Anda di halaman 1dari 14

RMK PERPAJAKAN

PAJAK NEGARA DAN PAJAK DAERAH

OLEH :
KELOMPOK 2
NI MADE CINTYA SEPTIANI DEWI (16)
NI WAYAN EKA ASTINI NINGSIH (19)
NI WAYAN FEBYANA WULANDARI (23)
NI KADEK MIRA (32)
KARTIKA DEWI (37)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2016
2.1 PAJAK NEGARA
Pajak Pusat atau Pajak Negara adalah pajak-pajak yang dikelola oleh
Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat
Jenderal Pajak - Kementerian keuangan. Segala pengadministrasian yang
berkaitan dengan pajak pusat, akan dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)
dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak serta di Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Pajak.

Pajak-pajak pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi:

1. Pajak Penghasilan (PPh)

PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak.
Yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal baik
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan
dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka
penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah,
dan lain sebagainya.

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean (dalam wilayah Indonesia).
Orang Pribadi, perusahaan, maupun pemerintah yang mengkonsumsi
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dikenakan PPN. Pada dasarnya,
setiap barang dan jasa adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak,
kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN.

3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Selain dikenakan PPN, atas pengkonsumsian Barang KenaPajak tertentu


yang tergolong mewah, juga dikenakan PPnBM. Yang dimaksud dengan
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah adalah:

a. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau


b. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau
c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi; atau
d. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau
e. Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat,
serta mengganggu ketertiban masyarakat.

4. Bea Meterai.

Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen,


seperti surat perjanjian, akta notaris, serta kwitansi pembayaran, surat
berharga, dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah
tertentu sesuai dengan ketentuan.

5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan


tanah dan atau bangunan. PBB merupakan Pajak Pusat namun demikian
hampir seluruh realisasi penerimaan PBB diserahkan kepada Pemerintah
Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota.
Mulai 1 Januari 2010, PBB Perdesaan dan perkotaan menjadi Pajak
Daerah sepanjang Peraturan Daerah tentang PBB yang terkait dengan
Perdesaan dan Perkotaan telah diterbitkan. Apabila dalam jangka waktu
dari 1 Januari 2010 s.d Paling lambat 31 Desember 2013 Peraturan
Daerah belum diterbitkan, maka PBB Perdesaan dan Perkotaan tersebut
masih tetap dipungut oleh Pemerintah Pusat.
Mulai 1 januari 2014, PBB pedesaan dan Perkotaan merupakan pajak
daerah. Untuk PBB Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan masih tetap
merupakan Pajak Pusat.
2.2 PAJAK DAERAH
Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah
baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota dan hasilnya dipergunakan
untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD). Untuk
pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak daerah, akan dilaksanakan
di Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah atau Kantor
sejenisnya yang dibawahi oleh Pemerintah Daerah setempat.

