteaching.

5
6. Penilaian Pembelajaran Micro
Penilaian (evaluasi) dilakukan melalui kemampuan mahasiswa
dalam menyusun desain pembelajaran, pengamatan terhadap kemampuan
mahasiswa dalam menerapkan keterampilan mengajar pada saat praktik
mengajar berlangsung di kelas atau di microteaching dengan blanko
penilaian yang telah disediakan, keseriusan dalam mengikuti perkuliahan
dan prosentase kehadiran (presensi).

B. Pengertian Accelerated Learning


1. Pengertian Accelerated Learning
Accelerated Learning adalah dua kata yang digabung menjadi
satu yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu Accelerated mempunyai arti
yang dipercepat dan Learning yang mempunyai arti pembelajaran. Jadi
Accelerated Learning dari segi bahasa berarti pembelajaran yang
dipercepat.
Accelerated Learning adalah salah satu cara belajar alamiah yang
diyakini mampu menghasilkan “tokoh orisinil” dalam menghadapi era
kesemrawutan. Accelerated Learning memiliki ciri cenderung: luwes,
gembira, banyak jalan, mementingkan tujuan bekerjasama, manusiawi,
multi indrawi, bersifat mengasuh, mementingkan aktivitas, melibatkan
mental, emosional dan fisik serta lebih mengutamakan hasil, bukan sarana
atau metode tertentu. Metode apapun yang dapat mempercepat dan
meningkatkan pembelajaran, bisa dimasukkan dalam metode Accelerated
Learning.

2. Model Pembelajaran Akselerasi


Pembelajaran yang dirancang secara “fun” atau menyenangkan akan
menimbulkan motivasi belajar peserta didik dan terus bertambah. Dengan
demikian efektivitas belajar akan berjalan dengan baik. Dalam kaidah fiqih
disebutkan “sesuatu, bila dengannya menjadi sempurna sebuah kewajiban,
maka sesuatu itu adalah wajib”, sama halnya jika belajar merupakan

6
kewajiban, sementara suasana belajar yang menyenangkan diperlukan
untuk memotivasi peserta didik dalam belajar dan memudahkannya untuk
menyerap beragam ilmu, maka pembelajaran yang menyenangkan menjadi
sesuatu yang wajib dan tidak bisa dilepaskan dalam kegiatan belajar
mengajar.
Model pembelajaran Accelerated Learning (pembelajaran yang
dipercepat) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu
rangkaian pendekatan praktis dalam upaya meningkatkan hasil
pembelajaran dan kondisi yang disukai oleh peserta didik. Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau dalam
pembelajaran tutorial.

3. Empat Tahap Model Pembelajaran Accelerated Learning


Secara teknik, terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam
mengoperasikan model pembelajaran Accelerated Learning (pembelajaran
yang dipercepat). Diantara tahapan-tahapan tersebut adalah:
a. Teknik Persiapan
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta didik
untuk belajar. Ini adalah langkah penting dalam belajar. Tanpa itu,
pembelajaran akan lambat dan bahkan bisa berhenti sama sekali.
Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para peserta didik,
menciptakan peserta didik aktif yang tergugah untuk berpikir, belajar,
mencipta, dan tumbuh, mengajak orang keluar dari keterasingan dan
masuk kedalam komunitas belajar, dan menyingkirkan rintangan
belajar, seperti tidak merasakan adanya manfaat pribadi, tidak peduli
dan benci pada topik pelajaran, merasa sangat bosan dan lain
sebagainya.
b. Teknik Penyampaian
Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan
untuk mempertemukan peserta didik dengan materi belajar yang

