Anda di halaman 1dari 108

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah utama sebuah keluarga yang selalu ada biasanya seputar

keuangan. Bisa karena kekurangan uang, kelebihan uang, atau karena bingung

bagaimana mengatur uang bagi orang yang penghasilannya pas-pasan, sedangkan

kebutuhan selalu melebihi pemasukan. Namun muara dari itu semua, kata

kuncinya adalah bagaimana mengatur keuangan keluarga dengan cerdas, cermat

dan sebaik-baiknya. Karena masalah mengatur keuangan tidak memandang orang

miskin, menengah atau kaya. Karena siapa pun bisa mengatur keuangan

keluarganya. Jika telah bisa mengelola keuangan keluarganya, maka bisa

dikatakan 50% mereka sudah sukses dan berhasil dalam hal finansialnya.

Salah satu fungsi di antara banyaknya fungsi pranata keluarga, yakni fungsi

ekonomi. Fungsi pranata keluarga yang lain yakni yakni fungsi reproduksi, sosial,

protektif, rekreatif, afektif, edukatif, dan fungsi religius. Di antara fungsi-fungsi

ekonomi keluarga, di antaranya mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga; pengaturan penggunaan penghasilan keluarga

untuk memenuhi kebutuhan keluarga; dan menabung untuk memenuhi kebutuhan

keluarga di masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari

tua, dan sebagainya. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan seluruh anggota keluarganya yaitu : sandang, pangan dan papan.

Mengelola ekonomi rumah tangga merupakan tindakan untuk

merencanakan, melaksanakan, memonitor, mengevaluasi dan mengendalikan

perolehan dan penggunaan sumber-sumber ekonomi keluarga khususnya keuangan


2

agar tercapai tingkat pemenuhan kebutuhan secara optimum, memastikan adanya

stabilitas dan pertumbuhan ekonomi keluarga.

Manajemen keuangan keluarga merupakan keterampilan yang harus

dimiliki oleh seorang ibu sebagai pemegang keuangan keluarga. Melalui

manajemen yang baik dan cermat, maka pendapatan yang diperoleh keluarga

diharapkan dapat digunakan tepat guna, tepat waktu, tepat tempat, tepat harga, dan

tepat kualitas.

Pengelolaan ekonomi rumah tangga bertujuan untuk mendayagunakan

kesadaran, sikap, perilaku dan kemampuan anggota keluarga serta menggerakkan

potensi ekonomi keluarga guna memastikan adanya: pemenuhan kebutuhan

ekonomi anggota keluarga secara optimum; stabilitas kehidupan ekonomi

keluarga; dan pertumbuhan ekonomi keluarga.

Dalam mengelola ekonomi rumah tangga, diperlukan unsur-unsur penting,

yaitu pendapatan keluarga, rencana pengeluaran, catatan realisasi pendapatan dan

pengeluaran, pandangan dan sikap yang tepat tentang tabungan, dan musyawarah

keluarga (suami, istri dan anak-anak).

Memanajemen atau mengatur keuangan dengan baik akan memberikan

banyak manfaat, antara lain: pertama, mencapai cita-cita keluarga, seperti

pendidikan berkualiatas untuk anak, merencanakan dana pensiun, membeli rumah

kedua yang lebih besar, membeli mobil, memulai bisnis atau saha. Kedua,

mengantisipasi terjadinya masalah keuangan keluarga, seperti sampai terbelit

hutang. Dengan melakukan perencanaan keuangan, risiko yang mungkin timbul

dapat diantisipasi. Ketiga, selalu ada kontrol arus keluar masuk keuangan
3

keluarga, sehingga bisa dideteksi dengan baik dan tidak ada istilah “lebih besar

pasak daripada tiang.”

Sebagian besar keluarga di Indonesia sering menggunakan penghasilan

yang mereka dapat hanya untuk membiayai tujuan-tujuan jangka pendek saja,

seperti membayar telepon, berbelanja kebutuhan pribadi, dan kebutuhan-

kebutuhan jangka pendek lainnya. Padahal disadari atau tidak, setiap keluarga juga

memiliki tujuan-tujuan jangka panjang lainnya. Misalnya mempersiapkan dana

pendidikan anak atau mempersiapkan masa pensiun.

Salah satu pemicu konflik dalam rumah tangga ialah uang. Untuk

memimalkan konflik dalam keluarga yang disebab oleh uang, maka penting uang

itu diatur bersama oleh suami-istri secara benar dan bertanggungjawab. Dalam hal

ini ada kesepakatan bersama antara suami-istri ketika mengatur keuangan untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Tujuan mengatur keuangan dalam rumah tangga pada hakekatnya ialah

supaya terciptanya keseimbangan dan keselarasan antara pemasukan dan

pengeluaran uang. Artinya penempatan atau pengalokasian keuangan harus

dilakukan secara efektif, efisien dan proporsional. Di sini suami-istri harus

memperhatikan ketika mengeluarkan uang perlu menentukan mana yang menjadi

prioritas utama. Perhatikan pepatah klasik berikut: “Jangan lebih besar pasak dari

pada tiang.” Maknanya ialah jangan sampai lebih besar uang yang dikeluarkan

daripada uang yang masuk. Dengan mengelola uang secara benar dan bertanggung

jawab, maka suami-istri/keluarga dapat terhindar dari krisis ekonomi rumah

tangga.
4

Kehidupan saat ini uang menjadi sangat penting, karena digunakan sebagai

alat transaksi yang paling dipercaya dan paling mudah dipakai. Uang sendiri

beredar secara legal di kalangan masyarakat luas, hal ini karena mempunyai

kegunaan untuk bertransaksi mendapatkan barang dan jasa, sebagai alat berjaga-

jaga dan berspekulasi. Keuangan adalah segala sesuatu atau aktivitas yang

berkaitan dengan uang. Uang adalah salah satu alat bayar yang sah. Fungsi dari

uang adalah untuk memupuk kekayaan dan juga sarana untuk berjaga-jaga (Elvyn

G.Massassy.,2004:xi).

Pada dasarnya tujuan sebuah keluarga adalah keluarga yang sejahtera.

Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan

yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak,

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras

dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan

(UU RI No 10 Tahun 1992 Bab 1 pasal 11).

Untuk mencapai keluarga sejahtera sendiri sangat sulit, banyak masalah-

masalah yang harus dihadapi dalam keluarga, salah satunya masalah ekonomi. Ada

beberapa keluarga yang sering mengalami yang namanya krisis keuangan,

misalnya selalu merasa kekurangan uang, sering timbul untuk menambah

penghasilan, meminjam uang kepada orang lain atau bank, menjual barang-barang

berharga dan lain-lain. Masalah ekonomi dalam keluarga sebenarnya tidak hanya

banyaknya jumlah uang yang dimiliki, tetapi bagaimana memanfaatkan dan

mengelola uang yang diperoleh dari penghasilan untuk kebahagian keluarganya.

Suhartini dan Renanta (2007), meneliti tentang perilaku keluarga Etnis

Cina dalam mengelola keuangan keluarga. Bagi keluarga Etnis Cina di Kya-Kya
5

kembang Jempun Surabaya memperhitungkan keseimbangan antara urus uang

masuk dan arus uang keluar sangat penting, karena selain berusaha untuk

meningkatkan penghasilan dengan bekerja keras, memperhitungkan keseimbangan

keduanya merupakan ladasan untuk mencapai kebebasan finansial.

Rhodiyah (2007) menjelaskan bahwa, mengelola keuangan keluarga

penting, keuangan keluarga secara kuantitas dan kualita dapat bermanfaat bagi

keluarga secara maksimal untuk mencapai keluarga sejahtera yaitu tercukupi

secara materiil dan spiritual, dan semua keluarga bisa mengembangkan potensi

sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing.

Sumiarti (2008), menyarankan agar sebagai ibu rumah tangga, hendaklah

dapat menggunakan waktunya bukan hanya mengurus rumah tangga saja akan

tetapi bisa juga berperan sebagai mitra bagi suami untuk menambah penghasilan

rumah tangga, tanpa harus mengabaikan tugas utama sebagai ibu rumah tangga,

apalagi kalau ibu rumah tangga ini memiliki latar belakang pendidikan yang

memadai dan tidak bisa ikut berkiprah di pasar tenaga kerja disebabkan oleh faktor

internal dan eksternal sehingga dengan membuat usaha di rumah (home industri)

akan menjadi pilihan yang tepat dalam membantu keluarga keluarga dari

kemiskinan.

Syifa (2011), meneliti tentang peranan perempuan dalam manajemen

keuangan keluarga di kelurahan Kedaung. Peneliti tersebut menemukan bahwa

peranan perempuan dalam mengelola keuangan keluarga sangat tinggi. Sehingga

dapat disimpulkan kaum perempuan sudah memegang kendali yang besar dalam

mengelola keuangan keluarganya.


6

Manajemen keuangan merupakan suatu kegiatan perencanaan,

penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan

penyimpanan dana yang dimiliki.

Perencanaan keuangan, yaitu membuat rencana pemasukan dan

pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.

Penganggaran keuangan, yaitu tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan

membuat detail pengeluaran dan pemasukan. Pengelolaan keuangan, yaitu

menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan

berbagai cara. Pencarian Keuangan, yaitu mencari dan mengeksploitasi sumber

dana yang ada untuk operasional kegiatan rumah tangga. Penyimpanan keuangan,

yaitu mengumpulkan dana serta menyimpan dana tersebut dengan aman.

Pengendalian keuangan, yaitu melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan

dan sistem keuangan pada keluarga. Pemeriksaan keuangan, yaitu melakukan audit

internal atas keuangan keluarga yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.

Banyak orang mengalami kesulitan dalam mengelola keuangan keluarga,

bukan karena mereka tidak dapat mengatur uang tetapi kebanyakan orang tidak

dapat mengontrol “keinginan” atau “nafsu”. Penghasilan sebagai pekerja sebesar

apapun yang didapat tidak akan pernah cukup memenuhi kebutuhan, jika tak

dihentikan kata puas.

Kesalahan terbesar orang dalam menghadapi masalah keuangan adalah

mencari uang sebagai solusinya, padahal sebagian besar permasalahan keuangan

terjadi karena ada mentalitas dan kebiasaan keuangan yang keliru (Andreas

Hartono, 2222).
7

Keuangan merupakan hal yang sangat rentan dalam kehidupan berumah

tangga, kebiasaan hidup boros dan memuaskan keinginan pribadi yang masih

terbawa pada saat kehidupan melajang, berakibat fatal pada sistem perekonomian

keluarga.

Masalah keuangan adalah masalah klasik yang dihadapi banyak orang,

khususnya mereka yang sudah berkeluarga. Bertambahnya anggota keluarga

membuat kebutuhan semakin meningkat sehingga pengeluaran juga semakin

banyak. Waktu masih single, pengeluaran biasanya hanya untuk makanan,

pakaian, rekreasi, dan mungkin biaya kontrakan. Tetapi ketika sudah berkeluarga,

daftar pengeluaran semakin banyak. Mulai dari uang sekolah, susu, rekreasi,

cicilan rumah, cicilan kendaraan, asuransi, dan masih banyak lagi.

Manajemen keuangan keluarga adalah langkah awal dalam membangun

program-program yang bisa berkesinambungan di masa yang akan datang. Faktor

utama dalam manajemen keuangan rumah tangga sebenarnya hanya ada dua,

pemasukan dan pengeluaran.

Mengingat begitu pentingnya keuangan keluarga, maka diperlukan adanya

manajemen atau pengelolaan yang profesional, akurat, dan jitu. Oleh karena itu,

dalam penyelesaian studi ini, penulis ingin mengkaji tentang manajemen keuangan

keluarga, yang secara operasional judul Proposal Skripsi ini sebagai berikut:

“Manajemen Keuangan Keluarga (Studi Kasus di Desa Kore Kecamatan

Sanggar Kabupaten Bima).”

B. Rumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

masalahnya sebagai berikut:


8

1. Bagaimanakah peranan keluarga merencanakan pendapatan keluarga dalam

manajemen keuangan keluarga di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten

Bima?

2. Bagaimanakah peranan keluarga dalam penggunaan keuangan sebagai bentuk

manajemen keuangan keluarga di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten

Bima?

3. Bagaimanakah peranan keluarga dalam pengendalian keuangan sebagai bentuk

manajemen keuangan keluarga di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten

Bima?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui peranan keluarga merencanakan pendapatan keluarga

dalam manajemen keuangan keluarga di Desa Kore Kecamatan Sanggar

Kabupaten Bima.

b. Untuk mengetahui peranan keluarga dalam penggunaan keuangan sebagai

bentuk manajemen keuangan keluarga di Desa Kore Kecamatan Sanggar

Kabupaten Bima.

c. Untuk mengetahui peranan keluarga dalam pengendalian keuangan sebagai

bentuk manajemen keuangan keluarga di Desa Kore Kecamatan Sanggar

Kabupaten Bima.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara akademis, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

peneliti lainnya yang berkecimpung dalam manajemen keuangan keluarga.


9

b. Secara praktis, diharapkan sebagai tolak ukur bagi keluarga di Desa Kore

Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima terutama tentang manajemen

keuangan keluarga.

c. Sebagai acuan bagi penelitian lain yang berminat mendalami kebijakan

dalam manajemen keuangan keluarga dengan informan yang relatif besar

dan waktu yang relatif lama pula.

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah konsep dimana berisi pengertian atau definisi konsep

tersebut, aspek / dimensi / komponen / bentuk / gejala dan sebagainya dari konsep

tersebut yang nantinya akan dijadikan indikator dari konsep tersebut, faktor-faktor

yang mempengaruhi, dan sebagainya (Moelong, 1991:27).

Fokus penelitian memuat rincian pernyataan tentang cakupan atau topik-

topik pokok yang akan diungkap/digali dalam penelitian ini. Apabila digunakan

istilah rumusan masalah, fokus penelitian berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan

dijawab dalam penelitian dan alasan diajukannya pertanyaan. Pertanyaan-

pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui gambaran apa yang akan diungkapkan

di lapangan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus didukung oleh alasan-

alasan mengapa hal tersebut ditampilkan.

Menurut Moeleong (1991:55), fokus dasarnya adalah masalah yang

bersumber dari pengalaman penelitian atau melalui pengetahuan yang bersumber

dari pengalaman peneliti. Melalui pengetahuan yang diperolehnya, melalui

kepustakaan ilmiah atau kepustakaan. Penentuan fokus penelitian memiliki dua

tujuan yaitu: a. Penentuan fokus membatasi studi yang berarti bahwa dengan

adanya fokus penentuan tempat menjadi layak. b. Penentuan fokus secara efektif
10

menetapkan kriteria inklusi-inklusi untuk menyaring informasi yang masuk.

Mungkin data cukup menarik, tetapi jika dipandang tidak relevan maka data itu

tidak dipakai (Moelong, 1991:27).

Fokus dalam penelitian ini terdiri atas: pertama, merencanakan

pendapatan keluarga dalam manajemen keuangan keluarga; kedua, penggunaan

keuangan dalam manajemen keuangan keluarga; dan ketiga, pengendalian

keuangan dalam manajemen keuangan keluarga.

a. Merencanakan pendapatan

keluarga dalam manajemen keuangan keluarga, indikator-indikatornya yakni:

(1) pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin; (2) pendapatan

kepala rumah tangga melalui pekerjaan sampingan/insidentil; (3) pendapatan

anggota-anggota rumah tangga melalui pekerjaan rutin; (4) pendapatan

anggota-anggota rumah tangga melalui pekerjaan sampingan/insidentil; (5)

belanja lebih kecil daripada pendapatan; (6) hindari hutang; (7) hidup

sederhana; (8) atur pengeluaran dengan sederhana; (9) jadikan tabungan

sebagai pengeluaran pertama; (10) bayar tagihan sesegera mungkin; dan (11)

musyawarah/sepakat antara suami dan istri.

b. Penggunaan keuangan

dalam manajemen keuangan keluarga, indikator-indikatornya yakni: (1)

membuka tabungan pada bank, (2) menanam investasi dalam bentuk barang

tidak bergerak, (3) menanam investasi dalam bentuk barang bergerak, dan (4)

menanam investasi dalam bentuk modal usaha.

c. Pengendalian keuangan

dalam manajemen keuangan keluarga, indikator-indikatornya yakni: (1)


11

transparan (keterbukaan); (2) akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan

penggunaannya); (3) responsibilitas (dipertanggung jawabkan secara moral);

(4) independensi (kemandirian); dan (5) fair (semua yang dilakukan harus

dengan dasar rasa keadilan).

E. Metode Penelitian

Para peneliti dalam kegiatan penelitian, dapat memilih berbagai jenis metode

dalam melaksanakan penelitiannya. Menurut Halide dalam Papayungan, M.M.,

dkk. (1992 : 11), dengan menggunakan istilah metodologi adalah “berbagai

langkah yang harus ditempuh secara sekuensial oleh seorang peneliti dalam

menelaah problema yang sedang dipelajari untuk dipecahkan.”

Sanapiah Faisal (1995 : 10) mengemukakan, “Penelitian merupakan aktivitas

menelaah sesuatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah secara terancang

dan sistematis untuk menemukan pengetahuan baru yang terandal kebenarannya

(objektif dan sahih) mengenai “dunia alam” dan “dunia sosial.”

Penggunaan metode penelitian bertujuan untuk memberikan peluang

sebesar-besarnya bagi penemuan kebenaran yang obyektif, dan untuk menjaga

agar pengetahuan dan pengembangannya memiliki nilai yang tinggi.

Konsekuensi sebagai suatu karya ilmiah yang harus dipertangungjawabkan

obyektivitasnya, maka dalam pembuatan atau penulisan Proposal Skripsi

khususnya berkaitan dengan pengumpulan data yang diperlukan dalam penulisan

ini penulis menggunakan rangkaian metode penelitian sebagai berikut.

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Berdasarkan tingkat eksplanasinya Sugioyo (1997 : 6) membagi jenis

penelitian atas tiga, yaitu penelitian deskriptif, penelitian komparatif, dan


12

penelitian assosiatif. Sedangkan J. Vredenbregt (1983 : 33), “…dapat membagikan

tipe-tipe penelitian sebagai berikut : yaitu penelitian eksploratif (exporatory

research), penelitain yang menguji satu atau beberapa hipotesa (testing research),

dan penelitian deskriptif (deskriptive research).”

Berkaitan dengan pendapat di atas, maka dalam penulisan Proposal Skripsi

ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yang

bertujuan untuk menggambarkan tentang manajemen keuangan keluarga di Desa

Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima.

Penelitian atau metode deskriptif menurut Moh. Nazir, yakni :

Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidik (Moh. Nazir, 1999 : 63)

Deskriptif dimaksudkan dalam penelitian, di mana penulis menguraikan dan

menggambarkan serta menganalisis tentang tanggapan informan akan maksud

penelitian yaitu manajemen keuangan keluarga di Desa Kore Kecamatan Sanggar

Kabupaten Bima.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini secara sengaja mengambil tempat/lokasi di Desa Kore

Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, atas pertimbangan-pertimbangan khusus

peneliti. Di samping persoalan klasik, seperti keterbatasan dana, waktu, dan

kemampuan ilmiah peneliti, juga didasarkan alasan yang sangat relatif

subyektivitas dari penulis. Waktu penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan.

3. Penentuan Informan Penelitian


13

Penelitian kualitatif tidak mengenal adanya istilah populasi, tetapi oleh

Spradley (Sugiyono, 1998:49) dinamakan social situation atau situasi sosial yang

terdiri dari tiga hal yaitu tempat, pelaku dan aktivitas yang berinteraksi secara

sinergis.

Sugiyono (1998:50) sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan

responden melainkan informan kunci, narasumber, partisipan, teman atau guru

dalam penelitian. Sugiyono (1998:54) menyatakan bahwa “penentuan informan

kunci dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan

dan selama penelitian berlangsung yaitu memilih orang tertentu yang

dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan dan selanjutnya

berdasarkan data atau informasi kunci yang lainnya yang diharapkan dapat

memberikan data yang lebih lengkap.”

