TUJUAN
Mendapatkan data dasar untuk proses keperawatan berikutnya
Mengidentifikasi apakah suhu tubuh dalam batas normal
Menentukan perubahan suhu tubuh sebagai respon terapi tertentu
(mis, pada pemberian antipiretik, terapi immunosuppressive, prosedur
invasive)
Memonitor klien yang beresiko mengalami gangguan suhu tubuh (mis,
pada klien yang beresiko terkena infeksi atau didiagnosa infeksi)
FOKUS PENGKAJIAN
a. Tanda klinis demam/Hipertermi:
1. Pada tahap onset/awal:
HR meningkat; RR meningkat dan dalam; menggigil akibat
peningkatan kontraksi dan ketegangan otot; pucat dan kulit dingin
akibat vasokonstriksi, mengeluh kedinginan, kuku sianosis akibat
vasokonstriksi, “merinding”, keringat berhenti, suhu meningkat
2. Pada tahap course/perjalanan:
Tidak ada rasa dingin, kulit hangat, meriang, RR meningkat, HR
meningkat, Haus meningkat, dehidrasi ringan-sedang, lesi pada mulut,
hilangnya nafsu makan, lesu, lemah dan kaku otot akibat katabolisme
protein
3. Pada tahap Defervescence (fever abatement);
Kulit tampak kemerahan dan terasa hangat, berkeringat, menggigil
mulai menurun, dehidrasi mungkin terjadi
1
c. Tempat Pengukuran suhu tubuh
Tempat Keuntungan Kerugian
Oral Mudah Bila mengunakan Termometer air raksa
dilakukan dan kaca mudah pecah jika tergigit, KI
sesuai/cocok untuk anak dibawah 6 tahun dan klien
yang mengalami penurunan kesadaran
Ketidak-akuratan jika klien baru makan,
dan minum yang panas atau dingin,
atau merokok
Ketidak-akuratan jika klien bernafas
melalui mulut,KI pada klien dengan
pembedahan hidung
Rectal Perngukuran Tidak nyaman atau kurang
yang paling menyenangkan klien, sulit untuk klien
dipercaya yang tidak bisa miring
Menyebabkan cedera pada klien
pembedahan rectum
Tempatkan termometer pada lubang
anus
Termometer rectal tidak berespon cepat
terhadap perubahan suhu pada arteri,
tapi dapat berbahaya pada klien demam
karena dapat memberikan hasil yang
salah
Adanya feses dapat mempengaruhi
penempatan termometer. Jika feses
lunak, termometer dapat menyela feses
tanpa mendesak dinding rectum. Jika
feses keras, kedalaman insersi
termometer menjadi kurang.
Pada bayi baru lahir dan infants, insersi
termometer rectal dapat menyebabkan
ulserasi dan perforasi. (Biasanya
penggunaan termometer rectal tidak
dianjurkan pada usia tersebut)
Aksila Paling aman Termometer harus ditempatkan pada
dan non ketiak lebih lama dari pengukuran lain
invasive
Membrana Mudah, Alat mahal. Kurang nyaman dan
timpani mencerminkan menyebabkan resiko mencederai
temperatur membran jika insersi terlalu dalam
tubuh utama
2
d. Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Usia
Variasi suhu tubuh berdasarkan usia
Usia Suhu rata-rata Usia Suhu rata-rata
Newborn Aksila: 36.1-37.7 C Adult Oral: 37.0 C
1 tahun Oral: 37.7 C Aksila: 36.4 C
3 tahun Oral: 37.2 C Rektal: 37.6 C
5 tahun Oral: 37.0 C Forehead: 34.4 C
Lansia Oral: 36.0 C Tympanic: 37.7 C
Fundamentals of nursing, Kozier: 1995
PERALATAN
Termometer: oral, rectal, aksila, atau timpani
Jely: jika mengukur suhu rectal
Handuk/tisu: jika mengukur suhu aksila
Sarung tangan: jika mengukur suhu rectal
Cairan sabun hangat, air biasa/dingin, desinfektan: untuk mencuci
termometer air raksa
TINDAKAN/PROSEDUR
1. Ucapkan Basmallah
2. Cuci Tangan
3. Salam Terapeutik
4. Informed consent dan kontrak waktu
5. Persiapan Klien
Pastikan metode apa yang akan digunakan pada klien
Untuk pengukuran di oral
Tanyakan waktu terakhir klien makan atau minum yang panas dan
dingin, atau merokok. Untuk memastikan hasil pengukuran yang
akurat, memberikan jeda waktu antara waktu intake klien dengan
pengukuran suhu
3
Untuk pengukuran di rectal
Bantu atur posisi klien pada posisi lateral. Tempatkan bayi pada
posisi lateral atau tengkurap. Tempatkan anak ke-anak pada posisi
lateral dengan lutut ditekuk, atau posisi tengkurap diatas lutut
(knee-chest)
Berikan privasi sebelum menggulung selimut untuk membuka
bagian bokong. Privasi sangat penting, sebab terbukanya bagian
bokong menimbulkan rasa malu pada klien.
