Anda di halaman 1dari 36

Imunisasi untuk

Anak dengan HIV


Dyani Kusumowardhani
Satgas HIV IDAI
Tujuan Pembelajaran

Menjelaskan pentingnya imunisasi untuk


anak dengan human immunodeficiency
virus (HIV)/AIDS
Mendiskusikan imunisasi spesifik yang
tersedia untuk pasien yang terinfeksi HIV
Mengerti efek samping yang mungkin
terjadi dengan pemberian imunisasi pada
penderita yang terinfeksi HIV
Pentingnya Imunisasi pada
Anak yang Terinfeksi HIV
 Salah satu cara termudah untuk mencegah penyakit
berbahaya
 Membantu anak HIV yang lebih rentan terinfeksi
penyakit yang dapat dicegah, akibat berada dalam
keadaan imunokompromi.
 Imunisasi umumnya aman dan menguntungkan
untuk penderita yang terinfeksi HIV
Respon Imun

 Respon imun terhadap vaksinasi bervariasi, bergantung pada


vaksin tersebut dan status imun individu

 Disfungsi sistem imun yang terjadi seiring progresifitas infeksi HIV


dapat menyebabkan respon imun yang kurang efektif terhadap
imunisasi, namun respon ini bergantung pada sistem imun
penderita saat menerima vaksin

 Secara umum, vaksin bekerja terbaik bila penderita HIV memiliki


hitung CD4 di atas 200

 Imunisasi pada anak yang terinfeksi HIV dilakukan secepat


mungkin agar mereka dapat membuat respon protektif yang
efektif sebelum terjadi kegagalan sistem imun mereka
Mekanisme Pertahanan tubuh
1. Non-spesifik (innate):
alamiah, sudah ada sejak lahir, reaksi cepat
tidak bergantung pada jenis antigen tertentu

2. Spesifik (adaptif):
reaksi lebih lambat, ada sifat “memori”
bergantung pada jenis antigen tertentu
Imunitas terhadap Infeksi

Berdasarkan cara dihasilkannya:


1. Aktif: dibuat oleh tubuh sendiri terhadap
rangsangan patogen atau antigen tertentu (a.l.:
imunisasi)
2. Pasif: tubuh tidak membuatnya sendiri, melainkan
dibuat oleh tubuh orang lain (imunoglobulin)
atau berasal dari hewan (serum)
Berdasarkan cara mendapatkannya:
1. Alamiah (Naturally-Acquired)
2. Buatan (Artificially-Acquired)
Bagaimana vaksin bekerja ?
Klasifikasi Vaksin

1. Live attenuated
virus, bakteri

2. Inactivated
- Whole cell
viruses , bacteria
- Fractional
protein-based : toxoid ; subunit
polysaccharide-based: pure; conjugat

3. Vaksin rekombinan
Live Attenuated Vaccines

Berasal dari virus liar ("wild“) atau bakteri yang


dilemahkan (weakened)
Masih dapat bermultiplikasi (agar efektif)
Respon imun mirip dengan infeksi alamiah
Biasanya menghasilkan imunitas cukup dengan satu
dosis (kecuali bila diberikan per oral)
Dapat dipengaruhi oleh antibodi dalam sirkulasi
Live Attenuated Vaccines
Viral:
- polio (oral)
- measles, mumps, rubella (MMR)
- varicella/zoster
- yellow fever
- rotavirus
- influenza

Bacterial:
- BCG, oral typhoid
Inactivated Vaccines
Whole Cell
 Viral : polio (injeksi), hepatitis A, influenza
 Bacterial: pertussis, typhoid (oral)

Fractional vaccines
 Subunit : hepatitis B, acellular pertussis,
human papillomavirus
 Toxoid : diphtheria, tetanus
 Pure polysaccharide: pneumococcal, meningococcal
Salmonella Typhi (Vi)
 Conjugate polysaccharide: pneumococcal, meningococcal
Haemophilus influenzae type b
Catatan:
Pertimbangkan secara hati-hati
pemberian imunisasi pada
imunosupresi berat

 Anak dengan HIV yang mempunyai


persentase sel limfosit CD4+ <15%
 Jumlah sel limfosit CD4+ absolut kurang
dari nilai normal sesuai usia
 Bermanifestasi klinis HIV yang sesuai
untuk imunosupresi berat
Catatan:
Pasien dengan kategori defisiensi imun

CD4+ antara 15–25%

Berusia >5 tahun dengan jumlah sel limfosit CD4+ absolut 200–
500

 Anak dengan infeksi HIV yang pernah mengalami


imunosupresi berat, namun telah mengalami perbaikan
sistem imun karena terapi antiretroviral yang adekuat
umumnya mempunyai respon yang baik terhadap imunisasi

