Anda di halaman 1dari 3

X26 = spesifikasi material & peralatan (Bakhtiyar 2012, Pinori 2015

X31 = ketepatan skala gambar (Assaf 2017, PUtri 2012


Akibat:
Putri 2012 = terjadi klaim konstruksi akibat gambar bestek yang tidak jelas
Rekomendasi:
Putri 2012 = diperlukan adanya perencanaan desain yang baik dan lengkap sehingga
dapat meminimalisir perubahan selama tahap pelaksanaan proyek; komitmen pemilik
proyek untuk memenuhi kesepakatan yang tertuan dalam kontrak untuk menjamin
kesetaraan kedudukan pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajibannya.

X32 = kesesuaian perencanaan & peraturan pemerintah (Assaf 2017, Pinori 2015
Rekomendasi:
Assaf 2017 = perlu adanya kode bangunan untuk menstandarisasi persyaratan minimum
dalam penerimaan desain proyek konstruksi.
Pinori 2015 = Asosiasi Jasa Konstruksi lebih aktif dalam mensosialisasikan
peraturan dan perundang-undangan antara lain Kepres, Kepmen agar para penydia jasa
terhindar dari faktor-faktor keterlambatan pekerjaan konstruksi sehingga
menyebabkan kerugian terhadap mutu, biaya dan waktu.

X36 = review design (Bakhtiyar 2012


Akibat:
Bakhtiyar 2012 = banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/diulang karena
cacat/tidak benar
Rekomendasi:
Bakhtiyar 2012 = perlu adanya perbaikan dalam sistem manajemen

X23 = konsistensi antara dokumen, RKS & engineer estimate (Diputra 2009, Ahmed 2016
[design related factors],
Akibat:
Ahmed 2016 = (tidak menutup kemungkinan bahwa kegiatan perencanaan dilakukan oleh
hanya 1 tenaga ahli dalam suatu konsultan perencana) kurangnya koordinasi dan
integrasi antara desain dan team member yang menyebabkan rework atau pekerjaan
ulang. Pekerjaan ulang yang terjadi terus menerus hendaknya dihindari karena dapat
berdampak pada berkurangnya pengawasan, de-motivasi pekerja dan penambahan biaya
dan waktu
Rekomendasi:
Ahmed 2016 = perlu adanya supervisor berkompeten fulltime untuk dapat terus
mengawasi jalannya pekerjaan, untuk menghindari pekerja yang kurang ahli;

Rekomendasi umum = memberikan pelatihan secara berkelanjutan untuk tenaga kerja


penyedia jasa (Pinori 2015, Ahmed 2016, Maddeppunggeng 2015 [untuk menghindari
kesalahan perencanaan], Assaf 2017,