2.3 JENIS DAN OBJEK PAJAK DAERAH


Berdasarkan Undang-Undang No. 34 tahun 2000 Pajak daerah dibagi menjadi
dua bagian, yaitu :
1. Jenis Pajak Propinsi terdiri dari :
a. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air;
b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air;
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor;
d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.
2. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari :
a. Pajak Rokok.
b. Pajak Hotel.
c. Pajak Restoran.
d. Pajak Hiburan.
e. Pajak Reklame;
f. Pajak Penerangan Jalan;
g. Pajak Pengambilan bahan galian golongan C;
h. Pajak Parkir.
Pajak dapat dikenakan dengan satu syarat mutlak yang harus dipenuhi
adalah adanya objek pajak yang dimiliki atau dinikmati oleh wajib pajak. Pada
dasarnya objek pajak merupakan manifestasi dari tatbestand (keadaan yang
nyata). Dengan demikian, tatbestand adalah keadaaan, peristiwa, atau perbuatan
yang menurut peraturan perundang-undangan pajak dapat dikenakan pajak.
Kewajiban pajak dari seorang wajib pajak muncul (secara Objektif) apabila ia
memenuhi tatbestand. Tanpa terpenuhinya tatbestand, tidak ada pajak terutang
yang harus dipenuhi atau dilunasi. Ketentuan dalam Undang-Undang No.18
Tahun 1997 maupun Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tidak secara tegas dan
jelas menentukan yang menjadi objek pajak pada setiap jenis pajak daerah.
Penentuan mengenai objek pajak daerah terdapat pada Peraturan Pemerintah
Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
2.4 TARIF PAJAK DAERAH
Tarif untuk setiap jenis pajak adalah :
a. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut:
1) Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar
1% dan paling besar 2%.
2) Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tariff
dapat diterapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% dan paling
tinggi 10%.
b. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor Angkutan Umum, Ambulans, Pemadam
Kebakaran, Sosial Keagamaan, Lembaga Sosial dan Keagamaan,
Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lainnya
ditetapkan dengan Peraturan Daerah ,ditetapkan paling rendah sebesar 0.5%
dan paling tinggi sebesar 1%.
c. Tariff Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar
ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% dan paling tinggi sebesar 0,2%.
d. Tariff bea balik nama kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi masing
masing sebagai berikut :
1) Penyerahan pertama sebesar 20%
2) Penyerahan keduan dan seterusnya sebesar 1%
e. Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar tidak
menggunakan jalan umum tariff pajak ditetapkan paling tinggi masing-
masing sebagai berikut :
1) Penyerahan pertama sebesar 0.75%.
2) Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0.0075%.
f. Tariff pajak bahan bakar kendaraan bermototr ditetapkan paling tinggi
sebesar 10%. Khusus tariff pajak bahan bakar kendaraan bermotor untuk
bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% lebih
rendah dari tariff pajak bahan bakar kendaraan bermotor untuk kendaraan
pribadi.
g. Tarif pajak air permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
h. Tarif pajak rokok ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok.
i. Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
j. Tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
k. Tarif pajak hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35%.
l. Tarif pajak reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25%.
m. Tarif pajak penerangan jalan dietatapkan paling tinggi sebesar 10%.
n. Tarif pajak mineral bukan logam dan batuan ditetapkan paling tinggi sebesar
25%.
o. Tarif pajak parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30%.
p. Tarif pajak air tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20%.
q. Tarif pajak sarang burung walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
r. Tarif pajak bumi dan bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3%.
s. Tarif bea perolehan hak atas tanah dan bangunan ditetapkan paling tinggi
sebesar 5%.

2.5 TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH


Dalam tata cara pemungutan pajak harus diperhatikan tiga garis besar, yaitu :
1. Stelsel Pajak.
Tata cara pemngutan pajak yaitu dapat dilakukan berdasarkan pada 3 stelsel
pajak :
a. Stelsel Pajak Nyata
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata),
sehingga pemungutan pajak baru dapat dilakukan pada akhir tahun
pajak, yaitu setelah diketahui penghasilan yang sesungguhnya.
b. Stelsel Pajak Anggapan
Pengenaan pajak yang didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
Undang-Undang. Contohnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama
dengan tahun sebelumnya, sehingga pda waktu awal tahun pajak sudah
dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak
berjalan.
c. Stelsel Pajak Campuran
Pengenaan pajak campuran ini merupakan kombinasi anatar stelsel pajak
nyata dan stelsel pajak anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak
dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun
besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan sebenarnya. Jika besarnya
pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut anggapan,
maka si wajib pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil,
kelebihannya dapat diminta kembali.

2. Asas Pemungutan Pajak.


a. Asas Pajak Domisili (Asas tempat tinggal)
Negara memiliki wewenang atas seluruh penghasilan wajib pajak yang
bertempat tinggal di wilayahnya.
b. Asas Pajak Sumber
Dalam tata cara pemungutan pajak harus memperhatikan sumber
pajaknya berasal. Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan
yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatukan tempat tinggal
wajib pajak.
c. Asas Pajak Kebangsaan.
Dalam tata cara pemungutan, pajak harus dihubungkan dengan
kebangsaan suatu Negara.

3. Sistem Pemungutan Pajak


a. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh
wajib pajak. Fiskus adalah perbendaharaan pajak. Cirri cirinya :
- Wewenang untuk menentukan berapa besar pajak terutang yang ada
pada fiskus.
- Wajib pajak bersifat pasif.
- Utang pajak akan timbul pada saat dikeluarkannya surat ketetapan pajak
oleh fiskus.
b. Self Assessment System
Adalah sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada wajib
pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Cirri-
cirinya :
- Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib
pajak sendiri.,
- Dalam hal ini wajib pajak bersifat aktif, mulai dari menghitung,
menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.
- Fiskus tidak ikut campur, akan tetapi hanya mengawasi.
c. With Holding System
Adalah sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Cirri-cirinya
: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
ketiga, pihak lain selain fiskus dan wajib pajak.

