PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, adapun tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Mengetahui definisi pencemaran suara
1.3.2 Mengetahui sebab-sebab pencemaran suara
1.3.3 Mengetahui dampak dari pencemaran suara
1.3.4 Mengetahui cara menanggulangi dampak pencemaran suara
1.4 Manfaat
Hal yang diharapkan penulis untuk para pembaca adalah sebagai berikut.
1.4.1 Untuk Mahasiswa.
1. Memperdalam ilmu pengetahuan mahasiswa mengenai pencemaran
suara.
2. Dapat melakukan pencegahan dan penanggulangan pencemaran suara.
3. Kedepannya dapat mengedukasi orang lain mengenai bahaya
pencemaran suara.
4. Dapat menyadari betapa pentingnya menjaga lingkungan.
1.4.2 Masyarakat.
1. Lebih menyadari betapa bahayanya efek pencemaran suara pada
lingkungan.
2. Meningkatkan kesadaran tentang betapa pentingnya menjaga alam.
3. Memiliki kemampuan untuk mencegah pencemaran suara menjadi
lebih buruk.
BAB II
ISI
Polusi udara dalam ruang adalah tingginya konsentrasi partikel polusi yang
mengudara (airborne contaminants), bau, dan penyebab alergi yang ditimbulkan
oleh penghuni/ pengguna gedung itu sendiri atau merupakan kontaminasi polusi
udara luar yang masuk ke dalam gedung. Polusi dalam ruang digolongkan
menjadi:
2.2.1 Polusi fisik
Yang termasuk ke dalam polusi fisik adalah:
a) Pendingin udara (kaitannya dengan suhu dan kelembaban ruang)
Secara umum, pengkondisian udara (air-conditioning) dilakukan dengan
mengkondisikan udara dari luar bisa dipanaskan (untuk heating mode seperti di
negeri-negeri dingin) atau didinginkan (untuk cooling mode seperti halnya di
Indonesia) sehingga udara yang disemburkan ke dalam ruangan mencapai kondisi
set-point (temperatur dan kelembaban) yang diinginkan.
Pendingin udara diklasifikasikan menjadi pendingin udara lokal dan
sentral. Pendingin udara lokal yaitu pendingin udara yang umum dipakai di rumah-
rumah, atau beberapa ruangan kantor (biasanya ruang pejabat struktural, namun
sekarang hampir seluruh ruang baik ruang staf maupun umum sudah dipasang
pendingin udara/AC), sedangkan pendingin udara sentral adalah pendingin udara
yang dikendalikan dari satu tempat tersendiri oleh operator khusus, biasanya hotel-
hotel, pusat perbelanjaan, dan gedung perkantoran berskala besar. Kedua pendingin
udara ini berpotensi dalam menyebarkan berbagai virus dan bakteri.
Idealnya, filter mesin AC dibersihkan dan dibubuhi disinfektan setidaknya
3-4 kali setahun. Jika tidak, AC menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan
rombongan bakteri. Kawanan Chlamydia sp, Escherichia sp, dan Legionella sp,
akan bersarang dengan nyaman di sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika
udara AC menyembur ke seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman
menyusup ke saluran pernapasan, terhirup melalui mulut, hidung, atau masuk lewat
lubang kuping. Bagi orang sehat dengan stamina prima, masuknya kuman tak
mendatangkan masalah. Lain soal jika korban yang dijambangi kuman adalah
mereka yang daya tahan tubuhnya sedang buruk.
b) Debu di ruangan kerja
Debu merupakan partikel-partikel zat padat, yang disebabkan oleh
kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran,
pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari bahan, baik
organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih, logam, arang batu, butir-
butir zat dan sebagainya, yang memiliki ukuran antara 0,1 – 2,5 mikron. Sumber
alamiah partikulat atmosfir adalah debu yang memasuki atmosfir karena terbawa
oleh angin.
Oleh karena itu, debu bisa terdapat di mana saja, misalnya untuk indoor,
penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan debu. Karena ukurannya
yang kecil, debu dapat terhirup dan tersangkut di dalam paru sehingga dapat
mengganggu akivitas pernafasan manusia.
c) Karpet yang tidak dirawat
Karpet merupakan salah satu bahan bangunan yang paling membahayakan
bagi kesehatan, dan apabila memungkinkan, maka disarankan pencegahan
penggunannya. Hal tersebut karena partikel debu yang dibawa oleh manusia dari
luar ruangan, pestisida yang disemprotkan ke ruangan, akan menempel pada karpet.
Selain itu ada juga kutu debu yang biasanya tinggal di antara sela-sela karpet,
mengkonsumsi partikel-partikel kulit mati yang diproduksi oleh manusia setiap
harinya. Sebagian iritasi pada Sick Building Syndrome disebabkan oleh alergen
yang terdapat pada karpet, seperti tungau atau kapang. Juga alas karpet serta perekat
yang digunakan untuk merekatkan karpet tersebut acap kali mengeluarkan
senyawa-senyawa organik yang mudah menguap. Sebagian besar orang pernah
merasakan bau kuat yang menyengat dari karpet yang baru dipasang.
Bila karpet tidak terawat, jarang dibersihkan dan dijemur, maka pertikel
debu, dan pencemar lain yang menempel di karpet akan ikut masuk ke dalam sistem
pernafasan manusia sehingga dapat mengganggu kesehatan.
3.1 KESIMPULAN
Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh
penghuni gedung atau bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi
udara, yang dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung
tersebut, tetapi tidak terdapat penyakit atau penyebab khusus yang dapat
diidentifikasi.
Penyebab terjadinya Sick Building Syndrome berkaitan erat dengan
ventilasi udara ruangan yang kurang memadai karena kurangnya udara segar
masuk ke dalam ruangan gedung, distribusi udara yang kurang merata, serta
kurang baiknya perawatan sarana ventilasi (indoor air quality).
Seseorang dinyatakan menderita Sick Building Syndrome apabila
memiliki keluhan sejumlah kurang lebih 2/3 dari sekumpulan gejala lesu, hidung
tersumbat, kerongkongan kering, sakit kepala, mata gatal-gatal, mata pedih, mata
kering, pilek-pilek, mata tegang, pegal- pegal, sakit leher atau penggung, dalam
kurun waktu yang bersamaan.
Keluhan umumnya dapat ditangani secara simtomatis yang seyogyanya
diikuti dengan upaya penyehatan lingkungan di dalam gedung. Faktor
pencegahan mempunyai peran yang amat penting. Secara umum cara
pencegahan pada dasarnya berupa turut sertanya perhitungan di bidang
kesehatan dalam membangun, menata dan merawat suatu gedung. Gedung-
gedung bertingkat dengan sistim AC sentral sudah mulai menjamur di kota-kota
besar negara kita dan masalah sindrom gedung sakit ini cepat atau lambat akan
kita hadapi dalam praktek sehari-hari.
3.2 Saran
Kantor atau perusahaan harus mengupayakan agar udara dalam gedung
tempat karyawan bekerja ventilasi dan sirkulasinya diatur sedemikian rupa
agar semua orang yang bekerja merasa segar, nyaman dan sehat, jumlah supply
udara segar sesuai dengan kebutuhan jumlah orang didalam ruangan.
Meletakkan alat-alat kantor yang dapat mengakibatkan pencemaran
udara dalam ruangan terpisah, misalnya mesin fotocopy. Pemeliharaan lingkungan
kerja dengan baik, jangan menyalakan AC terus menerus, sesekali AC
dimatikan