Anda di halaman 1dari 9

Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36.

Juli-Desember 2012 146

PENDAHULUAN tetapi juga pengeluaran surat keterangan


Pelayanan Kedokteran forensik kematian dan pengisian asuransi.
adalah pelayanan kesehatan yang Dimana semua surat keterangan yang
meliputi korban hidup dan korban mati dikeluarkan tersebut mempunyai aspek
yang berhubungan dengan tindak medikolegal.(1,2,4)
pidana. Pada zaman dulu orang lebih Dalam penanganan medis
mengenal pelayanan forensik dengan korban yang masih hidup ataupun
pelayanan pathologi, yaitu pelayanan korban yang sudah meninggal mungkin
forensik untuk korban yang saja akan melibatkan berbagai dokter
(1)
meninggal, sehingga tidak jarang dengan keahlian klinis yang tidak hanya
seorang spesialis forensik identik dokter spesialis forensik, akan tetapi
dengan dokter mayat. Dengan juga melibatkan dokter klinisi lain dan
berkembangnya ilmu dan teknologi yang tidak kalah pentingnya adalah
yang disertai juga dengan perkem- dokter umum yang ada di Instalasi
bangan peradaban manusia, ilmu Gawat Darurat. Siapapun dokter yang
kedokteran forensik juga mengembang- terlibat dalam penanganan korban
kan sayapnya keberbagai aspek selain tindak pidana, haruslah memakai ilmu
dari pathologi forensik. Pada zaman kedokteran forensik, yang memegang
dahulu ilmu kedokteran forensik juga prinsip pengumpulan barang bukti yang
identik dengan hanya memindahkan apa sebanyak – banyaknya. Dokter diharap-
yang dilihat dari barang bukti/korban kan memberikan keterangan tentang
tanpa memberikan opini dari hasil luka atau cedera yang dialami korban,
pemeriksaan tersebut. Dokter hanya penyebab luka, dan seberapa parah luka
sebagai perantara, mencatat apa yang tersebut mempengaruhi kesehatan
ditemukan kemudian menuangkan korban (derajat luka atau kwalifikasi
hasilnya dalam bentuk visum et luka).(5-7)
repertum. Adapun beberapa peran dari
dokter yang sering terkait dengan
RUANG LINGKUP PELAYANAN pelayanan forensik adalah
KEDOKTERAN FORENSIK 1. Peran dokter dalam memeriksa
Ruang lingkup ilmu kedokteran korban tindak pidana hidup.
forensik berkembang dari waktu ke 2. Peran dokter dalam pemerik-
waktu. Pada mulanya hanya pada saan kasus kejahatan seksual.
kematian korban kejahatan, kematian 3. Peran dokter dalam pemerik-
yang tidak terduga, mayat tidak dikenal saan jenazah.
hingga kejahatan korban yang masih 4. Peran dokter dalam menangani
hidup, bahkan pemeriksaan kerangka kasus DOA.
atau bagian dari tubuh manusia.1-3 Jenis 5. Tatacara pengeluaran surat
perkaranyapun semakin meluas dari keterangan kematian.
pembunuhan, penganiayaan, kejahatan 6. Peran dokter sebagai saksi
seksual, kekerasan dalam rumah tangga, ahli.
child abuseand neglect, perselisihan
pada perceraian, ragu ayah (dispute PERAN DOKTER DALAM
paternity) hingga ke pelanggaran hak MENANGANI KASUS TINDAK
asasi manusia.(1) PIDANA HIDUP
Bentuk ekspertise dari dokter Beban/kewajiban untuk mem-
forensik saat ini, tidak hanya terbatas buat visum et repertum atas seorang
pada hasil visum et repertum, akan korban tindak pidana tidak bisa terlepas
Rika Susanti, PARADIGMA BARU PERAN DOKTER DALAM PELAYANAN 147
KEDOKTERAN FORENSIK

