Anda di halaman 1dari 4

Pemicu 5 2. Homoseksual dan Pekerja Seks Komersial (PSK).

Nama : Dede Fatmawati 3. Wanita usia pra pubertas dan menopause lebih rentan terkena gonore.
NIM : 405150135 4. Bayi dengan ibu menderita gonore.
5. Hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi (kondom).
VAGINOSIS BAKTERIAL
Definisi : VB adalah suatu sindrom perubahan ekosistem vagina dimana terjadi Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
pergantian dari lactobacillus yang normalnya memproduksi H2O2 di vagina • Pemeriksaan Fisik
dengan bakteri anaerob (Prevotella Sp, Mobiluncus species, Gardnerella Tampak eritem, edema dan ektropion pada orifisium uretra eksterna,
vaginalis, Mycoplasma hominis) yang menyebabkan peningkatan pH dari nilai terdapat duh tubuh mukopurulen, serta pembesaran KGB inguinal uniatau
kurang 4,5 sampai 7,0. Hal itu bisa timbul dan remisi secara spontan pada wanita bilateral.
dengan seksual aktif dan bukan seksual aktif. Jalur yang oasti dari trasnmisi Apabila terjadi proktitis, tampak daerah anus eritem, edem dan tertutup pus
seksual pada patogenesis VB belum jelas. mukopurulen.
Etiologi : Belum diketahui dengan pasti. Secara epidemiologi kumpulan gejala • Pada pria:
yang timbul pada VB berhubungan dengan aktivitas seksual. VB merupakan Pemeriksaan rectal toucher dilakukan untuk memeriksa prostat: pembesaran
infeksi vagina yang tersering pada wanita dengan seksual aktif. Penyebab VB prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan dan bila terdapat abses akan
bukan bakteri tunggal. Ada 4 jenis bakteri vagina yang berhubungan dengan VB teraba fluktuasi.
1. Gardnerella vaginalis • Pada wanita:
2. Bakteri anaerob Pemeriksaan in speculo dilakukan apabila wanita tesebut sudah
3. Mycoplasma hominis menikah.Pada pemeriksaan tampak serviks merah, erosi dan terdapat secret
4. Mobiluncus Spp mukopurulen.
Gambaran klinis • Pemeriksaan Penunjang
• Wanita dengan VB dapat tanpa gejala, atau Pemeriksaan mikroskopis sediaan langsung duh tubuh dengan pewarnaan
• Bau vagina seperti bau ikan, terutama saat berhubungan seksual (khas) gram untuk menemukan kuman gonokokus gram negarif, intra atau
Bau disebabkan adanya amin yang menguap bila cairan vagina menjadi ekstraseluler.Pada pria sediaan diambil dari daerah fossa navikularis, dan
basa. Cairan seminal yang basa (pH 7,2) menyebabkan terlepasnya amin wanita dari uretra, muara kelenjar bartolin, serviks dan rektum.
dari perlekatannya pada protein dan amin yang menguap menimbulkan bau • Pemeriksaan lain bila diperlukan: kultur, tes oksidasi dan fermentasi, tes
yang khas, namun pada sebagian wanita dapat asimtomatik.\ beta-laktamase, tes thomson dengan sediaan urin
• Pada pemeriksaan → sekret homogen (warna putih keabuan), tipis, dan cair Penegakan Diagnostik (Assessment)
• Tidak ditemukan inflamasi pada vagina dan vulva • Diagnosis Klinis : diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
Komplikasi : peningkatan konsentrasi bakteri intravaginal, bersama-sama dengan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
pergeseran ke flora virulen yang lebih banyak, dapat merupakan predisposisi • Klasifikasi, Berdasarkan susunan anatomi genitalia pria dan wanita:
komplikasi obstetrik dan ginekologi, seperti : karioaminionitis, infeksi cairan 1. Uretritis gonore
amnion, infeksi pada masa nifas, penyakit radang panggul, kelahiran prematur 2. Servisitis gonore (pada wanita)
dan his prematur. Diagnosis Banding
Diagnosis klinik VB berdasarkan pada adanya 3 dari 4 tanda-tanda berikut : Infeksi saluran kemih, Faringitis, Uretritis herpes simpleks, Arthritis inflamasi dan
1. Cairan vagina homogen, putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding septik, Konjungtivitis, endokarditis, meningitis dan uretritis non gonokokal
vagina Komplikasi
2. pH vagina lebih besar dari 4,5 Pada pria :
3. Sekret vagina berbau seperti ikan sebelum atau setelah penambahan KOH Lokal : tynositis, parauretritis, litritis, kowperitis.
10% (Whiff test) Asendens : prostatitis, vesikulitis, funikulitis, vasdeferentitis, epididimitis, trigonitis.
