Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Kewarganegaraan

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pembimbing : Benny Herianto S.H, M.H

Oleh :

1. Dana Fauzana Arifaldi (216010530008)


2. Adi prastyo (216010530009)
3. Ardantya S (216010530010)

PROGRAM STUDI ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2016
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas
ini dengan baik. Tak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada
junjungan nabi besar Muhammad SAW, semoga kelak kita digolongkan orang-
orang yang mendapat pertolongannya.
Dalam upaya penyelesaian makalah ini kami telah banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada Benny Herianto, S.H, M.H. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Kewarganegaraan dan berbagai pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih adanya
kekurangan dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami bisa memperbaiki makalah ini.

Malang, 15 Oktober 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan ...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2
A. Penjabaran Warga Negara & Kewarganegaraan RI ...............................3
B. Sumber-Sumber Hukum Tata Negara .......................................................6
C. Kedudukan Undang-Undang Dasar 1945 ..................................................7
D. Sejarah Undang-Undang Dasar Indonesia ..............................................11
E. Teori Kedaulatan Hukum & Kedaulatan Negara
F. Konteporer Tentang Konsep Kedaulatan Negara
G. Konsep Kedaulatan Negara .......................................................................10
BAB III PENUTUP ..............................................................................................11
KESIMPULAN ................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rakyat merupakan suatu unsur bagi terbentuknya suatu negara,
disamping unsur wilayah dan unsur pemerintah.Suatunegara tidak akan
terbentuk tanpa adanya rakyat, walaupun mempunyai wilayah tertentu dan
pemerintahan yang berdaulat.Rakyat yang tinggal di wilayah negara
menjadi penduduk negara yang bersangkutan.Warga negara adalah bagian
dari penduduk suatu negara.Warga negara memiliki suatu hubungan pada
negaranya.Kedudukanya sebagai warga negara menciptakan berupa hak
dan kewajiban yang bersifat timbal balik.Setiap warga negara mempunyai
hak dan kewajiban terhadap negaranya.Sebaliknya negara juga
mempunyai hak dan kewajiban terhadap warganya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa jabaran Warga negara dan kewarganegaraan republik Indonesia ?
2. Apa sumber sumber hukum tata negara?
3. Apa Kedudukan Undang Undang Dasar 1945?
4. Apa Sejarah Undang undang dasar Indonesia ?
5. Apa jabaran Teori Kedaulatan Hukum dan Kedaulatan Negara ?
6. Apa perkembangan konteporer tentang konsep kedaulatan Negara ?
7. Apa redefinisi konsep kedaulatan negara ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari negara dan kewarganegaraan republik
Indonesia .
2. Mengetahui ciri-ciri negara dan kewarganegaraan republik Indonesia.
3. Mengetahui klasifikasi negara dan kewarganegaraan republik
Indonesia.
4. Mengetahui manfaat negara dan kewarganegaraan republik Indonesia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENJABARAN NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN


REPUBLIK INDONESIA
1Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan
diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah,salah satu persyaratan
diterimanya 1status sebuah negara adalah adanya unsur warga negara yang
diatur menurut ketentuan hukum tertentu sehingga warga negara yang
bersangkutan dapat dibedakan dari warga dari negara lain.Pengaturan
mengenai kewarganegaraan ini biasanya di tentukan berdasarkan salah satu
dari 2 prinsip,yaitu prinsip ius soli atau prinsip ius sanguinis.Yang dimaksud
dengan ius soli adalah prinsip yang mendasarkan diri pada pengertian hukum
mengenai tanah kelahiran, sedangkan ius sanguinis mendasarkan diri pada
prinsip hubungan darah.

Dalam jaman keterbukaan seperti sekarang ini, kita menyaksikan banyak


sekali penduduk suatu negara yang bepergian keluar negeri, baik karena
direncanakan dengan sengaja atau pun tidak, dapat saja melahirkan anak
anaknya diluar negeri.Bahkan dapat pula terjadi,karna alasan pelayanan medis
yang lebih baik, orang sengaja melahirkan anak di rumah sakit di luar negri
yang dapat lebih menjamin kesehatan dalam proses persalinan.Dalam hal ini,
negara tempat asal seseorang dengan negara tempat ia melahirkan atau
dilahirkan menganut sistim kewarganegaraan yang sama, tentu tidak akan
menimbulkan persoalan.Akan tetapi, apabila kedua negara yang bersangkutan
memiliki sistim yang berbeda, maka dapat terjadi keadaan yang menyebabkan
seseorang menyandang status dwi kewarganegaraan (double citizenship) atau
sebaliknya malah menjadi tidak berkewarganegaraan sama sekali (stateless).