Informan adalah mereka yang memberikan keterangan bukan saja

menyangkut diri dan lingkungannya tetapi juga menyangkut orang lain. Informan

adalah orang yang dapat memberikan keterangan atau informasi mengenai

masalah yang sedang diteliti dan dapat berperan sebagai nara sumber selama

proses penelitian (Moleong, 1999:78)

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki

informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi

mengenai objek penelitian tersebut. Lazimnya informan atau narasumber

penelitian ini ada dalam penelitian yang subjek penelitiannya berupa “kasus” (satu

kesatuan unit), antara lain yang berupa lembaga atau organisasi atau institusi

(pranata) sosial.
14

Narasumber atau informan adalah orang yang bisa memberikan informasi-

informasi utama yang dibutuhkan dalam penelitian kita.

Informan penelitian dibagi atas tiga kelompok: pertama, informan kunci

yaitu seseorang yang dianggap dapat memberikan informasi kunci tentang hal

yang sedang diteliti; kedua, informan ahli, yaitu para ahli yang sangat memahami

dan dapat memberikan penjelasan berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian

dan tidak dibatasi dengan wilayah tempat tinggal, misalnya para akademisi,

budayawan, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh wanita, tokoh

mahasiswa, dan lain-lain; dan ketiga, informan insidental (man on the street), yaitu

siapa saja yang ditemukan di wilayah penelitian yang diduga dapat memberikan

informasi tentang masalah yang kita teliti.

Informan dipilih secara purposive (dengan memiliki kriteria inklusi) dan key

person. Key person ini digunakan apabila peneliti sudah memahami informasi

awal tentang objek penelitian maupun informan penelitian, sehingga

membutuhkan key person untuk melakukan wawancara mendalam, key person ini

adalah tokoh adat, tokoh agama dan petugas kesehatan (Bungin, 2003:87), yaitu:

1) Informan pangkal yaitu tokoh masyarakat yang memberikan informasi sebagian

besar interaksi sosial dan kepercayaan masyarakat serta memberitahukan informan

kunci yang akan membantu peneliti dalam mendapatkan informasi yang lebih

mendalam. 2) Informan kunci yaitu seseorang yang secara lengkap dan mendalam

mengetahui informasi yang akan menjadi permasalahan dalam penelitian.

Seorang informan harus memiliki beberapa syarat khusus yang harus

dimiliki, di antaranya: (1) Jujur; (2) Taat pada janji; (3) Patuh pada peraturan; (4)

Suka berbicara; (5) Tidak termasuk anggota salah satu kelompok yang
15

bertentangan dalam latar penelitian; dan (6) Mempunyai pandangan tertentu

tentang peristiwa yang terjadi (Moleong, 1999:78).

Mengingat penelitian ini bersifat kasus, maka sebagai konsekuensinya

peneliti dalam penentuan informan menggunakan teknik sampling non-probability

sampling dengan salah satu jenisnya yaitu purposive sampling atau pengambilan

sampel secara sengaja. Menurut Sugiyono (1998:62), “Purposive sampling, adalah

teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja….”

Istilah purposive sering diterjemahkan bertujuan, karena purpose artinya

maksud atau tujuan. Jadi purposive sampling diartikan sebagai pengambilan

sampel secara bertujuan. Ini benar, tapi tidak betul. Beberapa definisi sering

menyebutnya sebagai pengambilan sampel “with purpose in mind” (dengan tujuan

atau maksud tertentu di hati). Tetapi tujuan tersebut tidak jelas (tujuan apa?). Itu

makanya disebut benar tapi tidak betul, karena tidak jelas.

Masih kaitan dengan purposive sampling ini, Sutrisno Hadi mengemukakan

sebagai berikut :

Dalam purposive sampling pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas


ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut
yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Sampling purosive dikenal juga sebagai sampling
pertimbangan, terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan
pertimbangan perorangan atau pertimbangan pribadi (Sutrisno Hadi, 1984 :
122).

Dengan berdasarkan pertimbangan purposive sampling, maka dalam

penentuan informan ini peneliti mengambil secara sengaja rumah tangga yang

berprofesi sebagai petani, rumah tangga yang berprofesi sebagai pedagang, rumah

tangga yang berprofesi sebagai buruh, rumah tangga yang berprofesi sebagai

pegawai negeri sipil, dan rumah tangga yang berprofesi sebagai Polri/Tentara.
16

Guna memperkuat analisis data, dalam penelitian ini dibutuhkan pula

informasi atau data yang bersumber dari beberapa informan kunci yang berasal

dari Kepala Desa, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa, Ketua BPD,

dan salah seorang tokoh masyarakat Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten

Bima.

4. Jenis dan Sumber Data Penelitian

a. Jenis Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini yakni data kualitatif. Data yang

dinyatakan dalam bentuk non-angka/non-numerik atau biasa juga disebut atribut.

Dalam istilah komputer disebut data bertipe string. Pada pendekatan kualitatif, peneliti

membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari

pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell,

1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi

kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian

kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian

kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki

bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan

mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih

menekankan pada makna dan terikat nilai.

Berdasarkan pada beberapa pendapat ahli di atas, maka data yang akan

dipergunakan dalam penelitian ini yakni jenis data kualitatif.

b. Sumber Data
17

Data merupakan kumpulan fakta atau angka atau segala sesuatu yang dapat

dipercaya kebenarannya sehingga dapat digunakan sebagai dasar penarikan

kesimpulan.

Berdasarkan sumber data, terdapat 2 (dua) jenis data, yaitu: data primer dan

data sekunder.

a) Data primer (primary data) menurut Supranto (Ahmad Usman, 2008 : 232)

yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/suatu organisasi langsung

melalui objeknya. Atau dengan kata lain, data primer yaitu data yang langsung

dikumpulkan oleh peneliti sendiri. Terdapat beberapa metode pengumpulan data

primer, antara lain: wawancara langsung dengan informan, sumber data atau

responden; wawancara tak langsung (melalui informan/informan kunci); dengan

menggunakan angket (yang disebar atau melalui pos).

b) Data sekunder (secondary data) menurut Supranto (Ahmad Usman, 2008 :

232) yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi.

Data sudah dikumpulkan oleh pihak/instansi lain. Atau dengan kata lain, data yang

dikutip dari sumber dokumentasi, misalnya: sumber data sekunder yang

dipublikasi (data harga saham, harga komoditas dari surat khabar, majalah atau

media elektronik); dan sumber data sekunder yang tak dipublikasi (arsip

pemerintah, lembaga-lembaga penelitian, dan sebagainya).

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data atau informasi yang valid dan reliabel, dalam

penelitian ini digunakan alat pengumpul data berupa wawancara, dokumentasi,

dan observasi. Ketiga teknik yang disebutkan terakhir di samping sebagai

pelengkap atau sekunder, juga dapat menjadi primer terutama untuk menjawab
18

beberapa permasalahan yang diajukan dan cukup hanya dianalisis melalui teknik

dokumentasi dan observasi.

a. Wawancara

Nana Sudjana dan Ibrahim (2001 : 102), mengemukakan “Wawancara…

sebagai alat pengumpul data digunakan untuk mendapatkan informasi yang

berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan

dan lain-lain dari individu/responden…Apabila pertanyaan yang diajukan dan

jawaban yang diberikan secara lisan, disebut wawancara.” Wawancara

dimaksudkan untuk mendapatkan data yang relevan dengan jalan

mewawancarai atau tanya jawab dalam situasi berhadapan dan mendapatkan

jawaban secara spontan yang didasarkan atas tujuan penelitian.

Dalam menggunakan teknik wawancara ini, penulis lakukan terutama

untuk mendukung data-data penelitian sejak awal hingga akhir penelitian,

terkhusus ditujukan kepada informan kunci.

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan alat pengumpulan data dengan cara

mengadakan pencatatan langsung melalui dokumen-dokumen, arsip, laporan

catatan harian, dan sebagainya.

Menurut Linton (1984 : 76), “teknik dokumentasi ini disebut Metode

Rekonstruksi Historis.”

M. Syahruddin Latief (2000 : 91) menjelaskan, “Metode Rekonstruksi

Historis adalah metode untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang telah

lampau. Metode ini mengandalkan kepada bukti-bukti dokumen sezaman,


19

meskipun selalu tidak akan pernah lengkap. Dengan dokumen-dokumen itu

dapat dilakukan rekonstruksi atas peristiwa yang telah berlangsung.”

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan data

melalui pencatatan-pencatatan secara langsung, sistematis terhadap dokumen-

dokumen yang tersimpan di Kantor Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten

Bima, dan dokumen-dokumen lain yang ada pada Kantor Desa Kore, terutama

yang berkaitan dengan manajemen keuangan keluarga, sejarah desa, sumber

daya manusia desa, pekerjaan keluarga, sarana dan prasarana desa, dan lain-

lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

c. Observasi

Koentjaraningrat dalam Papayungan, M.M., dkk. (1992 : 136)

mengemukakan, “data yang benar sifatnya hanya dapat dikumpulkan melalui

teknik observasi, partisipasi dan wawancara mendalam (Indepth interview).

Observasi atau pengamatan bisa dilakukan terhadap sesuatu benda, keadaan,

kondisi, kegiatan, proses, atau penampilan tingkah laku seseorang.”

Black dan Champion dalam Papayungan dkk. (1992:139), “penggunaan

teknik observasi vital, mengingat kuesioner dan wawancara tidak sepenuhnya

memuaskan. Ada jenis-jenis masalah tertentu yang tidak dapat dijangkau oleh

kedua alat pengumpul data tersebut. Ada kalanya penting untuk melihat

perilaku dalam keadaan (setting) alamiah, melihat dinamika, melihat gambaran

perilaku berdasarkan situasi yang ada.”

Menurut Ritzer (1992:39), “observasi menjadi penting sebagai metode

utama untuk mendapatkan informasi. Dan jenis observasi yang dipakai yaitu

participant as observer.”
20

Objek observasi atau pengamatan dalam penelitian ini yaitu manajemen

keuangan keluarga di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima.

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan persoalan yang cukup signifikan dalam

penelitian kualitatif. Oleh karena itu, pemeriksaan keabsahan data dilakukan

dengan triangulasi (triangulation), pengecekan dengan teman sejawat (peer

debriefing), analisis terhadap kasus-kasus negatif (negative case analysis),

penggunaan referensi yang akurat (referential adequacy), pengecekan anggota

(member cheking) dan keikutsertaan di lapangan dalam rentang waktu yang

panjang (prolonged engagement).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keabsahan data penelitian kualitatif,

yaitu: nilai subyektivitas, metode pengumpulan dan sumber data

penelitiam. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena

beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam

penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan

observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan

apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan

mempengaruhi hasil akurasi penelitian.

Guna mempertinggi kebenaran hasil penelitian kualitatif, dalam proses

pengolahan data kualitatif menurut Sudarwan Danim (1997 : 156) digunakan

prinsip-prinsip tertentu, yaitu :

a. Credibility, yaitu meningkatkan ketelitian selama proses kerja penelitian;


b. Dependability, yaitu mempertahankan konsistensi proses kerja pengumpulan
data, membentuk dan menggunakan konsep, menafsirkan dan memeriksa data
dan audit trial;
c. Conformability, yaitu meminta para ahli untuk mereviu hasil penelitian dan
memeriksa secara teliti data yang terhimpun; dan
21

d. Transferability, yaitu bahwa hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan pada


lokasi lain, kecuali konteks dan situasi lapangannya sama atau mendekati
sama.

7. Teknik Analisis Data

Guna menganalisa data yang telah terkumpul dari hasil penelitian ini, baik

yang diperoleh melalui interview, observasi dan dokumentasi, diolah secara

kualitatif. Analisa secara deskriptif kualitatif yaitu dilakukan dengan

penggambaran dan pemaparan secara akurat dan aktual, sehingga pada akhirnya

dapat ditarik kesimpulan yang menggambarkan secara gamblang permasalahan

yang diteliti.

Sebagaimana pernah dikemukakan Winarno Surachman (1982 : 131),

“Pelaksanaan metode deskriptif kualitatif tidak terbatas hanya sampai pada

pengumpulan dan penyusunan data, tetapi melalui analisa dan interpretasi tentang

data itu.”

Karena menggunakan metode penelitian kualitatif, maka dalam penelitian ini

teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.

Tahapan-tahapan atau langkah-langkah dalam teknik analisis data kualitatif

sebagai berikut:

a. Reduksi data

Peneliti melakukan seleksi, pemilihan, penyederhanaan dan pengabstrakkan

dengan cara koding atas data-data yang terkumpul. Apabila ada data yang

kurang, maka peneliti akan melakukan wawancara kembali untuk melengkapi

data.

b. Penyajian data
22

Data yang telah diberi kode sesuai dengan permasalahan kemudian disajikan

dalam bentuk matrik. Jadi peneliti dapat menguasai data dan tidak dipersulit

dengan data yang bertumpuk-tumpuk.

c. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi

Peneliti mencoba mengambil kesimpulan dari data yang didapatnya. Awalnya

kesimpulan itu kabur, tetapi lama kelamaan menjadi jelas karena data yang

diperoleh semakin banyak dan mendukung.

Secara lengkap, Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (1992 : 15-

17) menguraikan analisa data kualitatif sebagai berikut.

1) Pertama, data yang muncul berwujud kata-kata


dan bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka
macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman), dan yang
biasanya “diproses” kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan,
pengetikan, penyuntingan, atau alat tulis), tetapi analisis kualitatif tetap
menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas.
2) Reduksi Data. Reduksi data dapat diartikan
sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstarakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-
catatan di lapangan. Reduksi data, berlangsung terus-menerus selama proyek
yang berorientasi kualitatif berlangsung.
3) Penyajian data. Penyajian sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan.
4) Menarik kesimpulan/verifikasi. Dari permulaan
pengumpulan data, seorang penganalis kualitatif mulai mencari arti benda-
benda mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi
yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi.

F. Sistematika Pembahasan

Guna menjelaskan gambaran yang dikemukakan dalam Skripsi dengan judul

“Manajemen Keuangan Keluarga (Studi Kasus di Desa Kore Kecamatan

Sanggar Kabupaten Bima)” secara garis besarnya menyajikan 5 (lima) bab

sebagai berikut.
23

BAB PERTAMA : Adalah bab pendahuluan yang terdiri atas : latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

fokus penelitian, metode penelitian, dan sistematika

pembahasan.

BAB KEDUA : Merupakan bab yang mengupas tinjauan teoretis atau

tinjauan pustaka tentang: beberapa pengertian (pengertian

manajemen, pengertian keuangan, pengertian keluarga, dan

pengertian manajemen keuangan keluarga), fungsi keluarga,

peranan keluarga, kepentingan dan tujuan mengelola

keuangan keluarga, pentingnya manajemen keuangan

keluarga; sumber keuangan keluarga, pengeluaran keuangan

keluarga, pemegang kendali keuangan keluarga, prinsip

perencanaan keuangan keluarga, perencanaan pendapatan

keluarga, perencanaan anggaran belanja keluarga;

penyimpangan keuangan keluarga; pengendalian keuangan

keluarga; bentuk-bentuk pengeluaran keluarga; kiat sukses

dalam mengatur keuangan keluarga; dan membangun

sistem pengelolaan keuangan keluarga.

BAB KETIGA : Merupakan bab yang membahas tentang gambaran umum

lokasi penelitian yang terdiri atas: sejarah singkat lokasi

penelitian, organisasi dan tata kerja, keadaan sumber daya

manusia, dan keadaan sarana dan prasarana.

BAB KEEMPAT : Adalah bab yang menguraikan tentang pembahasan hasil

penelitian, terdiri atas: merencanakan pendapatan keluarga


24

dalam manajemen keuangan keluarga; penggunaan

keuangan dalam manajemen keuangan keluarga; dan

pengendalian keuangan dalam manajemen keuangan

keluarga.

BAB KELIMA : Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-

saran.
25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Beberapa Pengertian

1. Pengertian Manajemen

Menurut A.A. Gde Muninjaya (1999 : 15), “Secara klasik, manajemen

adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara

efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan sebelumnya.”

Sukanto Reksohadiprojo dalam Alex S.Nitisemito (1993 : 23),

mengemukakan “Manajemen adalah suatu usaha merencanakan,

mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinir serta mengawasi kegiatan dalam

suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif.”

Pengertian lain dikemukakan oleh George R. Terry dalam A.A. Gde

Muninjaya (1999 : 15), dengan memandangnya dari sudut proses sebagai

berikut : “Manajemen merupakan sebuah proses yang terdiri dari tindakan-

tindakan, perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan yang

dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah

ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya.”

Apabila dikaji pengertian manajemen sebagaimana yang dikemukakan

di atas, maka dapat disimpulkan beberapa ide pokok yang terkandung dalam

pengertian tersebut, yaitu :


26

a. Manajemen adalah suatu kegiatan yng dilandasi oleh ilmu dan seni

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan bantuan orang lain

secara efektif dan efisien.

b. Manajemen diperlukan bukan hanya dalam perusahaan saja, tetapi juga

dalam lapangan-lapangan yang lain di mana dalam mencapai tujuan dan

bakat-bakat perseorangan.

c. Manajemen adalah merupakan ilmu dan seni sebab meskipun prinsip

manjemen pada dasarnya dapat dipelajari tapi hasil yang dicapai dalam

penerapan manajemen tersebut masih banyak terganti pada bakat-bakat

perseorangan.

d. Agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efisien dan

efektif, maka manajemen mutlak dalam setiap kegiatan dalam organisasi.

Sudah banyak pengertian dan definisi manajemen yang telah

diketengahkan oleh para ahli yang dapat dikaji dalam berbagai literatur, yang

perumusannya tergantung pada keyakinan dan pandangan ahli masing-masing.

2. Pengertian Manajemen Keuangan

Pengertian manajemen keuangan dalam arti sempit adalah tata pembukuan.

Sedangkan dalam arti luas adalah pengurusan dan pertanggung jawaban dalam

menggunakan keuangan baik pemerintah pusat maupun daerah (Soeryani, 1989).

Adapun Maisyarah (2003) menjelaskan bahwa manajemen keuangan adalah

suatu proses melakukan kegiatan mengatur keuangan dengan menggerakkan

tenaga orang lain. Kegiatan ini dapat dimulai dari perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan pengawasan.


Manajemen keuangan merupakan salah satu substansi manajemen keluarga

yang akan turut menentukan berjalannya kegiatan rumah tangga. Sebagaimana


27

yang terjadi di substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan

manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau pengendalian.


Menurut Depdiknas (2000) bahwa manajemen keuangan merupakan

tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan,

perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan. Dengan

demikian, manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian

aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan,

pembelanjaan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan keluarga.

3. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikata-ikatan

kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri mereka

sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Menurut WHO (1969),

keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui

pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Setiadi, 2006).

Menurut UU No. 10 tahun 1992, Keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau

ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004). Keluarga sebagai

unit terkecil dalam masyarakat mempunyai arti yang strategis dalam

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sistem keluarga

merupakan sistem terbuka atau sistem social yang hidup, terdiri dari beberapa

sub-sub/komponen/sistem yaitu pasangan suami isteri, orangtua, anak, kakak

adik (sibling), kakek-nenek-cucu, dan sebagainya. Semua sistem ini saling

berinteraksi, saling ketergantungan, dan saling menentukan satu sama lain


28

serta membentuk norma-norma atau ketentuan-ketentuan yang harus ditaati

oleh seluruh anggota keluarga tersebut (Wahini dalam Trisfariani, 2007).

4. Pengertian Manajemen Keuangan Keluarga

Keuangan adalah segala sesuatu atau aktivitas yang berkaitan dengan

uang. Uang adalah salah satu alat bayar yang sah. Fungsi dari uang adalah

untuk memupuk kekayaan dan juga sarana untuk berjaga-jaga (Elvyn

G.Massassy, 2004:xi).