4. Adanya clue cells pada pemeriksaan mikroskop Pada wanita:
Tata laksana : prinsip terapi menghilangkan gejala dan tanda-tanda pada vagina. Lokal : parauretritis, bartolinitis.
Hanya wanita dengan VB simptomatik yang membutuhkan pengobatan. Terapi Asendens: salfingitis, Pelvic Inflammatory Diseases (PID).
dengan antibiotik, regimen yang direkomendasikan : Disseminata: Arthritis, miokarditis, endokarditis, perkarditis, meningitis, dermatitis.
• Metronidazole 500mg → oral, 2x/hari → 7 hari Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
• Metronidazole 2 gram dosis tunggal, atau Penatalaksanaan
• Timidazole 2 gram dosis tunggal 1. Memberitahu pasien untuk tidak melakukan kontak seksual hingga dinyatakan
• Kindamisin 300mg → oral, 2x/hari → 7 hari (regimen alternatif) sembuh dan menjaga kebersihan genital.
Terapi pemeliharaan : diberikan asam asetat gel yg digunakna saat menstruasi. 2. Pemberian farmakologi dengan antibiotik: Tiamfenikol, 3,5 gr per oral (p.o)
Regimen untuk wanita hamil : dosis tunggal, atau Ofloksasin 400 mg (p.o) dosis tunggal, atau Kanamisin 2
• Metronidazole 500mg → oral, 2x/hari → 7 hari gram Intra Muskular (I.M) dosis tunggal, atau Spektinomisin 2 gram I.M dosis
• Klindamisin → 300mg → oral, 2x/hari → 7 hari tunggal.
Padapasien VB dengan infeksi HIV → terapi sesuai dengan pasien HIV negatif Tiamfenikol, ofloksasin dan siprofloksasin merupakan kontraindikasi pada
Pencegahan : abstinensia (paling efektif) kehamilan dan tidak dianjurkan pada anak dan dewasa muda.
Prognosis
GONORE Prognosis umumnya tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan
Gonore adalah semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. gangguan fungsi terutama bila terjadi komplikasi.Apabila faktor risiko tidak
Penyakit ini termasuk Penyakit Menular Seksual (PMS) yang memiliki insidensi dihindari, dapat terjadi kondisi berulang.
tinggi. Cara penularan gonore terutama melalui genitor-genital, orogenital dan
ano-genital, namun dapat pula melalui alat mandi, termometer dan sebagainya SIFILIS
(gonore genital dan ekstragenital). Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah Sifilis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Treponema pallidum
mukosa vagina wanita sebelum pubertas. dan bersifat sistemik. Istilah lain penyakit ini adalah lues veneria atau lues. Di
Hasil Anamnesis (Subjective) Indonesia disebut dengan raja singa karena keganasannya. Sifilis dapat
• Keluhan menyerupai banyak penyakit dan memiliki masa laten.
Keluhan utama berhubungan erat dengan infeksi pada organ genital yang Hasil Anamnesis (Subjective)
terkena. Pada pria, keluhan tersering adalah kencing nanah. Gejala diawali oleh Keluhan
rasa panas dan gatal di distal uretra, disusul dengan disuria, polakisuria dan Pada afek primer, keluhan hanya berupa lesi tanpa nyeri di bagian predileksi.
keluarnya nanah dari ujung uretra yang kadang disertai darah.Selain itu, terdapat Pada sifilis sekunder, gejalanya antara lain:
perasaan nyeri saat terjadi ereksi.Gejala terjadi pada 2-7 hari setelah kontak 1. Ruam atau beruntus pada kulit, dan dapat menjadi luka, merah atau coklat
seksual. kemerahan, ukuran dapat bervariasi, di manapun pada tubuh termasuk telapak
Apabila terjadi prostatitis, keluhan disertai perasaan tidak enak di perineum dan tangan dan telapak kaki.
suprapubis, malaise, demam, nyeri kencing hingga hematuri, serta retensi urin,
2. Demam
dan obstipasi.
Pada wanita, gejala subyektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati 3. Kelelahan dan perasaan tidak nyaman.
kelainan obyektif. Wanita umumnya datang setelah terjadi komplikasi atau pada 4. Pembesaran kelenjar getah bening.
saat pemeriksaan antenatal atau Keluarga Berencana (KB). 5. Sakit tenggorokan dan kutil seperti luka di mulut atau daerah genital.
Keluhan yang sering menyebabkan wanita datang ke dokter adalah keluarnya Pada sifilis lanjut, gejala terutama adalah guma.Guma dapat soliter atau multipel
cairan hijau kekuningan dari vagina, disertai dengan disuria, dan nyeri abdomen dapat disertai keluhan demam.
bawah. Pada tulang gejala berupa nyeri pada malam hari.