 Oleh karena itu, imunisasi dilakukan paling tidak 3 bulan


setelah perbaikan sistem imun, untuk memaksimalkan kerja
respon imun
Issue:
viral load

 Peningkatan viral load HIV terjadi setelah


pemberian vaksin (contoh: influenza):
 Belum diketahui dampak klinisnya
 Peningkatan viral load bersifat transien
 Bukanlah kontraindikasi imunisasi
Berbagai Imunisasi
Vaksin Hepatitis B

 WHO merekomendasikan vaksin Hepatitits B untuk


penderita HIV anak
 Penelitian: tidak ada KIPI yang lebih berat yang
ditimbulkan oleh vaksinasi hepatitis terhadap
penderita HIV anak
 Namun respon antibodi yang timbul terhadap HBV
pada penderita HIV tidak bertahan lama
Vaksin Polio
 Polio telah tereradikasi pada sebagian besar dunia
 Risiko terjadinya KIPI setelah menerima OPV (oral
polio vaccine) pada anak yang terinfeksi HIV
rendah
 Terdapat beberapa kasus anak dengan sindrom
imunodefisiensi primer (kelainan sel B atau X-linked
agammaglobulinemia) yang kemudian terjadi
vaccine-associated paralytic setelah menerima
OPV
Vaksin Polio (2)
 IPV (Inactivated polio vaccine): pilihan yang lebih aman &
dapat diberikan pada anak yang terinfeksi HIV (termasuk
yang simtomatik) serta anggota keluarga lainnya

 WHO merekomendasikan pemberian OPV pada bayi & anak-


anak dengan status HIV yang tidak diketahui atau yang telah
terinfeksi HIV namun masih asimptomatik
 Pemberian mudah
 Kemampuan membentuk herd immunity
 KIPI yang sedikit.
Vaksin Bacille Calmette–Guérin
 Data: anak HIV yang mendapat imunisasi BCG saat
lahir yang kemudian menjadi AIDS maka
pemberian imunisasi BCG akan meningkatkan risiko
untuk terkena infeksi BCG diseminata
 Bayi yang lahir dengan status HIV ibu tidak diketahui
dapat diberikan vaksinasi BCG
Vaksin Diphtheria–Tetanus–
Pertussis

 Vaksin diphtheria–tetanus–pertussis (DTP) dapat diberikan pada


penderita HIV simtomatik ataupun asimtomatik

 Rekomendasi terbaru:

vaksin pertusis aseluler (Tdap) sebagai booster yang rutin


digunakan pada remaja (>11 tahun) boleh diberikan pada
penderita HIV simptomatik ataupun asimtomatik
Vaksin Haemophilus influenzae
tipe B
Vaksin HiB dapat diberikan pada penderita
HIV asimptomatik atau simptomatik
Bayi atau anak dengan imunokompromais
berat, respon imun tidak sebaik anak
imunokompeten
Vaksin Campak
Infeksi campak pada penderita HIV
memiliki risiko untuk menjadi komplikasi
yang berat dengan mortalitas sebesar 40%
WHO merekomendasikan pemberian vaksin
campak pada penderita HIV lebih dini yaitu
umur 6 bulan dan ulangan pada umur 9
bulan
 Pemberian lebih cepat dari jadwal
Vaksin MMR
 Amerika merekomendasikan imunisasi MMR (measles, mumps,
and rubella) pada penderita HIV anak pada usia 12-15 bulan,
ulangan pada usia 4-6 tahun.

 kecuali imunosupresi berat

 Kerabat/kontak erat dengan penderita HIV juga perlu diberikan


vaksin MMR rutin kecuali bila mereka menderita HIV dengan
immunokompromais berat
Vaksin Streptococcus
pneumoniae

Pneumokokus:
 Penyebab paling umum infeksi bakteri invasif
pada anak-anak HIV
 Menyebabkan otitis media, sinusitis dan
pneumonia
 Diberikan imunisasi IPD
Vaksin Rotavirus
 Dapat diberikan bersamaan dengan imunisasi
lainnya (seperti DTP, HIB)
 Vaksin rotavirus dapat diberikan pada saudara
yang tinggal dalam rumah pasien yang
terinfeksi HIV
 Kontraindikasi: bayi terinfeksi HIV dengan
imunosupresi berat
Vaksin Influenza

 Pada penderita HIV anak, influenza dapat


menyebabkan infeksi dan komplikasi yang berat
 Imunisasi influenza diindikasikan untuk penderita
HIV berusia ≥6 tahun dan kerabatnya
 Vaksinasi juga diberikan untuk kerabat atau kontak
erat penderita HIV yang berusia ≥6 bulan
Vaksin Typhoid