Pada dasarnya tujuan sebuah keluarga adalah keluarga yang sejahtera.

Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan

yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang

layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang

serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan

masyarakat dan lingkungan (UU RI No 10 Tahun 1992 Bab 1 pasal 11).

Untuk mencapai keluarga sejahtera sendiri sangat sulit, banyak

masalah-masalah yang harus dihadapi dalam keluarga, salah satunya masalah

ekonomi. Ada beberapa keluarga yang sering mengalami yang namanya krisis

keuangan, misalnya selalu merasa kekurangan uang, sering timbul untuk

menambah penghasilan, meminjam uang kepada orang lain atau bank, menjual

barang-barang berharga dan lain-lain. Masalah ekonomi dalam keluarga

sebenarnya tidak hanya banyaknya jumlah uang yang dimiliki, tetapi

bagaimana memanfaatkan dan mengelola uang yang diperoleh dari

penghasilan untuk kebahagian keluarganya.

B. Fungsi Keluarga
29

Kehidupan keluarga pada dasarnya mempunyai fungsi sebagai berikut: (a)

merupakan pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak, pengalaman ini merupakan

faktor yang sangat penting bagi perkembangan berikutnya, khususnya dalam

perkembangan pribadinya; (b) pendidikan di lingkungan keluarga dapat menjamin

kehidupan emosional anak untuk tumbuh dan berkembang; (c) di dalam keluarga akan

terbentuk pendidikan moral; (d) di dalam keluarga akan tumbuh sikap tolong-

menolong, tenggang rasa, sehingga tumbuhlah kehidupan keluarga yang damai dan

sejahtera; (e) keluarga merupakan lembaga yang memang berperan dalam meletakkan

dasar-dasar pendidikan agama; dan (f) di dalam konteks membangun anak sebagai

makhluk individu diarahkan agar anak dapat mengembangkan dan menolong dirinya

sendiri (Ihsan, 2005 : 18)

Karena dalam banyak masyarakat, keluarga dianggap sangat penting dan

menjadi pusat perhatian kehidupan individu, bahkan anggota keluarga yang satu

memperlakukan anggota keluarga lain sebagai tujuan, maka fungsi keluarga dalam

banyak masyarakat relatif sama. Secara rinci, beberapa fungsi dari keluarga adalah

sebagai berikut.

a. Fungsi reproduksi atau pengaturan keturunan

Fungsi ini merupakan hakikat dari keluarga untuk menjaga kelangsungan hidup

manusia dan sebagai dasar kehidupan sosial manusia dan bukan sekedar kebutuhan

biologis saja. Fungsi ini didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sosial, misalnya

melanjutkan keturunan, mewariskan harta kekayaan, ataupun jaminan di hari tua.

b. Fungsi afeksi atau kasih sayang


30

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang atau

rasa dicintai. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa kenakalan yang serius

merupakan salah ciri khas anak-anak yang di keluarganya tidak merasakan kasih

sayang.

c. Sosialisasi atau pendidikan

Fungsi ini adalah untuk mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan

anak hingga terbentuk kepribadian atau personality-nya. Anak-anak itu lahir tanpa

bekal keterampilan sosial, maka agar anak dapat berpartisipasi dalam kehidupan

sosial, orangtua perlu mensosialisasikan tentang nilai-nilai dan norma-norma sosial

yang berlaku di masyarakatnya. Anak-anak harus dibelajarkan tentang suatu hal, apa

yang boleh dan tidak boleh, apa yang pantas dan tidak pantas, apa yang baik dan tidak

baik, sehingga si anak dapat hidup wajar dan diterima oleh sesama anggota

masyarakat/kelompoknya.

d. Fungsi ekonomi atau produksi

Suatu keluarga diharapkan menjalankan fungsi ekonomi, dalam arti dapat

menjamin pemenuhan kebutuhan material para anggota keluarga. Fungsi ini harus

berjalan, karena para anggota keluarga memiliki kebutuhan-kebutuhan yang bersifat

material yang untuk memenuhinya harus ada pengorbanan-pengorbanan yang bersifat

ekonomi. Dalam banyak masyarakat, seorang suami atau ayah dituntut untuk

menjalankan fungsi produksi untuk menjamin nafkah bagi keluarganya. Dalam

masyarakat yang telah menganut kesetaraan laki-laki perempuan, fungsi produksi

dalam arti mencari nafkah tidak hanya merupakan beban laki-laki, tetapi dapat

menjadi tugas bersama antara seorang suami dan isteri.


31

Apabila fungsi ekonomi keluarga ini tidak terjamin, dapat menganggu

pelaksanaan fungsi-fungsi lain dari keluarga, seperti afeksi dan sosialisasi.

e. Pelindung atau proteksi

Yang dimaksud adalah bahwa keluarga diharapkan menjalan fungsi sebagai

pelindung bagi para anggota-anggotanya sehingga dapat menikmati keadaan yang

dirasa aman dan tanpa ancaman dari pihak manapun.

f. Penentuan status

Pada masyarakat feodal atau berkasta, di mana status seseorang lebih banyak

diberikan berdasarkan keturunan, keluarga berfungsi mewariskan status sosial kepada

para anggotanya. Misalnya status sebagai bangsawan atau kedudukan dalam kasta.

g. Pemeliharaan

Keluarga pada dasarnya memiliki fungsi memelihara anggota-anggotanya

sehingga mereka dapat hidup dengan nyaman dan terbebaskan dari berbagai

penderitaan, termasuk penyakit-penyakit. Fungsi pemeliharaan ini sangat dirasakan

oleh para anggota keluarga yang masih di bawah usia lima tahun, juga bagi yang telah

lanjut usia atau jompo.

Dalam perkembangannya, sesuai dengan semakin kompleksnya lembaga-

lembaga yang ada dalam masyarakat, beberapa fungsi keluarga dialihkan kepada

lembaga lain, misalnya sebagian fungsi edukasi dialihkan ke lembaga pendidikan atau

sekolah, pada golongan menengah ke atas atau masyarakat kota, pengalihan fungsi ini

telah dilakukan sejak dini, misalnya anak usia 3 atau 4 tahun sudah disertakan dalam

pendidikan usia dini atau play group. Kemudian fungsi perawatan anak sebagian

dialihkan ke lembaga pentitipan anak, fungsi proteksi banyak diambil alih oleh negara

melalui aparat kepolisian atau para petugas keamanan masyarakat, dan sebagainya.
32

Tidak semua keluarga dapat menjalankan fungsi-fungsi di atas dengan baik.

Kegagalan keluarga menjalankan fungsi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara

lain: a) Faktor pribadi, misalnya suami-isteri kurang menyadari akan arti dan fungsi

perkawinan yang sebenarnya. Misalnya egoisme, kurang mampu bertoleransi, kurang

adanya saling-percaya, dan sebagainya. B) Faktor situasi khusus dalam keluarga,

seperti: pengaruh atau intervensi orangtua dari suami dan/atau isteri, isteri bekerja dan

mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari suaminya, tinggal bersama dengan

keluarga inti lain dalam sebuah rumah tangga, suami dan atau isteri terlalu sibuk

dengan pekerjaan dan kariernya.

Faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan disfungsi dalam keluarga, misalnya

terganggunya fungsi biologis/reproduksi karena suami atau isteri jarang di rumah,

orangtua kurang mampu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak-

anaknya, orangtua tidak mampu menanamkan sense of value kepada anak-anaknya,

dan sebagainya.

Disfungsi dalam keluarga apabila dibiarkan dapat menyebabkan broken home

atau disintegrasi keluarga.

C. Peranan Keluarga

Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting dalam

membenntuk pola kepribadian anak. Karena di dalam keluarga, anak pertama kali

berkenalan dengan nilai dan norma.

Peran orang tua dalam mendampingi dan mendidik anak tidak terbatas sebagai

orang tua. Sesekali orang tua perlu berperan sebagai polisi yang selalu siap

menegakkan keadilan dan kebenaran, sesekali pula orang tua berperan sebagai guru

yang dapat mendidik anak dengan baik. Sewaktu-waktu berperan sebagai teman,
33

orang tua perlu menciptakan dialog yang sehat, tempat untuk mencurahkan isi hati.

Alam psikologis orang tua harus beralih kealam anak-anak, sehingga orang tua bisa

merasakan, menghayati dan mengerti kondisi anak-anak. Apabila dialog yang sehat ini

dikembangkan, anak-anak akan terbuka terbuka terhadap orang tua dan tidak akan

segan-segan mengutarakan isi pikirannya. Melalui dialog yang sehat ini orang tua

dapat memasukkan nilai-nilai yang positif terhadap anak.

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan

individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,

kelompok, dan masyarakat.

Peran keluarga besar didefinisikan sebagai sejauh mana anggota keluarga besar

memberi pengaruh dalam pola asuh yang diterapkan orangtua pada anak.

Peran adalah sesuatu yang menunjuk kepada beberapa set perilaku yang

kurang lebih bersifat homogen, yang didefenisikan dan diharapkan secara normatif

dari seorang yang memegang suatu posisi dalam situasi sosial tertentu (Friedman,

1998).

Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy

(1998) adalah sebagai berikut :

a. Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala

keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya.

b. Peran ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan

untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,


34

pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai

anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan

sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peran anak : anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan

tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

Terdapat sejumlah kegiatan dalam upaya meningkatkan religiusitas masyarakat,

di antaranya:

a. Pengajian rutin oleh Majelis Taklim dan kelompok-kelompok pengajian

lainnya;

b. Tadarus dan Yasinan pada setiap Malam Jum’at;

c. Pemberantasan buta baca Al Qur’an melalui TPA/TPQ;

d. Peringatan Hari Besar Islam;

e. Khutbah Jum’at;

f. Pembinaan sprituil kepada generasi muda terutama yang tergabung dalam

organisasi Remaja Masjid.

g. Dan kegiatan-kegiatan kerohanian lainnya.

D. Penerapan Aspek Manajemen dalam Rumah Tangga

Seperti organisasi, tugas-tugas rumah tangga juga bisa dikelola menggunakan

prinsip manajemen, yaitu: planning, organizing, actuating, dan evaluation. Yang perlu

diingat dalam mengelola manajemen rumah tangga, suami dan istri harus memiliki

visi dan misi yang sama-mendambakan home sweet home dan, pembagian kerja serta

job description suami-isteri musti jelas.

Rumah tangga dan keluarga adalah bentuk organisasi yang paling kecil dan

sederhana. Dalam organisasi tentulah dibutuhkan suatu pengaturan dan sistem yang
35

disebut manajemen. Menurut James A.F Stoner, manajemen adalah suatu proses

perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota

organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk dapat menjalankan

manajemen rumah tangga dengan baik dibutuhkan aktivitas aspek-aspek dalam ilmu

manajemen yaitu POAC adalah dasar manajemen untuk organisasi manajerial. Fungsi

POAC sendiri dalam suatu organisasi adalah untuk meningkatkan efektifitas dan

efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuannya.

Terdapat empat aspek manajemen yaitu: planning (perencanaan), organizing

(pengorganisasian), actuating/directing (penggerakkan dan pengarahan), serta

controlling (pengendalian).

1. Planning dalam rumah tangga

Planning (perencanaan) meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara

bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan adanya perencanaan, maka rumah

tangga memiliki arah dan tujuan ke depan secara jelas. Suami sebagai seorang

Direktur Utama harus menetapkan visi, misi, perencanaan jangka pendek, menengah

dan panjang untuk mencapai tujuan rumah tangga yang diinginkan. Sesibuk apapun

kita, sisihkan waktu untuk berkomunikasi dengan pasangan mengenai rencana-

rencana rumah tangga kita dan bagaimana untuk merealisasikannya.

Adapun perencanaan yang perlu dipikirkan antara lain: 1) Perencanaan

finansial : simpanan, tabungan, deposito; 2) Perencanaan pendidikan anak : investasi

pendidikan, tabungan pendidikan, asuransi pendidikan, sekolah apa yang akan

dimasuki anak-anak. Ingatlah, biaya pendidikan itu merupakan investasi anak; 3)

Perencanaan hari tua : dana pesangon, dana pensiun, asuransi hari tua, usaha yang
36

akan digeluti; 4) Perencanaan investasi : rumah, tanah, emas; 5) Perencanaan akhirat :

naik haji, umroh, ibadah, mempersiapkan keluarga menjadi ahli surga.

Agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan, perencanaan ini sifatnya harus

transparan, dikomunikasikan kepada seluruh anggota keluarga agar memiliki visi misi

yang sama, sehingga tujuan akhir dapat tercapai dengan baik. Membuat keputusan

biasanya menjadi bagian dari perencanaan karena setiap pilihan dibuat berdasarkan

proses penyelesaian setiap rencana. Planning penting karena banyak berperan dalam

menggerakan fungsi manajemen yang lain. Contohnya, setiap manajer/ suami harus

membuat rencana pekerjaan yang efektif di dalam organisasi rumah tangganya.

2. Organizing dalam rumah tangga

Organizing (pengorganisasian) adalah proses mengelompokkan sumber-

sumber daya (resources) untuk melakukan suatu aktifitas tertentu. Organizing dapat

meliputi: penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang

spesifik, dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan beberapa tugas.

Langkah selanjutnya adalah menentukan job description masing-masing pihak

beserta hak dan kewajibannya. Misalnya: Suami sebagai kepala keluarga bertugas

untuk memimpin keluarganya, mencari nafkah dan rejeki yang halal, memenuhi

kebutuhan primer-sekunder-tersier (untuk yang tersier jika mampu), menentukan pola

didik anak. Bisa dikatakan di sini, bahwa suami adalah sebagai Direktur Utama dalam

keluarga.

Istri merupakan Manajer Operasional yang mengatur segala sesuatu kegiatan

dan aktivitas dalam keluarga. Mulai dari mengatur lalu lintas arus keuangan keluarga,

mengasuh dan mendidik anak sesuai dengan pola asuh yang telah disepakati bersama,

mengatur dan mengurusi segala keperluan rumah tangga, serta mampu menempatkan
37

diri untuk menjadi istri yang solihah bagi suami dan ibu yang baik dan tauladan bagi

anak-anak.

Anak merupakan titipan Allah kepada suami dan istri. Tentunya kita harus

memperlakukan anak dengan baik, adil dan seimbang sesuai dengan syariat agama.

Kita harus dapat memberikan yang terbaik untuk anak. Mulai dari pendidikannya,

gizinya, kesehatan, bekal agama, dan lain-lain. Anak juga harus diberi pengetahuan

mengenai tanggung jawab, hak dan kewajibannya sebagai anak.

3. Actuating dalam rumah tangga

Actuating adalah peran manajer (suami) untuk mengarahkan segenap anggota

yang sesuai dengan tujuan organisasi. Actuating membuat urutan rencana menjadi

tindakan dalam dunia organisasi. Sehingga tanpa tindakan nyata, rencana akan

menjadi imajinasi atau impian yang tidak pernah menjadi kenyataan. Implementasi

actuating dalam rumah tangga salah satunya adalah bahwa suami senantiasa memacu

semangat istri dan keluarganya untuk mencapai visi dan misi.

Dalam proses actuating ini tentunya diperlukan gaya kepemimpinan kepala

rumah tangga. Ada 3 macam gaya kepemimpinan yaitu:

1) Gaya kepemimpinan otoriter, yaitu gaya kepemimpinan yang

cenderung sentralisasi otoritas dan mengandalkan kekuatan legitimasi,

penghargaan dan koersif untuk mengatur bawahan.

2) Gaya kepemimpinan demokratis, yaitu gaya kepemimpinan yang

mendelegasikan otoritas pada orang lain (istri dan anak), mendorong partisipasi

dan mengandalkan kekuatan keahlian dan referensi untuk mengatur bawahan.

3) Gaya kepemimpinan campuran, yaitu perpaduan gaya kepemimpinan

antara otoriter dan demokratis. Selain memberikan kepercayaan pada orang lain
38

untuk melakukan aktivitas dan kegiatan dalam rumah tangga, tetapi juga

menerapkan peraturan yang jelas dan pertanggung jawaban atas tugas dan kegiatan

yang telah dilaksanakan.

Dari ketiga gaya kepemimpinan di atas, kepala rumah tangga (suami) dapat

memilih dan menerapkannya dalam rumah tangga masing-masing sesuai dengan

kebutuhan dan kecocokan. Semua itu dilakukan agar tujuan dan rencana jangka

panjang dapat diwujudkan.

4. Controlling dalam rumah tangga

Controlling memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. Hal ini

membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. Jika

terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan yang diharapkan, manajer

harus mengambil tindakan yang sifatnya mengoreksi dan mencegah pengulangan

terjadinya perbedaan. Manajer dalam hal ini adalah suami sebagai direktur utama dan

istri sebagai manajer operasional.

Fungsi dari controlling adalah menentukan apakah rencana awal perlu direvisi,

melihat hasil dari kinerja selama ini. Jika dirasa butuh ada perubahan, maka seorang

manajer/ kepala rumah tangga akan kembali pada proses planning, dimana ia akan

merencanakan sesuatu yang baru, berdasarkan hasil dari controlling.

Misalnya: 1) Pendidikan anak. Misalkan nilai rapot anak kita tiap semester semakin

turun, maka perlu ada perubahan rencana. Yang pada awalnya kita ajari sendiri, maka

sekarang perlu bantuan dari pihak luar yaitu mengikutkan les tambahan. 2) Keuangan

keluarga. Jika keuangan keluarga yang semula cukup untuk membiayai kebutuhan

selama sebulan, tetapi beberapa bulan terakhir ternyata sering tekor, maka perlu ada

tindakan evaluasi dan pengendalian. Istri harus melakukan pengetatan pengeluaran,


39

jangan sampai besar pasak daripada tiang. Atau bisa juga melakukan bisnis baru yang

disesuaikan dengan kemampuan dan permodalan untuk menambah pemasukan

keluarga.

Berdasarkan dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sukses tidaknya

kegiatan rumah tangga didasarkan pada sistem manajemen yang baik, teratur dan

terarah. POAC (planning, organizing, actuating dan controlling) dapat membantu kita

dalam membina rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Selain itu juga

perlu adanya komitmen yang tinggi seluruh anggota keluarga untuk mewujudkan visi

misi keluarga kita. Perlu diingat, dalam perahu rumah tangga hanya ada satu nakhoda

yaitu suami. Istri hanyalah sebagai partner dan asisten untuk membantu terlaksananya

tujuan rumah tangga. Kerjasama kedua belah pihak inilah yang nantinya akan

menentukan arah rumah tangga yang akan dituju.

Ligwina (2004) memberikan beberapa kunci untuk mengelola keuangan secara

sederhana:

1) Pahami portfolio keuangan keluarga Anda. Jangan sampai Anda tak

tahu isi tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya

periksa dokter dan lainnya. Anda harus tahu berapa hutang kartu kredit, pinjaman

bank atau cicilan rumah dan mobil.

2) Susun rencana keuangan atau anggaran. Rencana keuangan yang

realistis membantu Anda bersikap obyektif soal pengeluaran yang berlebihan. Tak

perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya

memasukkan kebutuhan pergi ke salon, spa atau clubbing. Yang penting,

anggarkan jumlah yang realistis dan Anda pun harus patuh dengan anggaran

tersebut.
40

3) Pikirkan lebih seksama pengertian antara “butuh” dan “ingin”.

Tak jarang kita membelanjakan uang untuk hal yang tak terlalu penting atau hanya

didorong keinginan, bukan kebutuhan. Buatlah daftar berupa tabel yang terdiri dari

kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan. Setelah mengisi kolom item

belanja, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan” dengan tanda cek (V). Dari

sini pertimbangkan dengan lebih matang, benda atau hal yang perlu Anda

beli/penuhi atau tidak.

4) Hindari hutang. Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi

bukan berarti dengan mudah Anda membeli berbagai benda secara kredit.

Tumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat dimulai dari yang sederhana, seperti

tak memiliki hutang konsumtif.