Keluhan selain di daerah genital yaitu : rasa terbakar di daerah anus (proktitis), Stadium III lainnya adalah sifilis kardiovaskular, berupa aneurisma aorta dan
mata merah pada neonatus dan dapat terjadi keluhan sistemik (endokarditis, aortitis. Kondisi ini dapat tanpa gejala atau dengan gejala seperti angina pektoris.
meningitis, dan sebagainya pada gonore diseminata – 1% dari kasus gonore). Neurosifilis dapat menunjukkan gejala-gejala kelainan sistem saraf (lihat
• Faktor Risiko klasifikasi).
1. Berganti-ganti pasangan seksual. Faktor Risiko:
1. Berganti-ganti pasangan seksual. tengah dan tanda-tanda radang mulai tampak. Kemudian terjadi perforasi dan
2. Homoseksual dan Pekerja Seks Komersial (PSK). keluar cairan seropurulen, kadang-kadang sanguinolen atau disertai jaringan
nekrotik.Tempat perforasi menjadi ulkus.
3. Bayi dengan ibu menderita sifilis.
Guma umumnya solitar, namun dapat multipel.
4. Hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi (kondom). Bentuk lain S III adalah nodus. Nodus terdapat pada epidermis, lebih kecil (miliar
5. Sifilis kardiovaskular terjadi tiga kali lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita hingga lentikular), cenderung berkonfluensi dan tersebar dengan wana merah
setelah 15–30 tahun setelah infeksi. kecoklatan.Nodus memiliki skuama seperti lilin (psoriasiformis).
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) S III pada mukosa biasanya pada mulut dan tenggorok atau septum nasi dalam
Pemeriksaan Fisik bentuk guma.
Stadium I (sifilis primer) S III pada tulang sering menyerang tibia, tengkorak, bahu, femur, fibula dan
Diawali dengan papul lentikuler yang permukaannya segera erosi dan menjadi humerus.
ulkus berbentuk bulat dan soliter, dindingnya tak bergaung dan berdasarkan S III pada organ dalam dapat menyerang hepar, esophagus dan lambung, paru,
eritem dan bersih, di atasnya hanya serum.Ulkus khas indolen dan teraba ginjal, vesika urinaria, prostat serta ovarium dan testis.
indurasi yang disebut dengan ulkus durum. Ulkus durum merupakan afek primer Pemeriksaan penunjang
sifilis yang akan sembuh sendiri dalam 3-10 minggu. Pemeriksaan mikroskopis untuk menemukan T. pallidum pada sediaan serum
Tempat predileksi dari lesi kulit.Pemeriksaan dilakukan tiga hari berturut-turut jika pemeriksaan I
1. Genitalia ekterna, pada pria pada sulkus koronarius, wanita di labia minor dan dan II negatif. Setelah diambil serum dari lesi, lesi dikompres dengan larutan
mayor. garam fisiologis.
2. Ekstragenital: lidah, tonsil dan anus. Pemeriksaan lain yang dapat dirujuk, yaitu:
Seminggu setelah afek primer, terdapat pembesaran kelenjar getah bening (KGB) 1. Tes Serologik Sifilis (TSS), antara lain VDRL (Venereal Disease Research
regional yang soliter, indolen, tidak lunak, besarnya lentikular, tidak supuratif dan Laboratories), TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination Assay), dan tes
tidak terdapat periadenitis di ingunalis medialis. imunofluoresens (Fluorescent Treponemal Antibody Absorption Test – FTA-Abs)
Ulkus durum dan pembesaran KGB disebut dengan kompleks primer.Bila sifilis 2. Histopatologi dan imunologi.
tidak memiliki afek primer, disebut sebagai syphilis d’embiee.
Stadium II (sifilis sekunder) Penegakan Diagnosis (Assessment)
S II terjadi setelah 6-8 minggu sejak S I terjadi. Stadium ini merupakan great Diagnosis Klinis
imitator.Kelainan dapat menyerang mukosa, KGB, mata, hepar, tulang dan saraf. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.Bila
Kelainan dapat berbentuk eksudatif yang sangat menular maupun kering (kurang diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopis.
menular). Klasifikasi
Perbedaan dengan penyakit lainnya yaitu lesi tidak gatal dan terdapat limfadenitis 1. Sifilis kongenital
generalisata. a. Dini (prekoks): bentuk ini menular, berupa bula bergerombol, simetris di tangan
S II terdiri dari SII dini dan lanjut, perbedaannya adalah: dan kaki atau di badan. Bentuk ini terjadi sebelum 2 tahun dan disebut juga
S II dini terlihat lesi kulit generalisata, simetrik dan lebih cepat hilang (beberapa pemfigus sifilitika. Bentuk lain adalah papulo-skuamosa. Wajah bayi tampak
hari – beberapa minggu), sedangkan S II lanjut tampak setempat, tidak simetrik seperti orang tua, berat badan turun dan kulit keriput. Keluhan di organ lainnya
dan lebih lama bertahan (beberapa minggu – beberapa bulan). dapat terjadi.
