Disusun oleh :
AVINDA FEBRIANTI
NIM 201612047
1
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 3
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................................. 3
1.2. Pendekatan yang Digunakan ......................................................................................................... 5
1.3. Tujuan ........................................................................................................................................... 6
1.3.1. Tujuan Umum ....................................................................................................................... 6
1.3.2. Tujuan Khusus ...................................................................................................................... 7
BAB II........................................................................................................................................................... 9
RINGKASAN KEBIJAKAN........................................................................................................................ 9
2.1. Isi Pokok Kebijakan ...................................................................................................................... 9
2.2. Masalah yang Diatasi .................................................................................................................. 10
2.3. Sasaran Kebijakan ....................................................................................................................... 10
2.4. Aktor yang Terlibat dalam Kebijakan ......................................................................................... 10
BAB III ....................................................................................................................................................... 12
KAJIAN DASAR KEBIJAKAN ................................................................................................................ 12
3.1. Kajian Dasar Kebijakan .............................................................................................................. 12
1. Tipe Model Kebijakan ................................................................................................................ 12
2. Karakteristik Kebijakan .............................................................................................................. 12
BAB IV ....................................................................................................................................................... 13
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 13
4.1. Pasal yang Bermasalah................................................................................................................ 13
4.2. Pemikiran Penyempurnaan ......................................................................................................... 15
BAB V ........................................................................................................................................................ 17
PREDIKSI KEBERHASILAN DAN KONSEKUENSI ............................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional diarahkan
pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan dilaksanakan guna tercapainya
kesadaran, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahun terdapat 1-1,5 juta bayi
di dunia meninggal karena tidak di beri ASI Eksklusif. Berdasarkan data Riset
Kesehatan cakupan ASI Eksklusif di Indonesia hanya 42 persen. Angka tersebut
dibawah target organisasi kesehatan dunia ( WHO) yaitu cakupan ASI Eksklusif bagi
bayi minimal 50 persen.
Salah satu upaya untuk menekan kekurangan gizi pada balita ataupun bayi adalah
dengan memberikan ASI secara Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi umur 0-6
bulan tanpa makanan lain dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi pada bayi
baru lahir dan menurunkan mordibitas dan mortalitas.
Pola pemberian makan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai anak berumur 2
tahun meliputi :
a) Memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 1 jam setelah lahir
b) Memberikan hanya ASI saja sejak lahir sampai umur 6 bulan
3
Hampir semua ibu dapat dengan sukses menyusui diukur dari permulaan
pemberian ASI dalam jam pertama kehidupan bayi. Menyusui menurunkan resiko
infeksi akut seperti diare, pneumonia, infeksi telinga, haemophilus, influenza,
meningitis, dan infeksi saluran kemih.
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi merupakan cara yang alamiah dalam
memberikan makanan kepada bayi. Pemberian ASI tersebut perlu ditingkatkan dan
dilestarikan karena tidak perlu diragukan lagi bahwa ASI memegang peranan penting
dalam menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup bayi. Dalam pelestarian penggunaan
ASI yang terutama perlu ditingkatkan adalah pemberian ASI eksklusif . “Setiap
stadium ASI mempunyai peran yang sangant berbeda baik dengan nutrisi, pelindung,
pembersih, penghangat, dan sebagai faktor pertumbuhan. Nutrisi dalam ASI tidak dapat
digantikan oleh makanan lain apapun di dunia.” (Hubertin, 2004)
Namun demikian, saat ini penerapan pola pemberian makanan terbaik untuk bayi
sejak lahir sampai anak berumur 2 tahun tersebut belum dilaksanakan dengan baik
khususnya dalam pemberian ASI Eksklusif. Beberapa kendala dalam hal pemberian
ASI Eksklusif karena ibu tidak percaya diri bahwa dirinya mampu menyusui dengan
baik sehingga mencukupi seluruh kebutuhan gizi bayi. Hal ini antara lain disebabkan
karena kurangnya pengetahuan ibu, kurangnya dukungan keluarga serta rendahnya
kesadaran masyarakat tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif. Selain itu kurangnya
dukugan tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan produsen makanan bayi
untuk keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya. Rendahnya pemberian ASI
merupakan ancaman bagi tumbuh kembang kualitas SDM secara umum.