1
Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, S.H, 2011, Hukum Tata Negara dan Pilar-Plilar Demokrasi, Sinar
Grafika, Jakarta, hal 234-238

2
2
Berbeda dengan prinsip kelahiran itu, di beberapa negara, dianut prinsip
ius sanguinis yang mendasarkan diri pada faktor pertalian seseorang dengan
status orang tua yang berhubungan darah dengannya.Apabila orang tuanya
berkewarganegaraan suatu negara, maka otomatis kewarganegaraan anak-
anaknya dianggap sama dengan kewarganegaraan orangtua nya itu.Akan tetapi,
sekali lagi, dalam dinamika pergaulan antar bangsa yang makin terbuka dewasa
ini, kita tidak dapat lagi membatasi pergaulan antar penduduk yang berbeda
status kewarganegaraanya.Sering terjadi perkawinan campuran yang
melibatkan status kewarganegaraan yang berbeda-beda antara pasangan suami
dan istri.Terlepas dari perbedaan sisitim kewarganegaraan yang dianut oleh
masing-masing negara asal pasangan suami istri itu,hubungan hukum antara
suami istri yang melangsungkan perkawinan campuran seperti itu selalu
menimbulkan persoalan berkenaan dengan status kewarganegaraan dari putra
putri mereka.

Karna itulah diadakan pengaturan bahwa status kewarganegaraan


itu ditentukan atas dasar kelahiran atau melalui proses naturalisasi atau
pewarganegaraan.Dengan cara pertama, status kewarganegaraan seseorang di
tentukan karena kelahiranya.Siapa saja yang lahir dalam wilayah hukum suatu
negara, terutama yang menganut prinsip ius soli sebagai mana di kemukakan di
atas, yang bersangkutan secara langsung mendapatkan status kewarganegaraan
kecuali apapabila yang bersangkutan ternyata menolak atau mengajukan
permohonan sebaliknya.Cara kedua untuk memperoleh status kewarganegaraan
itu ditentukan melalui proses pewarganegaraan (naturalisasi).Melalui proses
pewarganegaraan itu, seseorang dapat mengajukan permohonan pada instasi
yang berwenang, dan kemudian pejabat yang bersangkutan dapat mengabulkan
permohonan tersebut dan selanjut nya menetapkan status yang bersangkutan
menjadi warga negara yang sah.

Selain kedua cara tersebut, dalam berbagai literatur mengenai


kewarganegaraan, juga dikenal adanya cara ke tiga, yaitu melalui
regristasi.Cara ke tiga ini dapat disebut tersendiri, karna dalam pengalaman

3
seperti yang terjadi di 2Perancis yang menjadi bangsa penjajah di penjuru
dunia, banyak warganya yang bermukim di berbagai daerah-daerah koloni dan
melahirkan anak dengan status kewarganegaraan yang cukup di tentukan
dengan cara regristrasi saja.Dari segi tempat kelahiran, anak-anak mereka itu
jelas lahir di luar wilayah hukum negara mereka secara resmi.Akan tetapi,
karna perancis menganut prinsip ius soli, menurut ketentuan yang normal,
status kewarganegaraan warga Perancis di daerah jajahan apapun daerah
penduduk tersebut tidak sepenuhnya dapat langsung begitu saja diperlakukan
sebagai warga negara Perancis.Akan tetapi, untuk menentukan status
kewarganegaraan mereka itu melalui proses naturalisasi kewarganegaraan juga
tidak dapat diterima.Oleh karna itu, Status kewarganegaraan mereka ditentukan
melalui registrasi biasa.Misalnya, keluarga Indonesia yang berada di Amerika
Serikat yang menganut prinsip ius soli, melahirkan anak, maka menurut hukum
Amerika Serikat anak tersebut memperoleh status sebagai negara AS.Akan
tetapi, jika orangtuanya menghendaki anaknya berkewarganegaraan Indonesia,
maka proses nya cukup melalui regristasi saja

ASAS PERKAWINAN

A.PENGERTIAN

CONTOH:

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses kewarganegaraan itu


dapat di peroleh melalui tiga cara yaitu :

1. kewarganegaraan karna kelahiran atau citizenship by birth


2. Kewarganegaraan melalui kewarganegaraan citizenship by naturalization
3. Kewarganegaraan melalui registrasi biasa citizenship by registration

Ketiga cara ini seyogianya dapat sama-sama dipertimbangkan dalam


rangka pengaturan mengenai kewarganegaraan ini dalam sistim hukum

2
Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, S.H, 2011, Hukum Tata Negara dan Pilar-Plilar Demokrasi, Sinar
Grafika, Jakarta, hal 234-238

4
indonesia, sehingga kita tidak membatasi pengertian mengenai cara
memperoleh status kewarganegaraan itu hanya dengan cara pertama dan kedua
saja sebagaimana lazim di pahami selama ini.

3
Kasus-kasus kewarganegaraan di Indonesia juga banyak yang tidak
banyak sepenuhnya dapat diselesaikan melalui cara pertama dan kedua
saja.Sebagai contoh, banyak warga negara Indonesia yang karna sesuatu,
bermukim di Belanda, di Republik Rakyat Cina, ataupun di Australia dan di
negara lainya dalam waktu yang lama sampai melahirkan keturunan, tetapi
tetap mempertahankan status kewarganegaraan republik Indonesia keturunan
mereka ini dapat memperoleh status kewarganegaraan Indonesia dengan cara
registrasi biasa yang prosesnya tentu jauh lebih sederhana dari pada proses
naturalisasi.Dapat pula terjadi, apabila yang bersangkutan, karna suatu sebab,
kehilangan kewarganegaraan Indonesia, baik karna kelalaiannya atau sebab-
sebab lain, lalu kemudian berkeinginan untuk kembali mendapat
kewarganegaraan Indonesia maka prosesnya seyokyannya tidak disamakan
dengan warga negara asing yang ingin memperoleh status kewarganegaraan.