Bentuk lesi pada S II yaitu:
1. Roseola sifilitika: eritema makular, berbintik-bintik, atau berbercak-bercak, b. Lanjut (tarda): bentuk ini tidak menular, terjadi sesudah 2 tahun dengan bentuk
guma di berbagai organ.
warna tembaga dengan bentuk bulat atau lonjong. Jika terbentuk di kepala, dapat
menimbulkan kerontokan rambut, bersifat difus dan tidak khas, disebut alopesia c. Stigmata: bentuk ini berupa deformitas dan jaringan parut.
difusa. Bila S II lanjut pada rambut, kerontokan tampak setempat, membentuk
bercak-bercak yang disebut alopesia areolaris. Pada lesi dini dapat:
Lesi menghilang dalam beberapa hari/minggu, bila residif akan berkelompok dan Pada wajah: hidung membentuk saddle nose (depresi pada jembatan hidung)
bertahan lebih lama. Bekas lesi akan menghilang atau meninggalkan dan bulldog jaw (maksila lebih kecil daripada mandibula).
hipopigmentasi (leukoderma sifilitikum). Pada gigi membentuk gigi Hutchinson (pada gigi insisi permanen berupa sisi
2. Papul gigi konveks dan bagian menggigit konkaf). Gigi molar pertama permulaannya
Bentuk ini paling sering terlihat pada S II, kadang bersama-sama dengan roseola. berbintil-bintil (mulberry molar).
Papul berbentuk lentikular, likenoid, atau folikular, serta dapat berskuama Jaringan parut pada sudut mulut yang disebut regades.
(papulo-skuamosa) seperti psoriasis (psoriasiformis) dan dapat meninggalkan
bercak leukoderma sifilitikum. Kelainan permanen lainnya di fundus okuli akibat koroidoretinitis dan pada kuku
Pada S II dini, papul generalisata dan S II lanjut menjadi setempat dan tersusun akibat onikia.
secara tertentu (susunan arsinar atau sirsinar yang disebut dengan korona
venerik, susunan polikistik dan korimbiformis). Pada lesi lanjut:
Tempat predileksi papul: sudut mulut, ketiak, di bawah mammae, dan alat genital. Kornea keruh, perforasi palatum dan septum nasi, serta sikatriks kulit seperti
Bentuk papul lainnya adalah kondiloma lata berupa papul lentikular, permukaan kertas perkamen, osteoporosis gumatosa, atrofi optikus dan trias Hutchinson
datar, sebagian berkonfluensi, dapat erosif dan eksudatif yang sangat menular yaitu keratitis interstisial, gigi Hutchinson, dan tuli N. VIII.
akibat gesekan kulit.
Tempat predileksi kondiloma lata: lipat paha, skrotum, vulva, perianal, di bawah 2. Sifilis akuisita
mammae dan antar jari kaki. a. Klinis
3. Pustul Terdiri dari 2 stadium:
Bentuk ini jarang didapati, dan sering diikuti demam intermiten. Kelainan ini Stadium I (S I) dalam 2-4 minggu sejak infeksi.
disebut sifilis variseliformis. Stadium II (S II) dalam 6-8 minggu sejak S I.
4. Konfluensi papul, pustul dan krusta mirip dengan impetigo atau disebut juga Stadium III (S III) terjadi setelah 1 tahun sejak infeksi.
sifilis impetiginosa. Kelainan dapat membentuk berbagai ulkus yang ditutupi b. Epidemiologis
krusta yang disebut dengan ektima sifilitikum. Bila krusta tebal disebut rupia Stadium dini menular (dalam 1 tahun sejak infeksi), terdiri dari S I, S II, stadium
sifilitikum dan bila ulkus meluas ke perifer membentuk kulit kerang disebut sifilis rekuren dan stadium laten dini.
ostrasea.
Stadium tidak menular (setelah 1 tahun sejak infeksi), terdiri dari stadium laten
lanjut dan S III.
S II pada mukosa (enantem) terutama pada mulut dan tenggorok.
S II pada kuku disebut dengan onikia sifilitikum yaitu terdapat perubahan warna
Klasifikasi untuk neurosifilis:
kuku menjadi putih dan kabur, kuku rapuh disertai adanya alur transversal dan
1. Neurosifilis asimptomatik, tidak menunjukkan gejala karena hanya terbatas
longitudinal.Bagian distal kuku menjadi hiperkeratotik sehingga kuku terangkat.
pada cairan serebrospinal.
Bila terjadi kronis, akan membentuk paronikia sifilitikum.
