Anda di halaman 1dari 14

GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI

KARYAWAN DI CATERING GLORY KOTA MAKASSAR TAHUN 2017

Description of Food Consumption Patterns and Nutrition Status of Employees


in Glory Catering Service Makassar City

Roslina Wanggai, Aminuddin Syam, Rahayu Indiasari


Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat universitas Hasanuddin
roslinwanggai@ymail.com,amin.gzuh@gmail.com,rindriasari@gmail.com

Pola konsumsi yang salah dapat berujung pada penyakit, terutama penyakit degeneatif dan
metabolik yang berhubungan dengan gaya hidup dan secara langsung mempengaruhi status gizi
seseorang. Penelitian ini bertujuan melihat gambaran pola konsumsi pangan dan status gizi
karyawan di Catering Glory Kota Makassar Tahun 2017. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian observasional dengan desain cross sectional yang dilakukan di Catering Glory Kota
Makassar. Jumlah sampel 39 orang dipilih berdasarkan kriteia inklusi. Variabel yang diteliti
asupan zat gizi, frekuensi konsumsi pangan, dan status gizi. Asupan zat gizi dan frekuensi
konsumsi diukur dengan SQ-FFQ sedangkan status gizi ditentukan dengan pengukuran
IMT/Umur. Data dianalisis menggunakan SPSS. Hasil penelitian ini memperlihatkan konsumsi
karyawan yaitu nasi 100% 2-3x/hari, udang segar 66,7% 1-3x/bulan, wortel 69,2% 2-4x/minggu,
kelapa 56,4% 1-3x/bulan, susu kental manis 56,4% 6x/minggu, minyak kelapa sawit 82,1% 2-
3x/hari, barongko 56,4% 1-3x/bulan. 66,7% karyawan tidak memenuhi AKG 2013 untuk
kecukupan zat gizi makro. 73,7% karyawati tidak memenuhi AKG 2013 untuk kecukupan zat
besi. 41% karyawan memiliki masalah gizi lebih overweight. Disimpulkan bahwa rata-rata pola
konsumsi pangan karyawan hampir sama disesuaikan dengan penyediaan makanan pada
catering. Untuk asupan zat gizi makro dan zat gizi mikro(zat besi) tidak memenuhi AKG 2013 .
Karyawan di Catering Glory Kota Makassar memiliki masalah gizi lebih (overweight).
Kata kunci : Pola Konsumsi Pangan, Asupan Zat Gizi, Status Gizi.
ABSTRACT
Consumption patterns that can lead to diseases, degenerative diseases and metabolic
diseases associated with lifestyle and directly. This study can see the description of diet and
nutritional status in Glory Catering Makassar City. Type of research used is observational
research with cross sectional design conducted in Glory Catering Makassar City. Size of sampel
39 people was selected based on inclusion kriteia. Variables examined nutrient intake, frequency
of food consumption, and nutritional status. Intake of nutrients and frequency with SQ-FFQ
while nutritional status is determined by IMT / Age measurement. Data were analyzed using
SPSS. The results of this study showed that employes consumption of rice is 100% 2-3x/day,
fresh shrimp 66.7% 1-3x/month, carrot 69.2% 2-4x/week, coconut 56.4% 1-3x/Month,
sweetened condensed milk 56.4% 6x/week, palm oil 82.1% 2-3x/day, barongko 56.4% 1-3x/
month. 66.7% of employees did not meet the 2013 FDA for macro nutrient. 73.7% of employees
did not meet the 2013 FDA for iron sufficiency. 41% of employees have more overweight
nutritional problems. It is concluded that the average food consumption pattern of employees is
almost the same as adjusting to the provision of food in catering. For the intake of macro
nutrients and micronutrients (iron) does not meet the 2013 RDA. Employees at Glory Catering
Makassar City have more nutritional problems (overweight).
Keywords: Food Consumption Pattern, Nutritional Intake, Nutrition Status
PENDAHULUAN
Meningkatnya taraf hidup masyarakat terutama di negara maju dan kota besar membawa
perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa pula pada
perubahan pola konsumsi pangan. Pola konsumsi yang salah dapat berujung pada penyakit,
terutama pada penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup seseorang. Kondisi tersebut
membawa banyak kasus-kasus penyakit infeksi yang pada awalnya menempati urutan pertama,
namun sekarang bergeser pada penyakit degeneratif dan metabolik yang secara langsung
memengaruhi status gizi seseorang.1
Kurangnya konsumsi makan baik secara kuantitas maupun kualitas pada segala usia dapat
menyebabkan gangguan pada proses produksi tenaga dan pertahanan tubuh. Gangguan dalam
produksi tenaga dapat menyebabkan individu kekurangan tenaga untuk bergerak, dan melakukan
aktifitas lainnya. Sedangkan gangguan dalam pertahanan tubuh dapat menurunkan daya tahan
tubuh dan menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit. 2
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang merupakan
akibat dari konsumsi, penyerapan (absorpsi), danutilisasi (utilization) zat gizi makanan.
Kekurangan atau kelebihanzat gizi dalam tubuh akan memengaruhi status gizi yang pada
akhirnya menyebabkan masalah gizi.3
Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan
melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerjaguna menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.5Kecukupan zat gizi pekerja terutama
dipengaruhi oleh usia, ukuran tubuh, dan jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu
jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, kondisi fisiologis, keadaan khusus
seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, serta keadaan lingkungan kerja. Faktor tersebut
harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya kecukupan zat gizi pekerja. 4
Anemia pada wanita pekerja merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat terbesar
di dunia terutama bagi kelompok Wanita Usia Subur (WUS). Berdasarkan penelitian World
Health Organization (WHO) tahun 1993-2005, secara global 1,62 miliar orang atau sekitar
24,8% terkena anemia, dengan prevalensi pada wanita usia produktif sebesar 30,2%. Anemia
pada WUS dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan kapasitas dan produktivitas
kerja.5Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola konsumsi pangan dan status gizi
karyawan di Catering Glory Kota Makassar Tahun 2017.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan desain cross
sectional dengan kriteria yang telah ditentukan, hal ini dimaksud untuk mengetahui gambaran
pola konsumsi pangan karyawan di Catering Glory Kota Makassar. Penelitian dilaksanakan di
Catering Glory Kota Makassar. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2017. Populasi
dalam penelitian ini adalah karyawan Catering Glory yang berjumlah 60 orang. Teknik
pengambilan sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi, maka jumlah sampel adalah 39 orang.
Adapun alat yang digunakan meliputi kuesioner karakteristik, formulir “FFQ” Semikuantitaf ,
food picture, timbangan berat badan, microtoice untuk mengukur tinggi badan. Pengolahan dan
analisis data mengunakan analisis secara statistic dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan
narasi.

