Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan kondisi alamiah yang unik karena meskipun bukan penyakit,
tetapi sering sekali menyebabkan komplikasi akibat berbagai perubahan anatomic serta
fisiologik dalam tubuh ibu. Salah satu perubahan fisiologik yang terjadi adalah perubahan
hemodinamik. Selain itu, darah yang terdiri atas cairan dan sel-sel darah berpotensi
menyebabkan komplikasi perdarahan dan thrombosis jika terjadi ketidakseimbangan faktor-
faktor prokoagulasi dan hemostasis (Sarwono, 2010).
Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)
meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi (Sarwono, 2010).
Anemia secara praktis didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung
eritrosit dibawah batas “normal”. Namun nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit
dipastikan karena ketiga parameter laboratorium tersebut bervariasi selama periode
kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobin dibawah 11 g/dl
atau hematokrit kurang dari 33%. Dalam praktik rutin, konsentrasi Hb < 11 g/dl pada akhir
trimester pertama, dan 10 g/dl pada trimester kedua dan ketiga diusulkan menjadi batas
bawah untuk mencari penyebab anemia dalam kehamilan. Nilai-nilai ini kurang lebih sama
dengan nilai Hb terendah pada ibu-ibu hamil yang mendapat suplementasi besi, yaitu 11,0
g/dl pada trimester pertama dan 10,5 g/dl pada trimester kedua dan ketiga (Sarwono, 2010).
Menurut WHO pada tahun 1993-2005 prevalensi anemia diseluruh dunia tertinggi terjadi
pada anak yang belum sekolah yaitu 47,4%, kemudian pada ibu hamil 41,8%, dan wanita
tidak hamil 30,2%. Prevalensi anemia pada ibu hamil didaerah Afrika yaitu 57,1%, di Asia
Tenggara 48,2%, di Eropa 25,1%, dan Amerika 24,1% (Repository USU).
Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 63,5%. Lautan
J dkk (2001) melaporkan dari 31 orang wanita hamil pada trimester II didapati 23 (74 %)
menderita anemia, dan 13 (42 %) menderita kekurangan zat besi. (Repository USU).
Sementara, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2010 menunjukkan, 80,7%
perempuan usia 10-59 tahun telah mendapatkan Tablet Tambah Darah, namun hanya 18% di
antaranya yang mengonsumsi sebanyak 90 tablet. Data terbaru bahkan menyebutkan bahwa
ibu hamil yang terkena anemia mencapai 40%-50%.
Mengingat tingginya angka ibu hamil yang menderita anemia, juga bahaya yang
ditimbulkan akibat anemia baik untuk ibu maupun janin yang sedang dikandungnya, maka
penting kiranya dilakukan penelitian mengenai faktor penyebab dari anemia pada ibu hamil,
sebagai acuan untuk perbaikan dan pencegahan anemia ibu hamil di kemudian hari.

1
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka akan dilakukan penelitian
mengenai faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
Puskesmas Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh, Bukittinggi.

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran kejadian anemia dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas
b. Diketahuinya gambaran umur ibu hamil di Puskesmas
c. Diketahuinya gambaran paritas ibu hamil di Puskesmas
d. Diketahuinya gambaran usia kehamilan ibu hamil di Puskesmas
e. Diketahuinya gambaran jarak kelahiran ibu hamil di Puskesmas
f. Diketahuinya gambaran pemberian tablet Fe pada saat ANC di Puskesma
g. Diketahuinya gambaran konsumsi vitamin C di Puskesmas
h. Diketahuinya gambaran pendidikan ibu hamil di Puskesmas.
i. Diketahuinya gambaran pekerjaan ibu hamil di Puskesmas.
j. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu hamil di Puskesmas
k. Diketahuinya hubungan umur dengan kejadian anemia.
l. Diketahuinya hubungan paritas dengan kejadian anemia.
m. Diketahuinya hubungan usia kehamilan dengan kejadian anemia.
n. Diketahuinya hubungan jarak kelahiran dengan kejadian anemia.
o. Diketahuinya hubungan pemberian tablet Fe dengan kejadian anemia.
p. Diketahuinya hubungan konsumsi vitamin C dengan kejadian anemia.
q. Diketahuinya hubungan pendidikan dengan kejadian anemia.
r. Diketahuinya hubungan pekerjaan dengan kejadian anemia.
s. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan kejadian anemia.