Lagi pula sebab-sebab hilangnya status kewarganegaraan itu bisa saja


terjadi karna kelalaian, alasan politik alasan teknik yang tidak prinsipil,
ataupun karna alasan bahwa yang bersangkutan memangsecara sadar ingin
melepas kewarganegaraanya sebagai warganegara Indonesia.Sebab atau alasan
kewarganegaraan Ind onesia itu hendaknya di jadikan pertimbangan yang
penting apabila yang bersangkutan ingin kembali mendapatkan status
kewarganegaraan Indonesia.Proses yang harus dilakukan untuk masing—
masing alasan tersebut sudah semestinya berbeda-beda.Yang pokok adalah
bahwa setiap orang haruslah terjamin haknya untuk mendapatkan status
kewarganegaraan, sehingga terhindar dari kemungkinan menjadi stateless atau
tidak berkewarganegaraan.Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, setiap
3
Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, S.H, 2011, Hukum Tata Negara dan Pilar-Plilar Demokrasi, Sinar
Grafika, Jakarta, hal 234-238

5
negara tidak boleh membiarkan seseorang memiliki dua kewarganegaraan
sekaligus.Itulah sebabnya diperlukan perjanjian kewarganegaraan antara
negara-negara moderen untuk menghindari status dwi-kewarganegaraan
berdasarkan kelahiran dan melalui proses pewarganegaraan (naturasilasai)
tersebut, juga diperlukan mekanisme lain yang lebih sederhana, yaitu melaui
registrasi biasa

B. SUMBER-SUMBER HUKUM TATA NEGARA

4
Untuk mengetahui dan memahami hukum tata negara suatu negara,
termasuk negara Indonesia, kita harus mengetahui sumber-sumber
hukumnya.Yang dimaksud dengan sumber hukum adalah sumber yang
dijadikan bahan untuk menyusun peratutan per undang-undangan (ketetapan
MPR no.III/MPR/2000).Dalam pada itu, kita juga mengenal berbagai macam
sumber hukum, seperti sumber hukum dalam arti material (welbron), sumber
hukum dalam arti formal (kenbron), dansumber hukum dasar nasional
(ketetapan MPR no.III/MPR/2000)

Yang dimaksud dalam sumber hukum material ini adalah sumber hukum
dasar nasional. Menurut ketetapan majelis permusyawaratan rakyat republik
Indonesia MPR no.III/MPR/2000 tentang sumber hukum dan tata urutan
peraturan perundang-undangan yang kemudian di ganti dengan undang-undang
nomer 10 tahun 2004, sumber dari segala sumber hukum negara itu adalah
pancasila sebagai mana yang tertulis dalam pembukaan Undang Undang Dasar
1945.Pancasila terdiri dari ketentuan yang maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan ber adab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

4
Prof. Dr. HRT. Sri Soemantri M., S.H, 2014, Hukum Tata Negara Indonesia Pemikiran dan
pandangan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, Hal 6-7

6
kebijansanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kemudian, yang dimaksud sumber hukum dalam arti formal meliputi


sumber tertulis dan tidak tertulis.Adapun sumber hukum.Dalam arti formal ini
adalah ini di sebutkan dalam pasal 7, ayat 1 , UU No 10 tahun 2007, terdiri
atas:
1. undang undang dasar konstitusi 1945
2. Undang Undang dan peraturan pemerintah sebagai pengganti UU.
3. Peraturan pemerintah.
4. Keputusan presiden
5. Peraturan Daerah.

Selain yang di kemukakan diatas, masih ada sumber hukum dalam arti
formal yang lain, seperti hukum tidak tertulis, pendapat pakar yang
berpengaruh, dan yurisprudensi.Dalam hukum tata negara, sumber hukum
tidak tertulis itu adalah tidak konvensi, baik yang berupa kebiasan kebiasaan
ketata negaraan yang merupakan ”Expressed agreement” (kesepakatan yang
dinyatakan dengan tegas).

Yang hendak dibicarakan khusus dalam kesempatan ini adalah Undang


Undang Dasar (groundwet) atau konstitusi (constutie,constitution).Mengapa
dalam setiap negara terdapat Undang Undang Dasar negara ? adakah hubungan
antara Undang Undang Dasar dengan perjuangan untuk memperoleh
kemerdekaan ? apa materi muatan undang undang dasar ?

C. KEDUDUKAN UNDANG UNDANG DASAR 1945

5
Seperti kita ketahui, istilah undang undang dasar merupakan terjemah dari
perkataan belanda ground wet.Dalam kepustakaan Belanda, selain ground wet

5
Prof. Dr. HRT. Sri Soemantri M., S.H, 2014, Hukum Tata Negara Indonesia Pemikiran dan
pandangan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, Hal 8-11

7
juga digunakan istilah constitutie.Kedua istilah tersebut mempunyai pengertian
yang sama, sebab selain konstitusi tertulis (geschrefen constitue,writen
contitute) jika dikenal undang undang dasar tidak tertulis (ongeschreven
grondwet,unwritten constitution).Dengan demikian, baik undang undang dasar
maupun konstitusi terdiri atas bagian tertulis dan bagian tidak tertulis tidak ada
satu negarapun di dunia ini, betapapun kecil nya negara itu, yang tidak
mempunyai konstitusi (undang undang dasar).Mengapa demikian ? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, perlu di jawab terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan negara.