HASIL
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden diperoleh hasil yaitu responden paling
banyak terdapat pada kelompok umur 18-35 (56,4%) sisanya kelompok umur >35 tahun
(43,6%). Berdasarkan jenis kelamin responden laki-laki sebanyak 48,7% dan responden
perempuan sebanyak 51,3%. Berdasarkan karakteristik agama sebagian besar reponden
beragama islam. Adapun jumlah karyawan beragama islam sebanyak 92,3% dan sisanya
beragama protestan 7,7%. Berdasarkan asal suku 64,1% karyawan adalah suku bugis. Adapun
berdasarkan tingkat pendidikan pada penelitian ini sebagian besar responden berpendidikan
terakhir SMA yaitu sebanyak 41% sisanya SMP 35,9%, SD 12,8%, dan S1 10,3%. Berdasarkan
status sebagian besar responden berstatus menikah yaitu sebanyak 82,1%, dan responden yang
belum menikah 17,9%. Jumlah anak identik dengan responden yang sudah menikah dan
memiliki anak pada penelitian ini 10,3% responden memiliki 5 orang anak, 25,6% responden
yang memiliki 4 orang anak, 13,4% responden yang memiliki 3 orang anak, 20,5% responden
yang memiliki 2 orang anak, dan 10,3% responden yang memiliki 1 orang anak. Berdasarkan
pendapatan pada penelitian ini upah karyawan dikelompokan menjadi 3 kelompok besar yaitu
>Rp 500.000, >Rp 1.000.000, dan >Rp 2.000.000. Adapun responden yang meneripa upah >Rp
500.000/bulan sebanyak 23,1%, untuk responden yang menerima upah >Rp 1.000.000/bulan
sebanyak 69,2%, dan responden yang menerima upah >Rp 2.000.000/bulan sebanyak 7,7%.
Hasil penelitian berdasarkan asupan zat gizi makro diketahui untuk asupan energi 66,7%
kategori asupan kurang, sisanya 33,3% kategori asupan cukup. Untuk asupan protein 53,8%
kategori asupan cukup, 38,5% kategori asupan kurang, dan 7,7% kategori asupan lebih. Adapun
untuk asupan lemak 46,2% kategori asupan cukup, 33,3% kategori asupan kurang, dan 20,5%
kategori asupan lebih. Selanjutnya untuk asupan kabohidrat 71,% kategori asupan kurang,
sisanya 28,2% kategori asupan cukup. Berdasarkann asupan zat gizi mikro (zat besi) diperoleh
hasil yaitu 73,7% karyawati masuk dalam kategori asupan kurang.
Hasil penelitian berdasarkan pola konsumsi makanan pokok diketahui 100%
mengkonsumsi nasi putih 2-3x/hari. 53,8% mengkonsumsi mie instan 2-4x/minggu. 33,3%
mengkonsumsi nasi kuning 1-3x/bulan. 30,8% mengkonsumsi roti tawar 2-4x/minggu. 28,2%
mengkonsumsi nasi goreng dan singkong 1-3x/bulan. 23,1% mengkonsumsi mie basah, kentang,
dan jagung kuning 1x/minggu, kentang 1-3x/bulan, jagung 1x/minggu. 20,5% mengkonsumsi
sagu 1-3x/bulan.
Hasil penelitian berdasarkan pola konsumsi lauk-pauk diketahui 66,7% mengkonsumsi
udang segar 1-3x/bulan. 59% mengkonsumsi ikan bandeng 2-4x/minggu. 51,3% mengkonsumsi
hati ayam 1-3x/bulan. 46,2% mengkonsumsi daging sapi 1x/minggu. 43,6% mengkonsumsi
telur asin 1-3x/bulan. 41% mengkonsumsi ikan lele, cumi-cumi, dan bakso 1x/bulan. 38,5%