D. Manfaat penelitian
a) Manfaat Teoritik
Pengembangan substansi ilmu kedokteran khususnya mengenai anemia pada ibu hamil
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
b) Manfaat Metodologi
Mempelajari dan mempraktekkan ilmu metodologi dalam sebuah penelitian “Analisis
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas
Kecamatan Setiabudi Tahun 2013”.
c) Manfaat Aplikatif
 Puskesmas tempat dilakukan penelitian
Menjadi sumber masukan bagi Puskesmas dalam upaya penanganan ibu hamil
yang menderita anemia, serta pencegahan pada ibu hamil lainnya agar dapat
terjadi penurunan angka kejadian anemia pada ibu hamil.
2
 Peneliti
Peneliti dapat mempelajari lebih mendalam mengenai anemia pada ibu hamil,
serta factor yang mempengaruhi. Mengaplikasikan secara langsung ilmu
metodologi penelitian, sekaligus memenuhi salah satu syarat kelulusan stase
KKOM I.

E.Ruang lingkup penelitian


Penelitian ini di lakukan di Puskesmas. Sebagai responden adalah ibu hamil yang
melakukan ANC dengan sampel sebanyak 106 orang. Variabel yang diteliti adalah faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia, yaitu biomedis ibu (umur, paritas, usia
kehamilan, dan jarak kelahiran), konsumsi tablet Fe, konsumsi Vitamin C, dan sosial
ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan) . Dilaksanakan bulan Maret 2018,
penelitian ini menggunakan desain cross sectional, pengumpulan data menggunakan
kuesioner dengan analisis data dilakukan dua tahap yaitu univariat dan bivariat.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Anemia
1. Definisi
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red
cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah
yang cukup ke jaringan perifer. Secara praktis anemia ditunjukkan oleh adanya penurunan
kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim
dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit (Sudoyo, 2009).
Menurut (Corwin, 2009) anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam
sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah, atau keduanya.
Berikut merupakan kriteria anemia menurut WHO (dikutip dari Hoffbrand AV, et al,
2001).
Tabel 1
Kriteria Anemia menurut WHO
Kriteria Anemia Menurut WHO
Kelompok Kriteria Anemia (Hb)
Laki-laki dewasa < 13 gr/dl
Wanita dewasa tidak hamil < 12 gr/dl
Wanita hamil < 11 gr/dl

2. Etiologi
Menurut (Sudoyo, 2009) anemia hanyalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh
berbagai macam penyebab. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena :
A. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang.
1. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit.
a. Anemia defisiensi besi
b. Anemia defisiensi asam folat
c. Anemia defisiensi vitamin B12
2. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
a. Anemia akibat penyakit kronik
b. Anemia sideroblastik
3. Kerusakan sumsum tulang
a. Anemia aplastik
b. Anemia mieloplastik
c. Anemia pada keganasan hematologi
d. Anemia diseritropoietik
e. Anemia pada sindrom mielodisplastik
4. Kehilangan darah (perdarahan).
a. Anemia pasca pendarahan akut
b. Anemia akibat perdarahan kronik

4
B. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis).
1. Anemia hemolitik intrakorpuskular
a. Gangguan membran eritrosit (membranopati)
b. Gangguan ensim eritrosit (enzimopati) : anemia akibat G6PD
c. Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
- Thalassemia
- Hemoglobinopati struktural : HbS, HbE, dll
2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskuler
a. Anemia hemolitik autoimun
b. Anemia hemolitik mikroangiopati
c. Lain-lain

C. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang


kompleks. Berikut ini merupakan klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan
etiologinya:
1. Anemia hipokromik mikrositer
a. Anemia defisiensi besi
b. Thallasemia major
c. Anemia akibat penyakit kronik
d. Anemia sideroblastik
2. Anemia normokromik normositer
a. Anemia pasca perdarahan akut
b. Anemia aplastik
c. Anemia hemolitik didapat
d. Anemia akibat penyakit kronik
e. Anemia pada gagal ginjal kronik
f. Anemia pada sindrom mielodisplastik
g. Anemia pada keganasan hematologik
3. Anemia makrositer
a. Bentuk megaloblastik
1. Anemia defisiensi asam folat
2. Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
b. Bentuk non megaloblastik
1. Anemia pada penyakit hati kronik
2. Anemia pada hipotioroidisme
3. Anemia pada sindrom mielodisplastik