7
mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Tahap
penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang dilakukan
fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif melibatkan peserta
didik dalam menciptakan pengetahuan di setiap langkahnya.
c. Teknik Pelatihan
Tahap pelatihan (integrasi) merupakan intisari Accelerated
Learning (pembelajaran yang dipercepat). Tanpa tahap penting ini,
tidak ada pembelajaran. Bagaimanapun, apa yang dipikirkan dan
dikatakan serta dilakukan peserta didiklah yang menciptakan
pembelajaran, dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan dan dilakukan
oleh instruktur. Peranan instruktur adalah mengajak peserta didik
berfikir, berkata, dan berbuat-menangani materi belajar yang baru
dengan cara yang dapat membantu mereka memadukannya ke dalam
struktur pengetahuan, makna dan keterampilan internal yang sudah
tertanam dalam diri. Pembelajaran adalah perubahan. Jika tidak ada
waktu berubah, berarti tidak ada pembelajaran yang sejati.
d. Teknik Penampilan
Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu pelajar
menerapkan dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilan
baru mereka pada pekerjaan sehingga pembelajaran tetap melekat dan
prestasi terus meningkat. Dalam istilah pertanian penampilan hasil
sama dengan panen.

4. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Accelerated Learning


a. Belajar Melibatkan Seluruh Pikiran dan Tubuh. Belajar tidak hanya
menggunakan “otak” (sadar, rasional, memakai “otak kiri”, dan verbal),
tetapi juga melibatkan seluruh tubuh atau pikiran dengan segala emosi,
indra dan sarafnya. Murid diajak terlibat penuh dalam proses belajar-
mengajar. Belajar bukan mengumpulkan informasi pasif tapi
menciptakan pengetahuan secara aktif.

8
b. Belajar adalah Berkreasi, bukan Mengonsumsi. Pengetahuan bukanlah
sesuatu yang diserap oleh peserta didik, melainkan sesuatu yang
diciptakan oleh peserta didik.
c. Kerja Sama Membantu Proses Belajar. Semua usaha belajar yang baik
mempunyai landasan sosial. Suatu komunitas belajar selalu lebih baik
hasilnya dari pada beberapa individu yang belajar sendi-sendiri, karena
kerja sama diantara mereka mempercepatnya. Kerja sama dapat
menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya pengalaman dan
cara pandang yang sempit.
d. Pembelajaran Berlangsung Pada Banyak Tingkatan Secara Simultan.
Belajar bukan hanya menyerap satu hal kecil pada satu waktu secara
linier, melainkan menyerap banyak hal sekaligus. Belajar Berasal dari
Mengerjakan Pekerjaan Itu Sendiri (dengan umpan balik). Belajar
paling baik adalah belajar dalam konteks. Hal-hal yamg dipelajari
secara terpisah akan sulit diingat dan mudah menguap. Kita belajar
berenang dengan berenang, cara bernyanyi dengan bernyanyi dan lain
sebagainya
e. Emosi Positif Sangat Membantu Peserta didik. Perasaan menentukan
kualitas dan juga kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif
menghalangi belajar, dan perasaan positif mempercepatnya.

5. Pendekatan Model pembelajaran Accelerated Learning


a. Belajar Somatis
“Somatis” berasal dari bahasa yunani yang berarti tubuh-soma
(seperti dalam psikosomatis). Jadi, belajar somatis berarti belajar
dengan indra peraba, kinestetis, praktis-melibatkan fisik dan
menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.
b. Belajar Auditori
Belajar auditori adalah belajar dengan berbicara dan mendengar.
Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi auditori yang kuat

9
dalam diri pembelajaran, carilah cara untuk mengajak mereka untuk
membicarakan apa yang sedang mereka pelajari.
c. Belajar Visual
Belajar visual adalah belajar dengan mengamati dan
menggambarkan. Ada beberapa hal yang dapat guru manfaatkan untuk
membuat pembelajaran lebih visual, diantaranya adalah: bahasa yang
penuh gambar, bahasa tubuh yang dramatis, cerita yang hidup, perihal
ruangan, dekorasi berwarna-warni dan lain sebagainya
d. Belajar Intelektual
Menurut Dave Meier yang dimaksud dengan “intelektual” disini
bukanlah pendekatan belajar tanpa emosi, tidak berhubungan,
rasionalistis, “akademis”, dan terkotak-kotak, melainkan menunjukkan
apa yang dilakukan peserta didik dalam pikiran mereka secara internal
ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu
pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari
pengalaman tesebut.