 Vaksin polisakarida (polysaccharide vaccine/


PSV) diindikasikan pada pasien berusia ≥ 2 tahun
 Vaksin terpilih untuk penderita HIV yang
imunokompromais
Vaksin Varicella
 Cacar air atau virus varicella-zoster dapat menyebabkan
komplikasi berat seperti pneumonia dan ensefalitis pada
penderita HIV

 Varicella live-attenuated vaccine dapat diberikan pada


anak-anak terinfeksi HIV, kecuali imunosupresi berat

 Anggota keluarga anak yang terinfeksi HIV perlu mendapat


imunisasi dengan vaksin varisela

 Vaksin kombinasi (MMRV) sebaiknya tidak diberikan pada


penderita HIV dengan imunosupresi berat
Vaksin Varicella

 Penderita HIV yang dapat menerima vaksin ini perlu


mendapatkan 2 dosis berselang waktu 3 bulan
segera setelah berusia 1 tahun
 Penderita yang terinfeksi HIV yang belum pernah
sakit cacar air atau menerima vaksin varisela ini dan
kemudian terpapar dengan cacar air perlu
menerima varicella-zoster imunoglobulin (VariZIG)
dalam waktu <96 jam setelah terpapar
 Jika VariZIG tidak tersedia, maka IVIG dapat digunakan
Jadwal Imunisasi untuk
Anak yang Terinfeksi HIV
 Kolaborasi antara The Expanded Program on
Immunizations (EPI) of the World Health Organization
(WHO) dengan UNICEF, merekomendasikan jadwal
imunisasi untuk anak dengan infeksi HIV
 Recommended Immunization Schedule for HIV-
Infected Children Aged 0–6Years
Program WHO untuk Imunisasi pada
Anak yang Terinfeksi atau Terpapar HIV

Vaksin Lahir 6 minggu 10 minggu 14 minggu 9 bulan


BCGa
Hepatitis B x x x x
OPV x x x x
DTP x x x
Haemophilus x x x
influenza B
Campakb x

aTidak diindikasikan untuk bayi atau anak yang diketahui terinfeksi HIV
bKesempatan lain untuk menerima vaksin campak perlu diberikan pada semua anak.
Ini dapat dilakukan sebgai bagian dari kampanye imunisasi atau jadwal rutin

The Expanded Program on Immunizations (EPI) of the World Health Organization (WHO) dengan UNICEF
Jadwal Imunisasi untuk Anak
dengan Infeksi HIV

 WHO juga telah mengeluarkan panduan untuk


pemberian jenis-jenis vaksin yang dapat diberikan
pada anak dengan infeksi HIV yang asimptomatik dan
simptomatik
Imunisasi untuk Pasien yang Terinfeksi HIV
Vaksin Infeksi HIV Infeksi HIV
Asimptomatik Simptomatik
BCG Tidak Tidak
Hepatitis B Ya Ya
Vaksin polio injeksi Ya Ya
DTP Ya Ya
Haemophilus influenza tipe B Ya Ya
Campak Ya Ya
Streptococcus pneumoniae Ya Ya
Rotavirus Ya Ya
Influenza Ya Ya
Varicella-zoster virus Ya Tidak
Typhoid Ya Ya
Hepatitis A Ya Ya
HPV Ya Ya
Neisseria meningitidis Ya Ya
ISSUE:
kewaspadaan baku
 Pada saat memberikan imunisasi pada bayi pajanan HIV
atau terinfeksi HIV: tidak memerlukan pemakaian sarung
tangan

 Namun perlu diperhatikan cara-cara agar tidak tertusuk


jarum

 Apabila tertusuk jarum setelah penyuntikan ke pasien,


memerlukan penilaian baik terhadap pasien maupun
petugas kesehatan sebelum pemberian profilaksis
pascapajanan
Pesan

 Imunisasi memainkan peranan penting dalam pencegahan penyakit


anak-anak.

 Anak-anak yang terinfeksi HIV/AIDS direkomendasikan mengikuti


jadwal imunisasi yang dipercepat.

 Vaksin BCG merupakan vaksin yang paling umum digunakan dan


satu-satunya vaksin yang tersedia untuk Mycobacterium tuberculosis,
namun sebaiknya tidak digunakan pada anak-anak yang terinfeksi
HIV.

 WHO merekomendasikan penggunaan OPV, campak, varisela pada


anak-anak yang terinfeksi HIV asimptomatik di belahan dunia yang IPV
tidak tersedia secara luas

 Selalu melakukan tindakan dengan mengacu kewaspadaan baku

Anda mungkin juga menyukai