3. Gejala Klinis
Gejala umum anemia adalah gejala yang timbul pada setiap kasus anemia, apapun
penyebabnya, apabila kadar hemoglobin di bawah harga tertentu. Gejala umum anemia ini
timbul karena anoksia organ, mekanisme kompensasi tubuh terhadap berkurangnya daya
angkut oksigen. Gejala umum anemia menjadi jelas apabila kadar hemoglobin telah turun di
bawah 7 g/dl.
5
Berat ringannya gejala umum anemia tergantung pada derajat penurunan hemoglobin,
kecepatan penurunan hemoglobin, usia, adanya kelainan jantung atau paru sebelumnya.
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia, timbul karena iskemik organ
target serta akibat kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu
(Hb < 7g/dl). Sindrom anemia terdiri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging,
mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak napas dan dispepsia. Pada pemeriksaan
pasien tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan
dan jaringan di bawah kuku. Sindrom anemia bersifat tidak spesifik karena dapat ditimbulkan
oleh penyakit di luar anemia dan tidak sensitif karena timbul setelah penurunan hemoglobin
yang berat (Hb < 7g/dl) (Sudoyo, 2009).

4. Diagnosis
Pemeriksaan untuk diagnosis anemia terdiri dari beberapa macam :
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan penunjang diagnostik pokok dalam
diagnosis anemia. Pemeriksaan ini terdiri dari pemeriksaan penyaring (screening
test), pemeriksaan darah seri anemia, pemeriksaan sumsum tulang, pemeriksaan
khusus.
b. Pemeriksaan penyaring
Pemeriksaan penyaring untuk kasus anemia terdiri dari pengukuran kadar
hemoglobin, indeks eritrosit dan hapusan darah tepi. Dari sini dapat dipastikan
adanya anemia serta jenis morfologik anemia tersebut, yang sangat berguna untuk
pengarahan diagnosis lebih lanjut.
c. Pemeriksaan darah seri anemia
Pemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung jenis leukosit, trombosit,
hitung retikulosit dan laju endap darah. Sekarang sudah banyak dipakai automatic
hematology analyzer yang dapat memberikan presisi hasil yang lebih baik.
d. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang memberikan informasi yang sangat berharga
mengenai keadaan sistem hematopoiesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk
diagnosis definitif pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsum tulang
mutlak diperlukan untuk diagnosis anemia aplastik, anemia megaloblastik, serta
pada kelainan hematologik yang dapat mensupresi sistem eritroid.
e. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, misalnya pada :
1) Anemia defisiensi besi : serum iron, TBC (total iron binding acapacity),
saturasi tranferin, protoporfirin eritrosit, feritin serum, reseptor transferin dan
pengecatan besi pada sumsum tulang.
2) Anemia megaloblastik : folat serum, vitamin B12 serum, tes supresi
deoksiuridin dan tes Schiling.
3) Anemia hemolitik : bilirubin serum, test Coomb, elektroforesis hemoglobin
dan lain-lain.
4) Anemia aplastik : biopsi sumsum tulang.
6
Juga diperlukan pemeriksaan non-hemtologik tertentu seperti misalnya pemeriksaan faal
hati, faal ginjal atau faal tiroid (Sudoyo, 2009).

5. Penatalaksanaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi pada pasien anemia adalah
a. Pengobatan hendaknya diberikan berdasarkan diagnosis definitif yang telah
ditegakkan terlebih dahulu.
b. Pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas tidak dianjurkan.
c. Pengobatan anemia dapat berupa :
1) Terapi untuk keadaan darurat seperti misalnya pada perdarahan akut akibat
anemia aplastik yang mengancam jiwa pasien atau pada anemia pasca
perdarahan akut yang disertai gangguan hemodinamik.
2) Terapi suportif.
3) Terapi yang khas untuk masing-masing anemia.
4) Terapi kausal untuk mengobati penyakit dasar yang menyebabkan anemia
tersebut.
Dalam keadaan dimana diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan, kita terpaksa
memberikan terapi percobaan. Disini harus dilakukan pemantauan yang ketat terhadap respon
terapi dan perubahan perjalanan penyakit pasien dan dilakukan evaluasi terus menerus
tentang kemungkinan perubahan diagnosis.
Transfusi diberikan pada anemia pasca perdarahan akut dengan tanda-tanda gangguan
hemodinamik. Pada anemia kronik transfusi hanya diberikan jika anemia bersifat simtomatik
atau adanya ancaman payah jantung. Pada anemia kronik sering dijumpai peningkatan
volume darah, oleh karena itu transfusi diberikan diuretika kerja cepat seperti furosemid
sebelum transfusi (Sudoyo, 2009).
6. Kebutuhan Zat Besi
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di tubuh manusia dan
hewan, yaitu sebanyak 3-5 gr di dalam tubuh manusia dewasa (Almatsier, 2002). Zat gizi besi
(Fe) merupakan kelompok mineral yang diperlukan, sebagai inti dari hemoglobin, unsur
utama sel darah merah. Fungsi sel darah merah itu penting mengingat tugasnya antara lain
sebagai sarana transportasi zat gizi, dan terutama juga oksigen yang diperlukan pada proses
fisiologis dan biokimia dalam setiap jaringan tubuh (Harli, 1999). Sediaoetama (1987)
menyebutkan bahwa zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini
terutama diperlukan dalam hemopoiesis (pembentukan darah), yaitu dalam sintesa
hemoglobin.
Kandungan besi dalam tubuh sangat kecil, yaitu sekitar 35 mg/kg berat badan wanita
atau 50 mg/kg berat badan pria. Besi yang ada dalam tubuh berasal dari tiga sumber, yaitu
besi yang diperoleh dari perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), besi yang diambil dari
cadangan yang tersimpan dalam tubuh, serta besi hasil penyerapan saluran cerna (Winarno,
1997). Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi heme seperti terdapat dalam
hemoglobin dan mioglobin makanan hewani, dan besi non heme dalam makanan nabati. Besi
heme merupakan bagian kecil dari besi yang diperoleh makanan. Akan tetapi yang dapat
diabsorbsi mencapai 25 % sedangkan besi non heme hanya 5 % (Almatsier, 2002).
7
Sumber zat besi yang terpenting dalam diet adalah daging dan hati, ikan dan daging
unggas yang harus dikonsumsi setiap hari karena selain sebagai sumber zat besi, heme juga
dapat mendorong absorbsi besi non heme. Sumber besi non heme yang tinggi kandungan zat
besinya adalah kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau, umbi-umbian, dan buah-buahan
(Darlina, 2003).
7. Dampak Anemia
Keluhan “3L” (lemah, letih, lesu) karena anemia adalah keluhan fisik yang nyata dan
dirasakan oleh penderita anemia (Wijianto, 2002). Di samping itu muka tampak pucat,
kehilangan selera makan, apatis, sering pusing, sulit berkonsentrasi, serta mudah terserang
penyakit (Harli, 1999). Karena menderita kekurangan darah, maka tenaga yang dihasilkan
oleh tubuh berkurang dan badan menjadi cepat lelah. Rasa cepat lelah disebabkan pengolahan
(metabolisme) energi untuk otot tidak berjalan sempurna karena otot kekurangan oksigen.
8. Pencegahan Anemia
 Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, seperti mengkonsumsi pangan
hewani (daging, hati, ikan dan telur) mengkonsumsi pangan nabati (sayuran hijau,
buah buahan, kacang-kacangan, padi-padian) buah-buahan yang segar dan
sayuran yang merupakan sumber vitamin C yang diperlukan untuk penyerapan
besi dalam tubuh. Hindari konsumsi bahan makanan yang mengandung zat
inhibitor saat bersamaan dengan makan nasi seperti teh karena mengandung
tanning yang akan mengurangi penyerapan zat besi.
 Suplemen zat besi yang berfungsi dapat memperbaiki Hb dalam waktu singkat
 Fortifikasi zat besi yaitu penambahan suatu zat gizi kedalam bahan pangan untuk
meningkatkan kualitas pangan.
B. Ibu hamil
1. Definisi
Ibu hamil adalah wanita yang sedang mengandung janin. Sedangkan kehamilan
merupakan urutan kejadian yang secara normal terdiri atas pembuahan, implantasi,
pertumbuhan embrio, pertumbuhan janin, dan berakhir pada kelahiran bayi (Yongky, 2004).
2. Antenatal care (ANC)
a. Definisi Antenatal Care (ANC)
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar (Manuaba, 2010).
b. Tujuan Antenatal Care (ANC)
Menurut Mochtar (2005) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah menyiapkan
seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan,
persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
c. Jadwal kunjungan Antenatal Care (ANC)
Kebijakan kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan dengan ketentuan satu kali pada trimester pertama, satu kali pada
trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga. Dengan pelayanan / asuhan
standar minimal 7T, yaitu :
8
1. Timbang berat badan atau tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Tetanus toxoid
5. Pemberian tablet besi
6. Test laboratorium
7. Temu wicara
3. Anemia pada Ibu Hamil
Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh banyak faktor, yaitu faktor langsung, tidak
langsung dan mendasar. Secara langsung anemia disebabkan oleh seringnya mengkonsumsi
zat penghambat absorbsi zat besi, kurangnya mengkonsumsi promotor absorbsi zat besi non
heme serta adanya infeksi parasit. Adapun kurang diperhatikannya keadaan ibu pada waktu
hamil merupakan faktor tidak langsung.
Faktor-faktor yang Diduga Berhubungan dengan Anemia Ibu Hamil
Faktor dasar Biomedis Ibu Anemia pada ibu
sosial ekonomi hamil
Faktor sosial ekonomi yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan tingkat
pengetahuan merupakan salah satu penyebab mendasar terhadap penyebab anemia.
Faktor biomedis ibu meliputi umur ibu hamil, usia kehamilan, paritas, jarak
kelahiran, konsumsi tablet Fe serta konsumsi Vitamin C.
Angka Kecukupan Vitamin C
Kelompok Umur V itamin C
0 - 11 bulan 40
1 - 3 tahun 40
4 - 9 tahun 45
Pria (tahun)
10 – 12 50
13 – 15 75
16 - 80+ 90
Wanita (tahun)
10 – 12 50
13 – 15 65
16 - 80+ 75
Hamil +10
Menyusui +25
Sumber : Kartono Djoko, 2012
Nilai Vitamin C Berbagai Bahan Makanan
Bahan Makanan (mg) Bahan Makanan (mg)
Daun singkong (275) Jambu monyet (197)
Daun katuk (200) Gandaria (110)
Daun melinjo (150) Jambu biji (45)