Negara adalah organisasi kekuasaan.Dikatakan organisasi kekuasaan


karna dalam setiap negara terdapat pusat pusat kekuasaan baik yang terdapat
suprastruktur politik maupun yang terdapat insfrastruktur politik itu, di
Indonesia meliputi majelis permusyawaratan rakyat, presiden dan wakil
presiden dewan perwakilan daerah, badan keuangan, mahkamah agung
mahkama konstitusi.Sementara itu insfrastruktur politik terdiri atas partai
politik, golongan kepentingan, golongan penekanan, alat komunikasi politik,
dan tokoh politik (Political figures).

Pusat pusat kekuasaan tersebut memiliki kekuasaan artinya mempunyai


kemampuan memaksakan kehendaknya kepada pihak lain kekuasaan tersebut,
seperti dikatakan oleh lord actown,tend to corrupt (cenderung korup) ,
sedangkan absolute power corrupt absolutelly (kekuasaan absolut korup secara
absolut).Karena kecenderungan kekuasaan (power) bersalah guna itu
diperlukan adanya usaha membatasi adanya kekuasaan.Pertanyaan yang
memerlukan jawaban adalah, dengan cara bagaimana kekuasaan itu di
kendalikan (dibatasi)?

Karena negara merupakan organisasi yang meliputi manusia yang sangat


banyak, diperlukan adanya satu sistem keadilan (sistem pembatasan) yang
efektif.Hal itu dilakukan melalui hukum (baik tertulis maupun tidak tertulis)
yang bernama undang undang dasar. Dengan demikian, hakikat konstitusi

8
adalah pengendalian dalam negara.Kalau demikian materi muatan apasaja yang
harus terdapat dalam setiap undang undang dasar ?

Sebelum hal ini dijawab, perlu di ketahui hubungan antara undang undang
dasar dan perjungan politik bangsa untuk mendirikan negara. Seperti kita
ketahui, undang undang dasar sebagai sebuah dokumen formal berisi:
1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau ;
2. Pandangan tokoh tokoh bangsa yang hendak di wujudkan baik untuk
sekarang maupun untuk yang masa mendatang ;
3. Suatu keinginan (kehendak), dengan mana perkembangan kehidupan
ketatanegaraan bangsa.
4. Tingkat tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.

Walaupun undang-undang dasar di adakan untuk waktu jauh kedepan,


isinya tidak dapat dilepaskan dari suasana ketika undang undang konstitusi itu
dibentuk.Artinya, mereka yang terlibat dalam pembentukan undang undang
dasar, sedikit atau banyak di pengaruhi oleh lingkungan undang undang
dasar.Karena konstitusi dibuat untuk waktu yang tidak terbatas, disammping
itu masyarakat yang tidak terbatas, disamping itu masyarakat terus mengalami
perubahan, ada kemungkinan yang tercantum dalam undang undang dasar yang
tidak sesuai lagi itulah sebabnya, para pembentuk konstitusi sepakat untuk
mengadakan pasal yang memungkinkan konstitusi itu di ubah.
Hanya perlu di perhatikan, jangan sampai undang undang dasar itu mudah
diubah (flexiblel constitusional).Ini karena Undang undang dasar berisi
peraturan tentang organisasi negara yang sifatnya mendasar namun, dilain
pihak jangan pula perubahanya sangat sukar sehingga keinginan/kehendak
untuk mengubah undang undang dasar tidak tersalurkan.

Dari penelitian yang dilakukan terhadap konstitusi yang ada, diketahui


bahwa pada umumnya setiap konstitusi sekurang kurangnya mengatur
1. Adanya pengaturan tentang perlindungan

9
2. Adanya pengaturan tentang susunan ketatanegaraan negara yang
mendasar ;
3. Adanya pengaturan tentang pembagian tugas tugas ketatanegaraan
yang juga mendasar.
Dalam penelitiaan yang dilakukan oleh seorang guru besar hukum tata
negara belanda (van maarveen cs,1978) konstitusi suatu negara merupakan
1. Dokumen nasional (a national document).Artinya mempunyai sebuah
konstitusi itu adalah kehendak untuk menunjukkan kepada dunia luar
2. Dokumen politik dan hukum (a politico – legal dokumen ) artinya,
konstitusi merupakan alat untuk pembentukan sistim politik dan
sistem hukum negara sendiri.
3. Sertifikat (piagam) kelahiran negara (a birth certificate).Artinya,
konstitusi merupakan tanda kedewasaan (rakyat,bangsa,)dan tanda
lahir sebuah negara kebangsaan yang merdeka.