S II pada alat lain yaitu pembesaran KGB, uveitis anterior dan koroidoretinitis 2. Sifilis meningovaskular
pada mata, hepatitis pada hepar, periostitis atau kerusakan korteks pada tulang, Bentuk ini terjadi beberapa bulan sampai 5 tahun sejak S I. Gejala tergantung
atau sistem saraf (neurosifilis). letak lesi, antara lain berupa nyeri kepala, konvulsi fokal atau umum, papil nervus
Sifilis laten dini tidak ada gejala, sedangkan stadium rekurens terjadi kelainan optikus sembab, gangguan mental, kelumpuhan nervus kranialis dan seterusnya.
mirip S II. 3. Sifilis parenkim
Sifilis laten lanjut biasanya tidak menular, lamanya masa laten adalah beberapa a. Tabes dorsalis (8-12 tahun sejak infeksi primer). Keluhan berupa gangguan
tahun bahkan hingga seusia hidup. motorik (ataksia, arefleksia), gangguan visus, retensi dan inkoninensia urin serta
Stadium III (sifilis tersier) gangguan sensibilitas (nyeri pada kulit dan organ dalam).
Lesi pertama antara 3 – 10 tahun setelah S I. Bentuk lesi khas yaitu guma.Guma b. Demensia paralitika (8-10 tahun sejak infeksi primer). Keluhan diawali dengan
adalah infiltrat sirkumskrip kronis, biasanya lunak dan destruktif, besarnya kemunduran intelektual, kehilangan dekorum, apatis, euphoria hingga waham
lentikular hingga sebesar telur ayam. Awal lesi tidak menunjukkan tanda radang megaloman atau depresif. Selain itu, keluhan dapat berupa kejang, lemah dan
akut dan dapat digerakkan, setelah beberapa bulan menjadi melunak mulai dari gejala pyramidal hingga akhirnya meninggal.
4. Guma 2. Penyakit menyerang manusia secara berkelompok.
Guma umumnya terdapat pada meningen akibat perluasan dari tulang tengkorak. 3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
Keluhan berupa nyeri kepala, muntah dan dapat terjadi konvulsi serta gangguan putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, rata-rata
visus. Pada pemeriksaan terdapat edema papil karena peningkatan tekanan panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel.
intrakranial, paralisis nervus kranialis atau hemiplegi.
4. Ditemukannya tungau dengan pemeriksaan mikroskopis.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding bergantung pada stadium apa pasien tersebut terdiagnosis.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda tersebut.
1. Stadium 1: Herpes simpleks, Ulkus piogenik, Skabies, Balanitis,
Diagnosis Banding
Limfogranuloma venereum, Karsinoma sel skuamosa, Penyakit Behcet, Ulkus
Skabies adalah penyakit kulit yang disebut dengan the great imitator dari kelainan
mole
kulit dengan keluhan gatal. Diagnosis bandingnya adalah: Pioderma, Impetigo,
2. Stadium II: Erupsi alergi obat, Morbili, Pitiriasis rosea, Psoriasis, Dermatitis Dermatitis, Pedikulosis korporis
seboroik, Kondiloma akuminata, Alopesia aerata Komplikasi
3. Stadium III: Tuberkulosis, Frambusia, Mikosis profunda Infeksi kulit sekunder terutama oleh S. aureus sering terjadi, terutama pada anak.
Komplikasi: Eritroderma Komplikasi skabies dapat menurunkan kualitas hidup dan prestasi belajar.
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
1. Sifilis yang sedang dalam inkubasi dapat diobati dengan regimen penisilin atau 1. Melakukan perbaikan higiene diri dan lingkungan, dengan:
dapat menggunakan Ampisilin, Amoksisilin, atau Seftriakson mungkin juga efektif. a. Tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersama-sama dan alas tidur
2. Pengobatan profilaksis harus diberikan pada pasangan pasien, namun diganti bila ternyata pernah digunakan oleh penderita skabies.
sebaiknya diberikan sejak 3 bulan sebelumnya, tanpa memandang serologi. b. Menghindari kontak langsung dengan penderita skabies.
3. Kontak seksual harus ditelusuri, diketahui dan diobati 2. Terapi tidak dapat dilakukan secara individual melainkan harus serentak dan
4. Pasien perlu diuji untuk penyakit lain yang ditularkan secara seksual (sexually menyeluruh pada seluruh kelompok orang yang ada di sekitar penderita skabies.
transmitted diseases/STD), termasuk HIV, harus dilakukan pada semua penderita. Terapi diberikan dengan salah satu obat topikal (skabisid) di bawah ini:
a. Salep 2-4 dioleskan di seluruh tubuh, selama 3 hari berturut-turut, dipakai
Pada sifilis dengan kehamilan untuk wanita berisiko tinggi, uji serologis rutin setiap habis mandi.
harus dilakukan sebelum trimester pertama dan awal trimester ketiga serta pada
b. Krim permetrin 5%di seluruh tubuh. Setelah 10 jam, krim permetrin dibersihkan
persalinan.
dengan sabun.