5) Meminimalkan belanja konsumtif. Bertemu teman lama untuk

bertukar pikiran di kafe terkadang memang perlu, tapi tak berarti Anda harus

melakukannya di setiap Jumat sore. Anda bisa gunakan pengeluaran ini untuk

menabung atau memenuhi kebutuhan lain.

6) Tetapkan tujuan atau cita-cita finansial. Susun target keuangan yang

ingin Anda raih secara berkala, bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik,

realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih

fokus merancang keuangan. Misalnya, bercita-cita punya dana pendidikan

prasekolah berstandar internasional dan sebagainya.

7) Menabung, menabung, menabung. Ubah kebiasaan dan pola pikir.

Segera setelah menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah

Anda rencanakan sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga Anda. Sebaiknya,

Anda memiliki rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.


41

8) Berinvestasilah! Tentu Anda tak akan puas dengan hanya menunggu

tabungan membumbung. Padahal cita-cita Anda untuk keluarga “selangit”. Inilah

saat yang tepat untuk juga memikirkan investasi. Kini bentuknya macam-macam.

Takut akan risiko investasi?! Tak perlu khawatir, Anda hanya perlu belajar pada

ahlinya. Konsultasikan keuangan Anda dengan ahli keuangan yang handal.

E. Manfaat, Prinsip dan Sikap Dasar Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga

Mengelola Ekonomi Rumah Tangga (ERT) adalah tindakan untuk

merencanakan, melaksanakan, memonitor, mengevaluasi dan mengendalikan

perolehan dan penggunaan sumber-sumber ekonomi keluarga khususnya keuangan

agar tercapai tingkat pemenuhan kebutuhan secara optimum, memastikan adanya

stabilitas dan pertumbuhan ekonomi keluarga.

Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga (PERT) bertujuan untuk

mendayagunakan kesadaran, sikap, perilaku dan kemampuan anggota keluarga serta

menggerakkan potensi ekonomi keluarga guna memastikan adanya: a) pemenuhan

kebutuhan ekonomi anggota keluarga secara optimum; b) stabilitas kehidupan

ekonomi keluarga; dan c) pertumbuhan ekonomi keluarga.

Prinsip pengelolaan ekonomi rumah tangga adalah adanya upaya untuk

meningkatkan pendapatan dan pengendalian tingkat pengeluaran dalam memenuhi

kebutuhan anggota keluarga agar terdapat surplus secara continue diakumulasikan

menjadi kekayaan yang semakin besar.

Adapun sikap dasar yang diperlukan dalam pengelolaan ekonomi rumah

tangga, sebagai berikut:

1) Kesadaran dan motivasi yang kuat dari semua anggota keluarga untuk

mencapai pertumbuhan dan kehidupan ekonomi yang baik.


42

2) Menggerakkan seluruh kemampuan dan potensi ekonomi keluarga guna

mencapai tingkat pendapatan yang lebih tinggi.

3) Adanya keterbukaan, kejujuran, disiplin serta kerja sama semua anggota

keluarga.

4) Adanya pengendalian berupa perencanaan ekonomi rumah tangga dan

pelaksanannya sehari-hari secara taat dan disiplin.

5) Adanya susunan prioritas kebutuhan dan alokasi sumber ekonomi keluarga

yang didasarkan atas tingkat kemendesakkan kebutuhan dan bukan sekedar

keinginan.

Dalam mengelola ekonomi rumah tangga, diperlukan unsur-unsur penting,

yaitu sebagai berikut: pendapatan keluarga, rencana pengeluaran, catatan realisasi

pendapatan dan pengeluaran, pandangan dan sikap yang tepat tentang tabungan, dan

musyawarah keluarga (suami, istri dan anak-anak).

a) Pendapatan keluarga

Tidak mudah menghitung pendapatan apalagi bagi keluarga yang tidak mempunyai

pendapatan yang tetap seperti misalnya petani. Apalagi pendapatan itu acapkali dalam

satuan waktu panen, berupa hasil pertanian yang harganya berubah-ubah. Dalam hal

seperti ini perhitungannya harus disesuaikan dengan nilai rupiah secara bulanan.

Menghitung pendapatan keluarga artinya: menjumlah semua penghasilan yang

diperoleh oleh semua anggota keluarga dari berbagai jenis sumber. Kesulitan timbul

bilamana tidak semua anggota keluarga menyetorkan penghasilannya kepada seorang

pengelola, biasanya istri/ibu rumah tangga. Istilahnya 'uang laki-laki' adalah bagian

atau jenis penghasilan suami yang tidak disetor atau jenis penghasilan suami yang

tidak disetor kepada istri dan tentunya tidak tercatat.


43

b) Rencana pengeluaran

Seorang istri membelanjakkan penghasilan umumnya dengan 'naluri' atau 'perhitungan

di luar kepala'. Praktek yang dapat terjadi adalah tanpa perhitungan sehingga tekor dan

terpaksa diatasi dengan mencari utangan atau, gali lobang tutup lobang. Langkah

pertama perencanaan anggaran belanja adalah menyusun berbagai jenis kebutuhan

keluarga dalam urutan prioritas, yaitu sebagai berikut:

1) Kebutuhan yang mutlak, yaitu: makan, pakaian, perumahan, kesehatan,

pendidikan, dan transportasi.

2) Kebutuhan yang penting, yaitu pembayaran utang/angsuran kredit;

olahraga, hiburan dn rekreasi keluarga; hajat, sumbangan/undangan, gotong

royong, arisan, pajak; dan zakat, fitrah, sodakoh, sumbangan amal.

3) Kebutuhan yang perlu, yaitu: peningkatan mutu dari berbagai

kebutuhan yang mutlak dan yang penting.

4) Kebutuhan yang kurang perlu, di antaranya: pengeluaran untuk

kesenangan, hobi (rokok, minuman) atau pembelian barang dan jasa yang tidak

terlalu diperlukan.

Kemudian, jumlah penghasilan keluarga dialokasikan menurut golongan dan

urutan prioritasnya, tentu saja setelah dikurangi dengan tabungan yang secara disiplin

disisihkan terlebih dahulu.

Dalam pengeluaran keluarga dapat dijabarkan secara umum meliputi :

1. Pengeluaran rumah tangga,

2. Cicilan utang,
44

3. Premi asuransi,

4. Pembantu rumah tangga,

5. Keperluan anak,

6. Transportasi,

7. Zakat/pajak,

8. Hiburan/rekreasi,

9. Kegiatan sosial,

10. Fashion, dan sebagainya.

c) Pencatatan dan monitoring

Tidak ada manfaatnya menyusun rencana kalau tidak secara disiplin

dilaksanakan. Bila seorang ibu pergi ke pasar untuk masak sayur asem, maka dia telah

ingat betul apa yang harus dibeli untuk keperluan itu. Namun jika tidak disiplin

sampai di depan pasar ia melihat orang jual sandal yang bagus, uang belanja dibelikan

sandal dan bahan sayur asem tidak terbeli lagi, sedangkan sandal tidak dapat dibuat

menjadi sayur asem.

Disiplin melaksanakan rencana dan mencatat sama saja dengan memonitor

upaya mencapai tujuan. Berbagai penyimpangan dapat saja terpaksa dilakukan karena

keadaan yang berubah atau rencana yang kurang cocok. Namun, kalau terlalu jauh,

sama saja dengan tidak ada rencana. Mencatat dan memonitor dimaksudkan untuk

memperoleh data guna melakukan evaluasi, apakah suatu rencana dapat dilaksanakan;

apa penyimpangannya; seberapa jauh; mengapa bisa terjadi; dan bagaimana

memperabaikinya.

d) Menabung
45

Menabung bukanlah semata perkara penyimpanan uang atau benda ekonomi

lain yang dapat disimpan untuk penggunaan kemudian. Ada dasar sikap dan perilaku

manusia dibaliknya. Banyak orang menganggap, hanya mereka yang memiliki

penghasilan besar dapat menabung. Orang miskin tidak mungkin menabung, karena

untuk memenuhi kebutuhan pokok saja tidak cukup. Pandangan itu terlalu matematis.

Di samping itu tidak benar dan juga menyesatkan karena akan membelenggu mereka

yang miskin tetap berada dalam kemiskinan secara permanen.

e) Pandangan yang keliru tentang menabung

Sikap dasar yang salah bertolak dari anggapan orang menabung dari sisa

pendapatan setelah digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan keluarga.

Sementara orang tidak dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan tanpa

batas. Akibatnya mereka yang berpenghasilan kecil tidak dapat menabung. Dalam

kenyataannya mereka yang berpenghasilan cukup besar, tetap tidak dapat menabung,

ini disebabkan karena setiap peningkatan pendapatan akan merangsang timbulnya

kebutuhan baru atau peningkatan kualitas yang sebelumnya tidak dapat dipenuhi.

Dengan begitu kebutuhan akan selalu lebih besar dari pada penghasilan yang

diperoleh.

f) Pandangan yang benar tentang menabung

Sebenarnya menabung merupakan kunci untuk memperbaiki kehidupan

ekonomi; lebih merupakan gejala sikap, perilaku dan disiplin manusia. Menanamkan

kebiasaan menabung merupakan upaya strategis mengatasi kemiskinan. Oleh karena

itu, semestinya menabung menjadi sikap dan perilaku untuk menyisihkan secara sadar

dan terus menerus bagian dari setiap penerimaan pendapatan.


46

Dengan begitu pengelolaan pendapatan keluarga akan memiliki dampak

pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan semakin besarnya akumulasi surplus

keluarga. Dan orang kecil pun dapat menabung.

Menabung dapat dilihat dari dua sisi kehidupan keluarga. Satu sisi adalah

menyisihkan bagian dari penerimaan pendapatan, sisi lain adalah penghematan dari

setiap sen pengeluaran. Dengan demikian setiap keluarga dapat menabung dari dua

gejala dasar ekonomi keluarga yaitu "penyisihan dari penerimaan" dan "penghematan

dari pengeluaran".

g) Musyawarah keluarga

Sangat jarang keluarga memiliki tradisi musyawarah, apalagi yang didayahgunakan

untuk tujuan ekonomi. Musyawarah keluarga, dilakukan tidak hanya antara suami dan

istri, tetapi juga anak-anak yang telah dapat mengerti. Bila dalam satu keluarga besar

ada orang tua atau saudara yang menjadi tanggungan, mereka perlu diikut sertakan

dalam musyawarah. Musyawarah terutama bertujuan untuk menyusun rencana

keuangan bulan berikutnya dan mengevaluasi pelaksanaan rencana anggaran bulan

sebelumnya, memperbaiki kesalahan dan memecahkan masalah-masalah yang timbul

dalam kehidupan ekonomi keluarga.

F. Tujuan Manajemen Keuangan Keluarga

Salah satu pemicu konflik dalam rumah tangga ialah uang. Untuk memimalkan

konflik dalam keluarga yang disebab oleh uang, maka penting uang itu diatur bersama

oleh suami-istri secara benar dan bertanggungjawab. Dalam hal ini ada kesepakatan

bersama antara suami-istri ketika mengatur keuangan untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangga.
47

Tujuan mengatur keuangan dalam rumah tangga pada hakekatnya ialah supaya

terciptanya keseimbangan dan keselarasan antara pemasukan dan pengeluaran uang.

Artinya penempatan atau pengalokasian keuangan harus dilakukan secara efektif,

efisien dan proporsional. Di sini suami-istri harus memperhatikan ketika

mengeluarkan uang perlu menentukan mana yang menjadi prioritas utama.

Perhatikan pepatah klasik berikut: “Jangan lebih besar pasak dari pada tiang.”

Maknanya ialah jangan sampai lebih besar uang yang dikeluarkan daripada uang yang

masuk. Dengan mengelola uang secara benar dan bertanggung jawab, maka suami-

istri/keluarga dapat terhindar dari krisis ekonomi rumah tangga.

Manajemen Keuangan merupakan suatu kegiatan perencanaan, penganggaran,

pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang

dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.

Maksud dari masing-masing fungsi manajemen keuangan tersebut adalah : 1)

Perencanaan Keuangan, yaitu membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta

kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu. 2) Penganggaran Keuangan, yaitu

tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan

pemasukan, 3) Pengelolaan Keuangan, yaitu menggunakan dana perusahaan untuk

memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara, 4) Pencarian Keuangan, yaitu

mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan

perusahaan, 5) Penyimpanan Keuangan, yaitu mengumpulkan dana perusahaan serta

menyimpan dana tersebut dengan aman, 6) Pengendalian Keuangan, yaitu melakukan

evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada perusahaan, 7)

Pemeriksaan Keuangan, yaitu melakukan audit internal atas keuangan perusahaan

yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.


48

Keputusan dalam manajemen keuangan bisa berupa: a) Keputusan investasi, b)

Keputusan pembelanjaan dan pembiayaan, c) Keputusan manajemen aktiva Tanggung

jawab seorang manajer keuangan dapat berupa peramalan dan perencanaan keuangan,

keputusan besar dalam investasi dan pembiayaan, pengkoordinasian dan pengendalian

serta interaksi dengan pasar modal.

Dapat disimpulkan, manajemen keuangan merupakan salah satu bidang

manajemen fungsional dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang

penggunaan dana, memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan. Dalam

hal ini perusahaan diidentikkan dengan keluarga.

Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer

keuangan. Meskipun tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap perusahaan,

tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi : keputusan tentang investasi,

pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu perusahaan (Weston dan

Copeland, 1992)

Dalam mengelola manajemen keluarga, yang bertindak sebagai manajer

biasanya adalah ibu rumah tangga. Agar dapat mengelola keuangan keluarga secara

professional, keluarga perlu mengetahui beberapa konsep utama tentang manajemen

keuangan keluarga.

G. Sumber, Pengeluaran, dan Pemegang Kendali Keuangan Keluarga

Berbicara sumber keuangan keluarga, berarti memperbincangkan pendapatan.

Menurut Sumitro Djojohadikusumo dalam Usman (2001 : 33), “Pendapatan adalah

jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang mempengaruhi tingkat hidup.”


49

Sigit Purnomo (1978 : 29), “Pendapatan perseorangan adalah semua

penghasilan yang diterima orang dalam kegiatan ekonomi dalam suatu periode

tertentu.”

Pada hakikatnya, pendapatan adalah perolehan hasil dari kegiatan ekonomi,

dan tingkat pendapatan sangat dipengaruhi oleh produktivitasnya atau kemampuan

memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia

untuk menghasilkan luaran (out put) yang maksimal (Siagian, 1991 : 98). Selanjutnya,

Simandjuntak (1985 : 71), “produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang

selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari

kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini, cara kerja hari ini harus lebih baik

cara kerja kemarin, dan hasil yang akan dicapai besok harus banyak atau lebih baik

dari yang diperoleh hari ini.

Sumber-sumber keuangan antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain

tentu berbeda. Ini juga berdampak kepada pemasukan keuangan dalam rumah tangga.

Ada sumber keuangan yang diperoleh dari pekerjaan tetap. Sumber lainnya dari

bisnis/usaha. Dan lain-lain. Intinya semua sumber keuangan diperoleh dari dan dengan

cara yang benar dan mempermuliakan Tuhan. Semua sumber keuangan ini tidak ada

yang dirahasiakan baik oleh suami maupun istri. Suami-istri harus memegang prinsip

transparansi atau keterbukaan. Mengapa? Untuk menjaga hal-hal yang tidak

diinginkan terjadi, di mana hal-hal itu bisa mengganggu harmonisasi rumah tangga.

Di dalam masyarakat tingkat pendapatan seseorang bervariasi. Hal tersebut

menurut Sigit Purnomo (1978 : 76) ditentukan oleh : “kecakapan dan kegiatan

bekerja; keahlian dan keuletan; kesempatan bekerja yang tersedia; banyak sedikitnya

modal yang dipergunakan; dan kekayaan yang dimilikinya.”


50

Sigit Purnomo (1978 : 77)mengemukakan beberapa macam pendapatan, yaitu :

1. Upah, ialah sejumlah uang, barang atau jasa yang


diterima seseorang dalam waktu tertentu atas pemakaian tenaga atau
pikirannya. Termasuk dalam pengertian ini adalah gaji pegawai negeri,
polisi dan militer. Upah dapat dibayarkan dengan cara : harian, mingguan,
bulanan, borongan atau potongan. Kadang diberikan upah tambahan yang
dinamakan premi, hadiah, sumbangan, dan lain-lain.
2. Pendapatan modal, ialah pendapatan seseorang dari
pemilikan modalnya, misalnya orang yang memberi saham mnerima
deviden, dan lain-lain. Orang-orang yang mempunyai modal tanpa bekerja
pun akan memperoleh penghasilan. Makin besar modal makin besar
penghasilannya.
3. Pendapatan pengusaha, ialah pendapatan yang diterima
para pengusaha. Pendapatan ini seringkali merupakan kumpulan
pendapatan misalnya; upah+upah menanggung risiko, dan lain-lain.
4. Pendapatan tani, ialah pendapatan yang diperoleh
karena penggarapan tanah.

Dengan demikian, sumber-sumber pendapatan seseorang akan turut

menentukan pendapatannya. Dan dalam kaitan dengan penelitian ini, pendapatan

diduga turut mempengaruhi kepeduliannya dalam pembangunan desa atau

masyarakatanya.

Pengeluaran keuangan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup rumah

tangga. Keuangan keluarga biasanya secara umum dikeluarkan untuk beberapa

kategori. Antara lain: (1) pengeluaran rutin atau tetap: harian, mingguan dan bulanan;

(2) pengeluaran sebagai tabungan untuk masa depan; dan (3) pengeluaran tak terduga

Memang tidak ada patokan baku tentang siapa sesungguhnya yang memegang

kendali keuangan dalam rumah tangga. Saran yang disampaikan ialah suami-istri

harus duduk bersama dalam upaya menentukan pengalokasian keuangan, baik uang

masuk maupun uang yang akan dikeluarkan. Sisanya bisa dibagikan untuk uang saku

suami dan istri.

H. Kiat Sukses dalam Mengatur Keuangan Keluarga


51

Menurut Ahmad Gozali (2009)10 kiat dan tips rahasia sukses dalam mengatur

keuangan keluarganya dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu:

Pertama, setiap kali menerima gaji maka langkah awal yang terpenting yang harus

dilakukan pertama kali adalah dengan membayar cicilan hutang terlebih dahulu.

Karena hutang adalah kewajiban terpenting yang wajib dipenuhi kepada pihak lain

apakah dari bank dan institusi finansial lainnya. Kedisiplinan membayar cicilan

merupakan cerminan rapor dan nama baik keluarga. Menjaga nama baik sebagai

seorang debitor sangat penting, karena akan bermanfaat nantinya di masa yang akan

datang. Selain itu pula dengan memprioritaskan membayar cicilan ini, berarti sudah

menghargai para kreditor yang sudah berbaik hati meminjamkan uang kepada

keluarga.

Kedua, setelah membayar cicilan hutang, selanjutnya yang dilakukan adalah berzakat

atau memberikan sumbangan keagamaan, sebagai salah satu bukti rasa syukur kita

kepada Allah SWT. Dia-lah yang telah memberikan karunia rezeki kepada kita semua,

sehingga kita bisa melakukan aktivitas ekonomi keseharian dengan lancar tanpa

kekurangan. Sehingga Allah SWT akan semakin menambah karunia dan rezeki yang

berlimpah kepada kita.

Ketiga, yang tidak kalah penting adalah menyisihkan minimal 10% penghasilan untuk

ditabung/investasi. Karena, salah satu kebiasaan buruk adalah menunggu kalau ada

sisa uang di akhir bulan, padahal kenyataannya hampir selalu tidak ada yang tersisa,

itu berarti tidak pernah akan bisa menabung.