===================================================================================
=====================
Perencanaan dan perhitungan struktur tidak akan berguna jika pengaplikasiannya di
lapangan menggunakan komponen-komponen yang berbeda dari yang direncanakan.
Perencanaan suatu konstruksi pastinya sudah memiliki tinjauan terhadap jenis
material dan prosedur pelaksanaan yang akan digunakan dan harus dipatuhi oleh
kontraktor atau pelaksana di lapangan. Kurangnya perhatian dalam hal ini dapat
menyebabkan penggunaan material dengan jenis dan mutu yang tidak sesuai dengan
perhitungan, dan menggunakan metode pekerjaan yang dianggap mudah oleh kontraktor
sehingga membuka peluang terjadinya kegagalan konstruksi. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Bakhtiyar (2012) dan Pinori (2015) yang berakibat
pada keterlambatan proyek. Ervianto (2006, hal.11) menjelaskan bahwa proses
penyelesaian harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain) yaitu sesuai
spesifikasi yang ditetapkan, sesuai jadwal dan sesuai biaya yang direncanakan.
Rekomendasi perbaikan yang dapat diberikan adalah pembuatan dokumen spesifikasi
sebagai salah satu kelengkapan dalam dokumen desain selain dari gambar rencana,
anggaran biaya, BoQ dan persyaratan lelang (Ervianto, 2006, hal.83). Dengan
mengisyaratkan jenis dan mutu material yang akan digunakan, maka mutu dalam
perencanaan akan dicapai. Dari prosedur pelaksanaan yang disarankan, maka pihak
pelaksana pastinya akan menggunakan peralatan yang sesuai pula sehingga peluang
terjadinya kegagalan konstruksi dapat diminimalisasi.
Gambar kerja merupakan dokumen yang menjadi pegangan sebagai acuan pelaksanaan oleh
personel di lapangan. Kesalahan dalam gambar ini, berarti kesalahan juga pada
pelaksanaannya. Gambar kerja yang lengkap dan baik akan berfungsi dengan baik
sebagai penyampai informasi; pengawetan, penyimpaan dan penggunaan keterangan; dan
cara pemikiran dalam penyiapan informasi (Primasari, 2012). Penggunaan skala gambar
yang dimaksud tidak sekedar skala pembesaran atau skala pengecilan saja, namun
termasuk penggunaan ukuran huruf dan angka, dimensi, jenis garis, dan penggunaan
simbol dan notasi. Gambar rencana yang tidak jelas dapat mengakibatkan klaim
konstruksi (Putri, 2012). Rekomendasi yang bisa diberikan adalah pembuatan gambar
kerja dengan menggunakan skala-skala gambar yang telah distandarisasi seperti ISO
untuk standar internasional dan SNI untuk standar nasional Indonesia (Primasari,
2012). Dengan penggunaan skala yang terstandarisasi dan tepat pada gambar,
penyampaian informasi kepada klien akan lebih jelas dan meminimalisir terjadinya
kesalahan.
Perencanaan terhadap struktur suatu bangunan gedung tentunya tidak dilakukan
semena-mena, tetapi berdasarkan acuan-acuan normatif. Kepatuhan dalam perencanaan
tidak terbatas hanya pada standar-standar dan aturan teknis, tetapi perlu juga
perhatian terhadap peraturan pemerintah yang berlaku, terutama terhadap Pemda
dimana konstruksi tersebut akan didirikan. Gagal dalam menaati peraturan-peraturan
yang ada, berakibat pada sanksi administratif dan/atau sanksi pidana. Rekomendasi
yang dapat diberikan adalah perlunya perhatian terhadap kriteria-kriteria yang
diisyaratkan dalam peraturan pemerintah, baik kriteria dalam peraturan nasional
seperti UU nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan peraturan daerah seperti
Perda Kota Batam nomor 2 tahun 2011 tentang Bangunan Gedung dan kemudian diterapkan
dalam dokumen perencanaan yang dibuat, menggunakan building codes yang berlaku
sebagai standarisasi persyaratan minimum desain konstruksi yang dapat diterima
(Assaf, 2017).
Pengulasan kembali terhadap desain yang telah dibuat penting untuk dilakukan
terlebih lagi jika desain yang dibuat oleh personel junior. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya keterlambatan penyelesaian proyek (Bakhtiyar,
2012), dalam hal ini proyek desain. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bakhtiyar
(2012) juga didapat bahwa sistem inspeksi, kontrol dan evaluasi pekerjaan yang
buruk menyebabkan banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki\diulang karena
cacat\tidak benar. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah perlu adanya perbaikan
dalam sistem manajemen (Bakhtiyar, 2012), terutama terhadap personil junior. Maksud
dari rekomendasi perbaikan manajemen adalah perlu suatu tahapan dalam proses desain
untuk mengulas kembali desain yang telah dibuat, tidak terbatas pada personil
junior saja, untuk meminimalisir kesalahan yang mungkin terjadi.
Koordinasi antara bagian-bagian perencanaan penting untuk dapat terintegrasi satu
dengan lainnya. Sama halnya hubungan antara dokumen perencanaan, RKS dan estimasi
yang telah dibuat oleh engineer. Tidak menutup kemungkinan bahwa kegiatan
perencanaan dilakukan oleh hanya dengan 1 tenaga ahli dalam suatu konsultan
perencana. Kurangnya konsistensi antara bagian-bagian ini disebabkan oleh masalah
komunikasi dan penggunaan media informasi yang kurang efektif (Ahmed, 2016).
Kurangnya koordinasi dan integrasi antara desain dan anggota tim desain dapat
menyebabkan pekerjaan ulang secara terus menerus yang berdampak pada penurunan
pengawasan, penurunan motivasi kerja dan penambahan biawa & waktu. Rekomendasi yang
dapat diberikan adalah perlu adanya supervisor berkompeten yang fulltime untuk
dapat terus mengawasi jalannya pekerjaan (Ahmed, 2016). Dengan rekomendasi
pengawasan ini diharapkan hasil yang konsisten antara dokumen perencanaan, RKS dan
estimasi engineer terhadap tujuan proyek.
Untuk menghindari kesalahan dalam perencanaan, terutama faktor-faktor dan variable-
variabel penting yang didapat dari hasil analisis penelitian, ada rekomendasi umum
yang dapat diberikan. Rekomendasi ini diberikan dari beberapa penelitian yang
dilakukan oleh Pinori (2015), Ahmed (2016), Maddeppunggeng (2015) dan Assaf (2017)
yaitu untuk memberikan pelatihan secara berkelanjutan untuk tenaga kerja penyedia
jasa.

Anda mungkin juga menyukai