9
Daun pepaya (140) Pepaya (78)
Sawi (102) Mangga muda (65)
Kol (50) Mangga masak (41)
Kembang kol (65) Durian (53)
Bayam (60) Kedondong (50)
Kemangi (50) Jeruk manis (45)
Tomat masak (40) Jeruk nipis (27)
Kangkung (30) Nanas (24)
Ketela (30) Rambutan (58)
Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi 1998

Kerangka Teori Kejadian Anemia pada Ibu hamil

10
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep.

Biomedis ibu :

 Umur

 Paritas

 Usia kehamilan

 Jarak kelahiran
Tablet Fe
Kejadian Anemia
Konsumsi Vitamin C

Sosial Ekonomi :

 Pendidikan

 Pekerjaan

 Pengetahuan

B. Hipotesis Penelitian.
1. Ada hubungan antara umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
2. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
3. Ada hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
4. Ada hubungan antara jarak kelahiran dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
5. Ada hubungan antara konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil
6. Ada hubungan antara konsumsi vitamin C dengan kejadian anemia pada ibu hamil
7. Ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
8. Ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
9. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
C. Definisi Operasional.
No Variabel Definisi Operasional Kategori Skala Cara Ukur
Ukur
1. Umur ibu hamil Bilangan yang dihitung dari 1. < 20 tahun dan > Interval Wawancara
tahun kelahiran hingga tahun 35 tahun
penelitian, dinyatakan dalam 2. ≥ 20 tahun sampai
satuan tahun. ≤ 35 tahun
2. Paritas Jumlah persalinan yang 1. Tinggi (> 2) Interval Wawancara
pernah dialami responden. 2. Rendah (≤ 2)
(Saifuddin, 2008)