Pemungutan pajak dilarang diborongkan. Setiap Wajib Pajak wajib


membayar pajak yang terutang berdasarkan surat ketetepan pajak atau dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan
penetapan Kepala Daerah dibayar dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak
Daerah(SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis dan nota
perhitungan.
Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpaajakan sendiri dibayar
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat
Pemberitahuan Daerah Kurang Bayar (SPDKB), dan/atau Surat Ketetapan Pajak
Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT).

2.6 RETRIBUSI DAERAH


Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
ketika kita melakukan pembayaran Retribusi Daerah, maka pembayaran yang
dilakukan merupakan kompensasi atas sebuah jasa/layanan yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah. Apabila ada sebuah pungutan yang dinamakan Retribusi
namun tidak terdapat jasa/layanan yang diberikan kepada pembayar Retribusi,
maka pada hakikatnya pembayaran tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai
Retribusi.

2.7 JENIS DAN OBJEK RETRIBUSI DAERAH


Obyek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah. Tidak semua yang diberikan oleh Pemerintah Daerah dapat
dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut
pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan sebagai obyek retribusi. Jasa
tertentu tersebut dikelompokkan ke dalam 3 golongan, yaitu Jasa umum, Jasa
usaha, dan Perizinan tertentu.
A. Retribusi Jasa Umum
Obyek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah:

1. Retribusi Pelayanan Kesehatan; Objek Pelayanan kesehatan adalah


pelayanan kesehatan di Puskesmas, Balai Pengobatan, dan Rumah Sakit
Umum Daerah. Dalam retribusi pelayanan kesehatan ini tidak termasuk
pelayanan pendaftaran;
2. Retribusi Pelayanan Persampahan atau kebersihan; Pelayanan
persampahan/kebersihan meliputi pengambilan, pengangkutan, dan
pembuangan serta penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan sampah
rumah tangga, dan perdagangan, tidak termasuk pelayanan kebersihan
jalan umum dan taman;
3. Retribusi Penggantian Biaya cetak Kartu penduduk dan Akte catatan
Sipil. Akte catatan sipil meliputi akte kelahiran, akte perkawinan, akte
perceraian, akte pengesahan dan pengakuan anak, akte ganti nama bagi
warga negara asing, dan akte kematian;
4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan pengabuan Mayat; Pelayanan
pemakaman dan pengabuan mayat meliputi pelayanan penguburan atau
pemakaman termasuk penggalian dan pengurugan, pembakaran atau
pengabuan mayat, dan sewa tempat pemakaman atau pembakaran atau
pengabuan mayat yang dimiliki atau dikelola Pemerintah Daerah;
5. Retribusi Pelayanan Parkir Tepi Jalan Umum; Pelayanan parkir di tepi
jalan umum adalah penyediaan pelayanan parkir ditepi jalan umum yang
ditentukan oleh pemerintah Daerah;
6. Retribusi Pelayanan Pasar. Pelayanan pasar adalah fasilitas pasar
tradisional atau sederhana berupa pelataran, los yang dikelola Pemerintah
Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang
dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara - Badan Usaha Milik Daerah
dan pihak swasta;
7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; Pelayanan pengujian
kendaraan bermotor adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
diselenggarakan oleh pemerintah Daerah;
8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; Pelayanan
pemeriksaan alat pemadam kebakaran adalah pelayanan pemeriksaan
dan/atau pengizinan oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alat pemadam
kebakaran yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat;
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta; Peta adalah peta yang dibuat
oleh Pemerintah Daerah, seperti peta dasar (garis), peta foto, peta digital,
peta tematik, dan peta teknis (struktur);
10. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan; Pelayanan pengujian kapal
perikanan adalah pengujian terhadap kapal penangkap ikan yang menjadi
kewenangan daerah.