C. Definisi Pembelajaran Quantum


1. Definisi Pembelajaran Quantum
Istilah “Pembelajaran Kuantum” diadopsi dari istilah
Inggris “Quantum Teaching”.“Quantum Teaching” merupakan badan ilmu
pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian,
dan fasilitasi di SuperCamp, sebuah program percepatan belajar
(accelerated learning) yang mempraktikkan metode belajar kuantum
(Quantum Learning).
Sedangkan secara umum Quantum Teaching adalah sebuah metode
dan proses pembelajaran di dalam kelas yang mengoptimalkan interaksi
berbagai unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya.
Quantum Teaching adalah pengajaran yang menumbuhkan suasana
kebersamaan, menciptakan kenyamanan dan ketenangan dalam belajar,
serta memberikan penyadaran kepada peserta didik terhadap proses yang

10
sedang dijalani. Dari segi konsepnya Quantum Teaching merupakan
dialektika teori-teori belajar dan teori psikologi yang menciptakan sebuah
paradigma baru yang inklusif mengenai pembelajaran.

2. Landasan Filosofi dan Teoritis Pembelajaran Quantum


a. Accelerated Learning
Merupakan model pembeljaran yang mendorong siswa untuk
lebih cepat, lebih efektif, dan lebih menyenangkan. Dengan model ini
materi pembelajaran menjadi lebih bermakna dan daya ingat peserta
didik menjadi lebih kuat. Accelerated Learningmenggabungkan
penggunaan musik, seni dan warna sebagai fokus lingkungan fisik,
suasana emosional dan pembahasan.
b. Multiple intelegences
Multiple intelegences atau kecerdasan majemuk adalah teori
yang menyatakan bahwa setiap anak memiliki kecerdasan yang
beragam. Menurut Gardner kecerdasan majemuk menggambarkan
beragam kecerdasan otak meliputi spatial-visual, linguistic-verbal,
interpersonal, musical rhythmicnaturalist, bodily kinesthesic, logical
mathematic.
c. Neuro Linguistic Programming
Secara bebas Neuro Linguistic Programming (NLP) dapat
diterjemahkan sebagai pemograman bahasa untuk menggerakkan alam
bawah sadar. Dalam teori ini dijelaskan bahwa cara otak
mengorganisasikan informasi dan menunjukan bagaimana individu-
individu dapat membuat strategi untuk perubahan yang lama. NLP
adalah konsep tentang bahasa positif dan efek bahasa dalam
lingkungan pembelajaran.
d. Cooperative Learning
Maksudnya adalah pembelajaran kerja sama yang di mulai
dengan instruksi kepada siswa untuk membentuk kelompok kecil.
Siswa kemudian bekerjasama dengan anggota kelompok lainya untuk

11
memaksimalkan kelompoknya dan masing-masing dalam memahami
bahan ajar. Dalam hal ini terbentuk suasana saling ketergantungan
yang positif antar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum


a. Segalanya Berbicara.
Prinsip Segalanya Berbicara mengandung pengertian bahwa
segala sesuatu di ruang kelas “berbicara” mengirim pesan tentang
belajar. Dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas
yang dibagikan hingga rancangan pelajaran. Setiap detail mengabarkan
sesuatu tentang diri dan sikap guru terhadap hal mengajar dan belajar.
Sebab itu dalam proses pembelajaran, guru wajib menggubah kelas
menjadi “komunitas belajar” masyarakat mini yang setiap detailnya
telah digubah secara saksama untuk mendukung belajar optimal dari
cara mengatur bangku, menentukan kebijakan kelas, hingga cara
merancang pengajaran.
b. Segalanya Bertujuan.
Segalanya Bertujuan berarti bahwa semua upaya yang
dilakukan guru dalam menggubah kelas mempunyai tujuan, yaitu agar
siswa dapat belajar secara optimal untuk mencapai prestasi yang
tertinggi.
c. Pengalaman Sebelum Pemberian Nama.
Proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami
informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk hal-hal yang
mereka pelajari. Pengalaman menciptakan ikatan emosional dan
peluang untuk penamaan. Pengalaman juga menciptakan pertanyaan
mental, seperti: Apa?, Mengapa?, Bagaimana?. Jelasnya, pengalaman
membangun keingintahuan siswa, menciptakan petanyaan dalam benak
mereka, membuat mereka penasaran. Jadi, sebelum menyajikan materi
pelajaran, guru perlu terlebih dahulu memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengalami atau mempraktikkan sendiri.