“Beberapa faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian pendamping air susu
ibu sehingga ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya antara lain, karena
ibu sibuk bekerja, pendidikan ibu yang rendah, kurangnya sekresi sehingga bayi tanpa
diberi makan tambahan akan menjadi lapar, pengetahuan ibu tentang ASI kurang, dan
yang tidak kalah adalah gencarnya periklanan tentang penggunaan susu formula baik di
media cetak, radio, maupun televisi.” (Kasinodiharjo, dkk. 1998)
4
Ternyata, fenomena yang menunjukkan bahwa sebagian ibu tidak menyusui
anaknya tidak hanya terjadi di Negara-negara maju saja, tetapi juga di Negara-negara
berkembang, misalnya Indonesia. Salah satu faktor yang membuat sebagian ibu tidak
menyusui anaknya adalah gencarnya kampanye dan makanan pengganti ASI, serta
berhasilnya upaya para distributor dalam mendistribusikannya, sehingga paa ibu
bergerak untuk mencapainya.
5
1.3. Tujuan
6
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Menjabarkan isi pokok kebijakan tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif Bagi Tenaga Kesehatan, Penyelenggara Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, Penyelenggara Satuan Pendidikan Kesehatan, Pengurus Organisasi
Profesi Di Bidang Kesehatan, Serta Produsen Dan Distributor Susu Formula
Bayi Dan/Atau Produk Bayi Lainnya Yang Dapat Menghambat Keberhasilan
Program Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif khususnya untuk PMK No. 15
Tahun 2014.
b. Mengkaji dasar kebijakan tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif
Bagi Tenaga Kesehatan, Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
Penyelenggara Satuan Pendidikan Kesehatan, Pengurus Organisasi Profesi Di
Bidang Kesehatan, Serta Produsen Dan Distributor Susu Formula Bayi
Dan/Atau Produk Bayi Lainnya Yang Dapat Menghambat Keberhasilan
Program Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif khususnya untuk PMK No. 15
Tahun 2014.
c. Menganalisis pasal yang bermasalah dari PMK No. 15 Tentang Tata Cara
Pengenaan Sanksi Administratif Bagi Tenaga Kesehatan, Penyelenggara
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Penyelenggara Satuan Pendidikan Kesehatan,
Pengurus Organisasi Profesi Di Bidang Kesehatan, Serta Produsen Dan
Distributor Susu Formula Bayi Dan/Atau Produk Bayi Lainnya Yang Dapat
Menghambat Keberhasilan Program Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
d. Membuat pemikiran penyempurna dari pasal yang bermasalah dari PMK No.
15 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Bagi
Tenaga Kesehatan, Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
Penyelenggara Satuan Pendidikan Kesehatan, Pengurus Organisasi Profesi Di
Bidang Kesehatan, Serta Produsen Dan Distributor Susu Formula Bayi
Dan/Atau Produk Bayi Lainnya Yang Dapat Menghambat Keberhasilan
Program Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
e. Memprediksi keberhasilan dan konsekuensi kebijakan tentang Tata Cara
Pengenaan Sanksi Administratif Bagi Tenaga Kesehatan, Penyelenggara
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Penyelenggara Satuan Pendidikan Kesehatan,
7
Pengurus Organisasi Profesi Di Bidang Kesehatan, Serta Produsen Dan
Distributor Susu Formula Bayi Dan/Atau Produk Bayi Lainnya Yang Dapat
Menghambat Keberhasilan Program Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
khususnya PMK No. 15 Tahun 2014.
8
BAB II
RINGKASAN KEBIJAKAN
2.1.1. PERMENKES Nomor 15 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif Bagi Tenaga Kesehatan, Penyelenggara Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, Penyelenggara Satuan Pendidikan Kesehatan, Pengurus Organisasi
Profesi Di Bidang Kesehatan, Serta Produsen Dan Distributor Susu Formula
Bayi Dan/Atau Produk Bayi Lainnya Yang Dapat Menghambat Keberhasilan
Program Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
Pada Bab I peraturan menteri kesehatan ini menjelaskan tentang ketentuan umum
yang memuat pengertian dari ASI Eksklusif, tenaga kesehatan, penyelenggara
fasilitas pelayanan kesehatan, penyelenggara satuan pendidikan kesehatan, pengurus
organisasi profesi di bidang kesehatan, produsen atau distributor susu formula bayi
dan/atau produk bayi lainnya, pemerintah pusat, pemerintah daerah, menteri.
Pada Bab II menjelaskan tentang pengenaan sanksi administratif. Dimana tenaga
kesehatan, penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan, penyelenggara satuan
pendidikan, pengurus organisasi profesi di bidang kesehatan, serta produsen dan
distributor susu formula bayi dan/atau produk bayi lainnya yang melanggar ketentuan
maka akan dikenai sanksi berupa Pengenaan sanksi teguran lisan, teguran tertulis, dan
pencabutan izin.