B. Retribusi Jasa Usaha.


Obyek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial. Pelayanan yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah yang menganut prinsip komersial
meliputi :
- Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang
belum dimanfaatkan secara optimal;
- Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum memadai
disediakan oleh pihak swasta.

Jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:

1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; Pelayanan pemakaian kekayaan


daerah antara lain pemakaian tanah dan bangunan, pemakaian ruangan
untuk pesta pemakaian kendaraan/alat-alat berat/alat-alat besar rnilik
daerah. Sedangkan yang tidak termasuk dalam pengertian pelayanan
pemakaian kekayaan daerah adalah penggunanan tanah yang tidak
mengubah fungsi dari tanah tersebut, seperti pemancangan tiang telepon
atau listrik maupun penanaman/pembentangan kabel listrik /telepon di
tepi jalan umum;
2. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; Pasar grosir dan/atau
pertokoan adalah pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas
pasar/pertokoan yang dikontrakkan yang disediakan/diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang disediakan oleh Badan Usaha
Milik Daerah dan pihak swasta;
3. Retribusi Tempat Pelelangan. Tempat pelelangan adalah tempat yang
secara khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk melakukan
pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa
pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan.
Termasuk dalam pengertian tempat pelelangan adalah tempat yang
dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai
tempat pelelangan;
4. Retribusi Terminal; Pelayanan terminal adalah tempat Pelayanan
penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang bis umum, tempat
kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya dilingkungan terminal yang dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. Dengan ketentuan ini,
pelayanan peron tidak dipungut retribusi;
5. Retribusi Tempat Khusus Parkir; Pelayanan tempat khusus parkir adalah
pelayanan penyediaan tempat parkir yang disediakan, dimiliki dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang disediakan dan
dikelola oleh Badan usaha Milik Daerah dan pihak swasta;
6. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa; Pelayanan tempat
penginapan/pesanggrahan/villa milik daerah adalah penyediaan tempat
penginapan/pesanggrahan/villa yang dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha
Milik Daerah atau pihak swasta;
7. Retribusi Penyediaan Kakus. Pelayanan penyediaan kakus adalah
pelayanan penyedotan kakus/jamban yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah, tidak temasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah
atau pihak swasta;
8. Retribusi Rumah Potong Hewan; Pelayanan rumah potong hewan adalah
pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak
termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah
dipotong yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah;
9. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal; Pelayanan pelabuhan kapal adalah
pelayanan pada pelabuhan kapal perikanan dan/atau bukan kapal
perikanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan kapal yang
dimiliki dan/atau dikelola Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang
dikelola oleh Badan usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah
maupun oleh pihak swasta;
10. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga; Pelayanan tempat rekreasi
dan olah raga adalah tempat rekreasi, pariwisata dan olah raga yang
dimiliki dan/atau dikelola Pemerintah Daerah;
11. Retribusi Penyeberangan di Atas Air; Pelayanan penyeberangan di atas
air adalah pelayanan penyeberangan barang atau barang dengan
menggunakan kendaraan di atas air yang dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha
Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta;
12. Retribusi Pengolahan Limbah Cair; Pelayanan pengolahan limbah cair
adalah pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan
industri yang dikelola dan/atau dimiliki Pemerintah Daerah, tidak
termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah, dan pihak
swasta;
13. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah; Penjualan produksi usaha
daerah adalah penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah, antara
lain, bibit benih tanaman, bibit ternak, dan bibit/benih ikan, tidak
termasuk penjualan produksi usaha Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta.

Jenis-jenis retribusi jasa usaha untuk daerah Propinsi dan daerah


Kabupaten/Kota ditetapkan sesuai dengan jasa/pelayanan yang diberikan
oleh masing-masing daerah.