12
d. Akui Setiap Usaha.
Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar
dari kenyamanan. Ketika siswa telah mengambil langkah ini, mereka
patut diberi pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
Prinsip Akui Setiap Usaha mengandung konsekuensi bahwa dalam
pembelajaran, guru harus mengakui setiap usaha siswa, baik usaha
yang sudah tepat atau yang belum. Perlu dipahami bahwa dalam
pembelajaran kuantum tidak dikenal istilah “gagal”. Yang ada
hanyalah hasil dan umpan balik. Setiap hasil adalah prestasi, dan
masing-masing akan menjadi umpan balik demi pencapaian hasil yang
tepat sebagaimana dimaksudkan.
e. Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan.
Perayaan merupakan sarapan bagi pelajar juara. Perayaan
memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan
asosiasi emosi positif dengan belajar. Mengadakan perayaan bagi
siswa akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab dan
mengawali proses belajar mereka sendiri. Perayaan juga akan
mengajarkan kepada siswa mengenai motivasi hakiki tanpa “insentif”.
Siswa akan menanti kegiatan belajar, sehingga pendidikan mereka
lebih dari sekadar mencapai nilai tertentu.

4. Metodel-metode dalam Model Pembelajaran Quantum Teaching


a. Metode TANDUR
Agar proses pembelajarn dengan model quantum teaching ini
dapat benar-benar sedinamis mungkin. Maka, perlu melalui tahap-
tahapan di bawah ini yang sering dikenal sebagai kerangka rancangan
quantum teaching TANDUR yaitu :
1) Tahap pertama: Tumbuhkan
2) Tahap Kedua : Alami
3) Tahap Ketiga : Namai
4) Tahap Keempat : Demonstrasi

13
5) Tahap Kelima : Ulangi
6) Ahap Keenam: Rayakan
b. Metode AMBAK
1) A : Apa yang dipelajari
2) M : Manfaat
3) BAK : Bagiku

5. Prosedur dan Strategi Aplikasi Quantum Teaching


Pelaksanaan atau praktik pembelajaran Quantum, di kelas mengikuti
tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Menata ruang kelas Pembelajaran Quantum
1) Menciptakan suasana yang memberdayakan.
2) Menciptakan landasan yang kukuh.
3) Menciptakan lingkungan yang mendukung.
4) Menciptakan rancangan pengajaran yang dinamis.
5) Menyiapkan sarana dan berbagai metode dan bentuk kegiatan
pembelajaran
b. Menata penyampaian materi pelajaran.
1) Mengorkestrasika prensentasi belajar (memunculkan kesan saat
berkomuikasi, mengarahkan fokus, inklusif, dan spesifik).
2) Mengorkestrasikan fasilitas yang elegan
a) Menggunakan prinsip Know, Explain, Get
b) Mempengaruhi prilaku siswa melalui tindakan
c) Menciptakan strategi berpikir
d) Tanya jawab dalam belajar
3) Mengorkestrasikan keterampilan belajar.

6. Kelebihan dan kekurangan Quantum Teaching


a. Kelebihan Quantum Teaching
1) Selalu berpusat pada apa yang masuk akal bagi siswa.
2) Menumbuhkan dan menimbulkan antusiasme siswa.

