Tujuan terapi untuk individu perlu diidentifikasi dengan jelas dan didefinisikan
dengan hasil yang dapat diukur. Tidak ada jenis intervensi bicara/bahasa yang
terbaik untuk semua anak. Jenis intervensi ditujukan langsung pada permasalahan
komponen tertentu dari bahasa (seperti pengucapan dan tata bahasa), karena
perbaikan dalam satu area tidak selalu menyebabkan perbaikan pada area lainnya.
Intervensi hendaknya juga memperhatikan tingkat perkembangan dan bahasa, kekuatan
dan kebutuhan anak tersebut. Intervensi sebaiknya difokuskan pertama-tama pada
peningkatan jumlah, variasi dan keberhasilan komunikasi verbal dan non verbal,
selanjutnya jika diperlukan pada intelligibility.
Intervensi dini dapat mempercepat perkembangan bahasa anak secara keseluruhan dan
memberikan hasil fungsional jangka panjang yang lebih baik. Evaluasi menyeluruh,
termasuk uji terstandar yang tepat, penting untuk membandingkan kemajuan anak
dengan perkembangan anak lain seusianya. Evaluasi menyeluruh sebaiknya dilakukan
setidaknya satu kali dalam setahun. Beberapa prinsip utama terkait konsep
intervensi gangguan komunikasi:
a. Intervensi adalah proses dinamis dimana tim medis akan selalu memantau
perkembangan pasien dalam kaitannya mencapai tujuan pengobatan sesuai keperluan
b. Program intervensi bahasa sebaiknya didesain dengan pertimbangan cermat terkait
kemampuan kognitif nonverbal anak. Pengetahuan terhadap tingkat kognitif anak
sangatlah penting untuk membuat keputusan sehingga dapat menentukan pengobatan dan
pemilihan terapi yang tepat
c. Tujuan akhir dari intervensi bahasa adalah mengajar strategi untuk memfasilitasi
proses akuisisi bahasa daripada mengajarkan perilaku terisolasi
d. Bahasa diperoleh dan digunakan terutama untuk tujuan komunikasi, sehingga harus
diajarkan dalam konteks komunikatif. Sedapat mungkin, terapi bahasa harus terjadi
dalam situasi yang realistis dan memberikan anak kesempatan untuk terlibat dalam
interaksi verbal yang bermakna
e. Intervensi bahasa harus berorientasi individual dan didasarkan pada sifat
defisit bahasa anak secara spesifik dan gaya belajar masing-masing
f. Intervensi harus dirancang untuk memastikan bahwa pengalaman anak secara
konsisten sukses dalam seluruh tahapan program terapi
g. Intervensi bahasa efektif bila tujuan terapi ini dirancang untuk meningkatkan
pengetahuan anak satu langkah di luar langkah saat ini.
3. Farmakoterapi
Penelitian menunjukkan bahwa medikasi menghasilkan keuntungan jangka pendek pada
anak dengan GPPH, termasuk durasi atensi lebih lama, kontrol impuls lebih baik dan
tingkat aktivitas lebih rendah. Efek jangka panjang yang signifikan seperti
peningkatan hubungan sosial dan pencapaian di sekolah tidak didapatkan. Bila
dikombinasi dengan terapi lain biasanya medikasi membantu pada anak usia sekolah.
Anak dibawah 5 tahun biasanya tidak memberikan respon terhadap obat-obatan dan
memiliki risiko besar untuk timbulnya efek samping obat.
Psikostimulan, obat yang paling banyak digunakan pada GPPH, memiliki tingkat respon
kira-kira 80%. Psikostimulan yang paling banyak diresepkan adalah metilfenidat
(Ritalin), dekstramfetamin (Dexedrine), pemoline (Cylert). Pada beberapa anak
timbul efek samping seperti menurunnya nafsu makan, insomnia, tics, sakit kepala
dan sakit perut. Metilfenidat merupakan psikostimulan yang paling luas diteliti dan
digunakan, biasanya menjadi obat pertama yang diresepkan karena memiliki efek
samping yang minimal. Dosis 0,3-0,7 mg/kgBB biasanya efektif. Dosis insial 5-10 mg
biasanya diberikan pagi hari. Jika orangtua melaporkan terdapat perbaikan perilaku
dikelas maka dosis ini dapat dilanjutkan, jika tidak maka dosis dapat ditingkatkan
2,5-5 mg tiap minggu sampai tercapai kadar yang efektif. Dosis ini dapat diberikan
2-3 kali per hari. Dosis ketiga diberikan untuk membantu anak untuk menyelesaikan
pekerjaan rumahnya pada malam hari. Dosis pada akhir pekan tergantung pada perilaku
anak dan jadwal.
Suportif
1. Nutrisi yang optimal
2. Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialis lainnya dll)
3. Konsultasi psikiatri atau psikologi bila ada gangguan makan