mengkonsumsi ikan teri kering 1x/minggu. 33,3% mengkonsumsi ayam dengan kulit, ikan
kakap, dan ikan cakalang ayam dengan kulit 1x/hari, ikan kakap 1-3xbulan, ikan cakalang 2-
4x/minggu. 28,2% mengkonsumsi telur ayam ras dan tahu 1x/hari. 20,5% mengkonsumsi ayam
tanpa kulit 1x/minggu. 17,9% mengkonsumsi tempe 1x/hari. 10,3% mengkonsumsi telur ayam 1-
3x/bulan.
Hasil penelitian berdasarkan pola konsumsi sayur dan buah diketahui 69,2%
mengkonsumsi wortel 2-4x/minggu. 64,1% mengkonsumsi cabe kecil 2-4x/minggu. 59%
mengkonsumsi bayam hijau, sawi hijau, dan buncis 2-4x/minggu. 56,4% mengkonsumsi
kangkung 2-4x/minggu. 53,8% mengkonsumsi tomat 2-4x/minggu. 51,3% mengkonsumsi
kacang panjang 1x/minggu. 41% mengkonsumsi kol 5-6x/minggu. 38,5% mengkonsumsi cabe
besar 2-4x/minggu. 30,8% mengkonsumsi bayam merah 1-3x/bulan. 28,2% mengkonsumsi
terong 1-3x/bulan. 23,1% mengkonsumsi tauge 1x/minggu. Untuk jenis buah diketahui 56,4%
mengkonsumsi kelapa 1-3x/bulan. 53,8% mengkonsumsi papaya 2-4x/minggu. 51,3%
mengkonsumsi semangka dan pisang susu dengan konsumsi semangka 2-4x/minggu, pisang susu
1-3x/bulan. 46,2% mengkonsumsi salak 1-3x/bulan. 43,6% mengkonsumsi mangga 1-3x/bulan.
33,3% mengkonsumsi jeruk manis 1-3x/bulan. 28,2% mengkonsumsi nanas 1-3x/bulan. 23,1%
mengkonsumsi kacang hijau 1-3x/bulan. 20,5% mengkonsumsi melon 1-3x/bulan. 15,4%
mengkonsumsi kacang tanah 1x/minggu.
Hasil penelitian berdasarkan pola konsumsi minuman diketahui 56,4%mengkonsumsi susu
kental manis 6x/minggu. 51,3% mengkonsumsi teh 2-4x/minggu. 46,2% mengkonsumsi sirup 2-
4x/minggu. 41% mengkonsumsi susu full cream dan kopi dengan frekuensi susu full cream 1-
3x/bulan, kopi 6x/minggu. Selanjutnya untuk pola konsumsi minyak diketahui 82,1%
mengkonsumsi minyak kelapa sawit 2-3x/hari. 33,3% mengkonsumsi mentega 1x/minggu.
30,8% mengkonsumsi margarine 1-3x/bulan. 15,4% mengkonsumsi santan dan susu full cream
1x/minggu.
Hasil penelitian berdasarkan pola konsumsi makanan olahan diketahui 56,4%
mengkonsumsi barongko 1-3x/bulan. 51,3% mengkonsumsi songkolo dan pisang dengan
frekuensi konsumsi songkolo 1x/bulan, pisang goreng 2-4x/minggu. 48,7% mengkonsumsi
prekedel jagung 2-4x/minggu. 46,2% mengkonsumsi risoles 1-3x/bulan. 41% mengkonsumsi
donat 1-3x/bulan. 38,5% mengkonsumsi kapurung dan biskuit dengan frekuensi konsumsi
kapurung 1-3x/bulan, biskuit 1x/minggu. 35,9% mengkonsumsi terang bulan dan sate dengan
frekuensi konsumsi terang bulan 1-3x/bulan, sate 1x/minggu. 28,2% mie pangsit dan martabak 1-
3x/bulan. 23,1% mengkonsumsi mie bakso 1x/minggu. 20,5% mengkonsumsi coto 1x/minggu.
17,9% mengkonsumsi konro 1-3x/bulan. Pada tabel 5.10 distribusi status gizi karyawan
diketahui sebagian besar karyawan masuk dalam kategori status gizi normal dengan presentase
laki-laki 47,8% dan perempuan 52,2%. Status gizi lebih (overweight) laki-laki 60% dan
perempuan 46,6%.