Seperti kita ketahui undang undang dasar yang berlaku di Indonesia


sekarang ini dirancang oleh sebuah badan yang bernama Badan penyelidik
usaha usaha persiapan kemerdekaan BPUPKI yang dalam bahasa jepang di
sebut dokuritzu zyunbi tyoosakai.Rencana undang undang dasar dibuat oleh
tokoh tokoh pergerakan indonesia yang berjumlah 68 orang, dengan latar
belakang pendidikan organisasi, asal usul, dan agama yang berbeda beda
walaupun dirancang penjajahan jepang, materi muatan yang terdapat didalam
nya lebih pembukaan nya, merupakan hasil perjuangan di waktu yang
lampau.Rancangan undang undang tersebut di tetapkan sebagai undang undang
dasar republik Indonesia pada tanggal 18 agustus 1945, satu hari setelah
proklamasi

Meskipun demikian terdapat kesan bahwa lembaga negara nya di


pengaruhi indische STAATSREGELING yang dianggap sebagai “undang
undang dasar” hindia belanda, kecuali lembaga neagara majelis
permusyawaraktan rakyat.Mengenai hal ini dapat di kemukaan

10
1. Presiden dan wakil presiden – Goverment General dan Luitnant
Gouvemeur General
2. Dewan Pertimbangan Agung – Road van Nederlandsch Indie
3. Dewan perwakilan rakyat – volksraad
4. Mahkamah Agung - Hooggerchshof
5. Badan Pemeriksa Keuangan Algemene Rekenkamer

Undang undang dasar 1945 itu semua hanya terdiri dari 37 pasal ditambah
dengan peralihan dan dua aturan tambahan yang perlu dicatat bahwa undang
undang dasar ini baru di undangkan dalam berita republik Indonesia 15
februari 1946.Bersama dengan itu diundangkan pula penjelasan undang
undang dasar 1945. Undang undang dasar yang sejak 31 januari 1950 sampai 5
juli 1959 tidak berlaku lagi untuk seluruh wilayah negara indonesia ini,
diberlakukan kembali oleh keputusan presiden republik indonesia no.150
tahun6 1959 tentang dekrip presiden kembali ke undang undang dasar 1945
(lemabarn negara republik indonesai no.75 tahun 1959)

D. SEJARAH UNDANG-UNDANG DASAR INDONESIA.

6
Di muka telah di jelaskan, bahwa adalah suatu kekeliruan untuk
mempergunakan istilah konstitusi bagi Undang-Undang Dasar yang pernah dan
sekarang berlaku di indonesia, seperti sebutan Konstitusi Republik Indonesia
Serikat.
Sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia telah
berlaku tiga macam Undang-Undang Dasar dalam empat periode,yaitu :
a. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949.
b. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950.
c. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1950.
d. Periode 5 Juli 1949 – Sampai sekarang.

6
Lihat A.G Pringgodigdo, sejarah Pembentukan Undang Undang Dasar Republik Indonesia. –
ceramah yang diselenggarakan oleh I.S.H.I – majalah hukum dan masyarakat, tahun III No.2 MEI
1958 hal 3 s/d 26

11
Pada periode pertama berlaku Undang-Undang Dasar 1945, periode kedua
berlaku Undang-Undang Dasar 1949, periode ketiga berlaku Undang-Undang
Dasar 1945. Untuk memberikan gambaran yang jelas, perlu diuraikan keempat
periode tersebut seprti di bawah ini.

a. Periode pertama yang berlangsung dari tanggal 18 Agustus 1945 sampai


27 Desember 1949.
Saat Republik Indonesia diperoklamasikan pada yanggal 17 Agustus 1945,
Republik yang baru ini belum mempunyai Undang-Undang Dasar. Baru
sehari kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) disahkan Undang-Undang Dasar 1945
(UUD 1945) sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tentu
timbul pertanyaan, siapa yang menyusun Undang-Undang Dasar tersebuat,
dan apakah Undang-Undang Dasar itu sah, karena ia tidak dibuat oleh
badan yang dapat disamakan dengan Konstituante seperti yang lazim
dikenal dalam Hukum Tata Negara. Untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut,berikuat akan di uraikan tentang :

1. Penusuan Undang-Undang Dasar 1945.


Pada tanggal 28 Mei 1945, Pemerintah Balatentara Jepang melantik
“Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia”
7
(B.P.U.P.K.I). Pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia ini adalah sehubungan dengan janji dari
Pemerintah Jepang yang di ucapkan oleh Perdana Mentri Jepang yang
diucapkan oleh Koiso di depan Dewan Perwakilan Rakyat Jepang, yang
akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia di kemudian hari. Janji
tersebut bermaksud agar bangsa Indonesia membantu balatentara Jepang
dalam menghadapi sekutu, karena pada saat itu Jepang terus terpukul
mundur di mana-mana oleh tentara sekutu.
Badan penyelidik Usaha-Usaha persiapan Kemerdekaan Indonesia ini
beranggota 62 orang dengan Dr. K.R.T. Radjiman sebagai ketua R.P.
Saroso sebagai wakil ketua.