Untuk pengukuran di aksila
Buka aksila klien. Jika aksila lembab, keringkan dengan handuk
atau tisu dengan mengusapnya. Suhu lembab mempengaruhi hasil
yang akan didapatkan
6. Persiapan Alat
Keluarkan termometer dari tempatnya, dan cek angka suhu pada
termometer
Turunkan suhu termometer jika diatas 35C untuk termometer air
raksa, cara mengocok termometer: pegang termometer pada
bagian 1/3 akhir diantara ibujari dengan empat jari lain. Ayunkan
termometer kebawah sampai suhu dibawah 35C
7. Pengukuran Suhu
Untuk Suhu Oral
Tempatkan ujung termometer dibawah lidah ke kanan/kiri
frenulum dari lipatan sublingual posterior.Termometer dapat
mencerminkan suhu tubuh utama jika ditempatkan di pembuluh
darah yang besar yaitu didaerah lipatan bawah lidah.
Minta klien untuk menutup bibir disekitar termometer, bukan gigi.
Jika termometer tergigit akan pecah dan mencederai mulut.
Biarkan termometer selama 2 – 3 menit jika menggunakan
termometer air raksa, 10 – 20 detik jika menggunakan termometer
digital
Untuk Suhu Rektal
Beri jelly diatas tisu kemudian oleskan pada ujung pengukur
termometer sekitar 2,5 cm. Jelly memudahkan insersi termometer
tanpa mengiritasi membran mukosa.
Pakai sarung tangan disposable pada kedua tangan. Tangan
nondominan memegang bagian atas bokong klien kemudian
membukanya untuk melihat anus
Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam, dan masukkan
termometer kedalam anus, pada bayi 1.5cm, pada anak-anak
2.5cm, dan 3.5cm pada dewasa. Mengambil nafas dalam akan
merelaksasikan otot sphincter eksternal, sehingga memudahkan
insersi.
4
Jangan paksa insersi termometer terutama jika ada tahanan.
Kesulitan memasukkan termometer pada rectum bayi baru lahir
mengindikasikan rectum yang belum paten/sempurna.
Tempatkan termometer selama 2 menit , pada neonatus
tempatkan termometer selama 5 menit, jika klien anak-anak jaga
termometer agar tetap pada tempatnya
Untuk Suhu Aksila/Ketiak
Tempatkan termometer pada aksila klien
Anjurkan klien menyilangkan tangannya ke dada, untuk menjaga
termometer pada tempatnya
Tempatkan termometer pada tempatnya selama 9 menit. Untuk
infant dan anak-anak tempatkan termometer selama 5 menit
8. Mengambil termometer
Ambil termometer dengan menggunakan tisu, usap termometer
dengan gerakan melingkar menuju ujungnya. Untuk mengurangi
kontaminasi termometer
9. Membaca termometer
Tempatkan termometer sejajar mata, batas atas cairan merkuri
merupakan suhu klien. Pada termometer celcius setiap garis
panjang memperlihatkan 0,5 derajat, dan garis pendek 0,1 derajat
10.Membersihkan dan menurunkan suhu termometer
Cuci termometer dalam cairan sabun hangat. Membersihkan
termometer dari benda organic seperti mucus. Benda organic pada
termometer dapat mengandung mikroorganisme.