PEMBAHASAN
Gambaran asupan zat gizi makro diketahui 66,7% karyawan belum memenuhi standar
asupan yang dibutuhkan oleh orang dewasa pekeja yatu berkisar antara 2.000-2.600 kkal/hari
menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) Tahun 2013. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Enike R yaitu 74,8% karyawan di PT.Indah Kiat PULP dan
Paper (IKPP) Tbk. Perawang memiliki asupan yang kurang. Hal ini berkaitan dengan asupan zat
gizi dari makanan yang dikonsumsi tidak sebanding dengan kalori yang dikeluarkan untuk
bekerja. Rata-rata jumlah kalori yang dikonsumsi pada saat bekerja hanya berkisar 1.000-2.100
dimana angkanya sangat jauh dengan yang seharusnya dibutuhkan. Asupan zat gizi yang tidak
seimbang antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan yang digunakan untuk keperluan proses
pertumbuhan, aktivitas dan lainnya berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan akan
menimbulkan masalah kesehatan.6
Gambaran asupan zat besi (fe) diketahui bahwa sebagian besar karyawati masuk dalam
kategori asupan kurang dengan presentase 73,7%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Aziiza di
perusahaan konveksi yang mempekerjakan hampir seluruh karyawan wanita membuktikan
bahwa anemia menurunkan produktifitas 5-10% dan kapasitas kerja 6,5 jam per minggu.
Berdasakan angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2013 kebutuhan zat besi (fe) wanita usia
produktif 26 mg per hari. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan zat besi dalam melakukan
fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh, terutama pada wanita setelah
siklus menstruasi.7 Penyediaan zat besi yang tidak cukup untuk pembentukan sel darah merah
menyebabkan terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) kondisi ini disebut anemia. Anemia gizi
besi dapat menyebabkan rasa cepat lelah. Rasa cepat lelah terjadi karena penderita anemia gizi
besi metabolisme energi oleh otot tidak berjalan sempurna akibat otot kekurangan oksigen.8
Gambaran pola konsumsi makanan pokok diketahui makanan pokok yang paling sering
dikonsumsi adalah nasi putih dengan presentase 100% dan frekuensi konsumsi 2-3x/hari. Untuk
jenis makanan pokok yang paling jarang dikonsumsi adalah sagu dengan presentase 20,5% dan
frekuensi konsumsi 1-3x/bulan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian I Gusti Agung
yaitu 100% karyawan di PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan Semarang mengkonsumsi nasi
putih sebagai makan pokok utama dibandingkan makanan pokok lainnya. Hal ini dikaitkan
dengan adanya faktor kebiasaan mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok masyakat
Indonesia. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara karyawan jarang mengkonsumsi sagu
dengan alasan tidak terlalu menyukai mengkonsumsi sagu, kecuali olahan sagu yang biasa
disebut kapurung itupun dikonsumsi pada saat tertentu. Selain itu sagu sudah jarang ditemukan
di pasar , harganyapun cukup mahal jika dibandingkan dengan beras atau umbi-umbian.
Gambaran pola konsumsi lauk-pauk diketahui jenis lauk-pauk yang paling sering
dikonsumsi adalah udang segar dengan presentase 66,7% dan frekuensi konsumsi 1-3xbulan.
Untuk jenis lauk-pauk yang paling jarang dikonsumsi adalah Telur ayam kampung dengan
presentase 10,3% dan frekuensi konsumsi 1-3xbulan. dalam 1 bulan. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Syam yaitu pola konsumsi 65% masyarakat di Kabupaten Takalar
Sulawesi Selatan bersumber dari hasil laut dan salah satunya yaitu udang segar. Hal ini
berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Noor Anni yaitu pola konsumsi
masyarakat di Pesisirr Tallo Kota Makassar hanya 30% yang sering mengkonsumsi makanan
yang bersumber dari hasil laut apalagi udang sangatlah jarang. Berdasarkan hasil wawancara
sebagian besar karyawati mempunyai suami yang berprofesi sebagai nelayan sehingga mereka
lebih sering mendapatkan bahan makanan lauk-pauk yang bersumber dari hasil laut. Menurut
mereka mengkonsumsi hasil laut sudah menjadi kebiasaan penduduk Sulawesi selatan sebagai
masyarakat maritim yang terkenal akan hasil lautnya. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara
karyawan jarang mengkonsumsi telur ayam kampung dengan alasan telur ayam kampung pada
umumnya berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan telur ayam ras sehingga mereka akan
rugi jika membeli telur ayam kampung.
Gambaran pola konsumsi konsumsi sayur dan buah diketahui jenis sayur yang paling
sering dikonsumsi adalah wortel dengan presentase 69,2% dan frekuensi konsumsi 2-4x/minggu
dan jenis buah yang paling sering dikonsumsi adalah kelapa dengan presentase 56,4% dan
frekuensi konsumsi 1-3x/bulan. Untuk jenis sayur yang paling jarang dikonsumsi adalah tauge
dengan presentase 23,1% dan frekuensi konsumsi 1x/minggu dan jenis buah yang paling jarang
dikonsumsi adalah Kacang tanah dengan presentase 15,4% dan frekuensi konsumsi 1x/minggu.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis sayuran yang paling dominan dikonsumsi adalah
wortel, cabe kecil, tomat, buncis, bayam, dan kacang panjang. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Irfan yang menyatakan jenis sayuran yang paling dominan
dikonsumsi oleh responden adalah jenis sayuran buah/bunga. Kurangnya konsumsi sayur dan
buah dapat terjadi tidak lepas dari budaya perilaku konsumsi masyarakat Indonesia sendiri. Hal
ini sesuai dengan teori yang diuraikan oleh Sekarindah, bahwa budaya turut berperan besar
terhadap kebiasaan makan masyarakat.9
Gambaran pola konsumsi minuman diketahui jenis minuman yang paling sering
dikonsumsi adalah susu kental manis dengan presentase 56,4% dan frekuensi konsumsi
6x/minggu. Untuk jenis minuman yang paling jarang dikonsumsi adalah Susu full cream dan
kopi dengan presentase 41% dan frekuensi konsumsi susu full cream 1-3x/bulan, kopi 6 kali
dalam satu minggu. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan
oleh Anita Rahmawati yaitu konsumsi susu kental manis karyawan di CV.Sinar Matahari
Sejahtera Kota Makassar hanya sekitar 40%. Sebagian besar karyawan lebih suka mengkonsumsi
kopi dan teh. Pada orang dewasa kalsium yang didapat dari susu bisa menjadi tabungan bagi
tubuh. Dengan mengkonsumsi susu secara rutin akan menjaga kadar kalsium dalam darah
sehingga mengurangi penggunaan cadangan kalsium dari tulang. Berbeda halnya dengan
mengkonsumsi produk susu yang mengandung pemanis yang tinggi justru akan memicu
obesitas.10
Gambaran pola konsumsi minyak diketahui jenis minyak yang paling sering dikonsumsi
adalah minyak kelapa sawit dengan presentase 82,1% dan frekuensi konsumsi 2-3x/hari. Untuk
jenis minyak yang paling jarang dikonsumsi adalah Santan dengan presentase 15,4% dan
frekuensi konsumsi 1-3x/bulan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil survei Badan Ketahanan
Pangan di Indonesia dimana 96,6% masyarakat Indonesia mengkonsumsi minyak goreng yang
berasal dari minyak mentah kelapa sawit. Minyak goreng yang dikonsumsi sangat erat kaitannya