12
Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia ini dapat dibagi dalam dua masa yaitu masa sidang pertama dari
tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juli 1945 dan masa sidang kedua dari
tanggal 10 Juli 1945 sampai 17 Juli 1945.
Walaupun maksud pendirian Badan ini hanya untuk menyelidiki
usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia,sesuai dengan janji
Pemerintah Balatentara Jepang, namun apa yang dihasikan kemudian oleh
badan itu melakukan tugasnya sampai kepada penyusunan suatu
Rancangan Undang-Undang Dasar.
7
Karena itu pada sidang pertama Badan itu telah membicarakan
tentang philpsofische grondslag, dasar falsafah dari Indonesia merdeka,
dan dalam rangka itu pada tanggal 29 Mei 1945 dan 1 Juni 1945 Mr. Moh
Yamin dan Ir. Soekarno telah mengucapkan pidatonya. Kedua pidato
tersebut memuat dasar-dasar bagi Indonesia merdeka.
Baru kemudian pada masa sidang kedua, pembicaraan tentang
Rancangan Undang-Undang Dasar benar-benar dilaksanakan dan
dibentuklah suatu Panitia yang diberi nama Panitia Hukum Dasar dengan
anggota terdiri dari Prof. Mr. R. Pandji Singgih, H.A.Salim, dan Dr.
Sukiman, sedangkan Ketuanya diangkat Prof. Mr. Dr.Soepomo.
Pada tanggal 13 Juli 1945 panitia kecil telah menyelesaikan tugas ,dan
memberikan laporan kepada paniti hukum dasar. Setelah beberapa kali
sidang, Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Undang-
Undang Dasar pada tanggal 16 Juli 1945.

2. Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan selesainya tugas Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia, maka oleh Pemerintah Balatentara Jepang
dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (P.P.K.I). Tugas

7
Lihat A.G Pringgodigdo, sejarah Pembentukan Undang Undang Dasar Republik Indonesia. –
ceramah yang diselenggarakan oleh I.S.H.I – majalah hukum dan masyarakat, tahun III No.2 MEI
1958 hal 3 s/d 26

13
Panitia ini terdiri dari 21 orang anggota termasuk seorang ketua dan wakil
ketua masing-masing Ir. Soekano dan Drs. Mohammad Hatta.
Menurut rencananya panitia ini akan mulai bekerja pada tanggal 9
Agustus 1945, dan diharapkan pada tanggal 24 Agustus 1945 hasil kerja
Panitia ini dapat disahkan oleh pemerintah Jepang di Tokyo.
Rencana tersebut ternyata tidak dapat berjalan, karena sebelum panitia
tersebut ternyata tidak dapat berjalan , karen sebelum panitia tersebut
menjalankan tugasnya, pada tanggal 6 Agustus 1945 di Nagasaki.
Akibatnya Jepang menyerahkan kepada sekutu.
8
Akibat dai hal tersebut di atas, maka panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia yang semula beranggotakan 21 ornag di tambah menjadi 26
8
orang , dan tidak dapat lagi dikaitkan dengan pemerintah balatentara
Jepang, karena sebelum Panitia tersebut bekerja Jepang telah menyerah
kepada sekutu, dan panitia yang baru ini sudah ditambah dengan 5 orang.
Panitia persiapan kemerdekaan Indonesia kemudian dibentuk oleh
bangsa Indonesia sehari setelah proklamasi kemerdekaan yaitu pada
tanggal 18 Agustus 1945 mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945.
Apabila diperhatikan hasil Panitia Hukum Dasar yang diterima oleh Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia banyak yang
di terima oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan khusus
mengenai Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 perlu diperhatikan apa
yang dicetusakan oleh 9 orang tokoh bangsa Indonesia pada tanggal 22
Juli 1945 di Jakarta, yang dinamakan piagam Jakarta. Piagam ini memuat
pokok-pokok pikiran tentang negara Indonesia merdeka. Setelah
dihilangkan 7 kata-kata dalam piagam Jakarta tersebut, maka seluruh
isinya dijadikan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

3. Sahnya Undang-Undang Dasar 1945

8
Lihat A.G Pringgodigdo, sejarah Pembentukan Undang Undang Dasar Republik Indonesia. –
ceramah yang diselenggarakan oleh I.S.H.I – majalah hukum dan masyarakat, tahun III No.2 MEI
1958 hal 3 s/d 26

14
Di muka telah dijelaskan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 disusun
oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
yang kemudian dilanjutkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia, dan disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Jelas bahwa kedua badan tersebut bukan konstituante atau badan yang
dapat disamakan dengan itu seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil
pemilihan umum.Karena itu timbulpertanyaan apakah Undang-Undang
Dasar 1945 tersebut sah ?

Prof. Ismail Sunny dalam bukunya “Pergeseran Kekuasaan Eksekutif”


menyebutkan bahwa kesahan Undang-Undang Dasar 1945 harus
dipertimbangkan dengan menunjuk kepada berhasilnya revolusi Indonesia.
Jadi karena revolusi Indonesia berhasil , maka apa yang dihasilkan oleh
revolusi itu – Undang-Undang Dasar 1945 – adalah sah.

9
Pendapat tersebut didasarkan kepada pendapat Hans kelsen dalam
bukunya “General Theory of Law and State” yang mengatakan bahwa jika
suatu revolusi rakyat, atau suatu republik dirobah bentuknya menjadi
kerajaan oleh suatu coup d’etat seorang Presiden, dan jika pemerintahan
baru itu sanggup mempertahankan konstitusi baru dalam suatu cara yang
efektif , maka menurut Hukum Internasional Pemerintah dan Konstitusi
ini adalah Pemerintah yang sah dan konsistusi yang berlaku bagi negara
itu .