dari praktek sehari – hari. Dalam pidana dengan surat permintaan visum
penyidikan untuk kepentingan peradilan yang datang terlambat, dokter kesulitan
menangani seorang korban yang diduga dalam membuatkan visum karena luka
karena peristiwa tindak pidana, seorang sudah di rawat dan tidak ingat lagi
penyidik berwenang mengajukan deskripsi luka pada saat pertama kali
permintaan keterangan ahli kepada ahli pasien datang, sehingga barang bukti
kedokteran kehakiman atau dokter dan menjadi tidak asli/ hilang.(2,7,12)
atau ahli lainnya. Seorang dokter Beberapa hal yang akan
sebagaimana pasal 179 KUHAP wajib dituangkan dalam visum et repertum
memberikan keterangan yang sebaik- korban hidup adalah :(7,8)
baiknya dan yang sebenarnya menurut 1. Kronologis kejadian
pengetahuan di bidang keahliannya 2. Keadaan umum pasien
demi keadilan.(2,5-7,9) 3. Luka/cedera yang ditemukan
Ketentuan tentang bantuan 4. Tindakan yang dilakukan terhadap
dokter untuk kepentingan peradilan pasien
didalam KUHAP tercantum didalam 5. Keadaan sewaktu dalam perawatan
pasal 133 dan 179 dan 180. Seorang dan keadaan waktu pulang
dokter jika dimintakan kepadanya untuk 6. Pada kesimpulan harus dijelaskan
membutkan visum et repertum, maka luka/cedera, kekerasan penyebab
secara hukum dokter wajib melakukan dan derajat/kwalifikasi luka.
dan tidak ada alasan untuk Kesemua unsur diatas harus dituangkan
(2,5,6,11)
menolak. ke dalam visum et repertum, yang
Pasien yang termasuk kedalam dibuatkan dalam bentuk kalimat dan
lingkup pelayanan forensik klinik dalam bahasa Indonesia yang baku.
adalah pasien datang dengan surat Deskripsi luka merupakan
permintaan visum, pasien korban tindak bagian yang cukup penting dalam
pidana penganiayaan, pasien korban visum et repertum. Tatacara penulisan
kecelakaan lalu lintas, pasien dengan luka adalah dengan urutan : regio,
luka yang tidak jelas penyebabnya, koordinat, jenis luka, deskripsi luka dan
pasien korban kekerasan seksual, pasien ukuran luka.(2,7,8,13,14)
korban kecarunan/peracunan, pasien Pada bagian kesimpulan, per-
datang dengan surat permintaan visum. masalahan sering terjadi dalam
Jika pasien yang diperiksa termasuk ke penentuan derajat luka. Derajat luka
dalam salah satu kriteria diatas, maka sangat berkaitan dengan jenis
dokter mestinya sudah siap dengan penganiayaan yang dilakukan dan berat
pencatatan luka/cedera yang lengkap. ringannya ancaman hukuman terhadap
Dokter baru akan mengelurkan hasil pelaku. Pada umumnya penentuan
visum et repertum jika ada permintaan derajat luka tidaklah sulit bagi dokter
tertulis dari penyidik yaitu berupa surat akan tetapi sampai saat ini belum ada
permintaan visum (SPV). Pada praktek standarisasi dari penentuan derajat luka,
sehari – hari sering SPV datang dokter hanya akan membuat derajat
belakangan. Untuk beberapa hal ini bisa luka berdasarkan pemikiran mereka
dimaklumi, mungkin dengan alasan masing – masing, sehingga derajat luka
kondisi korban yang tidak memung- bisa berbeda antara satu dokter dengan
kinkan untuk lapor ke polisi, kantor dokter yang lainnya. Hal ini tidak
polisi yang jauh atau tidak mengerti menjadi masalah sepanjang apa yang
tatacara pelaporan ke polisi. Sehingga dibuat oleh dokter bisa dipertanggung-
yang sering terjadi adalah korban tindak jawabkan secara ilmiah.(7,13,14)
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36. Juli-Desember 2012 148