bagi kesehatan kita. Minyak goreng yang digunakan berulang kali mengandung asam lemak
jenuh yang akan meningkatkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol dalam darah
yang merupakan kolesterol jahat.11
Gambaran pola konsumsi makanan olahan diketahu jenis makanan olahan yang paling
sering dikonsumsi adalah barongko dengan presentase 56,4% dan frekuensi konsumsi 1-
3x/bulan. Untuk jenis makanan olahan yang paling jarang dikonsumsi adalah Konro dengan
presentase 17,9% dan frekuensi konsumsi 1-3x/bulan. Hasil penelitian ini sesuai hasil studi
lapangan yang dilakukan Margareta Dwi yaitu pola konsumsi masyarakat lokal sangat
dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan budaya daerah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara
barongko dikonsumsi dengan alasan bagi masyarakat busgis makassar rasanya ‘masippa’ atau
dengan kata lain lezat dan memiliki rasa khas tertentu. Selain itu barongko sering disajikan
dalam berbagai acara adat seperti pernikahan, aqiqahan, sunatan, naik rumah baru, dan syukuran-
syukuran lainnya. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara makanan olahan yang paling jarang
dikonsumsi adalah konro dengan alasan harga untuk membeli daging sebagai bahan utama konro
cukup mahal, dan juga harga per porsi konro terjangkau oleh para karyawan, sehingga karyawan
mengkonsumsi konro pada hari-hari tertentu atau hari-hari besar seperti hari raya idul fitri, idul
adha, acara nikahan, dan lain sebagainya. Kebiasaan msyarakat yang berbeda-beda pada
dasarnya membentuk pola makan yang sama. Seperti halnya masyarakat Sulawesi Selatan,
keragaman konsumsi makan dapat diketahui dari pola konsumsi makanan yaitu kebiasaan makan
yang mencakup jenis bahan pangan, jumlah pangan yang dikonsumsi, hingga frekuensi dan
waktu makan yang secara kuantitatif semuanya menentukan jumlah bahan pangan yang
dikonsumsi.12
Gambaran status gizi karyawan di Catering Glory Kota Makassar diketahui sebagian besar
karyawan termasuk dalam kategori normal dengan presentase laki-laki sebanyak 47,8% dan
perempuan 52,2%. Status gizi lebih laki-laki sebanyak 60% dan perempuan 46,6%. Hasil
penelitian ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian Nurul Fahmi dimana prevalensi
kegemukan lebih tinggi pada perempuan usia dewasa dibandingkan dengan laki-laki dengan
presentase perempuan sebanyak 10,7% dan perempuan 6,6%. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang dilakukan pada karyawan di catering glory rata-rata karyawan memiliki pola
konsumsi yang kurang baik seperti sering mengkonsumsi gula dan gorengan dalam jumlah yang
berlebih. Beberapa di antaranya kurang beraktifitas sehingga terjadi penumpukan lemak,
misalnya karyawan yang bekerja sebagai menejer dan staf administrasi. Selain itu untuk
karyawan laki-laki kebiasaan lainnya adalah merokok. Humaryah Wardina menyebutkan
beberapa penyebab kegemukan adalah ketidak seimbangan asupan dari pola makan dengan
aktifitas fisik sehari-hari.13 Apabila asupan makan lebih besar daripada kalori yang dikeluarkan
dari aktifitas fisik sehari-hari maka hal ini dapat memacu salah satu pemicu kejadian
obesitas.14Penelitian Chiolero et al (2002) mengatakan bahwa merokok dapat meningkatkan
resistensi insulin dan berhungan dengan akumulasi lemak pusat. Hal ini berarti perokok akan
cenderung mudah gemuk atau memiliki resiko diabetes. Seperti halnya penelitian yang dilakukan
oleh Sharkie et al (2008) dimana merokok bertanggung jawab terhadap mekanisme peningkatan
berat tubuh, distribusi lemak tubuh, dan resistensi insulin.15