11
3. Usia kehamilan Bilangan yang dihitung dari 1. Trimester I (0 - 3 Interval Wawancara
hari pertama haid terakhir bulan)
hingga saat dilakukan 2. Trimester II (4 - 6
penelitian, dinyatakan dalam bulan)
satuan bulan. 3. Trimester III ( 7 - 9
bulan)
4. Jarak kelahiran Lama waktu awal kehamilan 1. < 24 bulan Interval Wawancara
saat ini dengan kelahiran 2. ≥ 24 bulan
sebelumnya, dinyatakan
dalam tahun yang beresiko (BKKBN, 1995)
terjadinya anemia.
5. Tablet Fe Salah satu mineral penting a. Tidak rutin Nominal Wawancara
selama kehamilan yang b. Rutin
dikonsumsi oleh responden
(Sunrinah, 2008).

6. Konsumsi Jumlah asupan dari berbagai 1. Kurang Ordinal Food recall


Vitamin C jenis makanan yang 2. Cukup dengan
mengandung vitamin C yang wawancara
dikonsumsi oleh responden
dalam 1x24 jam terakhir.
7. Pendidikan Adalah tingkatan sekolah 1. Tidak sekolah Ordinal Wawancara
formal terakhir yang 2. SD
ditempuh dan diselesaikan 3. SMP
oleh responden sampai 4. SMU
mendapatkan ijazah. 5. PT
8. Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan oleh 1. Bekerja Nominal Wawancara
responden sehari-hari yang 2. Tidak Bekerja
dapat menghasilkan uang
untuk biaya hidup keluarga.
9. Pengetahuan Pengetahuan responden 1. Kurang < 60 % Ordinal Wawancara
tentang anemia pada ibu 2. Sedang 60-80 %
hamil meliputi : pengertian, 3. Baik >80%
penyebab, gejala, dampak, (Khomsan, 2000).
penatalaksanaan, dan
pencegahan.
10. Anemia Kadar Hb responden yang 1. Anemia Nominal Buku
didapatkan dari hasil 2. Tidak Anemia register
pemeriksaan laboratorium: ANC
 Trimester I < 11 g/dl.
 Trimester II&III < 10 g/dl.

12
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan disain cross sectional yaitu suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Artinya, tiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter
atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di puskesmas Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan. Waktu
penelitian bulan April 2013.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Soekidjo Notoadmojo, 2013). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang melakukan ANC di puskesmas dari bulan
Januari sampai Maret 2013 sebanyak 382 orang.
2. Sampel
a. Definisi sampel (teori)
Sampel adalah objek yang diteliti bisa dilakukan seluruh objek atau sebagian, tetapi
hasilnya bisa mewakili atau mencakup seluruh objek yang diteliti (Soekidjo Notoadmodjo,
2013). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari ibu hamil yang terpilih yang
melakukan ANC di puskesmas pada saat penelitian dilakukan.
b. Jumlah sampel
Perhitungan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut :

n = Z21-α/2 P(1-P)

d2

Keterangan :
N = besar sampel minimum
Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) (95% = 1,96)
P = harga proporsi di populasi (0,50)
d = presisi mutlak/kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (10%)
c. Kriteria Sampel
1. Kriteria inklusi: Datang melakukan ANC
2. Kriteria eksklusi : Tidak bersedia sebagai responden
d. Tekhnik pengambilan sampel
Accidental sampling adalah mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau
tersedia suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2013).
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Data primer
b. Data sekunder

13
4. Pengamatan dan pengukuran variabel
a. Umur Ibu
b. Paritas
c. Usia kehamilan
d. Jarak kelahiran
e. Tablet Fe
f. Konsumsi vitamin C
g. Pendidikan
h. Pekerjaan
i. Pengetahuan
j. Anemia
5. Cara Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap responden dan pengisian
kuisioner pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan data primer. Pengumpulan data
dilakukan oleh peneliti. Waktu pengumpulan data yaitu setiap hari kerja selama jam
pemeriksaan dan dilakukan di Puskesmas.
6. Manajemen Data
a. Pengkodean / coding
b. Pengeditan / editing
c. Pemasukan data / entry data
d. Pembersihan / cleaning
7. Analisis data
a. Univariat:
b. Bivariat:
Alur Penelitian
Ibu hamil Izin penelitian

Informed Consent
Tidak setuju

setuju

Pengisian Kuesioner :