14
3) Adanya kerjasama.
4) Menawarkan ide dan proses cemerlang dalam bentuk yang enak
dipahamisiswa.
5) Menciptakan tingkah laku dan sikap kepercayaan dalam diri
sendiri.
6) Belajar terasa menyenangkan.
7) Ketenangan psikologi.
8) Motivasi dari dalam.
9) Adanya kebebasan dalam berekspresi.
10) Menumbuhkan idialisme, gairah dan cinta mengajar oleh guru.
b. Kekurangan Quantum Teaching
1) Memerlukan persiapan yang matang bagi guru dan lingkungan
yang mendukung.
2) Memerlukan fasilitas yang memadai.
3) Model ini banyak dilakukan di luar negeri sehingga kurang
beradaptasi dengan kehidupan di Indonesia.
4) Kurang dapat mengontrol siswa

D. Metode Diskusi Buzz Group


1. Metode Diskusi Buzz Group
metode diskusi buzz group adalah suatu metode yang membagi kelas
besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 siswa untuk
memecahkan masalah yang diberikan guru. Hasil diskusi ditulis oleh salah
satu siswa dan dikumpulkan ke guru. Kemudian guru membahas materi
diskusi untuk mencapai suatu kesimpulan yang benar.
Diskusi buzz group dapat dilaksanakan ditengah-tengah atau diakhir
pembelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran,
memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-petanyaan
(Hasibuan dan Moedjiono, 1995:21).

15
2. Kelebihan Metode Buzz Group Setiap metode pembelajaran mempunyai
a. Metode Diskusi Buzz Group Mendorong siswa yang malu-malu untuk
memberikan sumbangan pikiran sehingga dapat meningkatkan
partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam
diskusiMenciptakan suasana yang menyenangkan
b. Menghemat waktu memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan;
Memberikan variasi kegiatan belajar yang disertai dengan penggunaan
metode lain
c. Membangkitkan motivasi siswa, motivasi ini dapat menjadikan siswa
berpikir ilmiah dan dapat mengembangkan pengetahuan
d. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan
pendapat dan mengembangkan kesamaan pendapat dalam mencari
suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan
e. Menguasai bahan Dengan diskusi siswa terbantu untuk lebih menguasai
bahan yang didiskusikan, bukan hanya menghafal.
f. Memecahkan persoalan Dengan diskusi siswa dapat memecahkan
persoalan yang dianjurkan guru, jadi siswa belajar memecahkan
persoalan bersama.
g. Perkembangan moral Dengan diskusi siswa dilatih mengembangkan
moral seperti menghargai nilai moral seperti menghargai nilai orang.

3. Kekurangan Metode Diskusi Buzz Group Membutukan waktu yang cukup


lama untuk melakukan persiapan
Metode ini tidak akan berhasil bila anggota kelompok terdiri dari
individu yang tidak tahu apa-apa; Diskusi berputar-putar. Berdasarkan
pernyataan diatas metode diskusi buzz group memiliki beberapa kelebihan
dan kekurangan. Peranan guru menjadi sangat penting dalam mengatasi
beberapa kelemahan metode ini, seperti menyiapkan perangkat
pembelajaran dan hal-hal yang dibutuhkan sebelum pelaksanaan
pembelajaran, menjadi motivator siswa untuk mempelajari materi yang
akan diajarkan lebih dulu, menjadi fasilitator disaat siswa mengalami

16
kesulitan dan selalu memantau kegiatan diskusi siswa sehingga diskusi
dapat berjalan lancar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4. Langkah-langkah Metode Buzz Group Membantu siswa dalam melakukan