Prinsip utama yang harus diingat pekerjaan/jabatan dan pencahariannya”


adalah bahwa dalam penentuan derajat dan jika derajat satu, dipakai kalimat
luka kita melihat dari pandangan medis, yang ada di pasal 352 KUHP
tidak melihat siapa korban, apa (penganiayaan ringan) yaitu: cedera/-
pekerjaannya. Guna memudahkan luka tersebut telah menimbulkan
dalam penentuan derajat luka, bisa penyakit/halangan dalam menjalankan
dengan cara sebagai berikut :(13) pekerjaan/jabatan dan pencahariannya
1. Jika ada luka, lihat apakah untuk sementara waktu”.(7,10,13)
memenuhi kriteria dalam pasal Penandatanganan visum et
90 KUHP, yaitu luka yang tidak repertum dilakukan oleh dokter yang
dapat diharapkan sembuh memeriksa. Jika yang memeriksa
dengan sempurna menimbulkan korban hanya satu orang dokter,
bahaya maut, terus menerus penandatanagan tidak menjadi masalah.
tidak dapat menjalankan Permasalahan akan muncul jika, korban
pekerjaan, jabatan/pencaharian, ditangani oleh beberapa orang dokter,
hilangnya panca indra, kudung, untuk kasus seperti ini tidak ada
lumpuh, gangguan daya pikir ketentuan tentang siapa yang
lebih 4 minggu, gugur/matinya seharusnya menandatangai, bisa dokter
kandungan. Jika memenuhi di IGD atau dokter yang merawat atau
salah satu kriteria ini, maka luka semua dokter yang terlibat. Ketentuan
adalah luka derajat tiga. siapa yang harus menandatangani harus
2. Jika luka tidak memenuhi pasal disepakati oleh rumah sakit masing –
90 KUHP, maka luka adalah masing. Untuk rumah sakit yang ada
derajat satu atau derajat dua. dokter spesialis forensik, biasanya
Untuk menentukan apakah pengeluaran visum et repertum,
derajat satu atau dua, perhatikan ditandatangan oleh dokter spesialis
hal berikut : apakah luka mutlak forensik jika dia yang memeriksa, akan
perlu perawatan dokter, apakah tetapi jika bukan dokter forensik yang
akibat luka menyebabkan gang- memeriksa, dan untuk meningkatkan
guan fungsi tubuh atau apakah nilai dari visum et repertum, maka
jumlah luka banyak dan lokasi- dokter spesialis forensik ikut
nya apakah di tempat yang vital. menandatangani sebagai yang
3. Jika memenuhi salah satu dari mengetahui.(2,12)
kriteria diatas, maka luka derajat
dua, tetapi jika tidak memenuhi PERAN DOKTER DALAM
kriteria diatas maka luka derajat PEMERIKSAAN KORBAN
tiga. KEJAHATAN SEKSUAL
Setelah ditentukan derajat luka, Kejahatan seksual yang diatur
selanjutnya kalimat yang akan ditulis dalam undang–undang diantaranya
didalam kesimpulan visum adalah: jika adalah perkosaaan dan pencabulan.
luka derajat tiga, kalimatnya sesuai Pada kasus kejahatan seksual tugas
dengan kriteria dalam pasal 90 KUHP dokter adalah mencari adanya tanda-
yang cocok dengan luka/cedera yang tanda kekerasan dan adanya tanda-tanda
ditemukan. Jika derajat dua, dipakai persetubuhan. Pembuktian persetubu-
kalimat yang ada di Pasal 351 KUHP han dilakukan dengan dua cara yaitu
(penganiayaan) yaitu : “cedera/luka ter- membuktikan adanya penetrasi (penis)
sebut tidak menimbulkan penyakit/- kedalam vagina dan atau anus/oral dan
halangan dalam menjalankan membuktikan adanya ejakulasi atau
Rika Susanti, PARADIGMA BARU PERAN DOKTER DALAM PELAYANAN 149
KEDOKTERAN FORENSIK