Bila tanda-tanda klinis atau serologis memberi kesan infeksi aktif atau diagnosis
sifilis aktif tidak dapat dengan pasti disingkirkan, maka indikasiuntuk pengobatan.
Terapi skabies ini tidak dianjurkan pada anak < 2 tahun.
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan
Konseling dan Edukasi
Dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan sekunder
Dibutuhkan pemahaman bersama agar upaya eradikasi skabies bisa melibatkan
Konseling dan Edukasi
semua pihak. Bila infeksi menyebar di kalangan santri di sebuah pesantren,
1. Pasien diberikan pemahaman tentang penyakit, penularan serta
diperlukan keterbukaan dan kerjasama dari pengelola pesantren. Bila sebuah
penatalaksanaan di tingkat rujukan.
barak militer tersebar infeksi, mulai dari prajurit sampai komandan barak harus
2. Pasien disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama penyakit bahu membahu membersihkan semua benda yang berpotensi menjadi tempat
belum tuntas diobati penyebaran penyakit.
Prognosis Kriteria Rujukan
Prognosis umumnya dubia ad bonam. Pasien skabies dirujuk apabila keluhan masih dirasakan setelah 1 bulan paska
terapi.
SKABIES Prognosis : Prognosis umumnya bonam, namun tatalaksana harus dilakukan juga
Skabies adalah penyakit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi kulit oleh terhadap lingkungannya.
tungau Sarcoptes scabieidan produknya. Penyakit ini berhubungan erat dengan
higiene yang buruk. Prevalensi skabies tinggi pada populasi yang padat. Dari PEDIKULOSIS PUBIS
hasil penelitian di Brazil, prevalensi skabies dua kali lebih tinggi di daerah kumuh Pedikulosis pubis adalah penyakit infeksi pada rambut di daerah pubis dan
perkotaan yang padat penduduk daripada di masyarakat nelayan dimana mereka sekitarnya yang disebabkan oleh Phthirus pubis. Penyakit ini menyerang orang
tinggal di tempat yang lebih luas. dewasa dan dapat digolongkan dalam penyakit akibat hubungan seksual dan
Penularan dapat terjadi karena: menular secara langsung. Infeksi juga bisa terjadi pada anak-anak yang berasal
1. Kontak langsung kulit dengan kulit penderita skabies, seperti menjabat tangan, dari orang tua mereka dan terjadi di alis, atau bulu mata.
hubungan seksual, atau tidur bersama. Hasil Anamnesis (Subjective)
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), seperti penggunaan perlengkapan tidur Keluhan
bersama dan saling meminjam pakaian, handuk dan alat-alat pribadi lainnya, Gatal di daerah pubis dan sekitarnya, dapat meluas sampai ke daerah abdomen
tidakmemiliki alat-alat pribadi sendiri sehingga harus berbagi dengan temannya. dan dada. Gejala patognomonik lainnya adalah adanya black dot yaitu bercak-
bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna putih yang dilihat
Tungau hidup dalam epidermis, tahan terhadap air dan sabun dan tetap hidup penderita pada waktu bangun tidur. Bercak hitam tersebut adalah krusta berasal
bahkan setelah mandi dengan air panas setiap. dari darah yang sering diinterpretasikan salah sebagai hematuria.
Hasil Anamnesis (Subjective) Faktor Risiko:
Gejala klinis: 1. Aktif secara seksual
1. Pruritus nokturna, yaitu gatal yang hebat terutama pada malam hari atau saat 2. Higiene buruk
penderita berkeringat.
3. Kontak langsung dengan penderita
2. Lesi timbul di stratum korneum yang tipis, seperti di sela jari, pergelangan Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
tangan dan kaki, aksila, umbilikus, areola mammae dan di bawah payudara (pada Pemeriksaan Fisik
wanita) serta genital eksterna (pria). Pada inspeksi ditemukan bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan
Faktor Risiko: yang disebut makula serulae pada daerah pubis dan sekitarnya. Kutu dapat
1. Masyarakat yang hidup dalam kelompok yang padat seperti tinggal di asrama dilihat dengan mata telanjang dan juga bisa didapatkan pembengkakan kelenjar
atau pesantren. getah bening sekitar.
2. Higiene yang buruk. Pemeriksaan Penunjang
3. Sosial ekonomi rendah seperti di panti asuhan, dan sebagainya. Mencari telur atau bentuk dewasa P. pubis
4. Hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas. Penegakan Diagnostik (Assessment)
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) Diagnosis Klinis
Pemeriksaan Fisik Penegakan diagnosis melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
Lesi kulit berupa terowongan (kanalikuli) berwarna putih atau abu-abu dengan pemeriksaan penunjang.
panjang rata-rata 1 cm. Ujung terowongan terdapat papul, vesikel, dan bila terjadi Diagnosis Banding: Dermatitis seboroik, Dermatomikosis
infeksi sekunder, maka akan terbentuk pustul, ekskoriasi, dan sebagainya.Pada Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
anak-anak, lesi lebih sering berupa vesikel disertai infeksi sekunder akibat Penatalaksanaan
garukan sehingga lesi menjadi bernanah. Pengobatan topikal :
Pemeriksaan Penunjang Gameksan 1%, atau emulsi benzil benzoat 25% yang dioleskan dan didiamkan
Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit untuk menemukan tungau. selama 24 jam. Pengobatan diulangi 4 hari kemudian, jika belum sembuh
Penegakan Diagnosis (Assessment) Konseling dan Edukasi
Diagnosis Klinis 1. Menjaga kebersihan badan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. 2. Sebaiknya rambut kelamin dicukur
Terdapat 4 tanda kardinal untuk diagnosis skabies, yaitu: 3. Pakaian dalam direbus atau diseterika
1. Pruritus nokturna.
HERPES GENITAL • Rasa gatal dan perih
Definisi : herpes genital adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh • Dispareuni
Herpes simplex virus (HSV) dengan gejala khas berupa vesikel yang • Perdarahan pasca koitus
berkelompok dengan dasar eritema dan bersifat rekurens. • Perdarahan intermenstrual
Patofisiologi : • Edema dan eritema pada labium yang terasa nyeri
HSV-1 • Abses kecil dan maserasi pada vulva
Kontak langsung dengan virus (oral) → epitel sistem respirasi atas (infeksi primer) • Strawberry cervix
→ ganglion trigerminus (opthalmic, maxillary dan mandibular) → infeksi saraf → Pria :
masa laten → reaktivasi (trauma, radiasi, imunosupresi, stress) → manifestasi • Uretritis, prostatitis, epididimitis
klinik • Duh tubuh purulen
HSV-2 • Disuria dan perasaan gatal pada urethra
Kontak langsung dengan virus (hubungan seksual) → infeksi epitel genital Diagnosis : ditegakkan setelah ditemukkannya T. vaginalis pada sediaan
(infeksi primer) → infeksi saraf lumbosacral (S2-S5) → masa laten → reaktivasi langsung (sediaan basah) atau pada biakan duh tubuh penderita.
(trauma, radiasi, imunosupresi, stress) → manifestasi klinik Pengobatan :
Gejala Klinis • Metronidazol 2 gram oral dosis tunggal
 Didahului: rasa terbakar dan gatal di daerah lesi yang terjadi beberapa jam • 5-nitroimidazol 2 gram oral dosis tunggal
sebelum timbulnya lesi
 Setelah lesi timbul: disertai gejala konstitusi seperti malaise, demam dan Konseling
nyeri otot • Memberikan konseling pada pasien IMS berbeda dengan penderita
 Lesi berbentuk vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem. Vesikel penyakit lain, karena pasien IMS datang untuk meminta nasihat,
mudah pecah → erosi multiple disamping memiliki rasa takut dan cemas terhadap penyakitnya, juga
Tatalaksana rasa bersalah, yang sering menimbulkan kesulitan dalam proses
Tindakan profilaksis: konseling.
 Edukasi tentang sifat penyakit yang dapat menular • Yang perlu diperhatikan
 Proteksi individual – Waktu harus leluasa
 Faktor-faktor pencetus sedapat mungkin dihindari – Tempat menyenangkan bagi penderita, dan tidak dapat didengar
 Konsultasi psikiatrik → membantu faktor psikis oleh orang lain
Pengobatan non-spesifik – Sikap konselor membuat klien merasa “diterima”, “dipahami”, serta
 Analgetika, antipiretik dan antipruritus merasa aman untuk mengemukakan pendapat
 Zat-zat pengering yang bersifat antiseptik, seperti jodium povidon secara – Kemudahan klien untuk mendapat pelayanan
topikal mengeringkan lesi, mencegah infeksi sekunder dan mempercepat – Kerahasiaan harus benar benar dijaga
waktu penyembuhan – Kegiatan konseling meliputi:
 Antibiotika atau kotrimoksasol → cegah infeksi sekunder • Memberi informasi yang dapat memberi kejelasan dan
Pengobatan spesifik : Asiklovir , Valasiklovir, Famsiklovir pemahaman
Komplikasi : abortus/malformasi, hepatitis, infeksi berat, ensefalitis, • Menjawab semua pertanyaan dengan jujur dan terbuka
keratokonjuntivitis, erupsi kulit , Eritema eksudativum multiforme • Mampu menyadarkan klien perlunya berperilaku aman, untuk
Prognosis : Kematian jarang terjadi, Infeksi primer dini yang segera diobati tidak menularkan pada orang lain
mempunyai prognosis yang lebih baik. • Mampu membuat klien sehingga sanggup membuat keputusan
bagi dirinya sendiri
KONDILOMA AKUMINATA
Definisi : KA adalah infeksi menular seksuaal yg disebabkan o/ virus papiloma Konseling HIV
humanus (HPV) tipe tertentu dgn kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan • Konseling merupakan faktor penting dalam penanganan penderita HIV/AIDS.
mukosa. Nama lain : genital warts, kutil kelamin, penyakit jengger ayam. Hal ini terutama disebabkan kebanyakan penderita tersebut mengerti bahwa
Etiologi : HPV adalah virus DNA yg merupakan virus epiteliotropik (menginfeksi infeksi HIV/AIDS:
epitel) dan tergolong dlm famili papovaviridae. – Belum ada obatnya
HPV resiko rendah : tipe 6 dan 11 pada KA – Berakhir dengan kematian
HPV resiko tinggi : tipe 16 dan 18 displasia derajat tinggi dan keganasan – Ditakuti dan dijauhi oleh orang lain, nahkan keluarga sendiri dan
Manifestasi klinis : Masa inkubasi 1-8bulan. petugas kesehatan
HPV masuk mllui mikrolesi pada lesi (trauma saat berhub seksual). • Dalam memberikan konseling terhadap penderita perlu diperhatikan
KA dibagi mnjadi 3 bentuk: beberapa hal yang hampir selalu timbul:
1. Bentuk akuminata : daerah lembab dan lipatan, terlihat vegetasi bertangkai – Rasa takut
dg permukaan yg berjonjot2 seperti jari, bbrp kutil dapat bersatu mmbentuk – Rasa bersalah – rasa hina
lesi yg>besar shingga tampak seperti kembang kol – Rasa duka cita
2. Bentuk papul : permukaan halus, licin dan multipel – Rasa putus asa
3. Bentuk datar: tdk terlihat dg mata telanjang dan baru terlihat setelah • Maka dari itu, konselor harus benar benar memahami keadaan penderita dan
dilakukan tes asam asetat berlaku sebaik mungkin untuk menjalin kepercayaan penderita dan
Diagnosis keluarganya.
Tes asam asetat: diteteskan pada lesi yg dicurigai (lesi berubah warna jadi • Pada dasarnya konseling bertujuan:
putih/acetowhite) – Agar penderita patuh minum obat/mengobati sesuai dengan ketentuan
Kolposkopi: tindakan rutin → lensa pembesar dlm leher rahim – Agar kembali untuk follow up secara teratur sesuai dengan jadwal
Histopatologi: MC → papilomatosis, akantosis, rete ridges yg memanjang dan yang ditentukan
menebal, parakeratosis ddan vakuolisasi pda sitoplasma. – Meyakinkan pentingnya pemeriksaan mitra seksual, serta turut
Diagnosis banding : Pearly penile papules, Kandiloma lata, Karsinoma sel berusaha agar mitra tersebut bersedia diperiksa dan diobati bila perlu
skuamosa. – Mengurangi risiko penularan dengan;
Tatalaksana • Abstinensia dari semua hubungan seks hingga pemeriksaan
1.Kemotrapi terakhir selesai
Tinktura podofilin 10%-26% →oleskan pada lesi → biarkan selama 1-4 jam→ • Abistinesia dari semua hubungan seks bila timbul simtom atau
cuci → 1 minggu 2 kali sampai lesi hilang gejala kambuh
Podofilotoksin 0,5 % (podofiloks) • Menggunakan kondom
Asam trikloroasetat 50-90% • Agar tanggap dan memberikan respons cepat terhadap infeksi
Krim 5-fuorourasil 1-5% atau hal yang mencurigakan setelah hubungan seks
2.Bedah : Bedah scalpel, Bedah listrik, Bedah beku, Bedah laser – Konseling yang tidak berhasil akan memberikan dampak yang serius
3.Imunotrapi bagi penderita sendiri dan masyarakat luas:
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan • Bagi penderita dapat timbul depresi berat, putus asa dan bunuh
Imiquimod→ cream → 3x seminggu→paling lama 16 minggu → dicuci setelah diri
6-8 jam pemakaian • Stress yang terus menerus akan mempercepat perjalanan
penyakitnya menuju stadium akhir
TRIKOMONIASIS • Penderita dapat menjadi marah, kesal dan kemudian berusaha
• Disebabkan o/Trichomonas vaginalis,diitularkan melalui hub seksual yg menulrkan pada orang lain
menyerang traktus urogenitalis bagian bawah pada wanita maupun pria.
• Etiologi : T.vaginalis → ovoid, berflagella yang berukuran setara dengan Sumber : Infeksi Menular Seksual FK UI, Panduan Praktik Klinik Dokter
sebuah leukosit Layanan Primer
• Gejala klinis, wanita :
WANITA :
• Duh tubuh banyak, berbau, berwarna kehijauan, dan berbusa

Anda mungkin juga menyukai