Keempat, langkah terakhir adalah menghabiskan uang gaji atau penghasilan yang

tersisa. Baik untuk memenuhi berbagai keperluan rutin keluarga seperti belanja isi

dapur, makan, lauk-pauk, asuransi, sekolah anak, rekreasi, beli baju dan sebagainya.
52

Dengan mengikuti langkah dari 1-4 di atas diharapkan semua dapat meraih

kesuksesan dalam mengatur keuangan keluarga tanpa pusing dan stress, apalagi

sekarang sudah ada tools berupa software My Family Accounting dapat mempermudah

dalam pelaksanaannya pengelolaan keuangan.

Kemudian di samping kiat di atas ada beberapa hal yang perlu dilakukan

dalam keluarga, yaitu: a) Buat perencanaan, baik perencanaan jangka pendek atau

perencanaan jangka panjang. Rencana jangka pendek berkaitan dengan kebutuhan saat

ini, antara lain biaya hidup sehari-hari hingga keperluan sekolah anak-anak. Rencana

jangka panjang dapat diwujudkan dalam bentuk tabungan ataupun aset produktif. b)

Berbagi tugas dengan pasangan. Setiap persoalan yang timbul dari pembagian tugas

perlu dibicarakan secara jelas dan saling terbuka. Tidak boleh ada rasa saling curiga

dan hendaknya bisa diselesaikan bersama-sama. c) Siasati Pengeluaran Ekstra.

Pengeluaran perlu diatur sedemikian rupa, dan tetap tidak boleh mengurangi

keperluan rumah tangga setiap bulannya.

Rumah tangga memiliki gaya dan pola yang tidak sama dalam hal pengaturan

dan sistem pengeluaran keuangan. Tetapi, setidaknya dengan perencanaan ini akan

semakin mudah menata manajemen keuangan rumah tangga. Ini akan bermanfaat

untuk masa sekarang dan masa datang.

Untuk itu perlu suatu cara yang dapat mengelola keuangan keluarga yang baik.

Karena uang seringkali menjadi penyebab terjadinya perceraian. Perselisihan

mengenai keuangan bisa saja terjadi disaat uang melimpah maupun disaat kekurangan

uang. Masyarakat Indonesia merasa risih bila harus membicarakan masalah keuangan

dalam keluarga.
53

Oleh karena itu perlu semua kalangan masyarakat terutama pasangan suami

istri untuk belajar saling terbuka mengenai keuangannya masing-masing. Setiap orang

memiliki pandangan mengenai uang yang berbeda-beda karena suami atau istri

dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Kegagalan dalam membicarakan soal uang di

dalam keluarga berpotensi menimbulkan permasalahan.

Menurut Muhamad Ichsan ada tiga tipe pengelolaan yang bisa dipilih sesuai

dengan keinginan keluarga.

Pertama, Uang bersama dan Sistem Amplop. Penghasilan suami istri langsung

digabung bersama. Setelah itu, gabungan kedua pendapatan langsung dialokasikan ke

pos-pos pengeluaran rutin yang telah dihitung lebih dulu. Sebaiknya, setiap pos

diwakili oleh satu amplop. Pos-pos pengeluaran itu pada beberapa keluarga, bukan

saja kebutuhan rumah tangga makan minum, dan listrik saja, tapi juga termasuk

membayar kredit rumah, cicilan mobil, listrik, telepon, uang sekolah anak, asuransi

dan kebutuhan mobil (bensin, servis berkala, kerusakan, dan lain-lain). Bahkan

tabungan, pengeluaran pribadi ayah-ibu dan liburan pun jadi amplop tersendiri. Bila

ada sisa, dimasukkan ke dalam tabungan suami atau istri, atau khusus membuka lagi

account bersama di bank untuk menampung sisa amplop setiap bulannya.

Kedua, Membagi Berdasar Persentase. Bentuk manajemen ini adalah membagi

tanggung jawab dalam bentuk jumlah atau persentase seluruh kebutuhan keluarga,

setiap bulan dihitung termasuk pos darurat dan pos tabungan. Masing-masing sepakat

menyumbang sebesar jumlah tertentu untuk menutupi kebutuhan tersebut. Sisanya

digunakan sebagai tabungan pribadi untuk kebutuhan pribadi.

Ketiga, Membagi Tanggung Jawab. Misalnya, suami mengeluarkan biaya untuk

urusan “berat”, seperti membayar kredit rumah, cicilan mobil, listrik, telepon, uang
54

sekolah anak, kebutuhan mobil, dan asuransi. Sementara bagian istri adalah belanja

logistik bulanan, pernak pernik rumah, jajan, dan liburan akhir pekan dan pos

tabungan. Dilihat dari jumlahnya, suami menanggung lebih banyak dana. Tapi istri

juga punya peranan dalam kontribusi dana rumah tangga. Kalau ternyata istri yang

memiliki pendapatan lebih besar, tentunya hal ini juga bisa dilakukan sebaliknya.

Hal di atas sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan kesepakatan antara suami

dan istri. Apabila semua dapat didiskusikan, maka persoalan keuangan keluarga bukan

lagi menjadi masalah dalam keluarga. Hal terpenting adalah saling keterbukaan serta

menjalani kehidupan keluarga dengan tanggung jawab bersama.

I. Membangun Sistem Pengelolaan Keuangan Keluarga

Mengelola sistem keuangan keluarga, gampang-gampang susah. Karena

sebenarnya filosofinya sama dengan keuangan perusahaan, yaitu harus ada sistem

pengendalian internalnya yang harus memadai karena akan sangat mempengaruhi

keberhasilan sebuah keluarga dalam meraih kemajuannya. Prinsip, prinsip GCG,

Transparan, Accountable, Resposibility, Independen, dan Fair, harus diterapkan

sebagaimana mestinya.

1. Transparan, artinya segala sumber uang yang

ada bagi keluarga, harus jelas dan semua pihak harus menyatakan bahwa

sumbernya adalah Halallan Toyiban. Istri atau anak-anak harus memahami bahwa

uang yang didapat oleh bapaknya adalah dari sumber yang jelas dan baik. Istri atau

anak dipersilahkan untuk tidak menerima uang yang dibawa oleh ayahnya masuk

kedalam keluarga apabila bersifat tidak jelas berasal dari mana. Prinsip

transparansi ini akanmendorong keluarga menjadi bersih. Demikian pula

pengeluaran yang dilakukan oleh semua pihak dalam keluarga harus jelas
55

peruntukkannya, tidak untuk maksiat atapun foya-foya dan jauh dari rasa syukur.

Semua pihak yang menggunakan keuangan keluarga, harus mengutarakan

kegunaannya, sehingga uang yang ada dalam keluarga tersebut, benar-benar

bermanfaat secara ekonomis, efektif dan efisien. Jangan dibiasakan atau dibiarkan

penggunaan uang yang tidak jelas peruntukkannya, wa;lau hanya sedikir. Dan

biasakanlah setiap penggunaan uang diawali dengan kata Bismillah dan

seterusnya.

2. Accountable, artinya bahwa uang keluarga yang

dihasilkan, harus dapat dipertanggung jawabkan penggunnaannya kalau perlu

simpan bukti-buktinya jangan dicampakkan begitu saja, dan kalau anda sempat

tulis dalam catatan keuangan keluarga, agar setiap anggota yang ingin mengetahui

dapat memperolehnya untuk kepentingan perbaikan sistem. Hindari penggunaan

yang sia-sia, dan seluruh pemasukan dan pengeluaran harus dapat dijelaskan dan

dipertanggung jawabkan sampai sekecil-kecilnya. Pabila hal ini telah dilakukan

maka insyaalah, keuangan keluarga akan adem, aman dan ringan. Penggunaan

uang keluarga yang tidak jelas atau hanya bermanfaat bagi sebagian kecil anggota,

adalah pengeluaran yang sangat egois dan mengancam kelanggengan keluarga,

oleh karenanya, maka sebaiknya setiap pemasukkan dan pengeluaran adalah untuk

kepentinga seluruh anggota keluarga, semakain banyak yang menikmati, semakin

baik dan berkah uang yang dikelola keluarga tersebut.

3. Responsibility, artinya bahwa setiap pemasukan

dan pengeluaran uang jelas dapat dipertanggung jawabkan secara moral. Uang

yang masuk harus dapat diterangkan dan dipertanggung jawabkan secara lahir dan

bartin, dan jangan sampai ada perasaan yang memberatkan. Jangan marah ataupun
56

tersinggung bila seorang anak anda, atau anggota keluarga menyakan bagaimana

seorang ayah atau ibu mendapatkan uang untuk keluarga. Karena lebih baik kita

pertangung jawabkan oleh mereka dari pada oleh orang luar yangmungkin

memiliki subtasnsi yang negatif. Kalu perlu jelaskanlah tetes demi tetes keringat

anda kepada anggota keluarga anda terutama yang muda, karena hal ini sangat

memotivasi mereka dalam hidup untuk senang bekerja.

4. Independensi, artinya bahwa usahakan sumber

keuangan keluarga anda berasal dari dalam diri anda, jangan tergantung orang lain

atau gali lubang tutup lubang. Gunakan kemampuan diri anda untuk berkreasi

sebesar-besarnya, sehingga penghasilan yang anda dapatkan murni dari diri anda.

hal ini akan membuat benteng ekonomi keluarga anda menjadi sangat kuat dan

tangguh, serta handal, sehingga insyaalah, dapat membantu ekonomi diluar

keluarga anda...amin. Karena yakinlah bahwa apabila anda membantu keluarga

lain, maka keluarga anda akan dibantu oleh Allah SWT, ...dilindungi, di berkahi,

dan dirahmati, sehingga kebahagian selalu meliputi hati anda dan

keluarga...insyaalah.

5. Fair, artinya semua yang dilakukan harus

dengan dasar rasa keadilan, jangan mau menang sendiri, ingatlah bahwa walaupun

bapak yang gajian atau ibu yang gajian, pada hakekatnya uang yang dibawa

pulang adalah milik seluruh anggota keluarga, jangan biasakan adanya persepsi

uang laki-laki atau uang wanita, semua harus dapat dimanfaatkan secara bersama-

sama sesuai kepentingan masing-masing demi kepentingan keluarga, ternasuk si

jabang bayi (kalau ada), kalau perlu tanyakanlah kepada keluarga apakah ada
57

kepentingan sehingga membutuhkan uang , sebelum anda membelanjakan uang

keluarga anda tersebut untuk kepentingan bersama.

Menurut Manullang (1981) manajemen keuangan keluarga dibagi dalam tiga

langkah, yaitu :

1. Perencanaan Pengeluaran Keuangan Keluarga

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam memanajemen keuangan keluarga

adalah dengan mendata seluruh masukan pendapatan yang diperoleh keluarga. Hal ini

diperlukan agar kita dapat mengetahui berapa sebenarnya pendapatan keluarga kita

per bulannya.

Setelah dicatat total pendapatan tersebut, langkah berikutnya adalah membuat daftar

pengeluaran rutin yang harus dikeluarkan setiap bulan, seperti belanja bulanan (gula

pasir, sabun, odol, teh, minyak, beras, dll), bayar listrik, air, telepon, pembantu (kalau

ada), SPP anak, gas kompor, dan lain-lain. Selanjutnya semua pengeluaran rutin

tersebut dijumlahkan.

Langkah selanjutnya, yaitu membuat daftar pengeluaran tidak rutin dengan skala

prioritas (urutan pemenuhannya). Jumlahkan seluruh pengeluaran yang ada dalam

daftar, kemudian cocokkan dengan total pendapatan yang kita miliki (sudah dikurangi

dengan kebutuhan rutin). Jika ternyata pengeluaran yang kita rencanakan melebihi

pendapatan yang ada, maka harus diseleksi lagi kira-kira pengeluaran mana yang

dapat ditunda pemenuhannya.

Setelah ketiga langkah tersebut beres, maka selanjutnya dilakukan evaluasi sebelum

rencana tersebut dilaksanakan. Evaluasi dilakukan untuk mengecek: a) ada tidaknya

kesalahan penjumlahan pendapatan dan pengeluaran. b) Ada tidaknya kebutuhan rutin

yang terlewati. c) Ada tidaknya kebutuhan yang sebenarnya tidak penting, jika ada,
58

kita dapat mengganti dengan kebutuhan lain yang lebih penting. d) Bagian kebutuhan

mana yang dapat dihemat / ditekan pengeluarannya, sehingga sisanya dapat digunakan

sebagai uang jaga-jaga untuk kebutuhan tak terduga, seperti : sakit (anak, nenek,

saudara, dll), bepergian karena ada yang meninggal, tamu yang datang mendadak, dll.

e) pemasukan pendapatan tambahan yang mungkin diperoleh.

Setelah evaluasi dilakukan, maka kita tulis kembali perencanaan itu secara rapi

dan ditempelkan di tempat tertentu.

2. Pelaksanaan Manajemen Keuangan Keluarga

Dalam melaksanakan rencana pengeluaran yang telah kita susun, maka kita dapat

melakukan berbagai model / sistem, di antaranya :

a. Sistem Amplop

Mengapa disebut sistem amplop ? Ya karena memang sistem ini menggunakan amplop

sebagai tempat untuk menyimpan sementara uang kita sesuai dengan kebutuhan yang

telah direncanakan. Jadi, uang dibagi-bagi berdasarkan amplop-amplop yang telah

ditentukan dan ditulis di bagian luarnya. Hal ini berarti jumlah amplop sesuai dengan

jumlah kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui sebelumnya.

b. Sistem Buku Kas

Sistem buku kas yang dimaksud tentu saja tidak seperti yang diajarkan dalam

pelajaran akuntansi, tetapi disederhanakan seperti berikut ini :

Uraian Pemasukan Pengeluaran Saldo

Gaji bulan Agustus Rp. 1.000.000,-

Tambahan uang lembur Rp. 250.000,-


59

Keuntungan dagang baju Rp. 200.000,-

Bayar listrik Rp. 70.000,-

Bayar telepon Rp. 120.000,-

Bayar PAM Rp. 30.000,-

SPP 2 anak Rp. 50.000,-

Rp. 1.180.000,-

c. Sistem Kas Keluarga

Merupakan sistem pembukuan keuangan keluarga yang menekankan pada pembagian

pengeluaran menjadi kelompok-kelompok : pengeluaran tetap, harian, dan tak terduga.

Semua dicatat secara rinci dalam buku dan setiap jenis pengeluaran dijumlah lalu

ditotal dengan pengeluaran jenis lain. Sebagai contoh:

Pengeluaran Tetap

 Menabung Rp. 100.000,-

 Listrik Rp. 70.000,-

 PAM Rp. 30.000,-

 Telepon Rp. 120.000,-

 Rumah Rp. 50.000,-

 Beras dan bumbu Rp. 100.000,-

Jumlah pengeluaran tetap Rp. 470.000,-

Pengeluaran Harian

 Belanja harian Rp. 300.000,-

 Transport Rp. 60.000,- +

Jumlah pengeluaran harian Rp. 360.000,-

Pengeluaran Tak Terduga


60

 Pengobatan Rp. 80.000,-

 Uang jajan anak Rp. 15.000,-

 Beli buku Rp. 25.000,- +

Jumlah pengeluaran tak terduga Rp. 120.000,-

Jumlah keseluruhan pengeluaran Rp. 950.000,-

d. Sistem Kas Harian

Merupakan sistem pembukuan keuangan yang menekankan pada catatan pengeluaran

setiap hari. Sistem ini biasa berhasil bila dianut oleh orang yang rajin mencatat apapun

yang dikeluarkan setiap hari tanpa malas untuk menulis, meskipun pengeluaran dalam

jumlah kecil. Bagi ibu rumahtangga yang menggunakan sistem ini harus secara sabar

dan telaten menulis, sebab ketinggalan satu hari saja akan mengacaukan pembukuan

berikutnya, sebab daya ingat orang memang terbatas.

3. Penilaian / Pengawasan Keuangan Keluarga

Pada dasarnya penilaian memiliki pengaruh yang baik untuk melihat apa saja yang

telah dicapai terhadap pelaksanaan manajemen keuangan yang telah disusun sebagai

dasar untuk perbaikan rencana anggaran pada bulan berikutnya. Berdasarkan penilaian

ini juga akan diperoleh informasi tentang kelebihan dan kekurangan rencana anggaran

kita sehingga dapat diperbaiki atau disempurnakan untuk selanjutnya.

Kriteria yang digunakan untuk menilai pengelolaan / manajemen keuangan

dapat berpedoman pada 5 hal, yaitu : tepat guna, tepat waktu, tepat tempat, tepat

harga, dan tepat kualitas (Pearce dan Robinson, 1997). Dengan kata lain, sebelum kita

mengeluarkan uang tentunya harus ada dalam benak kita pertanyaan : untuk apa uang

kita keluarkan ? mengapa uang itu dikeluarkan ? dimana uang itu dikeluarkan ? kapan

uang itu harus dikeluarkan ? siapa yang membutuhkan ? dan bagaimana cara
61

mengeluarkan uang (kontan atau kredit) ? Penilaian akan berhasil bila dilakukan

secara kontinu, menyeluruh, objektif, sistematis, dan ada kerjasama diantara semua

anggota keluarga. Penilaian dapat dilakukan secara sebagian atau secara keseluruhan.

Penilaian keseluruhan mencakup program secara umum, misalnya apakah keseluruhan

rencana dapat terlaksana ? bagaimana keuangan secara keseluruhan (minus atau ada

sisa) ? Sedangkan penilaian sebagian merupakan penilaian tiap-tiap bagian

pengeluaran yang direncanakan, seperti bagian mana yang akhirnya tidak dapat

dicukupi ? apa penyebabnya ? apakah harus dianggarkan untuk dipenuhi bulan

berikutnya ? dan sebagainya.


62

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Desa Kore

Awalnya, pada tahun 1907 Desa Kore berada di Doro Bedi. Nama Desa

Kore sebelumnya adalah Balambon. Setelah ditempati kerajaan baru nama

Balambon menjadi nama Kore sampai sekarang.

Dulu hidup masyarakatnya berpindah-pindah karena suasana peperangan

dan meletusnya Gunung Tambora pada tahun 1815. Setelah kondisinya aman,

Kerajaan Sanggar kembali ke Desa Kore sehingga sampai sekarang Kore menjadi

ibukota Kecamatan Sanggar yang kita kenal sekarang.

Desa Kore merupakan salah satau desa yang terbesar di Kecamatan

Sanggar dan terbanyak penduduknya, dan sekarang makin maju dan ramai.

Masyarakat Desa Kore sangat ramah-ramah karena masih kental tata krama dari

turun-temurun Raja Sanggar yang sopan dan ramah-ramah sampai sekarang.

Sejak abad ke-19 Nusantara telah menarik perhatian para orintalis asal

Eropa, terutama yang berkebangsaan Inggris dan Belanda, mereka datang ke

nusantara dengan membonceng politik jajahan pemerintahannya diantara ilmuan

orientalis itu ada yang datang ke Sumbawa .Di tempat itu mereka bertemu dengan
63

penduduk yang menurutnya berujar dengan bahasa mirip dengan bahasa mon-

khemer bahasa yang tidak lajim oleh penduduk nusantara.

Dari hasil penelitian Prof. Haraldur Sigurdsson sangatlah kuat bahwa suku

bangsa kerajaan Sanggar berasal dari suku bangsa Mon-Khemer Indocina negara

Kambodya. Hal ini Prof. Haraldur Sigurdsson mengkaitkan penemuan penggalian

sisa-sisa kerajaan Sanggar dan Tambora, seperti ditemukan tembikar yang

mempunyai kesamaan di kawasan Indochina, karena pada masa itu ada

perantaraan hubungan dagang kawasan Fitnam seperti tanggapan Jhon. N Miksic

dari Istitut of South-East Asia Studiens Nasional University of Singapura. Para

pedagang sebagai pelaku perantara pada waktu itu biasanya orang-orang

Tionghoa, Melayu atau bahkan orang Eropa sendiri yang membawa barang

dagangannya dari Vietnam sampai di Sumbawa.