adanya air mani didalam vagina/anus. luar dan pemeriksaan dalam (otopsi).
Pembuktian ini memerlukan waktu Dokter umum, sebenarnya tidak
yang sangat singkat antara kejadian dibebankan untuk bisa melakukan
dengan pemeriksaan/pengambilan pemeriksaan dalam, kalau masih
barang bukti.(2,6,7,16) memungkinkan untuk mendatangkan
Penetrasi penis ke dalam vagina dokter spesialis forensik. Sedangkan
dapat mengakibatkan robekan selaput untuk pemeriksaan luar jenazah
dara atau bila dilakukan dengan kasar merupakan kompetensi dokter umum
dapat merusak selaput lendir daerah untuk melakukannya. Tatacata pemerik-
vulva dan vagina ataupun laserasi, saan dan pencatatan dalam visum et
terutama daerah posterior fourchette. repertum adalah memeriksa semua
Robekan selaput dara akan bermakna bagian tubuh jenazah dengan mencatat
jika masih baru, masih menunjukan ke dalam formulir laporan obduksi.
adanya tanda kemerahan disekitar Prinsipnya tidak ada satu bagian
robekan. Pada beberapa korban ada tubuhpun yang luput dari pemeriksaan.
yang memiliki selaput dara yang elastis Pada bagian kesimpulan dokter hanya
sehingga tidak mudah robek. Pembuk- menulis luka yang ditemukan,
tian persetubuhan akan menghadapi kekerasan penyebab dan sebab
kendala jika : korban dengan selaput kematian. Cara mati bukan kewenangan
dara yang sebelumnya telah robek lama, dokter untuk menyatakan dalam visum
korban diperiksa sudah lama, korban et repertum.(2,6,7)
yang memiliki selaput dara elastis,
penetrasi yang tidak lengkap. PERAN DOKTER DALAM
Pembuktian persetubuhan yang PENANGANAN KASUS DOA
lain adalah dengan memeriksa cairan DOA (Death on Arrival) adalah
mani di dalam liang vagina korban. merupakan keadaan dimana pasien atau
Dari pemeriksaan cairan mani akan korban ditemukan dalam keadaan sudah
diperiksa sel spermatozoa dan cairan meninggal ditempat pelayanan. Biasa-
mani sendiri. Namun kendala dalam nya kasus DOA masuk ke IGD suatu
pemeriksaan cairan mani adalah korban rumah sakit. Jika dokter menemukan
yang sebelumnya berhubungan seksual kasus DOA, yang harus dilakukan
dengan orang lain, korban yang adalah memeriksa pasien, melihat ada
terlambat diperiksa, koitus interuptus, tanda kekerasan/ kemungkinan kasus
pelaku memakai kondom.(2,6,7,16) tindak pidana dan sebelumnya sudah
Sehingga untuk pembuktian korban melakukan wawancara dengan pengan-
tindak pidana kejahatan seksual sangat tar mengenai kondisi terakhir jenazah
diperlukan waktu yang singkat antara dan kronologis kejadian. Jika
kejadian dan pemeriksaan, sehingga ditemukan/dicurigai suatu tindak pidana
pengumpulan barang bukti bisa atas kematian korban, maka dokter
dikumpulkan dengan baik. menganjurkan pengantar atau petugas
rumah sakit untuk melapor ke polisi di
PERAN DOKTER DALAM wilayah tempat kejadian perkara.
PEMERIKSAAN KORBAN Selanjutnya jenazah ditahan di rumah
TINDAK PIDANA MATI sakit sampai penyidik memutuskan
Pemeriksaan korban tindak untuk tindakan forensik selanjutnya.
pidana yang sudah meninggal, per- Sedangkan jika dalam pemeriksaan dan
mintaan visum biasanya meliputi dua wawancara dengan pengantar, disimpul-
jenis pemeriksaan, yaitu pemeriksaan
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36. Juli-Desember 2012 150

