Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pengetahuan


2.1.1 Pengetahuan
2.1.1.1 Definisi pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” penginderaan manusia
pada manusia terhadap suatu objek tertentu. Proses
penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan
peraba melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang ( over behavior ) (Notoatmodjo disitasi oleh Wawan
& Dewi, 2011).
2.1.1.2 Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo ( 2012 ), ada beberapa cara untuk
memperoleh pengetahuan, yaitu :
a. Cara Coba-Salah ( Trial and Error )
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah dan
apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
apabila kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan
kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan
ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba
kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini
disebut trial (coba) error (gagal atau salah) atau metode
coba salah coba-coba.
b. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak kebiasaan
dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa

9
10

penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.


Kebiasaan-kebiasaanya diwariskan turun temurun dari generasi
kegenerasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut
diperoleh berdasarkan pada otoritas pemerintah, otoritas pemimpin
agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetauan. Prinsip ini adalah orang
lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang
mempuyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan
kebenarannya, baik berdasarkan fakta emferis maupun berdasarkan
penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima
pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah
benar.
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah
ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh ilmu pengetahuan.
d. Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia
pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia
telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun
deduksi.
e. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru dalam memperoleh ilmu pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “ Metode
Penelitian Ilmiah”, atau lebih popular disebut metodelogi penelitian
(research methodology).
2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Wawan & Dewi (2011), faktor yang mempengaruhi
pengetahuan meliputi :
11

a. Faktor Internal
1) Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-
hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
3) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir.
b. Faktor Eksternal
1) Fakor Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi.
2.1.1.4 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (disitasi oleh Wawan & Dewi 2011), dalam
domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat
intelektual (cara berpikir, berinteraksi, analisa, memecahkan masalah
dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut :
12

a. Tahu ( Knowledge)
Menunjukan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya.
Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau
mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil dihimpun
atau dikenali ( recall of facts ).
b. Memahami ( Comprehension )
Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding) tentang hal
yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang bersangkutan
maka juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain.
Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya dalam kemampuan
menterjemahkan, menginterprestasi, menafsirkan, meramalkan dan
mengeksplorasikan.
c. Menerapkan ( Aplication )
Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah
dipahami kedalam situasi dan kondisi yang sesuai. Kemampuan
menerjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan, meramalkan dan
mengeksplorasikan.
d. Analisa ( Analysis )
Analisa adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian
yang terjadi usur-unsur dan komponen-komponen yang berhubungan
antara yang satu dengan yang lainnya dalam suatu bentuk susunan yang
berarti.
e. Sintesi ( Syntesis )
Sintesis adalah kemamuan untuk menyusun kembali bagian-bagian atau
unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti
tertentu.
f. Evaluasi ( Evaluasion )
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membagikan hal yang
bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya, sehingga
diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang
dinilainya.
13

2.1.1.5 Pengukuran Pengetahuan


Menurut Arikunto ( disitasi oleh Wawan & Dewi, 2011 ),
pengetahuan dapat diketahui dengan metode persentase
sebagai berikut :
a. Baik : Hasil persentase 76% - 100%
b. Cukup : Hasi persentase 56% - 75%
c. Kurang : Hasil persentase < 56%.

2.1.2 Konsep Informed Consent


2.1.2.1 Sejarah Informed consent
Informed Consent menjadi kewajiban bagi tenaga kesehatan
dalam melakukan tindakan medis di Amerika Serikat dan
Eropa sejak tahun 1960. Sejarah Informed Consent berawal di
revolusi Perancis, sejak Rousseau pada tahun 1780
mencetuskan “Declaration de droit de I’homme et du citoyen”
(pernyataan hak seseorang dan hak warga negara). Pada 1791,
Assemble e Nationale merumuskan pernyataan itu dengan
semboyan “Liberte, Egalite, Fraternite” (Kemerdekaan,
Kesamaan, Persaudaraan). Presiden Roosevelt pada tahun 1942
dalam sidang umum PBB mengemukaan gagasan, antara lain:
bebas berbicara dan berpikir, bebas beragama, bebas dari
ketakutan, dan bebas dari kekurangan dan kemiskinan.
Kemudian pada tahun 1948 General Assemble UNO
menyempurnakannya dan menyatakan “Universal Declaration
of Human Rights” berasaskan self determination. Setelah itu,
pada tahun 1972 diterbitkan American Bill of Right.
Masyarakat ekonomi Eropa pada tahun 1979 menerbitkan
“Charter of Hospital Patients”, dan “The Rights of Hospital
Patiens” (Afif, 2014).

Anda mungkin juga menyukai