Walaupun Prof. Haraldur Sigurdsson ketika masa itu memberikan

keterangan kepada New Yor Times tidak dijelaskan di daerah mana orientalis itu

bertemu dengan penduduk bahasanya mirip dengan bahasa Indo Cina. Tetapi data

hasil penelitian Prof. Haraldur Sigurdsson kami bisa memperkuat kebenaranya

saat sekarang dengan berbagai alasan seperti ditemukan piring, cangkir guci, mirip

peninggalan Indo China. Kedua adanya suku bangsa Kore Sanggar sekarang yang

masih menggunakan Bahasa Kore dari Suku Kore mirip dengan bahasa Mon-

khemer Indocina. Walaupun tidak sama penggunaan kata bahasa Mon-Khener

tetapi ragam bahasa, masih tetap di gunakan yang tidak mirip dengan bahasa di

wilayah nusantara, sepertinya mirip dengan bahasa Inggris, Belanda, Jerman,

Jepang, semuanya sulit disamakan dengan bahasa yang ada di nusantara.


64

Unsur-unsur kata yang dipergunakan dalam Bahasa Kore dari Suku Kore

beragam pengaruh bahasa Belanda, Inggris dan Jepang. Sedangkan sebagian

kecilnya digunakan kata/bahasa, Arab, Melayu, Sumbawa, Lombok, dan Bima.

Pengaruh sebagian kecil bahasa di nusantara akibat akulturasi pasca letusan

Tambora 1815. Lenyapnya penduduk asli pendukung kebudayaan mon-khemer

pasca letusan Tambora, sehingga wilayah kekuasaan kerajaan Sanggar di Boro

terisi oleh penduduk kerajaan di sekitarnya seperti Sumbawa, Sulawesi, Dompu,

dan Bima.

Di Kabupaten Bima, Suku Kore peninggalan Kerajaan Sanggar ini

memiliki bahasa tersendiri, yaitu Bahasa Kore yang lazim digunakan oleh orang

Sanggar saat ini, terutama orang Boro, Piong dan Taloko. Penuturan kata yang

digunakan dalam Bahasa Kore berbeda dengan Bahasa Bima yang lazim

digunakan oleh orang Bima pada umumnya. Selain penuturan kata yang berbeda

ada juga tradisi-tradisi yang berbeda dengan tradisi orang Bima, terutama prosesi

upacara sunatan, kiriloko dan selamatan, hiburan, upacara dewa yang pemenuhan

dengan syarat dilengkapi dengan sesajen/sasangga (Bahasa Kore).Tradisi Suku

Kore Kerajaan Sanggar dulu hingga kini masih kuat dengan tradisi leluhur (Wai ro

Waro), masih memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme pengaruh Hindu

dan Budha. Dari tradisi animisme dan dinamisme pengaruh Hindu dan Budha

tersebut dapat kita teliti, bahwa Kerajaan Sanggar merupakan kerajaan yang tertua

dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan yang ada di pulau Sumbawa (Bima,

Dompu, Sumbawa, dan Tambora) yang terbetuk kesultanan. Dari data-data yang

ada, bahwa kerajaan Sanggar berbeda dengan Bima, ”Sanggar Bukan Bima”.

Kerajaan Sanggar selain kerajaan yang tertua diperkirakan berdiri sejak abad ke
65

11-12 (jaman prasejarah) dan keberadaanya baru mampu dicatat (jaman sejarah)

dan diteliti para ilmuan berdasarkan dari data–data orientalis Belanda sekitar abad

ke 1407.

Kore adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Sanggar Kabupaten

Bima NTB. Desa ini bisa dikatakan sebagai desa agraris, karena hampir semua

penduduknya menggantungkan hidup dengan bercocok tanam. Seiring dengan

kemajuan teknologi pertanian, masyarakat Sanggar sudah selangkah lebih maju

dengan tanaman yang akhir-akhir ini menjadi primadona dan menjadi buah bibir

sekaligus menjadi komoditi unggulan yang ada di Desa Kore khususnya dan

Kecamatan Sanggar pada umumnya yaitu "Jago Kala" (Jagung Hibrida).

Keunggulan tanaman ini di kalangan petani adalah tidak memerlukan pengolahan

yang insentif dan tidak menguras tenaga.

Di Desa Kore, jago kala biasa ditanam di tegalan (oma) pada saat musim

hujan. Sekitar Bulan Oktober sampai dengan September para petani jago kala

biasanya menyiapkan segala kebutuhan untuk menanam jago kala (Jagung

Hibrida), mulai dari penyiapan lahan, penyedian Bibit Herbisida,pupuk dan lain

sebagainya.

Sisi positif menanam Jago Kala adalah selangkah lebih baiknya taraf

perekonomian masyarakat sanggar, sehingga kenakalan remaja seperti maling

Ayam dan tindak kriminal lainya terminimalisir dengan adanya kegiatan tahunan

ini.

Akan tetapi dibalik itu semua dihadang oleh banjir yang terus menjadi

langganan tahunan dimusim hujan. Banjir ini ada disebabkan oleh exsplorasi lahan

yang ada digunung sehingga kayu yang sedianya sebagai penyedot air sudah tidak
66

ada lagi dan akhirnya banjirpun tak terelakan. Dilema memang buat pemerintah

setempat mengatasi persoalan ini. Sebab perekonomian sanggar hanya

mengandalakan bercocok tanam "Jago Kala"

Bagi sebagian kalangan beranggapan bahwa "banjir adalah hadiah bernilai

Miliaran Rupiah Pertahunnya"

Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, terdiri atas 5 Rukun

Warga (RW), dan 12 Rukun Tetangga (RT).

Adapun yang pernah jadi kepala Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten

Bima tiga periode terakhir, yakni Abdul Haris, Abubakar Karim, dan Arahim

Ismail.

B. Organisasi dan Tata Kerja

Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana

orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama. Organisasi

adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.

Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua

orang atau lebih.

Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal

dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tata kerja atau struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen

(unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya

pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-

kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada

itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan,

saluran perintah dan penyampaian laporan.


67

Pemerintah desa mempunyai tugas membina kehidupan masyarakat desa,

membina perekonomian desa, memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat

desa, mendamaikan perselisihan masyarakat di desa, mengajukan rancangan

peraturan desa dan menetapkannya sebagai peraturan desa bersama dengan BPD.

Sedangkan pengertian pemerintah desa menurut Peraturan Daerah tentang

Pedoman Organisasi Pemerintah Desa, yang menyatakan bahwa Pemerintah Desa

adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa.

Pemerintahan Desa merupakan suatu kegiatan dalam rangka

penyelenggaraan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa yaitu

Kepala Desa dan Perangkat Desa.

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan Subsistem dari sistem

penyelenggaraan Pemerintah, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa bertanggung

jawab kepada Badan Permusyawaratan Desa dan menyampaikan laporan

pelaksanaan tersebut kepada Bupati.

Dari uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

Pemerintahan Desa adalah kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Desa yaitu Kepala Desa dan Perangkat Desa.

Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas

Pemerintah Desa (yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan BPD.

Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD. Masa jabatan Kepala Desa

adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala
68

Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat

persetujuan bersama BPD.

Kepala Desa dipilih langsung melalui Pilkades oleh penduduk desa

setempat. Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa sesuai Peraturan Pemerintah

No. 72 Tahun 2005 sbb:

1. Bertakwa kepada Tuhan YME

2. Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI,

serta Pemerintah

3. Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat

4. Berusia paling rendah 25 tahun

5. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

6. Penduduk desa setempat

7. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan

hukuman paling singkat 5 tahun

8. Tidak dicabut hak pilihnya

9. Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun atau 2 kali masa

jabatan

10. Memenuhi syarat lain yang diatur Perda Kab/Kota

Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas

dan wewenangnya. Salah satu perangkat desa adalah Sekretaris Desa, yang diisi

dari Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah

Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota.

Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa, yang

ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.


69

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan

demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil

dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota

BPD terdiri dari Ketua rukun warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka

agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD

adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan

berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan

sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan Peraturan

Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

C. Keadaan Sumber Daya Manusia

Keberadaan Sumber Daya Manusia yang tepat secara kuantitas maupun

kualitas, sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa. SDM

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan implementasi otonomi daerah.

Dalam wacana tentang desentralisasipun, SDM atau personalia merupakan faktor

determinan yang harus tersedia dan melekat dalam pelaksanaan kewenangan

pemerintahan, selain faktor pembiayaan dan prasarana. Itulah sebabnya, UU

Nomor 32 tahun 2004 pasal 8 secara implisit juga menekankan pentingnya

pemenuhan terhadap ketiga prasyarat tersebut dengan menyatakan: kewenangan

pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka desentralisasi harus

disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana,

serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut.

Pernyataan tersebut mengandung pemahaman bahwa tanpa disertai dengan

tiga hal di atas, kebijakan desentralisasi nampaknya akan menemui hambatan, jika

tidak dikatakan mengalami kegagalan. Oleh karena itu, pembinaan dan


70

pengembangan SDM untuk mewujudkan sosok aparatur yang profesional,

berpandangan komprehensif, bervisi modern, bermoral tinggi dan berkomitmen

kuat terhadap pelayanan umum, mutlak diperlukan.

Sayangnya, berbagai upaya pembangunan SDM yang telah dilaksanakan

belum mampu menghasilkan sosok dan kinerja aparatur sebagaimana yang

diharapkan. Dengan kata lain, kapasitas atau kemampuan SDM di daerah relatif

masih rendah. Hal ini sesuai pula dengan hasil penelitian LAN tentang kapasitas

sumber daya manusia yang menyimpulkan adanya indikasi bahwa daerah masih

lemah dalam mengembangkan kapasitas yang dimilikinya. Bahkan dari sembilan

aspek yang diteliti, SDM merupakan aspek terlemah. Disisi lain, dalam menilai

tingkat kesiapan aparatur dalam era otonomi, meskipun mayoritas informan

menyatakan “siap”, namun dari berbagai fenomena yang ada dapat diindikasikan

yang sebaliknya. Beberapa fenomena yang diyakini akan menjadi penghambat

dalam membangun kompetensi SDM antara lain: kurangnya moralitas dan disiplin

aparat, kurang meratanya distribusi pegawai, rendahnya motivasi, inovasi dan

kreativitas kerja, serta belum adanya job description yang jelas.

Menghadapi fenomena seperti itu, pengembangan kapasitas SDM sebagai

prioritas dalam program kapasitas sumber daya manusia, perlu dipertimbangkan

oleh jajaran pemerintah daerah.

Jumlah pegawai pada Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima

sebanyak 11 orang dengan rincian sebagai berikut.

Berdasarkan jenis kelamin, maka keadaannya sebagai berikut: laki-laki

sebanyak 11 orang dan perempuan tidak ada. Semuanya beragama Islam.


71

Tingkat pendidikan pegawai di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten

Bima terinci sebagai berikut: sekolah menengah atas sebanyak 9 orang, dan 1

orang tamatan sekolah menengah pertama.

Keadaan sumber daya manusia pada Pemerintah Desa Kore Kecamatan

Sanggar Kabupaten Bima sebagai berikut:

1. Kepala Desa : Arahim Ismail

2. Sekretaris Desa : Muhammad, S.Sos

3. Kepala Urusan Pemerintahan : M. Saleh

4. Kepala Urusan Pembangunan/Ekonomi : Saidin Rago

5. Kepala Urusan Kesra : Muhdar Abdullah

6. Kepala Urusan Keuangan : Muhajirin

7. Kepala Urusan Umum : Syahbuddin

8. Kepala Dusun Narem : Mahmud M. Saleh

9. Kepala Dusun Oi Kawa : Iswan Ismail

10. Kepala Dusun Balambon : Suwandi H. Sulaiman

Nama-nama pengurus lembaga-lembaga formal Desa Kore Kecamatan

Sanggar Kabupaten Bima sebagai berikut:

1. Ketua LPMD : Rustam, S.Sos

2. Ketua BPD : Julkarnain Ibrahim

3. Ketua PKK : Ny. Watih Arahim

4. Ketua Karang Taruna : Drs. Junaid Abdullah

5. Ketua RW 01 : M. Noor

6. Ketua RW 02 : Sanggar Ismail

7. Ketua RW 03 : Mutawakal
72

8. Ketua RW 04 : Idrus

9. Ketua RW 05 : Suharjon

D. Keadaan Sarana dan Prasarana

Kantor desa merupakan tempat berkumpulnya para pegawai yang

melakukan kegiatan-kegiatan dalam kantor. Oleh karena itu, kantor akan menjadi

penting bagi suatu organisasi, karena administrasi kantor dapat melancarkan

jalannya kegiatan kantor.

Organisasi dalam pencapaian tujuan ada kalanya jauh dari yang

diharapkan, tetapi ada kalanya diakhiri dengan hasil yang optimal. Hal ini

tergantung dari administrasi yang dijalankan oleh tiap-tiap kantor. Agar

pelaksanan kegiatan kantor dapat berjalan dengan baik diperlukannya administrasi

perkantoran. Di sini adalah rangkaian aktivitas perkantoran yang mencakup

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengendalian serta

penyelenggaraan pekerjaan kantor. Pekerjaan kantor ini berkenaan dengan

pembuatan surat, penyampaian keterangan, laporan-laporan dan pengarsipan.

Bila administrasi kantor kurang mendapat perhatian akan mengakibatkan

kerugian pada perusahaan tersebut. Salah satu kerugiannya adalah memperlambat

proses pemberian informasi yang diperlukan. Dengan adanya pelaksanaan

administrasi kantor yang benar, maka akan menguntungkan perusahaan itu sendiri.

Sebab membantu tercapainya aktivitas dari rencana yang sudah ditetapkan

sebelumnya.

Peranan administrasi perkantoran sangat penting pada suatu kantor yang

berfungsi sebagai alat mencapai tujuan organisasi. Administrasi kantor merupakan

sarana bagi organisasi untuk dapat berkembang dengan baik, sebab segala sesuatu
73

yang dilakukan di dalam organisasi atau perusahaan harus berhubungan dengan

administrasi. Kegiatan yang biasanya dilakukan administrasi perkantoran adalah

mengurus dan melaksanakan administrasi perkantoran, diantaranya menghimpun,

mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim dan mengimpan data dan

informasi yang dibutuhkan oleh kantor tersebut.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa administrasi perkantoran

mempunyai fungsi yang sangat penting dan utama dalam suatu organisasi di mana

keberhasilan dalam pencapaian tujaun organisasi sangat ditentukan oleh

administrasi yang baik. Administrasi kantor yang baik memegang peranan penting

dalam menentukan arah maupun ukuran untuk menilai sampai seberapa jauh usaha

yang sudah dilaksanakan maupun yang sudah berhasil. Jadi, tanpa dukungan

administrasi yang baik, aktivitas suatu organisasi akan terganggu.

Administrasi kantor desa baru dapat berjalan dengan baik apabila didukung

oleh sarana dan prasana kantor yang memadai.

Sarana kantor adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung

dipergunakan dan menunjang proses kantor, khususunya proses pelayanan

masyarakat, seperti gedung, ruang kerja, meja, kursi, serta alat-alat kantor lainnya.

Adapun yang dimaksud dengan prasarana kantor adalah fasilitas yang secara tidak

langsung menunjang jalannya proses pemerintahan, seperti halaman, kebun,

taman, jalan menuju kantor, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses

kantor, seperti taman kantor, halaman kantor, sebagai sekaligus lapangan olah

raga, komponen tersebut merupakan sarana kantor. Prasarana kantor adalah

perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha pemerintahan agar tujuan

kegiatan kantor tercapai.


74

Adapun keadaan sarana dan prasarana pada Kantor Desa Kore Kecamatan

Sanggar Kabupaten Bima terinci sebagai berikut: ruangan Desa, sekretaris, kepala

urusan masing-masing 1 buah, dan ruang aula.

Jumlah meja, kursi, kursi plastik, dan sofa akan terlihat pada tabel berikut.

Selain itu, terdapat sarana-sarana kantor lain seperti mesin ketik, lemari arsip, dan

lain-lain.

Tabel 1. : Keadaan Inventaris Barang pada Desa Kore Kecamatan Sanggar


Kabupaten Bima
No Jenis barang Jumlah barang Asal usul
Nama barang Cara perolehan
1 Meja kerja 7 buah PEMKAB
2 Kursi kayu 14 biji PEMKAB
3 Kursi rapat internal 18 buah Swadaya
4 Kursi rapat 125 biji Swadaya
5 Kursi tamu 1 set Swadaya
6 Kursi tamu / sudut 1 set Swadaya
7 Lemari arsip 3 buah PEMKAB
8 Lemari arsip plastik 1 buah PEMKAB
9 Mesin ketik 2 buah PEMKAB
10 Komputer 1 unit PEMKAB
11 Jam dinding 1 unit APBN
12 Kipas angina 1 buah APBN
13 Dispenser 1 buah APBN
14 Piala 4 buah APBN
15 Galon 1 buah APBN
16 Warles 1 buah APBN
17 Motor dinas 1 buah APBN
18 Meja rapat 1 buah APBN
19 Print 1 buah APBN
20 Buku administrasi 1 buah APBN
21 Televisi 1 buah APBN
Sumber : Kantor Desa Kore Kecamatan Sanggar Bima, Mei 2015
75

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pembahasan hasil penelitian, lazimnya merupakan jawaban atas pertanyaan

yang diajukan pada bagian rumusan masalah (Bab I). Oleh karena itu, pada bagian ini

penulis akan menganalisis sejumlah masalah yang telah diajukan, diawali dengan

kegiatan mengumpulkan data-data atau informasi-informasi di lapangan dengan

menanyakan informan (sampel) yang telah ditentukan sebagaimana dijelaskan pada

Bab I.

Ada 3 (tiga) fokus dalam penelitian ini, yakni pertama, merencanakan

pendapatan keluarga dalam manajemen keuangan keluarga; kedua, penggunaan

keuangan dalam manajemen keuangan keluarga; dan ketiga, pengendalian keuangan

dalam manajemen keuangan keluarga.

Untuk mengetahui bagaimana realisasi atau pelaksanaan terhadap keempat

fokus yang diajukan dalam penelitian ini sebagaimana dijelaskan di atas, maka akan

diuraikan secara jelas berturut-turut sebagai berikut.

A. Merencanakan pendapatan keluarga dalam manajemen keuangan keluarga

Fokus merencanakan pendapatan keluarga dalam manajemen keuangan

keluarga, indikator-indikatornya yakni: (1) pendapatan kepala rumah tangga melalui

pekerjaan rutin; (2) pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan

sampingan/insidentil; (3) pendapatan anggota-anggota rumah tangga melalui

pekerjaan rutin; (4) pendapatan anggota-anggota rumah tangga melalui pekerjaan

sampingan/insidentil; (5) belanja lebih kecil daripada pendapatan; (6) hindari hutang;

(7) hidup sederhana; (8) atur pengeluaran dengan sederhana; (9) jadikan tabungan
76

sebagai pengeluaran pertama; (10) bayar tagihan sesegera mungkin; dan (11)

musyawarah/sepakat antara suami dan istri.

a. Merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Suparman sebagai seorang petani Desa Kore

Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Kan saya ini petani. Ya, kalau ditanya merencanakan pendapatan kepala
rumah tangga melalui pekerjaan rutin. Ya, kami petani. Pendapatan kami dari
hasil pertanian. Walaupun kami adalah petani, kami tetap merencanakan
pendapatan kami, termasuk pendapat di luar kerja di bidang pertanian.
Misalnya, lagi musim pembangunan di desa kami. Saya bisa jadi buruh” (Hasil
Wawancara, Mei 2015)

Hasil wawancara lain dengan Ibu Rina sebagai salah seorang buruh tani di

Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Selaku petani, kami tetap merencanakan pendapatan kami melalui pekerjaan


rutin selaku petani. Nah, pendapatan kami ini menjadi petani tidak tentu dan
pasti. Bergantung pada kebaikan alam. Maksud saya, kalau misalnya hujannya
cukup, maka panen kami akan baik. Dan adalah yang bisa kami sisihkan untuk
ditabung. Sebaliknya, kalau hujannya tidak bagus, ya panen kami akan kurang
bahkan pernah gagal juga. Namun, demikian kami tetap merencanakan
pendapatan kami berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Karena
pertanian ini menjadi pekerjaan rutin saya” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.