Pada Bab III menjelaskan tentang peran serta masyarakat. Dimana Organisasi
profesi bidang kesehatan harus memberikan advokasi, motivasi, dan inovasi untuk
keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif melalui pendidikan, pelayanan, dan
penelitian
Pada Bab IV menjelaskan tentang ketentuan penutup, bahwa kebijakan ini mulai
berlaku sejak tanggal yang telah diundangkan.
9
2.2. Masalah yang Diatasi
Berbagai tindakan yang dengan sengaja menghalangi program pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif dapat dikenai sanksi administratif seperti teguran lisan, teguran
tertulis, dan pencabutan izin.. Kewajiban Tenaga Kesehatan secara tegas di nyatakan
bahwa pemberian informasi dan edukasi ASI Eksklusif kepada ibu dan anggota keluarga
dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode
pemberian ASI Ekslusif selesai. Oleh karenanya, adanya peraturan dalam PMK Nomor
15 Tahun 2014 tersebut dibahas mengenai sanksi administratif untuk Tenaga Kesehatan,
Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Penyelenggara Satuan Pendidikan
Kesehatan, Serta Produsen Dan Distributor Susu Formula Bayi Dan/Atau Produk Bayi
Lainnya Yang Dapat Menghambat Keberhasilan Program Pemberian ASI Eksklusif.
b) Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan juga berperan penting dalam tercapainya keberhasilan program
ASI Eksklusif, dimana tenaga kesehatan ini meliputi bidan ataupun perawat yang
telah membantu ibu melakukan persalinan. Dengan begitu tenaga kesehatan memiliki
peran untuk memberikan informasi dan edukasi kepada para ibu agar tidak
memberikan bayinya susu formula terkecuali atas indikasi dari medis.
10
c) Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan memiliki kepentingan untuk
menyelenggarakan keberhasilan dari program ASI Eksklusif. Dimana penyelenggara
fasilitas pelayanan kesehatan ini meliputi Rumah Sakit, yang memberika inisiasi
menyusui dini terhadap bayi baru lahir.
d) Produsen Dan Distributor Susu Formula Bayi
Dalam hal ini produsen dan distributor susu formula bayi juga berperan penting
untuk program pemberian ASI Ekslusif, dimana produsen dan distributor susu
formula bayi tidak boleh mengupayakan Tenaga Kesehatan untuk memberikan
informasi terkait susu formula bayi kepada ibu yang telah melahirkan sehingga untuk
program pemberian ASI Ekslusif dapat tercapai.
e) Masyarakat
Masyarakat juga memiliki peran penting dalam kebijakan ini. Dimana dengan
adanya masyarakat keberhasilan program dari menyusui dini atau pemberian ASI
Ekslusif dapat berjalan dengan baik.
11
BAB III
KAJIAN DASAR KEBIJAKAN
2. Karakteristik Kebijakan
Karakteristik PMK No 15 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif Bagi Tenaga Kesehatan, Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
Penyelenggara Satuan Pendidikan Kesehatan, Pengurus Organisasi Profesi Di Bidang
Kesehatan, Serta Produsen Dan Distributor Susu Formula Bayi Dan/Atau Produk Bayi
Lainnya Yang Dapat Menghambat Keberhasilan Program Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif. Menurut Malone (1995), karakteristik kebijakan terdiri dari tiga jenis antara
lain; Patronage policies, Regulatory Policies, Retributive Policies. Berdasarkan sifat
kebijakan menurut Malone, peraturan ini bersifat Regulatory Policies. Dimana pada
PMK No 15 Tahun 2014 yang berhubungan dengan Regulatory Policies diatur dalam
pasal 27 yaitu bagaimana peran masyarakat sebagai organisasi profesi bidang kesehatan
harus memberikan advokasi, motivasi, dan inovasi untuk keberhasillan program
pemberian ASI Eksklusif melalui pendidikan, pelayanan, dan penelitian.
12
BAB IV
PEMBAHASAN
13
penyelenggara satuan pendidikan, pengurus organisasi profesi di
bidang kesehatan, serta produsen dan distributor susu formula bayi
atau produk bayi lainnya yang melanggar ketentuan dikenai sanksi
administratif. Dalam pasal 7 ayat (2) dijelaskan pula bahwa sanksi
administratif tersebut berupa teguran lisan, teguran tertulis, atau
pencabutan izin.
Didalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan sanksi bagi perorangan maupun lembaga yang
menghalangi program pemberian ASI Eksklusif lebih tegas
dibandingkan dengan sanksi yang dijelaskan PMK Nomor 15
Tahun 2014. Sehingga PMK Nomor 15 Tahun 2014 tidak bisa
digunakan sebagai acuan untuk memberikan sanksi terhadap
perorangan atau lembaga yang melanggar ketentuan tersebut.
B. Peraturan Menteri Kesehatan No 872/Menkes/XI/2006 Tentang
Kriteria Dan Fasilitas Dari Ruang Menyusui
“Kondisi-kondisi lainnya yaitu dilarang keras untuk
mempromosikan susu formula atau produk lainnya dan ruangan
tersebut harus bebas dari rokok”
Dari pernyataan diatas bertolak belakang dengan PMK No
15 Tahun 2014 pasal 3 yaitu setiap penyelenggara fasilitas
pelayanan kesehatan wajib tidak menerima atau mempromosikan
susu formula bayi atau produk bayi lainnya yang dapat
menghambat program pemberian ASI Eksklusif. Karena pada
PMK No 15 Tahun 2014 pasal 3 tidak dijelaskan secara rinci
bagaimana kriteria dan fasilitas dari ruang menyusui.
14
4.2. Pemikiran Penyempurnaan
15
Dengan adanya Surat yang Diterbitkan oleh Menteri Kesehatan No.
872/menkes/XI/2006 tentang Kriteria dan Fasilitas dari Ruang Menyusui,
masyarakat dapat mengerti apa saja criteria dan fasilitas yang didapat
dari ruang menyusui. Sehingga dengan itu adanya larangan untuk
terbebas dari asap rokok maupun gencarnya promosi susu formula dapat
dihindari dengan memberikan fasilitas yang terbaik untuk ibu yang baru
saja melahirkan bayinya.
16
BAB V
PREDIKSI KEBERHASILAN DAN KONSEKUENSI
PMK No.15 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Bagi
Tenaga Kesehatan, Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Penyelenggara Satuan
Pendidikan Kesehatan, Serta Produsen Dan Distributor Susu Formula Bayi Dan/Atau Produk
Bayi Lainnya Yang Dapat Menghambat Keberhasilan Program Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif akan berhasil dan dijalankan dengan baik, jika:
a. Masing-masing stake holder memahami dengan benar apa yang sudah tertulis pada PMK
No 15 Tahun 2014 khususnya pada pengenaan sanksi administratif bagi perorangan
maupun lembaga.
b. Perlu adanya perubahan atau revisi pada PMK No 15 Tahun 2014 tentang Tata Cara
Pengenaan Sanksi Administratif Bagi Tenaga Kesehatan, Penyelenggara Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, Penyelenggara Satuan Pendidikan Kesehatan, Serta Produsen Dan
Distributor Susu Formula Bayi Dan/Atau Produk Bayi Lainnya Yang Dapat Menghambat
Keberhasilan Program Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
c. Adanya dukungan dari pihak keluarga sangat penting dalam membangun membangun
kepercayaan diri pada ibu untuk tetap mau member ASI Eksklusif pada bayinya.
d. Peran masyarakat juga dibutuhkan untuk tidak menerima pemberian susu formula dari
pihak siapapun, baik secara cuma-cuma atau dengan adanya promo
e. Meningkatkan pelayanan dari Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk
memenuhi kriteria dan fasilitas seperti yang dijelaskan pada Peraturan Menteri Kesehatan
No 872/Menkes/XI/2006 Tentang Kriteria Dan Fasilitas Dari Ruang Menyusui
f. Pengenaan sanksi bagi Tenaga Kesehatan, Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
Serta Produsen Maupun Distributor Susu Formula Bayi lebih tegas lagi pengenaan
sanksinya agar program pemberian ASI Ekslusif tidak terhambat.
17
DAFTAR PUSTAKA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN, NOMOR 15 TAHUN 2013. TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN
FASILITAS KHUSUS MENYUSUI DAN/ATAU MEMERAH AIR SUSU IBU.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN, NOMOR 15 TAHUN 2014. TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI
ADMINISTRATIF BAGI TENAGA KESEHATAN, PENYELENGGARA FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN,
PENYELENGGARA SATUAN PENDIDIKAN KESEHATAN, PENGURUS ORGANISASI PROFESI DI BIDANG
KESEHATAN, SERTA PRODUSEN DAN DISTRIBUTOR SUSU FORMULA.
18