Hampir sama dengan pendapat Hans kalsen tersebut, Ivorjennings


dalam bukunya “The Law and The Constitution” menyatakan, bahwa
revolusi yang berhasil menciptakan konstitusi baru. Meskipun timbulnya
/revolusi itu menyalahi hukum yang berlaku pada waktu itu, namun jika
revousi itu dapat mempertahankan kekuasaannya, kekuasaan itu diakui
oleh ilmu hukum sebagai suatu yang sah.

Dilihat dari sudut bahwa apa uyang dihasilkan oleh revolusi Indonesia
adalah merobah ketentuan hukum yang berlaku pada waktu itu, maka ada
9
Hans Kelsen, General theory of law and state, cambrige havard university Press,1956 cet ke 4
hal 116

15
baiknya kalau di bawah ini diuraikan pula pendapat dari Jellinek tentang
perobahan Undang-Undang Dasar .Jellinek membedakan perobahan
Undang- Undang Dasar dalam dua hal,yaitu Verfassungsanderung dan
Verfassungswandlung. Verfassungsanderung adalah perobahan Undang-
Undang Dasar yang dilakukan dengan sengaja sesuai dengan apa yang
ditentukan dalam Undang-Undang Dasar yang bersangkutan.
Verfassungswandlung adalah perobahan Undang-Undang Dasar dengan
cara yang tidak disebutkan dalam Undang-Undang Dasar tersebut,tetapi
melalui cara istimewa,seperti revolusi, coup d’etat,convention, dan
sebagainya.

Perobahan ketatanegaraanyang terjadi dengan meletusnya revolusi


Indonesia, sewaktu kekuasaan Jepang telah runtuh dan kekuasaan Belanda
belum pulih kembali, maka yang terjadi pada waktu itu adalah kekosongan
hukum, dan perobahan tersebut tidak ditetapkan dalam ketentuan yang
ada, sehingga dengan demikian perobahan itu termasuk Verfassung-
swandlung.Bila di hubungkan dengan pebentukan hukum menurut faham
Struyeken, maka pembentukan hukum Republik Indonesia yang dimulai
dengan Undang-Undang Dasar 1945 adalah pembentukan secara luar biasa
(normale rechtsvorming).

Kedaulatan Negara

1010
Teori kedaulatan negara juga lahir sebagai reaksi atas kedaulatan
rakyat,namun melangsungkan teori kedaulatan raja dalam suasana
kedaulatan rakyat, namun melangusungkan kedaulatan raja dalam susunan
kedaulatan rayat. Menurutpaham ini, negaralah sumber dalam negara.
Berdasarkan asumsi tersebut,negara(dalam arti government’pemerintah ‘)
dianggap mempunyai hak yang tidak terbatas terhadap life, liberty, dan
property dari warganya. Warga negara beserta hak miliknya tersebut dapat

101010
Baca Eddy Purnama, Negara Kedaulatan rakyat analisis terhadap sistem pemerintahan
indonesia dan perbandingan dengan negara negara lain (bandung Nusamedia, 2007) hlm 29

16
dikerahkan untuk kepentingan kebesaran negara . Mereka taat pada
hukum, bukan karen suatu perjanjian , melainkan karena kehendak negara.

Hal ini terutama diajarkan oleh paham Deutsche Publizisten Schuule


yang memberikan konstruksi pada kekuasaan raja Jerman yang mutlak,
pada suasana teori kedaulatan rakyat, kuatnya kedudukan raja karena
mendapat dukungan yang besar dari tiga golongan, yaitu sebagai berikut,
1. Angkatan perang (armee)
2. Golongan idustrialis (junkertum)
3. Golongan birokrasi (staf pegawai negara)

Dengan demikian, secara praktis, rakyat tidak mempunyai kewenangan


apa-apa dan tidak memiliki kedaulatan. Wewenang tertinggi berada pada
negara. Sebenarnya, negara hanyalah alat , bukan yang memiliki
kedaulatan. Jadi, ajaran kedaulatan negara ini adalah perwujudan baru
dari kedaulatan raja. Karena pelaksanaan kedaulatan adalah negara dan
negara adalah abstrak, maka kedaulatan ada pada raja.

E. TEORI KEDAULATAN HUKUM

1111
Teori kedaulatan muncul sebagai penyangkal terhadap teori
kedaulatan negara. Teori ini dikembangakn oleh Krabbe. Teori kedaulatan
hukum menunjukkan bahwa kekuasaan yang tinggi tidak terletak pada raja
(teori krdaulatan raja) atau juga tidak tidak pada negara (teori kedaulatan
negara). Kekuasaan tertinggi berada pada hukum yang bersumber pada
kesaradaran hukum pada setiap orang. Menurut teori ini, hukum adalah
pernyataaan penilaian yang terbit dari kesadaran hukum manusia dan
merupakan kedaulatan. Kesadaran hukum inilah yang membedakan mana yang
adil dan mana yang tidak adil.