77

b. Pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan sampingan/insidentil

Untuk mendapatkan gambaran pendapatan kepala rumah tangga melalui

pekerjaan sampingan/insidentil di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima,

akan tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Ibrahim sebagai kepala keluarga di Desa Kore

Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Ya, bicara pendapatan. Kami selaku kepala keluarga tidak tinggal diam.
Artinya, kami tidak hanya petani saja. Banyak pekerjaan yang bisa kami
lakukan, sebagai pekerjaan sampingan. Kami bisa jadi buruh tani. Buruh
bangunan. Kami bisa cari bakar untuk dijual. Ya, apa saja yang bisa
mendatangkan uang kami akan lakukan. Asalkan halal” (Hasil Wawancara,
Mei 2015)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Umar Amin sebagai salah seorang kepala

keluarga di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Seperti yang dikatakan oleh salah seorang warga tadi. Pendapatan kami
selaku kepala rumah tangga, tidak hanya pada satu saja. Kalau itu yang terjadi,
istri dan anak-anak kami di rumah bisa mati. Nah, kami juga melakukan
pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan rumah tangga kami. Ya,
apapun bisa dikerjakan asal bisa menambah penghasilan. Ya, mau jadi buruh
tanbi, buruh bangunan. Atau, apa saja, yang penting halal. Ya, saya hindari
adalah melakukan pekerjaan yang tidak halal. Misal, mencuri, dan
semacamnya” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.


78

c. Pendapatan anggota-anggota rumah tangga melalui pekerjaan rutin

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Yusran M. Sidik sebagai tukang batu di Desa

Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Benar, pendapat yang kami andalkan yakni dari pekerjaan rutin. Ya karena
saya, tukang batu, ya pendapatan rutin dari tukang batu. Tapi, pekerjaan tukang
batu ada musimnya, dan tidak setiap hari kami sebagai tukang batu. Tapi,
untuk sementara, pendapatan rutin atau tetap saya dari tukang batu. Mungkin
suatu saat saya akan beralih pekerjaan, kalau jadi tukang batu sudah tidak
menjanjikan lagi” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Ismail Umar sebagai salah seorang kepala

keluarga sekaligus wiraswastawan muda di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten

Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Sebagaimana yang kita pahami bahwa di dalam masyarakat itu tingkat


pendapatan seseorang bervariasi. Hal tersebut ditentukan oleh kecakapan dan
kegiatan bekerja. Juga karena keahlian dan keuletan. Di samping itu,
kesempatan bekerja yang tersedia. Ya, alhamdulillah sampai sekarang untuk
mendapatkan penghasilan atau pendapatan yang rutin, saya masih menjalankan
usaha bisnis, yang saya teknuni sejak masih muda atau belum menikah. Ya,
sampai sekarang saya masih menjalani usaha bisnis, walaupun hanya kecil-
kecilan saja” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.


79

d. Pendapatan anggota-anggota rumah tangga melalui pekerjaan

sampingan/insidentil

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Julkifli sebagai warga dan anak tertua dari kepala

keluarga petani di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai

berikut:

“Selaku anggota keluarga yang sudah dewasa, saya tidak bisa membiarkan
bapak selaku kepala keluarga untuk mencari nafkah. Ya, saya selaku anak
pertama berusaha mencari nafkah untuk meningkatkan pendapatan rumah
tangga kami melalui pekerjaan sampingan. Ya, apa saja, apalagi memang saya
belum mempunyai pekerjaan tetap. Ya, pekerjaan apa saja, saya jalani untuk
menambah pendapatan keluarga. Apalagi, adik-adik saya masih sekolah”
(Hasil Wawancara, Mei 2015)

Hasil wawancara lain dengan Ibu Kurniawati sebagai salah seorang ibu rumah

tangga di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

istri

“Saya selaku ibu rumah tangga, tidak boleh membiarkan suami saya selaku
kepala keluarga untuk mencati nafkah guna meningkatkan pendapatan
keluarga. Saya memang, jualan untuk kebutuhan sehari-hari warga di sini.
Tapi, selain menjual, kalau lagi ada yang panggil menjadi buruh tani, saya juga
lakukan. Jadi saya juga mempunyai pekerjaan sampingan untuk membantu
keluarga kami, agar asap dapur terus mengepul. Apalagi, anak-anak saya masih
sekolah. Pokoknya yang penting halal, pekerjaan apapun saya mau tekuni”
(Hasil Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.


80

e. Belanja lebih kecil daripada pendapatan

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak A. Karim sebagai petani di Desa Kore

Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Yang saya pahami ya. Pendapatan itu adalah semua penghasilan yang
diterima orang dalam kegiatan ekonomi dalam suatu periode tertentu.
Misalnya, kami selaku petani, ya periode panen. Nah, yang menjadi masalah
selama ini dalam pengeluaran keluarga menurut saya, lebih besar belanja
daripada pendapatan. Seharusnya, belanja lebih kecil daripada pendapatan. Itu
seharusnya. Saya selaku kepala keluarga telah berusaha untuk menerapkan
prinsip tersebut. Tapi, selalu gagal atau tidak berhasil. Ya, tidak jarang kami
berutang tiap bulannya” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Arahim Ismail sebagai Kepala Desa Kore

Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Ini cerita pengalaman dan pengamatan ya. Ketika keluarga itu mulai belanja
lebih besar dari pendapatan, membeli barang melebihi kemampuan, maka
malapetaka keuangan dimulai. Keluarga akan mulai membuat lubang yang
terus- menerus semakin dalam. Dan jauh lebih sulit untuk berusaha keluar dari
lubang tersebut daripada mencoba menghindarinya pada kesempatan pertama.
Jadi, belanja dengan bijak, jangan melebihi pendapatan. Keluarga akan hidup
lebih bahagia, di rumah dan di tempat kerja. Tapi ini teori ya. Bagi warga kami
yang kebanyakan petani susah untuk menerapkannya” (Hasil Wawancara, Mei
2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.


81

f. Hindari hutang

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Ibu Watih Arahim sebagai Ketua PKK Desa Kore

Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Ini nasehat orang tua saya. Jangan sekali-sekali berutang. Sekali berutang,
maka kita akan terus berutang. Alhamdulillah, nasehat ini tetap saya jaga
dengan baik. Terus terang hutang begitu menggoda sekarang. Apa yang tidak
bisa dibeli sekarang dapat dimiliki saat ini juga dengan hutang. Namun perlu
diingat, hutang akan membuat kita sengsara apalagi jika ternyata tidak punya
kemampuan mengembalikannya.” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Julkarnain Arahim sebagai Ketua Badan

Permusyawaratan Desa di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya

sebagai berikut:

“Memang, ada satu pertanyaan yang sangat menarik melihat kondisi sekarang.
Mungkinkah kita hidup tanpa berhutang? Tentu saja sangat mungkin. Jika kita
menjalankan prinsip belanja lebih kecil dari pendapatan, maka kita tidak perlu
berhutang. Tahan semua keinginan membeli sesuatu kecuali kita sudah
memiliki kemampuan. Saya mengajarkan kepada istri saya, untuk tidak
berutang. Hindari berutang” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.


82

g. Hidup sederhana

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Rustam, S.Sos sebagai salah seorang kepala

keluarga sekaligus Ketua LPM Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima,

hasilnya sebagai berikut:

“Dalam pandangan saya pribadi, hidup sederhana berarti hidup sesuai


kebutuhan. Tidak mesti semua yang kita inginkan harus dibeli. Hidup sesuai
kebutuhan kita dan bagi kelebihannya kepada orang lain yang membutuhkan.
Inilah hidup untuk memberi makna. Nah, dalam rumah tangga saya, kami
selalu mengedepankan hidup sederhana. Kami tidak mudah tergiur dengan
kehidupan rumah tangga orang lain. Pokoknya, saya minta pada istri dan anak-
anak saya agar bisa hidup sederhana” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Mahmud M. Saleh sebagai tokoh

masyarakat yang juga Kepala Dusun Narem Desa Kore Kecamatan Sanggar

Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Walaupun kami hidup selalu dalam berkecukupan. Tapi, kami tetap tanamkan
di rumah tangga agar tetap hidup sederhana. Terutama kepada istri sebagai
manajer keuangan di rumah tangga saya. Benar, hidup sederhana bisa jadi
berbeda-beda untuk tiap keluarga. Ini pendapat saya ya. Jika kita hidup dengan
keterbatasan keuangan, syukuri apa yang ada dan hiduplah seadanya. Jika kita
tidak punya uang, hiduplah tanpanya. Toh, dunia tidak akan jadi kiamat gara-
gara hal itu. Ada banyak cara menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan.
Temukan cara untuk menikmati kesenangan bersama keluarga kita tanpa
mengeluarkan biaya” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.


83

h. Atur pengeluaran dengan sederhana

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Iswan Ismail sebagai warga Desa Kore

Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Saya tidak ketahui untuk keluarga-keluarga yang lain ya. Tapi, bagi rumah
tangga saya. Sekuat tenaga saya bersama istri atur pengeluaran dengan sebaik-
baiknya. Agar tidak terjadi besar pengeluaran dari pendapatan. Ini pendapat
saya, ada banyak cara atur keuangan. Jika mampu, kita bisa meminta bantuan
keluarga yang sudah berpengalaman dan berhasil” (Hasil Wawancara, Mei
2015)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Amirullah sebagai salah seorang tokoh

masyarakat sekaligus sebagai Kepala Dusun Punti Moro Desa Kore Kecamatan

Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Ini pengalaman saya ya. Ada cara pengaturan paling sederhana. Pisahkan
uang yang kita miliki ke dalam amplop untuk setiap kebutuhan. Pastikan
pengeluaran tidak melebihi jatah setiap amplop. Di akhir bulan, hitung
kelebihannya dan tabung. Kita akan terbantu ketika masa sulit tiba. Yang ajarin
saya adalah orang tua saya juga” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

i. Jadikan tabungan sebagai pengeluaran pertama

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.


84

Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Junaid Abdullah sebagai Ketua Karang

Taruna Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Ini sudah penyakit siapa saja. Ya, soal tabung. Sangat malas. Padahal,
menabung tidak harus besar. Yang paling penting adalah teratur. Dari
pendapatan kita yang selama ini ada, tetapkan nilai tabungan yang wajar.
Segera setelah kita menerima pendapatan, tabung jumlah tadi. Itulah cara
menjadikan tabungan sebagai pengeluaran pertama. Itu hanya teori. Kami di
rumah pun belum rutin menabung” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Hasil wawancara lain dengan Ibu Kalisom sebagai salah seorang petani di

Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Selaku petani, kami sering menabung dalam bentuk gadai sawah atau kebun.
Itu yang sering kami lakukan. Sebenarnya, kita tidak akan lupa menabung dan
yang paling penting tidak ada lagi alasan tidak bisa menabung karena
kehabisan uang. Menabung itu sebenarnya, biar sedikit-sedikit tapi rutin. Jadi
cara menabung dalam rumah tangga saya, ya dengan gadai tanah dari orang
lain. Terutama sawah yang bisa ditanam lebih dari satu kali” (Hasil
Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

j. Bayar tagihan sesegera mungkin

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad, S.Sos sebagai Sekretaris Desa

Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Saya pikir, setiap rumah tangga punya tagihan. Mulai dari listrik, air, dan
berbagai tagihan lainnya. Termasuk jika kita mengontrak rumah, kita pun
harus membayar sewa di muka. Kalau saya di rumah, berusaha sekuat tenaga
85

untuk bayar tagihan sesegera mungkin. Saya minta pada istri untuk tidak
menunda-nunda bayar tagihan, terutama taguhan listrik, dan utang kebutuhan
kami. Jadi saya minta pada istri, kalau ada rezeki biar sedikit, tapi sisihkan
untuk bayar tagihan, baik listrik maupun utang, sebelum jatuh tempo. Ya,
termasuk tagihan pajak bumi dan bangunan” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Umar Syahruddin sebagai salah seorang

staf/pegawai Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai

berikut:

“Benar, apa yang dikomentari oleh salah seorang warga yang juga Sekretaris
Desa tadi. Bayarkan secepat mungkin setelah kita menerima tagihan. Ini akan
membuat satu urusan beres dan kita tidak perlu pusing lagi membayarnya di
kemudian hari. Baik karena kehabisan uang atau kelupaan. Hal ini selalu saya
tanamkan pada istri dan anak-anak saya. Terutama kewajiban kita yang akan
diberi denda, misalnya listrik dan pajak bumi dan bangunan, termasuk pajak
sawah dan ladang” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

k. Musyawarah/sepakat antara suami dan istri

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Inaini sebagai warga Desa Kore Kecamatan

Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Ini pendapat saya pribadi ya. Berbicara perencanaan keuangan keluarga tidak
dapat lepas dari peran suami dan istri yang menjalankan rumah tangga. Untuk
itu kita perlu sepakat dengan pasangan bagaimana mengelola keuangan dengan
baik. Artinya, segala pengeluaran itu harus dimusyawarahkan dengan baik di
antara anggota rumah tangga, terutama antara suami dan istri. Ya, bagi yang
86

sudah mempunyai anak yang dewasa, anak juga dilibatkan” (Hasil Wawancara,
Mei 2015)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Arahim Ismail sebagai Kepala Desa Kore

Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Menurut saya, dalam setiap pasangan sangat wajar terjadi perbedaan


pandangan dan cara melihat sesuatu yang dianggap penting atau tidak. Untuk
itu, duduk bersama, bicarakan secara terbuka, dan buat kesepakatan dengan
pasangan kita.
Istri harus mengerti kemampuan keuangan suami dan suami pun harus
mengerti kebutuhan rumah tangga yang diatur istrinya. Nah, hal ini yang selalu
kami lakukan selama ini. Alhamdulillah, rumah tangga kami selalu berjalan
secara damai, tenang, dan tentram” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

B. Penggunaan keuangan dalam manajemen keuangan keluarga

Fokus Penggunaan keuangan dalam manajemen keuangan keluarga, indikator-

indikatornya yakni: (1) membuka tabungan pada bank, (2) menanam investasi dalam

bentuk barang tidak bergerak, (3) menanam investasi dalam bentuk barang bergerak,

dan (4) menanam investasi dalam bentuk modal usaha.

a. Membuka tabungan pada bank

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Mansyur sebagai salah seorang warga Desa

Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:


87

“Ini komentar atau pendapat saya ya. Menabung bukanlah semata perkara
penyimpanan uang atau benda ekonomi lain yang dapat disimpan untuk
penggunaan kemudian. Ada dasar sikap dan perilaku manusia di baliknya.
Banyak orang menganggap, hanya mereka yang memiliki penghasilan besar
dapat menabung. Itu keliru. Lepas dari itu, karena pendapat kami sangat
terbatas, untuk sementara belum ada yang bisa ditabung. Tapi, saya punya niat,
kalau ada uang pasti saya akan membuka tabungan pada bank. Ya, agar aman”
(Hasil Wawancara, Mei 2015)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Saidin Rago sebagai salah seorang

staf/pegawai Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai

berikut:

“Ada pendapat. Orang miskin tidak mungkin menabung, karena untuk


memenuhi kebutuhan pokok saja tidak cukup. Pandangan itu keliru menurut
saya. Di samping itu, tidak benar dan juga menyesatkan karena akan
membelenggu mereka yang miskin tetap berada dalam kemiskinan secara
terus-menerus. Alhamdulillah, walaupun hanya sedikit, saya sudah punya
tabungan di bank. Belum banyak uangnya. Tapi, sudah lumayan untuk ukuran
kami di sini” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

b. Menanam investasi dalam bentuk barang tidak bergerak

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Muhajirin sebagai salah seorang staf Desa

Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Ada pandangan yang keliru tentang menabung. Sikap dasar yang salah
bertolak dari anggapan orang menabung dari sisa pendapatan setelah
digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan keluarga. Sementara orang
88

tidak dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan tanpa batas.


Akibatnya mereka yang berpenghasilan kecil tidak dapat menabung. Ini
pendapat yang keliru. Kebanyakan kami di desa ini, menanam investasi dalam
bentuk barang tidak bergerak. Misalnya, menggadai tanah bahkan
membelinya. Apakah tanah sawah, kebun, atau tanah untuk bangunan” (Hasil
Wawancara, Mei 2015)

Hasil wawancara lain dengan Bapak M. Noor sebagai salah seorang Ketua RW

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Kami di sini rata menanam investasi dalam bentuk barang tidak bergerak.
Kebanyakan seperti itu. Misalnya, menggadai kebun. Juga sawah. Jadi kami,
selalu masyarakat berpenghasilan kecil, masih bisa menabung. Harus diakui,
dalam kenyataannya mereka yang berpenghasilan cukup besar, tetap tidak
dapat menabung, ini disebabkan karena setiap peningkatan pendapatan akan
merangsang timbulnya kebutuhan baru atau peningkatan kualitas yang
sebelumnya tidak dapat dipenuhi. Dengan begitu kebutuhan akan selalu lebih
besar daripada penghasilan yang diperoleh. Lepas dari itu, rata-rata orang di
kampung kami ini menabung melalui barang tidak bergerak” (Hasil
Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

c. Menanam investasi dalam bentuk barang bergerak

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak H. Sanusi sebagai warga sekaligus salah

seorang yang bergerak di bidang bisnis di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten

Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Sebenarnya menabung merupakan kunci untuk memperbaiki kehidupan


ekonomi. Menanamkan kebiasaan menabung merupakan upaya mengatasi
89

kekurangan. Oleh karena itu, semestinya menabung menjadi sikap dan


perilaku untuk menyisihkan secara sadar dan terus-menerus bagian dari setiap
penerimaan pendapatan. Saya pribadi, kebetulan hobi bisnis, ya saya menanam
investasi dalam bentuk barang bergerak. Misalnya, saya membeli sapi, kerbau,
dan kambing. Ada yang saya gemukkan dulu, dan ada juga yang saya jual
langsung. Tentu tetap ada untungnya, walaupun hanya sedikit. Saya lebih suka
membeli ternak kemudian jual lagi. Cepat berputar uangnya” (Hasil
Wawancara, Mei 2015)

Hasil wawancara lain dengan Ibu Maemunah sebagai salah seorang usaha

kecil-kecilan di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai

berikut:

“Kebetulan kami berdua menekuni pekerjaan yang sama. Ya, bisnis kecil-
kecilan. Saya lebih suka bergerak di bisnis dalam bentuk barang bergerak Ya,
menabung juga kan. Menabung dapat dilihat dari dua sisi kehidupan keluarga.
Satu sisi adalah menyisihkan bagian dari penerimaan pendapatan, sisi lain
adalah penghematan dari setiap sen pengeluaran” (Hasil Wawancara, Mei
2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

d. Menanam investasi dalam bentuk modal usaha

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak H. Dahlan sebagai pengusaha muda di Desa

Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Bagi saya modal itu sangat penting. Modal adalah sesutu yang sangat
dibutuhkan di dalam sebuah bisnis kecil-kecilan seperti kami ini. Salah satu
yang utama di dalam bisnis meskipun kecil adalah modal. Benar, modal itu
banyak macamnya. Modal adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
90

menjalankan suatu usaha. Olehnya itu, saya pribadi suka menanam investasi
dalam bentuk modal usaha, karena usaha saya adalah jualan pada kebutuhan
sehari-hari warga” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Hasil wawancara lain dengan Ibu Sukmawati sebagai salah seorang pengusaha

barang pecah belah di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya

sebagai berikut:

“Saya pribadi lebih suka menanam investasi dalam bentuk modal usaha.
Kenapa? Karena cepat berputaran usahanya. Memang saya bukan pengusaha
besar. Tapi ukuran kampung di sini, ya lumayanlah. Usaha saya ini bisa
bertahan, karena saya selalu berinvestasi dalam bentuk usaha. Artinya, saya
selalu kembangkan usaha, dengan memutar modal usaha yang saya miliki.
Misalnya, saya belum investasikan dalam bentuk barang tidak bergerak, akan
tetapi selalu menambah modal usaha” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

C. Pengendalian keuangan dalam manajemen keuangan keluarga

Pengendalian keuangan dalam manajemen keuangan keluarga, indikator-

indikatornya yakni: (1) transparan (keterbukaan); 2. akuntabilitas (dapat

dipertanggungjawabkan penggunaannya); (3) responsibilitas (dipertanggung jawabkan

secara moral); (4) independensi (kemandirian); dan (5) fair (semua yang dilakukan

harus dengan dasar rasa keadilan).

a. Transparan (keterbukaan)

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.


