Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN CAIRAN & ELEKTROLIT

DI RUANGAN AD-DHUHA RUMAH SAKIT HAJI


MAKASSAR

OLEH :

NAMA : ADI ARINI


STAMBUK : 144201752145
KELOMPOK : II

CI LAHAN CI INTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TAHUN 2018

LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Cairan
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Cairan tubuh
terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan intra sel tidak dapat diukur
secara langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat
dalam cairan intrasel. Volume cairan intra sel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah
cairan ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.
1. Cairan Interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembuluh darah.
Plasma darah.
2. Cairan Transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam
pleura, perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahann yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis
dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidak seimbangan yang
berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.
B. Konsep Dasar Cairan
1. Volume dan Distribusi Cairan Tubuh
a. Volume cairan
Total jumlah volume cairan tubuh (Total Body Water = TBW) kira-kira 60% dari BB
pria dan 50% dari BB wanita. Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana makin
tua usia maka sedikit kandungan airnya. Jadi jumlah volume ini tergantung pada
kandungan lemak badan dan usia.
Lemak jaringan sangat sedikit meyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih
banyak daripada pria sehingga volume cairan lebih rendah dari pria.
b. Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan diantara 2 kompartemen yaitu pada intra seluler dan
ekstraselular. Cairan Intraseluler (CIS) kira-kira 2/3 atau 40% dari BB, sedangkan
Cairan Ekstraseluler (CES) 20% dari BB. Cairan ini terdiri atas plasma (Cairan
Intravaskuler) 5%, Cairan Interstisial CIT (Cairan disekitar tubuh seperti limfe) 10-
15 % dan Cairan Transeluler (CTS) (misalnya cairan cerebrospinalis, sinovial,
cairan dalam peritoneum, cairan dalam rongga mata, dan lain-lain) 1-3 %.

2. Fungsi Cairan
a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.
b. Transport nutrient ke sel
c. Transport hasil sisa metabolisme
d. Transport hormone
e. Pelumas antar organ
f. Memperthanakan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler.
3. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake cairan
berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800 –
2.500 ml/hari. Sekitar 1.200ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan .
Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200-1.500
ml/hari, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml.
4. Pergerakan Cairan Tubuh
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui 3 proses yaitu ;
a. Difusi
Merupakan proses dimana partikel yang terdapat dala cairan bergerak rai
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan
elektrolit didisfusikan menembus membrane sel. Kecepatan difusi dipengaruhi
oleh ukuran moleku, konsentrasi larutan, dan temperature.
b. Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membrane
semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke kkonsentrasi
yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
c. Transpor aktif
Merupakan proses partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena
adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
5. Pengaturan Keseimbangan Cairan
a. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga : Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin,
yang pada akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat
merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neuron yang
bertanggungjawab terhadap sensasi haus. Osmoreseptor di hipotalamus
mendeteksi penigkatan tekanan osmotic dan mengaktivasi jaringan saraf yang
dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.
b. Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neuro hipofisisi dari hipofisis
posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan
penurunan cairan ekstrasel. Hormone ini meningkatkan rearbsorbsi air pada
duktus koligentes, dengan demikian dapat menghemat air.
c. Aldosteron
Hormone ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal
untuk meningkatkan absrsorsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang
konsentrasi kalium, natrium serum dan system angiotensin rennin serta sangat
efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
d. Prostaglandin
Adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan berfungsi
dalam merespon radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus dan
mobilitas gastro intestinal. Dalam ginjal, prostaglandin berperan mengatur
sirkulasi ginjal, respons natrium dan efek ginjal pada ADH.
e. Gluko kortikoid
Menigkatkan rearbsorbsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi
retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan pada
keseimbangan cairan (volume darah).
6. Cara Pengeluaran Cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
a. Ginjal
 Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter
darah untuk disaring setiap hari.
 Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
 Pada orang dewaasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari.
 Jumlah urine yang dipprosuksi oleh ADH dan Aldosteron.
b. Kulit
 Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang menerima
rangsang aktivitas kelenjar keringat
 Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperature
lingkungan yang meningkat dan demam.
 Disebut Insensible Water Loss (IWL) sekitar 15 – 20 ml/24 jam.
c. Paru – paru
 Menhasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
 Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan
kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.
d. Gastrointestinal
 Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari
sekitar 100 – 200 ml.
 Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10 – 15 cc/kg BB/24 jam, dengan
kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1O C.
7. Masalah Keseimbangan Cairan
a. Hipovolemik
Adalah kondisi akibat kekurangan volume Cairan Ekstraseluler (CES), dan dapat
terjadi kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada hipovolemik
adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung,
kontraksi jantung, dan tekanan vaskuler), rassa haus, pelepasan hormone ADH
dan aldosteron. Hipovolemik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal
ginjal akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus, gangguan
mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, suhu meningkat, turgor
kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda – tanda
penurunan brat badan akut , mata cekung pengosongan vena jugularis. Pada bayi
dan anak – anak adanya penurunana jumlah air mata.
b. Hipervolemia
Adalah penambaha/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi pada saat :
1) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
3) Kelebihan pembarian cairan

4) Perpindahan CIT ke plasma.