kegiatan belajar
Adalah tugas seorang guru meskipun dalam pemebelajaran metode
ini siswa dituntut untuk belajar dan memecahkan masalah sendiri. Hal
tersebut dilakukan oleh guru agar tujuan pemebelajaran dapat tercapai.
Penerapan suatu metode pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila
guru memahami secara jelas tentang prosedur pelaksanaan metode yang
digunakan. Menurut Surjadi (dalam Supriadi, 2006) prosedur pelaksanaan
metode buzz group sebagai berikut : Guru membagi kelas menjadi
beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 3-4 siswa. Tiap kelompok
mengerjakan topik yang sama dengan dibatasi waktu tertentu. Guru
menyampaikan materi secara umum atau garis besar dengan metode
ceramah, kemudian guru menentukan topik masalah yang akan
didiskusikan. Selama diskusi berlangsung guru memantau dan
memperhatikan aktivitas siswa. Guru mengunjungi setiap kelompok untuk
mengetahui adakah kelompok yang memerlukan bantuan untuk memahami
tugasnya. Sebelum diskusi diakhiri, guru memberikan peringatan mengenai
batas waktu dalam menyelesaikan tugas. Setelah waktu yang ditentukan
telah selesai, hasil diskusi tiap kelompok di kumpulkan ke guru. Guru
membahas topik masalah tersebut untuk memperbaiki konsep siswa.

E. Diskusi kelompok terarah atau Focus Group Discussion (FGD)


1. Definisi
Diskusi kelompok terarah atau Focus Group Discussion (FGD)
adalah suatu proses pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang
sangat spesifik melalui diskusi kelompk, diskusi kelompok terarah adalah
wawancara dari sekelompok kecil orang yang dipimpin oleh seorang
narasumber atau moderator yang secara halus mendorong peserta untuk

17
berani berbicara terbuka dan spontan tentang hal yang dianggap penting
yang berhungan dengan topik diskusi saat itu. Interaksi diantara peserta
merupakan dasar untuk memperoleh informasi. Peserta mempunayi
kesempatan yang sama untuk mengajukan dan memberikan pernyataan,
menanggapi, komentar maupun mengajukan pertanyaan.

2. Tujuan FGD
Tujuan FGD adalah untuk memperoleh masukan maupun informasi
mengenai suatu permasalahan. Penyelesaian tentang masalah ini ditentukan
oleh pihak lain setelah masukan diperoleh dan dianalisa.

3. Karakteristik FGD
Peserta terdiri dari 6 – 12 orang dengan maksud agar setiap individu
mendapat kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Umumnya FGD
dilaksanakan pada populasi asaran yang homogen (mempunayi ciri-ciri
yang sama)< ciri-ciri yang sama tersebut ditentukan oleh tujuan dari
penelitian

4. Pembentukam FGD
Setiap FGD dibutuhkan 1 (satu) orang moderator, 1 (satu) pencatat
proses, 1 (satu) pengembang peserta dan 1 (satu) atau 2 (dua) orang logistik
dan blocker

5. Keuntungan Diskusi Kelompok Terarah (FGD)


a. Biaya relatif murah.
b. Waktu yang digunakan cukup singkat.
c. Moderator relatif dapat dilakukan oleh siapa saja dengan melakukan
pelatihan pendek dan mengujicobakan menjalankan diskusi.
d. Dapat digunakan untuk menggali kebiasaan, keyakinan dan penilaian
dari sebuah kelompok.

18
e. Perhatian yang penting dan mungkin tidak muncul dalam kehidupan
sehari-hari, melalui diskusi kelompok ini dapat dimunculkan.

6. Kelemahan Diskusi Kelompok Terarah (FGD)


a. Peserta seringkali tidak mewakili seluruh kelompok sasaran.
b. Kelompok yang terlibat mungkin sulit untuk dikendalikan.
c. Hasil dan kesimpulan diskusi dapat dipengaruhi oleh pandangan atau
pendekatan dari moderator.
d. Tidak mempunyai data statistik.