Bilas termometer dengan air biasa/dingin. Air panas dapat
meningkatkan level air raksa dan memecahkan termometer.
Bilas termometer dengan cairan desinfektan (ms, saflon)
Kemudian turunkan level air raksa pada termometer dengan cara
mengocoknya sama dengan cara persiapan alat diatas. Apabila
tidak dipakai lagi simpan termometer pada tempatnya.
11.Mencatat hasil pengukuran
Catat hasi pengukuran pada lembaran rekam medik klien,
penulisan yang benar, ms: 37,2 C pada aksila, atau 98,4 F per
rektal.
Fokus Evaluasi
Bandingkan pengukuran suhu dengan rentang normal berdasarkan
usia, dan suhu tubuh klien sebelumnya.
Tentukan tindak lanjut yang tepat seperti kolaborasi dengan dokter,
pemberian obat, atau merubah lingkungan klien.Termasuk juga
mengajarkan klien bagaimana meningkatkan atau menurunkan suhu
tubuh.
5
I.2 PENGKAJIAN NADI PERIFER
TUJUAN
Untuk mendapatkan data dasar
Untuk mengidentifikasi apakah frekuensi nadi dalam batas normal
Untuk menentukan apakah ritme nadi regular dan memiliki volume
yang cukup
Untuk membandingkan kualitas nadi perifer pada bagian tubuh yang
berbeda
Untuk memonitor dan mengkaji perubahan dalam status klien
Untuk memonitor klien dengan resiko gangguan nadi (ms: pada klien
dengan riwayat penyakit jantung, demam)
DEFINISI NADI
Aliran darah yang disebabkan oleh kontraksi ventrikel kiri jantung. Secara
umum nadi mencerminkan stroke volume dan jumlah darah yang
memasuki arteri setiap kontraksi ventrikel.
FOKUS PENGKAJIAN
Tanda klinis gangguan kardiovaskular: dyspnea, fatigue, pucat,
sianosis, palpitasi, syncope, penurunan perfusi perifer
Faktor yang mempengaruhi nadi (status emosional, dan tingkat
aktifitas)
Penentuan titik nadi yang tepat
TITIK NADI
Radial : Mudah dilakukan
Temporal : Digunakan jika nadi radial tak dapat dikaji
Carotid : Digunakan pada infant, digunakan pada
kasus cardiac
arrest, untuk menentukan sirkulasi ke otak
Apical : Sering digunakan pada infant dan anak-anak sampai
usia 3th, digunakan untuk menentukan ketidaksesuaian
6
dengan nadi radial
Femoral : Digunakan pada kasus cardiac arrest,
digunakan pada
bayi & anak, digunakan untuk menentukan sirkulasi ke kaki
Brachial : Digunakan selama cardiac arrest pada bayi
Popliteal : Digunakan untuk menentukan sirkulasi ke
kaki bagian
bawah (leg), Digunakan untuk mengukur tekanan
darah kaki (leg)
Posterior tibial : Digunakan untuk menentukan sirkulasi
ke kaki
Dorsalis pedis : Digunakan unuk menentukan sirkulasi
ke kaki
7
0 Nadi tidak terdeteksi
1+ Bergetar, denyutan lemah, mudah menghilang jika
ditekan, nadi kadang ada kadang tidak
2+ Nadi ada tetapi sulit dipalpasi
3+ Nadi normal
4+ Denyutan hiperaktif, mudah dipalpasi
Kualitas nadi normal biasa dideskripsikan sebagai denyutan yang
penuh, kuat, dan mudah dipalpasi. Kualitas nadi mencerminkan stroke
volume, elastisaitas arteri, dan keadekuatan aliran darah. Jika stroke
volume menurun seperti pada perdarahan hebat, denyutan seperti getar,
dan sulit dipalpasi pada arteri perifer. Nadi biasanya lebih mudah dipalpasi
pada area sentral seperti carotid dan femoral.