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka kesimpulan
yang dapat ditarik adalah rata-rata pola konsumsi jenis pangan karyawan di Catering Glory Kota
Makassar hampir sama karena disesuaikan dengan penyediaan makanan pada catering. Untuk
asupan zat gizi makro dan zat gizi mikro yang dalam hal ini zat besi (fe) smasih sangat kurang
tidak memenuhi AKG 2013 . Berdasarkan status gizi karyawan Catering Glory Kota Makassar
memiliki masalah gizi lebih (overweight).
DAFTAR PUSTAKA
1. Sebayang, Agnes Natalia. Gambaran Pola Konsumsi Pangan di Universitas Indonesia
[Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2013.
2. Rahmawati, Anita. Pola Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Pengetahuan Reproduksi Pada
Wanita Usia Dewasa [Tesis]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor;
2014.
3. Muchtadi, Tien, Sugiyono, dan Fitriyono Ayustaningwarno. Ilmu Pengetahuan Bahan
Makanan. Bandung: Alfabeta; 2002.
4. Enike, R. Gambaran Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi Pangan, dan Status Gizi Pada Supir
Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 104 di Kota Medan [Srkripsi]. Medan: Universitas
Sumatera Utara; 2012.
5. Hendrayati, Sitti Syariah Rowa, dan Sumarni Mappeboki. Gambaran Asupan Zat Gizi, Status
Gizi, dan Produktivitas Karyawan CV.Sinar Matahari Sejahtera Kota Makssar. Makassar:
Media Gizi Pangan. 2014; 7(1).
6. Fitri, Lidia. Hubungan Pola Makan Dengan Anemia Pada Pekerja Wanita di PT Indah Kiat
PULP and PAPER (IKPP) Tbk.Perawang. Pekan Baru: Akademi Kebidanan. Jurnal
Ketahanan. 2016; 1(3).
7. Nasution, Ernawati, dan Halinda Sari Lubis. Hubungan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi
Dengan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pencetak Batu Bata di Kecamatan Pagar Merbau
Kabupaten Deli Serdang [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2015.
8. Hardiyanti, Maya Widi, Eni Mahawati, dan Dyah Ernawati. Hubungan Status Gizi dan
Anemia Karyawati Unit Garment PT.APPAC Inti Corpora Bawen [Skripsi]. Semarang:
Universitas Dian Nuswantoro; 2013.
9. Tiha, Riani E, Nonce N Legi, dan Rivolta G.M Walalangi. Gambaran Pengetahuan Gizi, Pola
Makan, dan Status Gizi Pada Ibu di Desa Pahaleten Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa.
Manado: Universitas Samratulangi. 2015; Jurnal GIZIDO 8(2).
10. Lakoro, Yayayh, Haman Hadi, dan Madarina Julia. Pola Konsumsi Air, Susu dan Produk
Susu, Serta Minuman Manis Sebagai Faktor Risiko Obesitas di Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Bantul. Yogyakarta: Universitas Gadja Mada. 2013; Jurnal Gizi dan Dietetik
Indonesia 1(2).
11. Yusuf, Filahteria, Saifuddin Sirajuddin, dan Ulfah Najamuddin. Analisis Kadar Asam Lemak
Jenuh Dalam Gorengan dan Minyak Bekas Hasil Penggorengan Makanan Jajanan di
Lingkungan Workshop Universitas Hasanuddin [Skripsi]. Makassar: Universitas
Hasanuddin; 2013.
12. Kurniawati, Yulia, Rudi Fakhriadi, dan Fahrini Yulidasari. Gambaran Pola Makan, Asupan
Energi, dan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Pada Polisi Kota Banjarmasin [Tesis].
Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat; 2015.
13. Humaryah, Wardina. Faktor Gaya Hidup Dalam Hubungannya Dengan Resiko Kegemukan
Orang Dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta dan Gorontalo [Tesis]. Bogor:
Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor; 2011.
14. Rahmawati, Anita. Pola Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Pengetahuan Reproduksi Pada
Wanita Usia Dewasa [Tesis]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor;
2014.
15. Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar. Penilaian Status Gizi (edisi 2).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2010.
LAMPIRAN