kan kematian wajar maka jenazah boleh Bagian forensik, maka surat keterangan
dibawa pulang. kematian untuk seluruh mayat yang
Untuk kasus DOA, prinsip meninggal di rumah sakit dikeluarkan
utama yang harus diperhatikan dokter oleh dokter spesialis forensik. Jika
adalah memperkirakan cara kematian kematian korban akibat suatu tindak
korban, apakah wajar atau tidak wajar pidana, maka surat keterangan kematian
guna penatalaksanaan selanjutnya. boleh dikeluarkan setelah dilakukan
pemeriksaan forensik terhadap jenazah.
TATACARA PENGELUARAN
SURAT KEMATIAN PERAN DOKTER SEBAGAI SAKSI
Surat keterangan kematian AHLI
termasuk kedalam salah satu dari sekian Saksi ahli diperlukan pada
banyak surat keterangan yang proses pidana/peradilan untuk
dikeluarkan oleh dokter. Surat menjelaskan suatu perkara yang masih
keterangan dokter adalah keterangan diragukan. Saksi ahli akan memberikan
tertulis yang dibuat oleh dokter untuk ketengan yang disebut keterangan ahli.
tujuan tertentu tentang kesehatan atau Keterangan ahli adalah keterangan yang
penyakit pasien, atas permintaan pasien diberikan oleh seorang yang memiliki
atau atas permintaan pihak ketiga keahlian khusus tentang hal yang
dengan persetujuan pasien atau atas diperlukan untuk membuat terang suatu
perintah undang – undang.(2,6) perkara pidana guna kepentingan
Surat keterangan kematian pemeriksan (Pasal1 Butir 28 KUHAP).
adalah surat yang menyatakan bahwa Keterangan saksi berbeda
seseorang sudah meninggal. Surat dengan keterangan ahli, keterangan
keterangan kematian dibuat atas dasar saksi diberikan berdasarkan pada hal
pemeriksaan jenazah, minimal pemerik- yang dilihat, didengar` atau dialami
saan luar. Dalam hal kematian berkaitan sendiri sedangkan pendapat atau
dengan tindak pidana tertentu, pastikan sangkaan yang diperoleh dari hasil
bahwa prosedur hukum telah dilakukan pemeriksaan bukanlah merupakan
sebelum dikeluarkan surat keterangan keterangan saksi. Sedangkan keterangan
kematian. Surat keterangan kematian ahli diberikan berdasarkan
tidak boleh atas seseorang yang mati keilmuan/keahlian yang dimiliki.(2,6)
diduga akibat suatu peristiwa pidana Keterangan ahli harus diberikan
tanpa pemeriksaan kedokteran forenik oleh seorang ahli yang memenuhi
terlebih dahulu. Pembuatan surat persyaratan kualifikasi dan berisikan
keterangan kematian harus dibuat keterangan yang berada dalam lingkup
secara hati-hati, mengingat aspek keahliannya (bukan keterangan yang
hukum yang luas, mulai dari urusan bersifat awam). Ahli tidak perlu harus
pensiun, administrasi sipil, warisan, melihat, memeriksa atau mengalami
santunan asuransi, hingga adanya sendiri, melainkan dapat pula hanya
kemugkinan pidana sebagai penyebab memberikan pendapatnya berdasarkan
kematian.(2) keilmuanya.(2,11)
Surat keterangan kematian mini- Saksi ahli haruslah bersikap
mal berisi, identitas korban, tanggal jujur, obyektif, menyeluruh, ilmiah dan
kematian, jenis pemeriksaan, sebab tidak memihak (imparsial). Saksi ahli
kematian. Pada rumah sakit yang sudah tidak boleh melakukan misrepresentasi
ada dokter spesialis forensik dan sistem keahliannya maupun datanya, dalam
pengeluaran jenazah satu pintu ke arti bahwa data atau fakta yang akan
Rika Susanti, PARADIGMA BARU PERAN DOKTER DALAM PELAYANAN 151
KEDOKTERAN FORENSIK

digunakan sebagai dasar pembuatan Edition 2nd. Human Press Inc.