C. Retribusi Perizinan Tertentu

Obyeknya retribusi perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah


Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas
kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang prasarana,
atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan. Jenis retribusi perizinan tertentu untuk daerah Propinsi
dan daerah Kabupaten/Kota ditetapkan sesuai dengan kewenangan masing-
masing daerah.
Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu adalah:

a. Ijin peruntukan penggunaan tanah adalah pemberian izin atas penggunaan


tanah kepada badan usaha yang akan menggunakan tanah seluas 5.000
meter atau lebih yang dikaitkan dengan rencana tata ruang yang
bersangkutan
b. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah pemberian ijin untuk mendirikan
bangunan, termasuk kegiatan peninjauan desain dan pemantaun pelaksanaan
pembangunan agara tetap sesuai denganrencana teknis bangunan dan
rencana tata ruang yang berlak, serta pengawasan penggunaan bangunnan
meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat-syarat keselamatan
bagi yang menempati bangunan tersebut
c. Ijin tempat penjualan minuman beralkohol adalah pelayanan pemberian
injin untuk melakukan penjualan minuman beralkohol disuatu tempat
tertentu dilingkungan tertentu di wilayah kekuasaan Pemerintah Daerah
d. Ijin gangguan adalah pelayanan pemberian ijin tempat usaha kepada orang
pribadi atau badan dialokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya,
kerugian dan gangguan, tidak termasuk tempat usaha yang lokasinya
ditunjuk oleh Pemerintah Daerah
e. Ijin trayek adalah pelayanan pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan
untuk mnyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu trayek
tertentu
f. Ijin pengambilan hasil hutan adalah pelayanan pemberian ijin pengambilan
hasil hutan kepada orang pribadi atau badan untuk melakukan usaha
pengambilan hasil hutan ikutan antara lain damar, rotan, gaharu, tidak
termasuk pengambilan kayu hutan
2.8 SUBJEK RETRIBUSI DAERAH
1. Subyek retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Subyek
retribusi jasa umum ini dapat merupakan wajib retribusi jasa umum.
2. Subyek retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Subyek
ini dapat merupakan wajib retribusi jasa usaha.
3. Subyek retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah. Subyek ini dapat
merupakan wajib retribusi jasa perizinan tertentu.

2.9 PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN TARIF RETRIBUSI


DAERAH.

Tarif retribusi daerah ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan


memperhatikan prinsip dan sasaran penetapan tarif yang berbeda antar golongan
retribusi daerah.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Pasal 21 dan Peraturan


Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Pasal 8-10 prinsip dan sasaran dalam
penetapan tarif retribusi daerah ditentukan sebagai berikut:

1. Tarif retribusi jasa umum ditetapkan berdasarkan kebijakan daerah dengan


mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat, dan aspek keadilan.
2. Tarif retribusi jasa usaha ditetapkan berdasarkan pada tujuan utama untuk
memperoleh keuntungan yang layak, yaitu keuntungan yang dapat dianggap
memadai jika jasa yang bersangkutan diselenggarakan oleh swasta.
3. Tarif retribusi perizinan tertentu ditetapkan berdasarkan pada tujuan untuk
menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang
bersangkutan. Biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan
meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan dilapangan, penegakan
hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberian izin
tersebut.
Menurut Kesit Bambang Prakosa (2003:49-52) prinsip dasar untuk
mengenakan retribusi biasanya didasarkan pada total cost dari pelayanan
pelayanan yang disediakan. Akan tetapi akibat adanya perbedaan-perbedaan
tingkat pembiayaan mengakibatkan tarif retribusi tetap dibawah tingkat biaya
(full cost) ada 4 alasan utama mengapa hal ini terjadi:

1. Apabila suatu pelayanan pada dasarnya merupakan suatu public good yang
disediakan karena keuntungan kolektifnya, tetapi retribusi dikenakan untuk
mendisiplinkan konsumsi. Misalnya retribusi air minum.
2. Apabila suatu pelayanan merupakan bagian dari swasta dan sebagian lagi
merupakan good public. Misalnya tarif kereta api atau bis disubsidi guna
mendorong masyarakat menggunakan angkutan umum dibandingkan
angkutan swasta, guna mengurangi kemacetan.
3. Pelayanan seluruhnya merupakan privat good yang dapat disubsidi jika hal
ini merupakan permintaan terbanyak dan penguasa enggan menghadapi
masyarakat dengan full cost. Misalnya fasilitas rekreasidari kolam renang.
4. Privat good yang dianggap sebagai kebutuhan dasar manusia dan group-
group berpenghasilan rendah. Misalnya perumahan untuk tunawisma.

2.10 TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN


RETRIBUSI DAERAH

Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi


Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis, kupon,
dan kartu langganan dengan peraturan pemerintah Daerah. Jika Wajib
Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah
(STRD).

Anda mungkin juga menyukai