7. Tiga alasan perlunya melakukan FGD, yaitu alasan filosofis, metodologis,


dan praktis
a. Alasan Filosofis
Pengetahuan yang diperoleh dalam menggunakan sumber
informasi dari berbagai latar belakang pengalaman tertentu dalam
sebuah proses diskusi, memberikan perspektif yang berbeda dibanding
pengetahuan yang diperoleh dari komunikasi searah antara peneliti
dengan responden.
Penelitian tidak selalu terpisah dengan aksi. Diskusi sebagai
proses pertemuan antarpribadi sudah merupakan bentuk aksi .
b. Alasan Metodologis
Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat
dipahami dengan metode survei atau wawancara individu karena
pendapat kelompok dinilai sangat penting.Untuk memperoleh data
kualitatif yang bermutu dalam waktu relatif singkat. FGD dinilai
paling tepat dalam menggali permasalahan yang bersifat spesifik, khas,
dan lokal. FGD yang melibatkan masyarakat setempat dipandang
sebagai pendekatan yang paling sesuai.
c. Alasan Praktis
Penelitian yang bersifat aksi membutuhkan perasaan memiliki
dari objek yang diteliti- sehingga pada saat peneliti memberikan

19
rekomendasi dan aksi, dengan mudah objek penelitian bersedia
menerima rekomendasi tersebut. Partisipasi dalam FGD memberikan
kesempatan bagi tumbuhnya kedekatan dan perasaan memiliki.
Kegunaan FGD di samping sebagai alat pengumpul data adalah
sebagai alat untuk meyakinkan pengumpul data (peneliti) sekaligus
alat re-check terhadap berbagai keterangan/informasi yang didapat
melalui berbagai metode penelitian yang digunakan atau keterangan
yang diperoleh sebelumnya, baik keterangan yang sejenis maupun
yang bertentangan.

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mengajar merupakan aktivitas yang kompleks yang mengandung unsur
teknologi, ilmu seni, dan pilihan nilai. Aktivitas mengajar memerlukan
kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi kompetensi
guru secara utuh dan menyeluruh.
Guru memiliki peranan penting dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Berhasilnya suatu proses belajar sangat bergantung pada kompetensi-
kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru. Oleh karena itu, untuk menjadi
seoarang guru yang profesional, para calon pendidik (guru) perlu berlatih terus
menerus, antara lain melalui Micro Teaching.
Melalui micro teaching, para calon pendidik (guru) dapat:
1. Mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum terjun kekelas yang
sebenarnya
2. Menguasai beberapa keterampilan dasar mengajar dan memahami kapan
dan bagaimana keterampilan itu diterapkan, sehingga calaon guru mampu
menciptakan proses pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik
3. Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah
keterampilan dasar mengajar secara terpisah.
4. Memberikan pemahaman mengenai 4 kompetensi pendidik seta 10
kompetensi guru yang harus dimiliki oleh seorang calon pendidik.

B. SARAN
Dalam dunia pendidikan masih banyak pendidik atau guru-guru yang
belum memahami dan mengerti pentingnya kompetensi atau keterampilan
dalam mengajar. Mereka hanya berpikir bahwa mengajar adalah hal yang
biasa-biasa saja, hal ini membuat banyak para pendidik atau guru gagal dalam
menghasilkan output-output yang berkualitas.

21
Disamping itu juga, kurangnya keterampilan atau kompetensi yang
dimiliki oleh seorang guru, menjadi factor utama kegagalan mereka untuk
menjadi seorang guru yang profesional.
Oleh karena, saran penulis kepada calon pendidik ataupun yang sudah
menjadi guru serta kepada semua pembaca, agar senantiasa mau terus belajar
dan berlatih, sehingga dapat mengembangkan kemampuan atau keterampilan
dalam mengajar sehingga dapat menghasilkan generasi-generasi muda yang
berkualitas.

22
DAFTAR PUSTAKA

Colin Rose, Malcom J Nichol. 2010. Accelerated Leraning For The 21 Century:
Cara Belajar Cepat Abad XXI, diterjemah oleh Dedy Ahimsa, Bandung:
Nuansa, Cet. IV.

Dave Meir. 2011. The Accelerated Learning Handbook: Panduan Kreatif dan
Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan, Saduran. Bandung:
Kaifa.

Suparno, P. 2012. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan


Menyenangkan. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Supriadi. 2013. Penerapan Pembelajaran dengan Metode Buzz Group untuk


Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Jember
: FKIP UNEJ.

Suprijanto. 2012. Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta :
PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai