Anda di halaman 1dari 5

Panduan beternak walet

Blog ini akan membantu anda untuk meraih sukses dalam beternak walet.

Selasa, 15 September 2009


Membudidayakan Walet di dalam Gedung Baru

Untuk membudidayakan walet di dalam gedung baru, ada tiga hal yang harus kita persiapkan,
yaitu menyiapkan tempat, menyiapkan induk dan telur, dan cara penetasan telur.

a. Penyiapan rumah walet


1). Pemilihan lokasi

Pemilihan lokasi bangunan rumah walet sangat mendukung keberhasilan pengoperasian gedung
walet. Dalam pemilihan lokasi ini, harus diperhatikan faktor-faktor lingkungan yang cocok untuk
kehidupan burung walet. Faktor lingkungan tersebut sebaiknya berdasarkan sifat dan faktor-
faktor yang secara alami disukai oleh burung walet atau burung sriti, seperti berikut ini :

 Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1.000 m di atas permukaan laut. Pada
umumnya, burung walet tidak mau menempati rumah atau gedung ketinggian 1.000 m di
atas permukaan laut.
 Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan
masyarakat. Dengan kata lain daerah yang relatif murni dan alami paling tepat sebagai
tempat tinggal burung walet.
 Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai, rawa-rawa
merupakan daerah yang paling tepat untuk berburu makanan bagi burung walet.
 Daerah yang cukup aman bagi kehidupan burung walet dan sriti, yaitu daerah yang jauh
dari gangguan burung-burung buas pemakan daging. Jenis burung buas ini antara lain
burung elang, burung alap-alap, burung rajawali.
 Suatu lokasi yang sekitarnya banyak terdapat burung sriti. Hal ini menandakan bahwa
daerah tersebut cocok dipakai untuk mengembangkan walet penghasil sarang burung
yang bermanfaat.

2). Gedung walet

Dalam merencanakan pembuatan gedung atau rumah walet, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :

 Bentuk dan konstruksi rumah

Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar yang luasnya bervariasi dari 10 x 15 m2
- 10 x 20 m2. Ketinggian tembok rumah walet praktis sama dengan rumah sriti, yaitu sekitar 5–6
m. Tinggi tembok tersebut belum termasuk wuwungan. Tinggi rendahnya wuwungan sangat
mempengaruhi kondisi suhu dan kelembaban gedung walet. Makin tinggi wuwungannya, makin
baik bagi rumah walet dan lebih disukai oleh burung walet. Semakin besar jarak antara bubungan
dengan plafon berarti rongga antara bubungan dengan plafon bertambah besar. Dengan adanya
jarak yang besar, maka volume udara dalam ruangan tersebut juga semakin besar sehingga panas
udara tidak sepenuhnya menyinggung plafon.

Rumah setinggi itu tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi disekitarnya karena burung walet
hanya mau memasuki rumah yang lubang masuknya bebas dari pepohonan. Apabila rumah
tersebut tertutup oleh pepohonan di sekitarnya perlu dibangun rumah yang lebih tinggi lagi.

Tembok dibuat dari plester, sedangkan bagian luarnya dari campuran semen. Bagian dalam
tembok sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur, dan semen dengan perbandingan 3:2:1.
Komposisi tersebut mirip komposisi gua-gua walet alam dan sangat baik untuk mengendalikan
suhu dan kelembaban udara dalam ruangan gedung walet. Untuk mengurangi bau semen dapat
disiram dengan air setiap hari. Makin sering tembok tersebut disiram dengan air, makin cepat
hilang bau semennya. Kerangka atap dan sekat-sekat untuk melekatnya sarang burung walet
sebaiknya dibuat dari kayu yang kuat dan cukup tua agar dapat bertahan dalam jangka panjang,
tidak mudah dimakan rengat dan tidak perlu cepat diganti. Penggantian yang terlalu sering bisa
megganggu ketenangan burung walet.

 Bentuk ruangan dan jalan masuk burung walet

Ruangan dapat dibuat bertingkat berdasarkan ketinggiannya, minimal 2 m. Setiap tingkat


dipetak-petak lagi menjadi beberapa ruangan sehingga akan menciptakan suasana seperti dalam
gua-gua batu karang alami.

Seringkali burung walet terbang berputar-putar di depan gua, sebelum masuk ke dalam
sarangnya. Oleh karena itu, gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat
untuk berputar-putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang. Untuk
mencegah masuknya cahaya yang terlalu banyak, resting room dibuat berpetak-petak. Antara
petak yang satu dengan petak yang lainnya saling berhubungan.

Lubang untuk keluar masuk burung dibuat di bagian atas, diperhitungkan agar burung-burung
dapat bebas keluar masuk tanpa terganggu pepohonan di sekitar bangunan gedung. Ukuran dan
bentuk lubang dapat bervariasi. Bila berbentuk bujur sangkar, idealnya berukuran 20 x 20 cm2,
bila mamanjang dengan ukuran 20 x 35 cm2, dan bila berbentuk lingkaran garis tengahnya 20
cm.

Lubang keluar masuk burung jumlahnya tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Yang
jelas, semakin sedikit jumlah lubang tersebut semakin baik. Untuk satu ruangan cukup satu
lubang saja. Lubang yang terlalu banyak dapat mempengaruhi suhu, kelembaban, dan cahaya
dalam gedung yang akan mengakibatkan tidak krasannya walet tinggal dalam gedung tersebut.

Letak lubang sebaiknya tidak menghadap ke timur, karena pada pagi hari saat burung walet akan
keluar, matanya silau terkena cahaya matahari pagi. Dinding lubang sebaiknya dicat hitam agar
mudah dilihat oleh burung dari jarak jauh dan akan membantu burung walet cepat mengenal
rumahnya. Di samping itu, pengecatan dengan warna hitam dapat pula meredam sinar yang
masuk dari luar gedung sehingga ruangan menjadi lebih gelap.

 Cat rumah dan pencahayaan

Cat yang dipakai untuk rumah walet sebaiknya dari kapur yang cukup halus dan rata agar tidak
mudah rusak. Lapisan tembok bagian dalam tidak perlu dicat agar sesuai dengan kondisi gua
alam dan dapat mengurangi sinar.

Untuk mengurangi pembiasan sinar dari luar gedung, pada lubang keluar masuk diberi penangkal
sinar yang berbentuk corong dari kain berwarna hitam. Dengan cara seperti ini, sinar yang masuk
dapat terfokus pada satu arah sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap.

 Tembok keliling gedung sebagai pengaman dari gangguan

Untuk menjaga keamanan burung walet dan produksinya dari hama pengganggu dan pencurian,
maka disekitar gedung walet perlu dipagar tembok. Akan lebih sempurna lagi, bila di luar
tembok tersebut dibuat parit yang selalu terisi air yang mengalir.

b.Penyiapan induk dan telur


1). Penyiapan induk

Untuk membudidayakan walet gedongan, sebagai induk walet dipilih burung sriti yang
diusahakan agar mau bersarang di dalam gedung baru. Gedung baru akan berfungsi sebagai
gedung walet bila sudah mulai ditempati burung sriti. Karena burung sriti mau menempati
gedung baru, sedangkan burung walet biasanya mau menempati gedung yang sudah banyak
kotoran burung sriti. Hal ini disebabkan gedung yang masih baru masih ada bau semen. Untuk
mempercepat proses masuknya walet, biasanya gedung yang masih baru dindingnya sering
dilumuri kotoran burung sriti dan kayu-kayunya dilumuri air cucian sarang burung.

2). Penyiapan telur

Di dalam usaha budidaya burung walet, perlu disiapkan telur walet untuk ditetaskan pada sarang
burung sriti. Telur tersebut dapat diperoleh dari pemilik gedung walet yang sedang melakukan
“panen cara buang telur Dalam penyiapan telur ini, perlu diketahui ciri-ciri telur walet agar tidak
terjadi kekeliruan dengan telur burung sriti karena keduanya hampir sama. Umumnya, telur
burung walet berwarna putih kebiruan, sedangkan telur burung sriti putih berbintik-bintik cokelat
hitam. Dalam hal ini, perlu dipilih telur yang berukuran normal, tidak terlalu besar atau kecil dari
ukuran rata-rata telur walet. Di samping itu, pilih telur yang baik, tidak retak, kasar, tidak
tercemar kotoran, air, atau minyak. Umumnya, telur yang tercemar kotoran tidak akan menetas.
Oleh karena itu, pengambilan dari sarangnya perlu dilakukan dengan hati-hati.

Untuk mengetahui kualitas bagian dalam telur, dapat dilakukan dengan cara peneropongan.
Teropong dibuat dari karton kemudian telur diarahkan ke sinar, maka akan terlihat bagian dalam
telur. Dalam peneropongan ini, yang perlu diperhatikan adalah keadaan dan letak kantung udara,
keadaan dan letak kuning telur, serta ada tidaknya bintik darah. Telur tetas yang baik mempunyai
kantung udara yang relatif kecil, stabil, dan tidak bergeser dari tempatnya. Letak kuning telur
harus ada di tengah dan tidak bergerak-gerak, tidak ditemukan bintik darah. Telur yang
mempunyai bintik darah, daya tetasnya hanya 56,3 %. Setelah dilakukan seleksi dan diperoleh
telur tetas yang baik, langkah selanjutnya adalah menetaskan telur-telur tesebut pada sarang sriti.

c. Cara penetasan telur

Antara burung walet dan sriti banyak mempunyai kesamaan, baik mengenai makanan, ekosistim,
perkembangan biologis maupun habitatnya. Dengan adanya persamaan tersebut, sangat
dimungkinkan bila telur walet ditetaskan dalam sarang sriti, kemudian diasuh dan dibesarkan
oleh burung sriti sampai saatnya anak walet dapat mencari makan sendiri dan tumbuh menjadi
walet dewasa.

Untuk menetaskan telur walet pada sarang sriti hal yang pertama dilakukan adalah mengganti
telur sriti dengan telur walet. Hal ini dapat dilakukan bila musim bertelur burung sriti tiba.
Pengambilan telur harus dilakukan dengan hati-hati, tidak memakai tangan secara langsung,
tetapi dengan sendok plastik atau kertas tissue. Hal ini untuk menghindari kerusakan dan
pencemaran telur yang dapat menyebabkan burung sriti tidak mau mengeraminya. Diusahakan
agar cara pengangkutan pun tidak banyak goncangan dan benturan. Penggantian telur dilakukan
pada siang hari, saat burung sriti keluar gedung untuk mencari makan. Selanjutnya, telur-telur
walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan setelah menetas akan diasuhnya sampai burung
walet dapat terbang dan mencari makan sendiri.

Selanjutnya di ternakburungwalet.blogspot.com
Mengubah gedung sriti menjadi gedung walet berdasarkan kondisi alam yang disukai oleh
burung walet. Lubang-lubang yang tidak diperlukan ditutup agar ruangan menjadi lebih gelap.
Dengan demikian, anak burung walet yang sudah dapat terbang tersebut betah tinggal di dalam
gedung. Penutupan lubang dapat dilakukan setelah anak burung walet berumur 30-40 hari.
Apabila penutupan lubang dilakukan lebih awal dapat mengganggu burung sriti yang menyukai
tempat terang. Sebaliknya, bila ditutup setelah anak walet terbang meninggalkan sarang, usaha
kita akan sia-sia.

Diposkan oleh Aris Hidayat di 22.38

0 komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

search this blog

About Me

Aris Hidayat
Lihat profil lengkapku

Blog Archive
 ▼ 2009 (6)
o ► Oktober (3)
o ▼ September (3)
 Membudidayakan Walet di dalam Gedung Baru
 Mengenal Walet
 Relationship with humans

Follower

Nuance - FREE 30 - day Trial

Anda mungkin juga menyukai