Tabel 1
Distribusi Karakteristik Karyawan
di Catering Glory Kota Makassar Tahun 2017.

Karakteristik n %
Umur
18-35 tahun 22 56,4
>35 tahun 17 43,6
Jenis kelamin
Laki-laki 19 48,7
Perempuan 20 51,3
Agama
Islam 36 92,3
Potestan 3 7,7
Suku
Bugis 25 64,1
Makassar 9 23,1
Mandar 2 5,1
Palopo 2 5,1
Toraja 1 2,6
Pendidikan
SD 5 12,8
SMP 14 35,9
SMA 16 41,0
S1 4 10,3
Status
Sudah kawin 32 82,1
Belum kawin 7 17,9
Jumlah Anak
Tidak ada anak 7 17,9
1 anak 4 10,3
2 anak 8 20,5
3 anak 6 15,4
4 anak 10 25,6
5 anak 4 10,3
Pendapatan
>2.000.000 9 23,1
>1.000.000 27 69,2
>500.000 3 7,7
Total 39 100
Sumber : Data Primer 2017.
.
Tabel 2
Distribusi Asupan Zat Gizi Makro Karyawan
di Catering Glory Kota Makassar Tahun 2017.

Kategori Energi Protein Lemak Kabohidrat


Asupan n % n % n % n %
Lebih 0 0 3 7,7 8 20,5 0 0
Cukup 13 33,3 21 53,8 18 46,2 11 28,2
Kurang 26 66,7 15 38,5 13 33,3 28 71,8
Total 39 100 39 100 39 100 39 100
Sumber : Data Primer 2017.

Tabel 3
Distribusi Asupan Zat Besi (Fe) Karyawati
di Catering Glory Kota Makassar Tahun 2017.

Kategori Asupan Zat besi (Fe) n %


Lebih 2 5,3
Cukup 4 21,1
Kurang 14 73,7
Total 20 100
Sumber : Data Primer 2017.

Tabel 4
Distribusi Pola Konsumsi Pangan Karyawan di Catering Glory Kota Makassar Tahun
2017.
Frekuensi Total
Jenis Makanan Jarang Sering
n % n % n %
Nasi putih 0 100 39 100 39 100
Sagu 31 79,5 8 20.5 39 100
Udang segar 13 33,3 26 66,7 39 100
Telur ayam kampung 35 89,7 4 10,3 39 100
Wortel 12 30,8 27 69,2 39 100
Tauge 30 76,9 9 23,1 39 100
Kelapa 17 43,6 22 56,4 39 100
Kacang tanah 33 84,6 6 15,4 39 100
Susu kental manis 17 43,6 22 56,4 39 100
Susu full cream 23 59,0 16 41,0 39 100
Minyak kelapa sawit 7 17,9 32 82,1 39 100
Santan 33 84,6 6 15,4 39 100
Barongko 17 43,6 22 56,4 39 100
Konro 32 82,1 7 17,9 39 100
Sumber : Data Primer 2017.
Tabel 5
Distribusi Status Gizi Karyawan
di Catering Glory Kota Makassar Tahun 2017.

Status Gizi
Jenis Kelamin Normal Overweight Obesitas
n % n % n %
Laki-laki 11 47,8 9 60,0 0 0
Perempuan 12 52,2 6 40,0 1 100
Total 23 100 15 100 1 100
Sumber : Data Primer 2017.

Anda mungkin juga menyukai