PERALATAN
Jam dengan penunjuk detik
TINDAKAN/PROSEDUR
1. Ucapkan Basmallah
2. Cuci Tangan
3. Salam Terapeutik
4. Informed consent dan kontrak waktu
5. Persiapan klien
Tentukan titik nadi yang akan dikaji. Biasanya nadi radial yang
diambil, kecuali nadi tersebut tidak dapat dikaji
Siapkan klien dalam posisi yang nyaman. Saat mengkaji nadi radial,
letakkan tangan klien dalam keadaan rileks disamping tubuh dan
telapak tangan menghadap keatas. Atau dengan menempatkan
tangan diatas dada dan telapak tangan menghadap kebawah.
5. Palpasi dan hitung nadi
Tempatkan dua atau tiga jari tengah diatas titik nadi. Ibu jari tidak
dapat digunakan karena ibu jari memiliki denyut nadi yang dapat
menyebabkan kesalahan penghitungan nadi
Hitung nadi selama satu menit penuh.
6. Kaji ritme nadi dan volume
Kaji ritme nadi dengan memperhatikan pola interval antar
denyutan. Nadi normal memiliki periode interval yang sama
Kaji volume nadi. Nadi normal dapat dirasakan dengan tekanan
yang cukup dan tekanan tersebut sama untuk tiap denyutan
7. Dokumentasi dan laporkan data
Catat kecepatan, ritme, dan volume nadi
Laporkan jika ada kulit yang pucat dan dingin; takikardi atau
bradikardi; volume yang abnormal; nadi irregular.
FOKUS EVALUASI
8
1. Bandingkan nadi dengan rentang normal berdasarkan umur klien.
2. Hubungkan kecepatan dan volume nadi terhadap tanda-tanda vital lain
dan status kesehatan.
3. Jika mengkaji nadi perifer evaluasi kesamaan, kecepatan dan volume
pada ekstremitas sebelahnya.
4. Tentukan tindak lanjut yang tepat seperti menghubungi dokter dan
kolaborasi pemberian obat.
I.3 PENGKAJIAN PERNAFASAN
TUJUAN
1. Untuk mendapatkan data dasar sehingga dapat dibandingkan dengan
pengukuran selanjutnya
2. Untuk memonitor adanya respirasi yang tidak abnormal dan
perubahan pola respirasi
3. Untuk mengkaji respirasi sebelumpemberian obat, contoh: morfin
4. Untuk memonitor respirasi setelah pemberian anestesi umum atau
obat lain yang mempengaruhi respirasi
5. Untuk memonitor klien yang beresiko terhadap gangguan respirasi
(ms: klien demam, nyeri, kecemasan akut, COPD, infeksi respirasi,
edema paru, trauma dada atau konstriksi, cedera batang otak)
DEFINISI PERNAFASAN
Adalah upaya nafas yang terdiri dari inspirasi atau inhalasi yaitu
masuknya udara ke paru-paru dan ekspirasi atau ekshalasi yaitu
keluarnya udara dari paru-paru ke luar. Ventilasi adalah gerakan udara
masuk dan keluar paru-paru.