91

Hasil wawancara dengan Bapak Suharjon sebagai salah seorang Ketua RW di

Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Agar rumah tangga itu harmonis, maka pengelolaan atau manajemen


keuangan keluarga tersebut harus terbuka. Artinya, semua pengeluaran harus
diketahui antara suami dengan istri. Itu idealnya. Kalau rumah tangga saya,
secara keseluruhan cukup terbuka. Ada juga sih, penggunaan keuangan yang
tidak terbuka. Misalnya, untuk belanja-belanja kebutuhan yang tidak terduka”
(Hasil Wawancara, Mei 2015)

Hasil wawancara lain dengan Ibu Misnah sebagai salah seorang warga Desa

Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Menurut saya, hanya sedikit keluarga yang benar-benar terbuka dalam


pengelolaan keuangan keluarga, apalagi pasangan keluarga muda. Yang
terbuka menurut saya adalah pasangan yang sudah dewasa dan matang. Ini
soal pribadi ya. Di rumah tangga saya, syukur kami sangat terbuka dalam
mengelola keuangan. Terutama dalam pengeluaran dan penyimpanan” (Hasil
Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

b. Akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya)

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Mutawakal sebagai salah seorang Ketua RW

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Benar, tidak semua keuangan dalam keluarga itu dapat


dipertanggungjawabkan penggunaannya. Buktinya, tidak sedikit anggota
keluarga, terutama antara suami dan istri bertengkar, karena persoalan
keuangan. Sekali lagi terutama soal pengeluaran. Bukan hanya bertengkar,
92

tidak sedikit yang berakhir dengan perceraian. Kami dalam rumah tangga ini,
alhamdulillah jarang bertengkar soal penggunaan keuangan. Ya, mungkin
karena pendapatan kami yang pas-pasan” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Idrus sebagai salah seorang Ketua RW di

Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Keluarga manapun menginginkan bahwa keuangan yang ada dalam rumah


tangga dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya. Tapi apa nyatanya?
Tidak sedikit keluarga yang harus bertengar hebat, gara-gara pengelolaan
keuangan yang tidak bagus. Istri pegang sendiri. Suami juga kelola sendiri.
Nah, ini awal dari keretakan rumah tangga menurut saya” (Hasil Wawancara,
Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

c. Responsibilitas (dipertanggung jawabkan secara moral)

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Suwandi H. Salaiman sebagai salah seorang

Kepala Dusun sekaligus sebagai tokoh agama di Desa Kore Kecamatan Sanggar

Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Yang saya pahami secara pribadi ya, tujuan sebuah keluarga mengatur
keuangan adalah untuk membawa keteraturan ke dalam sebuah keluarga agar
keluarga tersebut dapat menikmati sukacita yang sesungguhnya. Nah,
karenanya menurut saya, keuangan dalam keluarga itu harus
dipertanggungjawabkan secara moral. Karena harta itu adalah amanah dari
Yang Maha Kuasa. Kepada kita hanya dititipkan saja. Ini pendapat saya ya.
Bukan saya membawa-bawa agama ya” (Hasil Wawancara, Mei 2015)
93

Hasil wawancara lain dengan Ibu Habibah sebagai salah seorang warga Desa

Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Saya setuju, bahwa pengelolaan keuangan dalam keluarga harus dapat


dipertanggungjawabkan secara moral. Misalnya, dalam merencanakan
keuangan dalam keluarga. Harus mengetahui dengan pasti jumlah penghasilan
tetap keluarga setiap bulan. Berikutnya, membuat perencanaan anggaran
keuangan keluarga. Dalam pembuatan tujuan penggunaan uang, bukanlah
suatu hal yang mudah. Dibutuhkan kerjasama yang baik antara suami dan istri”
(Hasil Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

d. Independensi (kemandirian)

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Ibrahim Husen sebagai salah seorang Ketua

RT di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Dalam mengelola keuangan keluarga, harus ada kemandirian juga. Hemat


saya, kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk
bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk
kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan
bertindak kreatif, dan penuh inisiatif. Mampu mempengaruhi lingkungan,
mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Nah,
dalam pengelolaan keuangan pun harus demikian. Karena keluarga yang tahu
sumber pendapatan dan pengeluaran keuangan keluarga” (Hasil Wawancara,
Mei 2015)
94

Hasil wawancara lain dengan Bapak Mayor Abdullah sebagai salah seorang

warga yang juga sebagai salah seorang Ketua RT di Desa Kore Kecamatan Sanggar

Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Jujur, kami sudah cukup lama berkeluarga. Jadi telah banyak asam garam
dalam pengelolaan keuangan, meskipun pendapatan kami pas-pasan. Dulu
kami sering bertengkar, karena mertua atau orang tua ikut campur dalam
pengelolaan keuangan kami. Nah, sekarang kami benar-benar mandiri dalam
mengelola keuangan kamu. Mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan
tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Ya, semasih kami bisa
mengelola dengan baik. Tapi, kami juga tidak menutup diri untuk meminta
pendapat orang lain” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

e. Fair (semua yang dilakukan harus dengan dasar rasa keadilan)

Untuk mendapatkan gambaran merencanakan pendapatan kepala rumah tangga

melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, akan

tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak M. Saleh sebagai salah seorang Ketua RT di

Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai berikut:

“Agar keuangan di rumah bisa dikelola dengan baik menurut saya harus fair
atau jujur. Apa artinya? Bahwa semua yang dilakukan harus dengan dasar rasa
keadilan, terutama dalam mengelola keuangan keluarga. Untuk menghindari
konflik keuangan yang dapat mengarah kepada perceraian, maka pasangan
suami istri perlu benar-benar mempersipkan diri dalam hal manajemen
keuangan” (Hasil Wawancara, Mei 2015)
95

Hasil wawancara lain dengan Ibu Wahyuningsi sebagai salah seorang ibu

rumah tangga di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima, hasilnya sebagai

berikut:

“Benar, dalam mengelola keuangan keluarga, di antara suami istri harus benar-
benar adil. Misalnya, sebelum membuat perencanaan keuangan keluarga, hal
pertama yang perlu dilakukan ialah mengetahui jumlah pendapatan yang ada,
baik pendapatan suami maupun pendapatan istri. Dalam membuat perencanaan
keuangan keluarga, diperlukan keterbukaan antara suami dan istri mengenai
jumlah pendapatan. Catatlah jumlah pendapatan yang didapatkan per
bulannya. Ketahui pendapatan keluarga setiap bulannya untuk membuat
perencanaan keuangan keluarga. Nah ini cara yang fair atau jujur, bersih dan
adil” (Hasil Wawancara, Mei 2015)

Berarti merencanakan pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan rutin

di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima sudah sangat sesuai dengan

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No

21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

Berdasarkan fokus pengendalian keuangan dalam manajemen keuangan

keluarga, baik transparan (keterbukaan), akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan

penggunaannya), responsibilitas (dipertanggung jawabkan secara moral),

independensi (kemandirian), maupun fair (semua yang dilakukan harus dengan dasar

rasa keadilan), maka hasilnya telah sesuai dengan peranan keluarga berdasarkan ajaran

agama Islam dan juga Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.


96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan yang

dapat diungkapkan dalam penelitian ini yakni:

1. Berdasarkan fokus merencanakan pendapatan keluarga dalam manajemen

keuangan keluarga, baik pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan

rutin, pendapatan kepala rumah tangga melalui pekerjaan

sampingan/insidentil, pendapatan anggota-anggota rumah tangga melalui

pekerjaan rutin, maupun pendapatan anggota-anggota rumah tangga melalui

pekerjaan sampingan/insidentil, belanja lebih kecil daripada pendapatan,

hindari hutang, hidup sederhana, atur pengeluaran dengan sederhana, jadikan

tabungan sebagai pengeluaran pertama, bayar tagihan sesegera mungkin,

maupun musyawarah/sepakat antara suami dan istri, maka hasilnya telah

sesuai dengan peranan keluarga berdasarkan ajaran agama Islam dan juga

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

2. Berdasarkan penggunaan keuangan dalam manajemen keuangan keluarga, baik

membuka tabungan pada bank, menanam investasi dalam bentuk barang tidak

bergerak, menanam investasi dalam bentuk barang bergerak, maupun

menanam investasi dalam bentuk modal usaha, maka hasilnya telah sesuai

dengan peranan keluarga berdasarkan ajaran agama Islam dan juga Undang-

Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera.


97

3. Berdasarkan fokus pengendalian keuangan dalam manajemen keuangan

keluarga, baik transparan (keterbukaan), akuntabilitas (dapat

dipertanggungjawabkan penggunaannya), responsibilitas (dipertanggung

jawabkan secara moral), independensi (kemandirian), maupun fair (semua

yang dilakukan harus dengan dasar rasa keadilan), maka hasilnya telah sesuai

dengan peranan keluarga berdasarkan ajaran agama Islam dan juga Undang-

Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera.

B. Saran-saran

1. Dengan melihat hasil analisis data yang diperoleh dari fokus merencanakan

pendapatan keluarga dalam manajemen keuangan keluarga, dengan hasilnya

telah sesuai dengan peranan keluarga berdasarkan ajaran agama Islam dan juga

Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, maka disarankan untuk dipertahankan

hasil yang dicapai dan seyogyanya dikembangkan terus sehingga benar-benar

mencapai hasil yang maksimal.

2. Dengan melihat hasil analisis data yang diperoleh dari fokus penggunaan

keuangan dalam manajemen keuangan keluarga, dengan hasilnya telah sesuai

dengan peranan keluarga berdasarkan ajaran agama Islam dan juga Undang-

Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, maka disarankan untuk dipertahankan hasil

yang dicapai dan seyogyanya dikembangkan terus sehingga benar-benar

mencapai hasil yang maksimal.


98

3. Dengan melihat hasil analisis data yang diperoleh dari fokus pengendalian

keuangan dalam manajemen keuangan keluarga, dengan hasilnya telah sesuai

dengan peranan keluarga berdasarkan ajaran agama Islam dan juga Undang-

Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, maka disarankan untuk dipertahankan hasil

yang dicapai dan seyogyanya dikembangkan terus sehingga benar-benar

mencapai hasil yang maksimal.


99

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Al-Abrasy, Athiyah, 1993. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan


Bintang

Al Hasan, Yusuf Muhammad, 1998. Pendidikan Anak Dalam Islam, Jakarta: Darul
Haq

Amini, Ibrahim, 2006. Agar tidak Salah Mendidik Anak, Jakarta: Al Huda

Basyir, Ahmad Azhar. 2009. Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam).
UII Press Yogyakarta. Yogyakarta.

Cohen, Bruce, J., 1983, Sosiologi Suatu Pengantar, Bina Aksara, Jakarta.

Creswell. 2008. Metode Penelitian. Jakarta. Sinar Jaya.

Danim, Sudarwan, 2002, Menjadi Peneliti Kualitatif, Cetakan I, Pustaka Setia,


Bandung.

Faisal, Sanapiah, 1995, Format-Format Penelitian Sosial : Dasar-dasar dan Aplikasi,


Rajawali Pers, Jakarta.

Gufran, Dkk (Tim Penyusun), 2012, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Sekolah
Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Mbojo Bima, Bima.

Hadi, Sutrisno, 1984, Statistik 2, Cetakan Ketujuh, Yayasan Penerbit Fakultas


Psikologi UGM, Yogyakarta

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hassan, Shadily, 1993, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.

Lipsey, R dan Steiner, P. 1991. Pengantar Ilmu Ekonomi. Rineka Cipta. Jakarta.

Magnis, Fransz, von. 1979. Etika Umum: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.
Jakarta: Yayasan Kanisius.

Manullang, M., 1983, Pengantar Ekonomi Perusahaan. Yogyakarta : Liberty.

Massassy, Elvyn G., 2004. Cara Cerdas Mengelola Investasi Keluarga, Jakarta :
Gramedia.

Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, Cetakan
Pertama, UI-Press, Jakarta.
100

Moleong, Lexy J., 1999, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan Kesepuluh,


Remaja Rosdakarya, Bandung.

Muchtar, Sofyan. 1986. Prinsip-Prinsip Ekonomi. CV Danau Singkarak. Jakarta.

Muhajir, Noeng, 1992, Metode Penelitian Kualitatif, Raka Sarasin, Yogyakarta.

Muhaimin, 2004. Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Narwoko, Dwi.I, Suryanto Bagong, 2004, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan,
Prenada Media, . Jakarta.

Nashih Ulwan, Abdullah, 1995. Pendidikan Anak Dalam Islam, Jakarta: Pustaka
Amani.

Rismawaty, 2008, Kepribadian dan Etika Profesi, Yogyakarta: Graha Ilmu

Ritzer, George, 1992, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Rajawali


Press, Jakarta.

Sardiman, A. M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Sarwono, Sarlito Wirawan, 1999, Psikologi Sosial : Individu dan Teori-Teori


Psikologi Sosial, Balai Pustaka Jakarta.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sumarno, D., 1995, Gerakan Disiplin Nasional, C.V. Jaya Abadi, . Jakarta.

--------------, 1998, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah,
C.V. Jaya Abadi, . Jakarta.

Syifa, Lela Laelatus. 2011, Peran Perempuan Dalam Manajemen Keuangan Keluarga
Muda, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri. Jakarta.

Tafsir, Ahmad, 1999. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Thoha, Miftha., 1995, Kepemimpinan dan Manajemen, Suatu Pendekatan Perilaku),


PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Usman, Ahmad, 2008, Mari Belajar Meneliti, Genta Press, Yogyakarta.

Walgito, Bimo, 1990, Pengantar Psikologi Umum, Andi Ofset, Yogyakarta.


101

Makalah/Artikel

Agustina, Eka, 2011, Yuk, Cek Kondisi Keuangan Keluarga (Artikel dalam majalah
Ummi No.12/ XXII/April 2011/ 1432 H), Jakarta: PT. Gramedia

Geumala, Meutia, 2011, Islam Cinta Pasutri yang Terbuka Keuangannya (Artikel
dalam Majalah Ummi No.12/XXII/April 2011/ 1432 H), Jakarta: PT.
Gramedia

Rhodiyah, TT. Manajemen Keuangan Keluarga Guna Menuju Keluarga Sejahtera‟,


PP 28-33
Sumiarti, 2008. Wirausaha Ibu Rumah Tangga Untuk Mengatasi Kemiskinan‟,
Ekonomi dan Bisnis‟, Vol 3, No 2, PP 182-191.
Suhartini & Renanta, 2007. „Pengelolaan Keuangan Keluarga Pedagang Etnis Cina‟
Keuangan, PP 70-80.
102

Lampiran 1:

PEDOMAN WAWANCARA
Mengenai : Manajemen Keuangan Keluarga (Studi Kasus di Desa Kore
Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima)
Pengantar
Peneliti memohon dengan segala kerendahan hati kepada Bapak/Ibu/Saudara (i)
sudi kiranya berkenan meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan berikut ini
sesuai dengan pemahaman, pengalaman, dan pengamatannya tentang manajemen
keuangan keluarga di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima.
Dengan segala perkenannya menjawab pertanyaan ini, peneliti mengkhaturkan
terima kasih. Segala budi baik Bapak/Ibu/Saudara (i), tiada daya peneliti
membalasnya, semoga Allah SWT menilai budi baik Bapak/Ibu/Saudara (i) sebagai
suatu ibadah. Dan segala kerahasiaan, maka identitas Bapak/Ibu/Saudara (i) kami akan
rahasiakan.
Identitas Informan
1. Nama : ……………………………….
2. Pekerjaan : ……………………………….
3. Umur : ……………………………….
4. Pendidikan Terakhir : ……………………………….
5. Luas Tanah Garapan : ……………………………….
6. Penghasilan Per bulan : ……………………………….
7. Alamat : ……………………………….
Pertanyaan-pertanyaan
1. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala keluarga merencanakan
pendapatannya melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar
Kabupaten Bima?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
103

...................................................................................................................
2. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala keluarga merencanakan pendapatannya
melalui pekerjaan sampingan/insidentil di Desa Kore Kecamatan Sanggar
Kabupaten Bima?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
3. Bagaimana tanggapan Anda tentang anggota-anggota keluarga merencanakan
pendapatannya melalui pekerjaan rutin di Desa Kore Kecamatan Sanggar
Kabupaten Bima?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
4. Bagaimana tanggapan Anda tentang anggota-anggota keluarga merencanakan
pendapatannya melalui pekerjaan sampingan/insidentil di Desa Kore Kecamatan
Sanggar Kabupaten Bima?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
5. Bagaimana tanggapan Anda tentang manajemen anggaran belanja keluarga dalam
bentuk belanja lebih kecil daripada pendapatan di Desa Kore Kecamatan Sanggar
Kabupaten Bima?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
104

6. Bagaimana tanggapan Anda manajemen anggaran belanja keluarga dalam bentuk


hindari hutang di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
7. Bagaimana tanggapan Anda tentang manajemen anggaran belanja keluarga dalam
bentuk hindari hutang di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
8. Bagaimana tanggapan Anda tentang manajemen anggaran belanja keluarga dalam
bentuk hidup sederhana di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima?
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
9. Bagaimana tanggapan Anda tentang manajemen anggaran belanja keluarga dalam
atur pengeluaran dengan sederhana di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten
Bima?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
105

.............................................................................................................................
10. Bagaimana tanggapan Anda tentang manajemen anggaran belanja keluarga dalam
bentuk jadikan tabungan sebagai pengeluaran pertama di Desa Kore Kecamatan
Sanggar Kabupaten Bima?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
11. Bagaimana tanggapan Anda tentang manajemen anggaran belanja keluarga dalam
bentuk bayar tagihan sesegera mungkin di Desa Kore Kecamatan Sanggar
Kabupaten Bima?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
12. Bagaimana tanggapan Anda tentang manajemen anggaran belanja keluarga dalam
sepakat antara suami dan istri di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
13. Bagaimana tanggapan Anda tentang penyimpangan keuangan keluarga dalam
bentuk tabungan pada bank di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
106

.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
14. Bagaimana tanggapan Anda tentang penyimpangan keuangan keluarga dalam
bentuk investasi barang tidak bergerak di Desa Kore Kecamatan Sanggar
Kabupaten Bima?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
15. Bagaimana tanggapan Anda tentang penyimpangan keuangan keluarga dalam
bentuk investasi barang bergerak di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten
Bima?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
16. Bagaimana tanggapan Anda tentang penyimpangan keuangan keluarga dalam
bentuk investasi modal usaha di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
17. Bagaimana tanggapan Anda tentang pengendalian keuangan keluarga dalam
bentuk transparan (keterbukaan) di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten
Bima?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
107

.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
18. Bagaimana tanggapan Anda tentang pengendalian keuangan keluarga dalam
bentuk akuntabilitas (dapat dipertanggung jawabkan penggunaannya) di Desa
Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
19. Bagaimana tanggapan Anda tentang pengendalian keuangan keluarga dalam
bentuk responsibilitas (dipertanggung jawabkan secara moral) di Desa Kore
Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
20. Bagaimana tanggapan Anda tentang pengendalian keuangan keluarga dalam
bentuk independensi (kemandirian) di Desa Kore Kecamatan Sanggar Kabupaten
Bima?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
108

21. Bagaimana tanggapan Anda tentang pengendalian keuangan keluarga dalam


bentuk fair (semua yang dilakukan harus dengan dasar rasa keadilan) di Desa Kore
Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
$$$=== $$$

Anda mungkin juga menyukai