11
Padmo wahjono, op cit hlm.156

17
F. PERKEMBANGAN KONTEMPORER TENTANG KONSEP
KEDAULTAN NEGARA

Konsep kedaulatan negara modern di kembangkan dan di susun melalui


dorongan perjanjian westphalia 1684 yang telah mengakhiri delapan bulan
konflik agama yang terjadi di eropa dan mengahasilkan ketentuan baru hukum
Internasional yang selanjutnya mendasari terbentuknya sisitim negara
modern.Dasar sistim negara modern tersebut adalah pengakuan atas karakter
berdaulat dari suatu kebangsaan dan menolak adanya campurtangan oleh pihak
luar dalam masalah internal.Ketentuan internasional yang diatur dalam
perjanjian westphalia tersebut selanjutnya telah di modifikasi selama bertahun
tahun dan dilakukan dalam piagam PBB.

1212
Sebelum lahirnya piagam PBB, hukum Internasional terfokus kepada
praktek negara-negara.Pada saat itu, peperangan merupakan suatu yang sah
sebagai praktik state to state dan negara negara memiliki kedaulatan, baik
kedaulatan hukum maupun admisnistrassi kenegaraan.Piagam PBB kemudian
memodifikasi situasi tersebut, yaitu yang berkaitan dengan hukum dengan
mengusulkan larangan perang dan penggunaan kekerasan, kecuali perang atau
penggunaan kekerasan yang merupakan pertahanan diri atau jika diizinkan oleh
aturan yang ada.

Dalam praktek selanjutnya disayangkan bahwa piagam PBB tidak secara


tegas melarang negara-negara untuk menggunakan kekerasan, selain itu
kondisi perang dini juga secara efektif telah menghalangi penerapan atau
aturan yang ada oleh masyarakat dunia.Namun, aturan ini tidak berlaku untuk
oprasi kongo pada tahun 1960 an sampai tahun 1990 dimana PBB hanya
berpegang pada ketentuan untuk menjaga perdamaian secacra tradisional dan
pasukan multinasional diperboleh kan menggunakan senjata untuk membela
diri.

12
Ibid,hlm 156

18
Selanjutnya, deklarasi universal mengenai hak asasi manusia
(HAM) dan konfensi

G. Redefenisi Konsep kedaulatan negara

Dampak dari globalisasi tidak hanya terjadi pada sektor ekonomi, teteapi
juga berpengaruh pada nilai-nilai demikrasi dan hak asasi manusia.Dampak
ekonomi akibat meluasnya globalisasi telah menciptakan efek dominan pada
area lain pada sistim sosial.Kita memahami bahwa proses globalisasi
membawa perubahan besar dalam setiap aspek kehidupan manusia
(teknologi,kondisi kerja,pekerjaan,kompetisi,konsumsi,dan sebagainya).Oleh
karena itu, negara harus berupayan untuk melakukan koreksi terhadap dampak
negatif dari globalisasi bagi warga negaranya.Upaya-upaya yang perlu
dilakukan antara lain mekanisme pemerataan dan pembagian kesejahterahan
sosial adil ,serta pemberdayaan dan peningkatan kapasitas
masyarakat.Schachter (1997) menyatakan bahwa “mereka yang lemah dan
rentan secara umum,lebih mungkin untuk mendapat kan perlindungan dan
keuntungan melalui negara jika dibandingkan dengan melalui pasar bebas atau
asosiasi non-pemerintah yang tidak memiliki wewenang yang efektif.”

Dalam area pembentukan hukum dan kebijakan,globalisasi menimbulkan


dampak negatif dalam berkurangnya tingkat kebebasan negara dalam penyusun
kebijakan ekonomi.Hal ini terutama terjadi pada negara-negara
berkembang.Ketidak seimbangan kekuatan antara Utara dan Selatan telah
mengancam kedaulatan negara yang lebih lemah.Berbagai tekanan terhadap
kedaulatan negara-negara berkembang sebagian besar berasal dari lembaga
transnasional.Negara-negara berkembang yang terperangkap dalam utang dan
memperoleh bantuan keuangan dari berbagai institusi keuangan internasional
(international finance institution).Dituntut untuk melakukan reformasi ekonomi
dan pembuatan kebijakan , sebagaimana ditetapkan dalam berbagai perjanjian
perbaikan struktural oleh IFIS.Dengan demikian negara-negara berkembang ini

19
tidak lagi mempunyai otonomi dalam membentuk hukum dan kebijakan
nasionalnya.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum,Oleh


karena itu dalam segala aspek pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur
dalam sistem peraturan perundang-undangan hal inilah yang dimaksud dengan
pengertian pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia

Sistem ketatanegaraan dengan berdasarkan pada nilai-nilai yang


berhubungan dengan Pancasila, dapat menjadikan karakter suatu bangsa memiliki
moral yang sesuai dengan yang tercermin dalam sila-sila Pancasila.

20
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr.Jimly Asshiddiqie, S.H. Hukum Tata Negara & Pilar-Pilar Demokrasi.
Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Prof. Dr. Sri Soemantri. Hukum Tata Negara Indonesia Pemikiran & Pandangan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2014

Jazim Hamidi, Mohamad Sinal, Ronny Winarno, Any Suryani, I Ketut Sudantra,
Mariyadi,Tunggul Anshari S.Negara. Teori Hukum Tata Negara(A Turning
Point Of The State). Jakarta: Salemba Humanika. 2012

Moh. Kusnardi S.H.,Harmai Ibrahim S.H.. Hukum Tata Negara Indonesia.


Jakarta: C.V. “Sinar Bakti”. 1976

21

Anda mungkin juga menyukai