FOKUS PENGKAJIAN
1. Mengidentifikasi faktor-faktor resiko terjadinya gangguan status
respirasi (trauma dada, penyakit respirasi, riwayat merokok, obat
penekan pernafasan)
2. Mengkaji tanda-tanda dan gejala fisik adanya gangguan status
respirasi (sianosis, clubbed fingers, penurunan kesadaran, nyeri
selama inspirasi, dispnea, batuk)
3. Kulit dan membran mukosa (sianosis atau pucat)
4. Tanda-tanda anoxia cerebral (ms. Iritabilitas, tidak dapat istirahat,
atau kehilangan kesadaran)
5. Pergerakan dada (ms. Retraksi dinding dada)
6. toleransi aktifitas
9
Bayi 35 (30 – 80) x/menit Remaja 18 (15 – 20) x/menit
1 thn 30 (20 – 40) x/menit Dewasa 16 (12 – 20) x/menit
5-8 thn 20 (15 – 25) x/menit Lansia
16 (15 – 20) x/menit
10 thn 19 (15 – 25) x/menit (>70 th)
Fundamentals of nursing, Kozier: 2005
ISTILAH PERNAFASAN
Pola Nafas
Kecepatan:
Eupnea: nafas normal
Tachypnea: nafas cepat dan dangkal
Bradypnea: nafas lambat yang abnormal
Apnea: tidak adanya nafas
Volume:
Hiperventilasi: ekspansi paru yang berlebihan dengan karakteristik
nafas cepat dan dalam
Hipoventilasi: ekspansi paru yang rendah dengan karakteristik
nafas dangkal
Ritme:
Pernafasan cheyne-stokes: meningkat dan menurunnya (hilangnya)
respirasi secara ritmik, dari nafas yang sangat dalam sampai
sangat dangkal sisertai periode apnea
Kemampuan untuk bernafas:
Dyspnea: kesulitan selama bernafas yang bersifat persisten,
pemenuhan oksigen yang kurang dan merasa sesak
Orthopnea: Kemampuan bernafas hanya bila pada posisi duduk
atau berdiri
Bunyi nafas
Stridor (ngorok): suara nafas yang tinggi, rebut dan tajam
terdengar selama inspirasi akibat obstruksi laryngeal.
Stertor: ngorok atau nafas sonor biasanya akibat obstruksi
sebagian pada saluran nafas atas
Wheeze: bunyi nafas yang terus menerus, berfrekuensi tinggi,
seperti siulan terjadi selama ekspirasi dan kadang pada inspirasi
ketika udara bergerak melewati saluran nafas yang konstriksi atau
tersumbat sebagian
Bubbling: bunyi ribut (seperti gelembung) terdengar saat udara
melewati secret yang lembab pada saluran pernafasan.
Pergerakan dada
Retraksi interkostal: tarikan diantara tulang rusuk
Retraksi substernal: tarikan dibawah tulang dada
Retraksi suprasternal: tarikan diatas klavikula
10
Sekresi dan Batuk
Hemoptysis: adanya darah dalam sputum
Batuk produktif: batuk yang disertai secret
Batuk nonproduktif: batuk kering tanpa secret
PERALATAN
Jam tangan dengan penunjuk detik
TINDAKAN/PROSEDUR
1. Ucapkan Basmallah
2. Cuci Tangan
3. Salam Terapeutik
4. Persiapan klien
Untuk pemeriksaan rutin perhatikan jadwal aktifitas klien dan
tentukan waktu yang tepat untuk mengkaji klien. Jika klien selesai
beraktifitas berikan waktu untuk beristirahat beberapa menit.
Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, kenapa hal ini
penting, & bagaimana klien dapat bekerjasama. Diskusikan
bagaimana hasil yg didapat dipergunakan dalam perawatan klien.
Jaga privasi klien
5. Observasi atau palpasi dan hitung frekuensi pernafasan klien.
Ukurlah pernafasan klien tanpa disadarinya, sebab kesadaran klien
dapat menyebabkan klien mengatur pernafasannya. Untuk
mengantisipasi hal tersebut tempatkan tangan klien di dadanya,
untuk merasakan pergerakan dada saat bernafas, atau tempatkan
tangan klien menyilang dada dan observasi pergerakan dada
sambil mengukur nadi radial.
