Pemimpin berasal dari kata “pimpin” (dalam bahasa Inggris, lead) berarti bimbing dan
tuntun. Dengan demikian, di dalamnya ada dua pihak yang terlibat, yaitu yang dipimpin dan
yang memimpin. Setelah ditambah awalan “pe” menjadi pemimpin (dalam bahasa Inggris,
leader), ia berarti orang yang menuntun atau yang membimbing. Secara etimologi pemimpin
adalah orang yang mampu mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan
pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal
struktur dan pusat proses kelompok.
Terkait dengan hal ini, ada tiga pandangan dalam memahami fenomena kepemimpinan.
Pertama, kepemimpinan tidak memusatkan perhatian pada kekuatan individual, bukan pada
posisi atau status yang ia miliki. Dalam perspektif Weber, sebuah kepemimpinan yang
memusatkan perhatian pada prosedur hukum disebut otoritas hukum. Kedua, tipe
kepemimpinan tradisional yang didasarkan pada kepercayaan yang mapan tentang kesucian
tradisi lama. Status seorang pemimpin ditentukan oleh adat-kebiasaan lama yang dipraktekkan
oleh masyarakat di dalam tradisi tertentu. Ketiga, kepemimpinan bisa dipahami sebagai
kemauan dalam diri seseorang. Di dalam perspektif Weber, kepemimpinan yang memiliki
sumber dari kekuasaan yang terpercaya disebut otoritas kharismatis.
Dalam perspektif al-Qur’an, istilah pemimpin dalam pengertian sebagaimana yang telah
diuraikan dapat merujuk pada term khalīfah, imāmah dan ulu al-amr.
1. Khalifah
Menurut bahasa, kata khalīfah merupakan subjek dari kata kerja lampau khalafa
yang bermakna menggantikan atau menempati tempatnya. Dalam pengertian yang
lainnya, kata ini digunakan untuk menyebut orang yang menggantikan Nabi
Muhammad (setelah beliau wafat) dalam kepemimpinan Islam. Khalifah juga sering
disebut sebagai amīr almu’minīn atau “pemimpin orang yang beriman.”
Kata khalifah sendiri muncul di beberapa ayat dalam :
a. Q.S. Al-Baqarah ayat 30
2. Imamah
Term Arab imāmah berasal dari kata imam. Dalam Maqāyīs al-Lughah
dijelaskan bahwa term imam pada mulanya berarti pemimpin shalat. Imam juga berarti
orang yang diikuti jejaknya dan didahulukan urusannya, demi-kian juga khalifah
sebagai imam rakyat, dan al-Qur’an menjadi imam kaum muslimin. Imam juga berarti
benang untuk meluruskan bangunan. Batasan yang sama dikemukakan juga oleh al-
Asfahāni bahwa al-imam adalah yang diikuti jejaknya, yakni orang yang di-dahulukan
urusannya, atau perkataannya, atau perbuatannya. Imam juga berarti kitab atau
semisalnya. Jamak kata alimam tersebut adalah a’immah. Dalam Al-Qur’an, kata
imamah muncul dalam Q.S. Al-Anbiya ayat 73 :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Di dalam Q.S. Shad ayat 26, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan menguasai dan
mengatur, bersikap adil, dan tidak mengikuti hawa nafsu :
2. Bersikap Adil
Menurut bahasa Arab, adil di sebut dengan kata ‘adilun yang berarti sama
dengan seimbang, dan al’adl artinya tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak
kepada yang benar, tidak sewenang-wenang, tidak zalim, seimbang dan sepatutnya.
Adil merupakan kemampuan memberikan hasil kepada orang yang berhak
menerimanya tanpa ada pengurangan dan meletakkan segala urusan pda tempat ang
sebenarnya tanpa ada aniaya dan mengucapkan kalimat yang benar tanpa ada yang
ditakuti.
DP
Amin, Surahman & Ferry M. Siregar. 2015. Tanzil : Jurnal Studi Al-Qur’an (Pemimpin dan
Kepemimpinan dalam Islam) Volume 1 Nomor 1 tersedia di
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=392049&val=8600&title=Pemimpin%2
0Dan%20Kepemimpinan%20Dalam%20Al-Qur%C3%A2%E2%82%AC%E2%84%A2an
diakses pada tanggal 30 April 2018 pukul 20:09 WIB
Feggy Aristyanto. 2016. Konsep Keadilan dalam Pemasaran pada Citra Swalayan Syariah
Rumbai menurut Ekonomi Islam. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau. Tersedia di http://repository.uin-suska.ac.id/2721/4/BAB%20III.pdf diakses pada
tanggal 30 April 2018 pukul 20:58 WIB
Abu Ukkasyah, Sa’id. 2015. Hawa Nafsu, Lawana tau Kawan?. Artikel. Tersedia di
https://muslim.or.id/24461-hawa-nafsu-lawan-atau-kawan.html diakses pada tanggal 30 Aprl
2018 pukul 21:02 WIB