pendapatnya harus secara tekhnis Totowa. 2011. Hal 20-9.
diketahui benar. Ia juga tetap harus
mengikuti perkembangan keilmuannya 5. Idries AM, Sugiharto AF. Visum et
dengan mengikuti pendidikan berkelan- Repertum, Pedoman Praktis Ilmu
jutan. Dokter diharapkan untuk Kedokteran Forensik bagi Praktisi
menghindari berbicara terlalu banyak, Hukum. Sagung Seto. Jakarta.
berbicara terlalu dini, dan berbicara 2009.
dengan orang yang tidak berhak
mendengar.(2,16) 6. Budiyanto A, Widiatmaka W,
Penampilan saksi ahli Sudiono S. Ilmu Kedokteran
dipengadilanpun jangan melecehkan Forensik. Bagian Ilmu Kedokteran
diri sendiri ataupun lawan bicara. Ia Forensik dan Medikolegal Fakultas
harus hadir tepat waktu, berpakaian Kedokteran Universitas Indonesia.
rapi, sikap yang santun, menyiapkan Jakarta. 1997.
data kasus, bersikap tegas dan yakin,
mengutarakan sesuatu yang benar dan 7. Afandi D. Visum et Repertum Tata
objektif serta menyeluruh. Laksana dan Teknik Pembuatan.
UR Press. Pekanbaru. 2011.
KEPUSTAKAAN
1. Sampurna B. Dengan Kedokteran 8. Afandi D. Visum et Repertum
Forensik Klinik Menuju Cita-Cita Perlukaan : Aspek Medikolegal dan
Kemanusiaan Yang Adil dan Penentuan Derajat Luka. Dalam:
Majalah Kedokteran Indonesia, Vol
Beradab, Pidato pada Upacara
60, No.4. 2010. Hal 188-95.
Pengukuhan Guru Besar Tetap
dalam Ilmu Kedokteran Forensik 9. Kitab Undang–Undang Hukum
dan Medikolegal. Fakultas Acara Pidana.
Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 2007. 10. Kitab Undang – Undang Hukum
Pidana.
2. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja
11. Kristanto E, Isries AM. Hak Undur
TD. Peranan Ilmu Forensik Dalam
Diri dalam Pemeriksaan di Sidang
Penegakan Hukum. Ilmu
Pengadilan dalam Konteks Rahasia
Kedokteran Forensik Universitas
Kedokteran. Dalam : Penerapan
Indonesia. Jakarta. 2008.
Ilmu Kedokteran Forensik dalam
Proses Penyidikan Edisi Revisi.
3. Sampurna B. Peran Forensik dalam
Sangung Seto. Jakarta. 2008. Hal
Kasus Asuransi. Dalam: Indonesian
252-6.
Journal of Legal and Forensic
Sciences, Vol 1(1). 2008. Hal 17-
12. Atmadja DS. Aspek Medikolegal
20.
Pemeriksaan Korban Perlukaan dan
Keracunan di Rumah Sakit. Dalam:
4. Stark MM. History and
Prosiding ilmiah Simposium
Development of Clinical Forensik
Tatalaksana Visum et Repertum
Medicine. Dalam: Clinical Forensic
Korban Hidup pada Kasus
Medicine: A Physician Guide
Perlukaan dan Keracunan di
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36. Juli-Desember 2012 152

Rumah Sakit. Rumah Sakit Mitra Meningkatkan Kualitas VeR.