Hitung frekuensi pernafasan selama 30 menit jika respirasi teratur,
dan hitung selama 60 detik jika tidak teratur. Satu inhalasi dan
ekshalasi dihitung sebagai satu kali respirasi.
6. Observasi kedalaman, ritme, dan karakter respirasi.
Observasi kedalaman pernafasan dengan memperhatikan gerakan
dada. Pada pernafasan dalam volume udara yang bertukar cukup
besar; Pernafasan dangkal jumlah udara yang bertukar sedikit.
Observasi ritme pernafasan apakah teratu atau tidak. Normalnya
pernafasan bersifat teratur pada ekspirasi dan inspirasinya.
Observasi karakter pernafasan: suara yang dihasilkan dan tenaga
yang dibutuhkan. Normalnya respirasi tidak bersuara dan tidak
mengeluarkan tenaga.
7. Dokumentasikan kecepatan/frekuensi, kedalaman, ritme, dan karakter
pernafasan klien pada rekam medis klien dengan tepat. Ms: 20x/mt,
dangkal, teratur, normal.
FOKUS EVALUASI
11
a. Hubungkan kecepatan respirasi dengan tanda vital lainnya. Kolaborasi
dengan dokter jika pernafasan klien diatas atau dibawah normal &
catat perubahan yang terjadi bandingkan dengan pengkajian
sebelumnya (ritme pernafasan yang tidak teratur; kedalaman
pernafasan yg tidak adekuat; adanya keluhan diyspnea, karakter
pernafasan yg abnormal ms; orthopnea, wheezing, stridor, bubbling)
b. Tentukan tindak lanjut yang tepat, ms. Pemberian obat, perubahan
posisi untuk memudahkan bernafas, kolaborasi dengan dokter.
I.4 PENGKAJIAN TEKANAN DARAH
TUJUAN
1. Untuk mendapatkan data dasar pengukuran tekanan arteri untuk
evaluasi selanjutnya.
2. Untuk menentukan status hemodinamik klien (ms. Stroke volume dan
tegangan pembuluh darah)
3. Untuk mengidentifikasi dan memonitor perubahan dalam tekanan
darah akibat proses penyakit dan terapi medis (ms. Adanya riwayat
penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal, shock, nyeri akut)
FOKUS PENGKAJIAN
1. Tanda dan gejala dari hipertensi (ms. Sakit kepala, telinga
berdengung, wajah kemerahan, mimisan, kelelahan)
2. Tanda dan gejala hipotensi (ms. Takikardia, pusing, gangguan mental,
tidak dapat beristirahat, kulit dingin dan basah, kulit pucat atau
sianosis)
3. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah (ms. Aktifitas, stress
emosional, nyeri, dan waktu terakhir klien merokok atau minum
kafein)
12
Fundamentals of nursing, Kozier: 1995
PERALATAN
1. Stetoskop
2. Manset yang sesuai dengan ukuran tangan klien
3. Sphygmomanometer
13
Pastikan klien tidak merokok atau mengkonsumsi kafein dalam 30
menit sebelumpemeriksaan
5. Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, alasan, dan
bagaimana klien dapat bekerjasama. Diskusikan bagaimana pengaruh
yang didapat terhadap perawatan selanjutnya.
6. Jaga privasi klien.
7. Atur posisi klien dengan tepat
Klien dewasa sebaiknya duduk kecuali ada indikasi tertentu. Kedua
kaki sejajar diatas lantai. Jika kaki menyilang lutut dapat
meningkatkan tekanan sistolik dan diastolic.
Siku sebaiknya fleksi ringan dengan telapak tangan menghadap ke
atas dan lengan atas ditopang sejajar jantung. Normalnya tekanan
darah diperiksa dalam keadaan duduk, berdiri, dan duduk.
Tekanan darah meningkat jika lengan dibawah letak jantung dan
menurun jika lengan diatas letak jantung.
