ACARA IV
IDENTIFIKASI PANJANG DAN KEMIRINGAN LERENG
(HASIL PENGUKURAN DI LAPANGAN DAN PENGOLAHAN DEM
PADA SOFTWARE ARCGIS 10.4)
Dosen Pengampu:
Drs. Didik Taryana, M. Si
Disusun Oleh:
d. ArcToolbox > Spatial Analyst Tool > Extraction > Extract by Mask
e. Melakukan pemotongan dengan clip melalui Analyst tool > extract >
clip (Lakukan clip untuk kota Batu jika DEM yang ditranformasi masih
daerah yang luas)
V. HASIL
1) Pengukuran di Lapangan
Gambar Profilling di Lapangan (terlampir)
Sudut azimuth dari arah utara = N 8º E
Pembacaan abney level segmen 1 = 2°30’
Pembacaan abney level segmen 2 = 6°40’
Pembacaan abney level segmen 3 = 0°20’
2) Pengolahan DEM pada ArcGIS 10.4
Gambar Profilling Pengolahan DEM pada ArcGIS 10.4
Sumber: Hasil Praktikum Kelompok 2
Perhitungan Kemiringan Lereng
Untuk Derajat
𝐷𝑒𝑝𝑎𝑛
tan α =
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔
18 𝑚
=
293 𝑚
= 0,061
α = 3,49° = 3,5°
Untuk Persen
𝐷𝑒𝑝𝑎𝑛
% = 𝑥 100%
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔
18 𝑚
= 𝑥 100%
293 𝑚
= 0,061 x 100%
= 6,1 %
VI. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini melakukan pengukuran kemiringan lereng di
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Azimuth yang digunakan sebagai
penampang melintang kemiringan lereng yakni 8° atau N 8° E, ini berarti
penampang memintang yang terbuat tidak jauh dari arah utara. Daerah yang
kami teliti berada di belakang pemukiman dan tertutup oleh semak belukar
serta memiliki topografi yang tidak curam. Bentuklahannya yaitu vulkan yang
terletak di kaki Gunung Arjuno. Unit lahan yang kami ukur berada pada
ketinggian 863 mdpl dan melakukan tiga segmen pengukuran kemiringan.
Segmen pertama memiliki kemiringan 2°30”. Lereng dengan kemiringan
sebesar ini tidak berpotensi besar terjadi erosi, mengingat kemiringan yang
tidak terlalu curam serta permukaan tanahnya yang tertutup oleh semak
belukar sehingga saat terjadi hujan, daerah segmen satu ini tidak berpotensi
terjadi erosi.
Segmen kedua memiliki kemiringan 6°40”. Lereng dengan kemiringan
sebesar ini juga tidak berpotensi terjadi erosi, karena topografi yang cukup
landai dan permukaan tanah yang tertutup oleh semak belukar sehingga
saat terjadi hujan, air tidak langsung menghnatam tanah, air akan diserap
dan sebagian mengalir ke lereng yang lebih rendah dengan potensi
mengangkut tanah tak lebih dari 10%.
Segmen ketiga memiliki kemiringan 0°20”. Lereng dengan kemiringan ini
lebih tidak berpotensi terjadi erosi, mel,ihat lerengnya yang hampir
mendekati datar serta permukaan tanah yang tertutupi oleh semak belukar
sehingga saat hujan turun, airnya akan terinfiltrasi secara berkala dan
sebagian teralirkan ke lereng yang lebih rendah.
Ketiga segmen diatas bila dirata-rata akan menjadi 3,13° atau setara
dengan 5,4%. Sedangkan Perhitungan kemiringan lereng menggunakan
Pengolahan DEM pada ArcGIS 10.4 didapatkan kemiringan keseluruhan
sebesar 3,5° atau setara dengan 6,1%. Dari kedua metode perhitungan diatas
didapatkan selisih sebesar 0,37° atau setara dengan 0,6%. Hal ini
membuktikan bahwa hasil pengukuran lereng menggunakan Pengolahan
DEM pada ArcGIS 10.4 cukup mebantu surveyor untuk menyurvey
kemiringan lereng untuk mengetahui potensi erosi yang ada. Namun
pengukuran manual menggunakan yallon dan abney level memiliki akurasi
data tersendiri karena surveyor datang langsung ke lapangan dan melakukan
pengukuran secara langsung sehingga data kemiringan yang didapat
merupakan data otentik dari hasil hitungan manual surveyor.
VII. KESIMPULAN
- Pengukuran kemiringan manual didapat rata-rata sebesar 3,13° atau 5,4%.
- Pengukuran lereng menggunakan Pengolahan DEM pada ArcGIS 10.4
didapatkan kemiringan keseluruhan sebesar 3,5° atau 6,1%.
- Selisih antara dua metode pengukuran kemiringan lereng sebesar 0,37°
atau setara dengan 0,6%.
- Pengukuran menggunakan DEM pada ArcGIS 10.4 mempersingkat
waktu dan mepermudah surveyor namun pengukuran manual
mendapatkan data yang otentik.