Umur ibu hamil, Paritas,Usia kehamilan, jarak kehamilan,Tablet Fe, Pendidikan,Pekerjaan,


Pengetahuan, Anemia

Pengolahan Data

Analisis Data HASIL

14
BAB V
PEMBAHASAN

A.Hubungan umur ibu hamil dengan kejadian anemia


Hasil penelitian ini menyatakan bahwa umur tidak berhubungan dengan kejadian anemia.
Berdasarkan proporsi data usia kehamilan terbanyak pada usia yang tidak berisiko sebesar
64,2%.
Depkes (2002) menyatakan bahwa hamil dan melahirkan dibawah umur 20 tahun
menurut ilmu kesehatan reproduksi masih terdapat bahaya-bahaya tertentu bagi ibu dan
anaknya. Angka kesakitan dan angka kematian ibu dan anak masih sangat tinggi bila umur
wanita tersebut kurang dari 20 tahun.
B. Hubungan Paritas dengan kejadian anemia
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa paritas tidak berhubungan dengan kejadian
anemia. Berdasarkan proporsi data didapatkan kehamilan terbanyak pada paritas rendah
sebanyak 60,4%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Djamilus dan Herlina (2008)
bahwa tidak terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil, ibu
hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami
anemia dibandingkan dengan yang paritas rendah.
Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin besar risiko kehilangan darah
dan berdampak pada penurunan kadar Hb (Wijianto 2002).
C. Hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian anemia
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa usia kehamilan tidak berhubungan dengan
kejadian anemia. Berdasarkan proporsi data didapatkan usia kehamilan terbanyak pada
trimester III.
Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil terus meningkat sesuai dengan bertambahnya usia
kehamilan. Apabila terjadi peningkatan kebutuhan zat besi tanpa disertai oleh pemasukan
yang cukup, maka cadangan zat besi akan menurun dan dapat mengakibatkan anemia (Lila
1992).
D. Hubungan antara Jarak kelahiran dengan kejadian anemia
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa jarak kelahiran berhubungan dengan kejadian
anemia. Sesuai dengan teori Soejonoes 1991 diacu dalam Darlina 2003 salah satu penyebab
yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak kelahiran yang pendek.
Hal ini disebabkan karena adanya kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis
dari pemulihan faktor hormonal.
E. Hubungan antara konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa konsumsi tablet Fe berhubungan dengan kejadian
anemia. Sesuai dengan pernyataan Depkes (2009) bahwa suplementasi besi atau pemberian
tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia.
F. Hubungan Konsumsi Vitamin C dengan Kadar Hb
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa konsumsi Vitamin C berhubungan dengan
kejadian anemia. Berdasarkan proporsi data didapatkan lebih banyak ibu hamil yang asupan
vitamin C tidak cukup yaitu 65,6%.
15
G. Hubungan Status Pendidikan dengan kejadian anemia
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pendidikan tidak berhubungan dengan kejadian
anemia. Berdasarkan proporsi data didapatkan pendidikan ibu hamil terbanyak pada tingkat
SMA yaitu 57,5%. Hal ini diduga karena tingkat pendidikan tidak secara langsung
berhubungan dengan status anemia. Selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, diduga status
anemia juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya, seperti misalnya perilaku sehat dalam
pemilihan pangan (Wara, 2006).
H. Hubungan Status Pekerjaan dengan kejadian anemia
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pekerjaan tidak berhubungan dengan kejadian
anemia. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wara (2006) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian
anemia pada ibu hamil.
I. Hubungan Status Pengetahuan dengan kejadian anemia
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pengetahuan tidak berhubungan dengan kejadian
anemia.Berdasarkan proporsi data didapatkan ibu hamil terbanyak adalah yang
berpengetahuan sedang yaitu 62,3%.
Anemia masih banyak dijumpai karena kemiskinan dan kurangnya pengetahuan tentang
makanan sehat. Bahkan pada waktu hamil banyak makanan yang ditabukan karena kurangnya
pengertian tentang makanan sehat yang bergizi sehingga anemia semakin parah (Manuaba
2004).