8. Pasang manset pada lengan atas dengan bagian tengahnya tepat
diatas arteri brakhialis. Untuk dewasa tempatkan manset 2,5 cm diatas
area antecubital.
9. Jika pemeriksaan ini adalah yang pertama bagi klien, lakukan palpasi
pendahuluan untuk menentukan tekanan sistolik. Palpasi menentukan
tekanan maksimal dari manometer yang perlu dipompakan. Hal ini
juga mencegah penentuan sistolik yang terlalu rendah atau penentuan
diastolic yang terlalu tinggi sehingga terjadi auscultatory gap.
Palpasi arteri brakhialis dengan tiga jari tangan
Tutup pompa manset dan kunci.
Pompa manset hingga arteri brakhialis tidak teraba. Pada tekanan
tersebut darah tidak dapat melalui arteri. Catat tekanan saat nadi
tidak teraba. Hal ini memberikan estimasi tekanan maksimal yang
dibutuhkan untuk mengukut tekanan sistolik.
Lepaskan tekanan pada manset, dan tunggu 1-2 menit sebelum
melakukan melakukan pengukuran yang lebih jauh. Periode
menunggu memberikan kesempatan darah untuk mengalir dan
mencegah pembacaan sistolik yang salah.
10. Posisikan stetoskop dengan tepat.
Bersihkan earpieces dengan alcohol atau disinfektan yang
direkomendasikan.
Pasang bagian telinga dari stetoskop dengan tepat ditelinga. Suara
akan terdengar dengan baik jika bagian telinga sesuai dengan
anatomi lubang telinga.
Tempatkan bagian bell dari stetoskop diatas nadi brachialis.
Tekanan darah merupakan suara dengan frekuensi rendah
sehingga lebih baik didengar oleh bagian bell.
11. Auskultasi tekanan darah klien
14
Pompa manset sampai 30 mmHg diatas angka saat nadi brachialis
hilang.
Buka kunci manset dengan hati-hati dan turunkan tekanan 2-3
mmHg per detik. Jika kecepatan penurunan terlalu cepat atau
terlalu lambat kesalahan pengukuran dapat terjadi.
Saat menurunkan tekanan, perhatikan manometer pada lima fase
korotkoff, jika mungkin.
Lepaskan manset dengan cepat bila bunyi telah menghilang.
Tunggu 1 – 2 menit sebelum melakukan pengukuran ulang.
Ulangi pengukuran 1-2 kali bila dibutuhkan untuk mendapatkan
hasil yang akurat.
12. Jika ini adalah pengukuran tekanan darah pertama bagi klien ulangi
pada tangan yang lain. Kemungkinan terjadi perbedaan sekitar
10mmHg.
13. Buka manset.
14. Bersihkan manset dengan desinfektan (jika memungkinkan). Hal ini
untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi.
15. Dokumentasikan dan laporkan hasil pengkajian. Catat dua tekanan
contoh ”130/80mmHg”, dimana ”130” adalah sistolik (fase 1) dan
”80”adalah diastolik (fase 5). Atau tuliskan dalam 3 tekanan contoh:
“130/110/90mmHg”, dimana “130” adalah sistolik, “110” diastolik
pertama (fase 4), dan “90” adalah diastolik kedua (fase 5).
FOKUS EVALUASI
1. Bandingkan tekanan darah dengan tanda vital, data dasar, dan status
kesehatan.
2. Laporkan jika ada perubahan yang signifikan pada tekanan darah
klien. Juga laporkan jika menemukan:
Tekanan sistolik diatas 140mmHg
Tekanan diastolik diatas 90mmHg
Tekanan sistolik dibawah 100mmHg
3. Tentukan tindak lanjut yang tepat seperti kolaborasi pemberian obat.
TINDAKAN AKHIR
Setelah melakukan pengukuran tanda-tanda vital diatas lakukanlah:
1. Kontrak selanjutnya dan terminasi
2. Salam terapeutik
3. Cuci tangan
4. Akhirilah dengan membaca hamdallah
15