Gejala : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekana darah, nadi kuat,
asietes, edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher dan irama
gallop.
8. Ketidakseimbangan asam basa
a. Asidosis respiratorik
Disebabkan karena kegagalan system pernafasan dalam membuang CO 2 dari
cairan tubuh. Kerusakan pernafasan, peningkatan PCO2 arteri diatas 45 mmHg
dengan penurunan pH < 7,35.
Penyebab ; penyait obstruksi, retraksi paru, polimielitis, penurunan aktivitas pusat
pernafasan (trauma kepala, pendarahan, narkotik, anestesi, dll).
b. Alkalosis respiratorik
Disebabkan karena kehilangan CO2 dari paru-paru pada kecepatan yang lebih
tinggi dari produksinya dalam jaringan. Hal ini menimbulkan PCO2 arteri < 35
mmHg, pH > 7,45.
Penyebab : hiperventilasi alveolar, anxietas, demam, meningitis, keracunan
aspirin, pneumonia dan emboli paru.
c. Asidosis metabolic
Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan basa. pH arteri <
7,35, HCO3 menurun diawah 22 mEq/lt.
Gejala ; pernafasan kusmaul (dalam dan cepat), disorientasi dan koma.
d. Alkalosis metabolic
Disebabkan oleh kehilangan ion hidrigen atau penambahan basa pada cairan
tubuh. Bikarbonat plasma meningkat > 26 mEq/ltd an pH arteri > 7,45.
Disebabkan oleh mencerna sebagian besar basa ( missal : BaHCO3 antasid, soda
kue) untuk mengatasi ulkus peptikumatau rasa kembung.
Gejala : apatis, lemah, gengguan mental, kram dan pusing

9. Kebutuhan Cairan Menurut Umur dan Berat Badan.

NO UMUR BB (KG) CAIRAN (ML/24 JAM)

1. 3 hari 3,0 250 – 300


2. 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3. 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4. 6 tahun 20 1800 – 2000
5. 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6. 14 tahun 45 2200 – 2700
7. 18 tahun (Adult) 54 2200 – 2700

C. Elektrolit
Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-). Ada tiga
cairan elektrolit yang paling esensial yaitu :
1. Natrium (sodium)
 Merupaka kation paling banyak yang terdapa pada Cairan Ekstrasel (CES)
 Na+ mempenagruhi keseimbangan air, hantaran implus araf dan kontraksi otot.
 Sodium diatur oleh intake garam aldosteron, dan pengeluaran urine. Normalnya
sekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (potassium)
a. Merupakan kation utama dalam CIS
b. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.
Diperlukan untuk pembentukan glikkogen, sintesa protein, pengaturan
keseibangan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion H+. Nilai normalnya
sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
3. Kalsium
a. Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, kondusi jantung, pembekuan darah
serta pembentukan tulang dan gigi.
b. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.
c. Hormone paratiroid mengarbsobsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui
ginjal.
d. Hormon thirocaltitonim menghambat penyerapan Ca+ tulang.
Gejala klinis kekurangan elektrolit :
a. Haus
b. Anoreksia
c. Perubahan tanda-tanda vital
d. Lemas atau pucat
e. Anak rewel
f. Kejang-kejang
g. Kulit dingin
h. Rasa malas
D. Organ-Organang Berperan Dalam Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
1. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan
dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi
bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian
ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah
mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring
keluar. Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli
renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang
diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1
ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan
proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh
vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara
vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara
penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang
mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat
dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan panas
ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang
lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang
dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu
tubuh yang panas.
3. Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat
perubahan upaya kemampuan bernapas.
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolism yang diperlukan
dan berat badan.
2. Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini
menimblkan pergerakan carian dari interstitial ke intraseluler.
4. Stres
Stres dapat menimbulkan paningkatan metabolism sel, konsentrasi darah dan glikolisis
otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat
meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung, gangguan hormone
akan mengganggu keseimbangan cairan.
CARA MENGHITUNG INFUS
a. Dewasa (Makro dengan 20 tetes / menit)
Tetesan / menit =Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) x 3
Atau tetesan / menit = Jumlah kebutuhan cairan x factor tetesan
Lama infuse (jam) x 60 menit
Catatan : factor tetesan infuse bermacam – macam, dapat dilihat pada label infuse
(10 per menit, 15 per menit, 20 tetes per menit).
b. Anak
Tetesan / menit (mikro) = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam)
F. Diagnosa Keperawatan
Risiko ketidak seimbangan Volume cairan
Definisi : Kerentanan terhadap penurunan, peningkatan atau pergeseran cepat cairan
intravaskuler, interstia, dan atau?intraseluler lain, yang dapat mengganggu
kesehatan, ini mengacu pada kehilangan,pe9nambahan cairan tubuh atau
keduanya
Faktor resiko :
 Berkeringat  Pankreatitis
 Program Pengobatan
 Asietas
 Sepsis
 Luka bakar
 Trauma
 Obstruksi Intestinal
G. Intervensi
NOC
 Tekanan darah ditingkatkan pada skala (5) tidak terganggu
 Keseimbangan intake dalam 24 jam ditingktan ke skala (4) sedikit terganggu
 Turgor Kulit ditingkatkan pada skala (5) tidak terganggu
 Kelembaban mebran mukosa ditingkatkan pada skala (5) tidak terganggu
Kriteria Hasil
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh, pernapasan dalm batas norma
 Tidak ada tanda-tanda ehidrasi, elastisitas turgor kulit baik. Membran mukosa lembab,
tidak ada rasa haus berlebihan,
NIC
 Monitor tanda-tanda vital
 Tingkatkan intake/asupan cairan peroral
 Berikan Cairan yang sesuai
 Tawari makanan ringan (misalnya, minuman ringan dan buah-buahan segar/jus buah)
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M. et all (2016). Nursing Interventon Classivication (NIC). Indonesia: CV.


Mocomedia.
Keliat, B. A. dkk (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Indonesia: Buku
Kedokteran EGC.
Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Surabaya:
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Moorhead, S. et all (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia: CV.
Mocomedia.

Anda mungkin juga menyukai