Kepala Gading. Jakarta. 2004. Dalam: Disertasi Program Studi
Doktor Ilmu Kedokteran FKUI.
13. Atmadja DS. Derajat Luka pada Jakarta. 2005.
Kasus Perlukaan dan Keracunan.
Dalam: Kursus Penulisan Visum Et 15. Dahlan S. Petunjuk Praktikum
Repertum pada Kasus Perlukaan. Pembuatan Visum et Repertum.
Dipresentasikan pada Simposium Badan Penerbit Universitas
Visum et Repertum CME FKUI. Diponegoro. Semarang. 2003.
Jakarta. 20 Maret 2008.
16. Meilia PDI. Prinsip Pemeriksaan
14. Herkutanto. Pemberlakuan dan Penatalaksanaan Korban
Pedoman Pembuatan Visum et Kekeraan Seksual, CDK-196,
Repertum (VeR) Korban Hidup dan Vol.39, No.8. 2012. Hal 579-83.
Trauma Related Injury Severity
Score (TRISS) untuk
Rika Susanti, PARADIGMA BARU PERAN DOKTER DALAM PELAYANAN 153
KEDOKTERAN FORENSIK

Lampiran 1: form VeR perlukaan

PROJUSTITIA
Padang,____________20

VISUM ET REPERTUM

No:_______________

Yang bertanda tangan dibawah ini, ______________________, dokter pada


___________________ Padang, berdasarkan surat permintaan visum et repertum Kepala
Kepolisian_______________________________, dengan surat
nomor__________________________, tertanggal _______________, maka dengan ini
menerangkan bahwa pada tanggal___________________________________________________,
pukul _____________________________________ Waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat di
__________________Padang, telah dilakukan pemeriksaan korban dengan nomor registrasi
_________,yang menurut surat permintaan visum et repertum tersebut adalah :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :

HASIL PEMERIKSAAN
1. Korban datang dalam keadaan___________________ dengan keadaan
umum____________________
2. Korban__________________________________________________________________
____________________________________
3. Pada korban ditemukan :

4. Terhadap korban dilakukan :

5. Korban dipulangkan/dirawat selama_________hari

KESIMPULAN :

Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan
yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan kitab undang-undang hukum acara pidana.

Dokter Pemeriksa
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36. Juli-Desember 2012 154

Lampiran 2: form VeR kejahatan seksual

PRO JUSTITIA Padang, ____________ 20

VISUM ET REPERTUM
No : ___________________________
Yang bertandatangan di bawah ini adalah _______________________, dokter pada
________________________________, berdasarkan surat permintaan visum et repertum Kepala
Kepolisian Sektor /
Resort__________________________________________________________________________
_________
Nomor____________________tertanggal_____________________________________________
__________________________,dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal
______________________________________________________________pukul____________
________________________ bertempat di ____________________ telah melakukan
pemeriksaan atas korban yang menurut surat permintaan visum et repertum tersebut adalah :
Nama : ___________________________________________________
Tempat / tgl.lahir : ___________________________________________________
Alamat : ___________________________________________________
___________________________________________________
HASIL PEMERIKSAAN :
1. Korban datang dalam keadaan _________ dengan keadaan umum ______________
Penampilan umum / sikap ___________________ pakaian _____________________
2. Korban mengaku diperkosa / _______________ pada tanggal __________________
pukul ________
Pada saat itu ia mengalami (rincian peristiwa):
3. Riwayat haid : normal / _______; riwayat perkembangan seksual : normal / ________
Persetubuhan terakhir tanggal : dengan / tanpa kondom
4. Pada tubuh korban ditemukan luka-luka sebagai berikut :

5. Pada pemeriksaan genitalia :


Bagian luar :
Selaput dara :
Bagian dalam :
KESIMPULAN

Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sesungguhnya, berdasarkan keilmuan saya yang
sebaik-baiknya dan dengan mengingat sumpah jabatan, serta sesuai dengan Undang-Undang No 8
tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Dokter pemeriksa

Anda mungkin juga menyukai