16
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Gambaran variabel karakteristik ibu hamil Sebanyak 35,8% ibu termasuk dalam usia
yang beresiko untuk hamil yaitu pada rentang usia <20 tahun dan >35 tahun, sedangkan
jumlah ibu yang usianya tidak berisiko untuk hamil sebanyak 64,2% yaitu pada rentang usia
≥20 tahun sampai ≤ 35 tahun.
Gambaran variabel karakteristik paritas yang berisiko (>2) terdapat 39,6%, sedangkan
jumlah paritas yang tidak berisiko (≤2) sebanyak 60,4%. Usia kehamilan dibagi 3, yaitu
trimester 1 (0-3 bulan) 8,5%, trimester 2 (4-6 bulan) 17,9%, trimester 3 ( 7-9 ) 73,6%.
Jarak Kehamilan dihitung berdasarkan usia anak terakhir dengan anak yang sedang
dikandung. Jarak usia kehamilan beresiko apabila < 24 bulan didapatkan 64,2% dan jarak
usia kehamilan tidak berisiko apabila ≥ 24 bulan didapatkan 35,8%
Variabel Fe dihitung berdasarkan rutin atau tidaknya ibu mengkonsumsi tablet Fe
tersebut. 42,5% mengaku tidak rutin mengkonsumsi tablet Fe sedangkan 57,5% ibu mengaku
rutin minum tablet Fe. Vitamin C dihitung berdasarkan kurang atau cukupnya konsumsi
vitamin C tersebut. 87,7% mengaku kurang mengkonsumsi vitamin C sedangkan 12,3% ibu
mengaku cukup.
B. Saran
a. Bagi Pemegang program
1. Selalu mengingatkan kepada ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet Fe dan
vitamin C secara rutin pada saat melakukan ANC.
2. Meningkatkan efektifitas konseling individual mengenai anemia dan penyebab-
penyebabnya kepada ibu hamil yang berkunjung ke puskesmas.
3. Membuat program sosialisasi tentang keluarga berencana sehingga ibu-ibu dapat
memahami mengenai jarak kelahiran yang berisiko dan tidak berisiko.
4. Memaksimalkan peran posyandu sebagai sarana pemantauan kesehatan ibu hamil
terutama pemberian tablet Fe secara rutin.
5. Menunjuk PMO dari anggota keluarga ibu hamil (suami) untuk mengingatkan ibu
hamil agar rutin mengkonsumsi tablet Fe.
6. Memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan secara masal kepada ibu –
ibu yang melakukan ANC setiap trimester kehamilan.
b. Bagi Dinas kesehatan
1. Melakukan peningkatan kualitas pemegang program melalui berbagai jalur
seperti pelatihan, seminar, workshop khususnya mengenai anemia pada ibu hamil.
2. Membuat berbagai media informasi seperti poster, leaflet, spanduk, dll untuk
dipergunakan sebagai media pendidikan oleh pemegang program.
c. Bagi Peneliti Lain

17
Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai variabel yang belum
diteliti dalam penelitian ini seperti infeksi dan faktor penyakit lainnya, dengan jumlah sampel
yang lebih besar dan wilayah yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Achadi E Anhari, M.J Hansell N.L sloan & M A andersn. 1995.


International journal of obstetric and gynecology, 48, suppl, S1 10-119
Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Alsuhendra. 2005. Sudah Banyak Konsumsi Sayur Masih Saja Kurang Darah
Amirudin, Wahyuddin. 2004, Studi Kasus Kontrol Ibu Anemia, 2007
Arisman, 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
Depkes RI. 2001. Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001: Studi Tindak Lanjut Ibu
Hamil. Jakarta: Depkes RI
_________. 2002. Standar Acuan Pemeriksaan Kehamilan. Jakarta: Depkes RI
_________. 2009. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008. Jakarta: Depkes RI
Kartono Djoko, dkk. Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2012 untuk Orang Indonesia. WNPG
2012. Jakarta
Karyadi E. 2001. Mabuk Pagi, Ibu Hamil Bisa Kurang Gizi
Manuba, I.B.G dkk. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta: EGC
________________. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta: EGC
________________. 2004. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2.
Jakarta: EGC
________________. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
________________. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Ilmu Kebidanan Ed. 3. Jakarta: EGC
__________________. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustala Sarwono Prawirohadjo
https://id.scribd.com/upload-
document?archive_doc=229607539&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A%2
2archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3Af
alse%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22%7D

18

Anda mungkin juga menyukai