Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini berkembang dengan sangat pesat.
Umat manusia dengan rasa ingin tahunya, selalu berusaha untuk menjawab
berbagai pertanyaan-pertanyaan tentang alam sekitar dan sebagainya agar
memperoleh jawaban yang memuaskan.
Begitu pula mengenai alam semesta, dulu alam semesta merupakan hal yang
sulit untuk dipahami dan penuh dengan hal yang misterius. Namun sekarang
dengan perkembangan teknologi, manusia kini mampu untuk memecahkan
pertanyaan-petanyaan yang dulu hanya dijawab seadanya.
Manusia semakin merperdalam pengetahuan mengenai alam semesta
terutama mengenai tata surya dimana kita berada. Hampir setiap bagian dari tata
surya dipelajari bahkan sebagai pengatahuan wajib bagi setiap orang. Hal ini
dimaksudkan agar manusia menjadi paham dan selalu belajar dari segala ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa.
Tata surya yang dulunya merupakan hal yang dapat dikatakan seperti dunia
mimpi bagi manusia, kini dapat kita pelajari dan kita ketahui dengan mudah.
Gejala-gejala alam yang misterius juga dapat kita ketahui.
Oleh karena itu perlu diperdalam lagi pengetahuan manusia mengenai tata
surya dan segala isinya untuk menunjang pengetahuan manusia mengenai tempat
tinggal manusia dan segala isinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari tata surya ?
2. Apa saja teori-teori pembentukan tata surya ?
3. Bagaimanakah struktur dari sistem tata surya?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari tata surya ?
2. Untuk mengetahui apa saja teori-teori pembentukan tata surya ?
3. Untuk mengetahui bagaimana struktur dari sistem tata surya ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tata Surya

Gambar 2.1 Gambaran umum Tata Surya (Ukuran planet digambarkan


sesuai skala, sedangkan jaraknya tidak)
Tata Surya merupakan kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah
bintang yang disebut matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya
gravitasinya. Sistem Tata Surya merupakan kumpulan dari anggota tata surya
yang terdiri dari benda-benda langit yang terdiri dari Matahari sebagai bintang
pusat peredaran dan semua objek-objek yang terikat dengan gaya gravitasi. Objek-
objek tersebut antaralain adalah delapan buah Planet, lima buah Planet
Kerdil / dwarf Planet, dan 173 buah satelit alami serta jutaan benda lainnya
berupa Meteor, Asteroid dan Komet.
Pada tahun 1930 ditemukan Pluto yang pada saat itu ditambahkan ke
kumpulan planet sehingga pada saat itu pula Pluto disebut planet ke sembilan.
Namun pada tahun 2006 Persatuan Astronomi Internasional (International
Astronomical Union) melalui resolusinya menetapkan Pluto menjadi kategori
planet kerdil atau dwarf Planet bersama dengan empat planet lainnya yakni Eris,
Ceres, Haumea dan Makemake.

2.2 Sejarah Tata Surya


Sejarah tata surya berawal dari terbentuknya teori -teori yang terlahir karena
adanya rasa keingintahuan terhadap suatu kejadian ataupun keadaan. Hal yang

3
paling utama harus dihadapi guna mendapatkan ilmu yang lebih jauh tentang tata
surya yaitu bagaimana tata surya itu dapat terbentuk, bagaimana teori terbentuknya
tata surya, bagaimana objek-objek yang terdapat pada tata surya itu bisa bergerak
dan juga berinteraksi serta mengeluarkan gaya yang bekerja dan mengatur segala
macam gerakan gerakan tersebut. Sebelum anda mengetahui tentang teori
terbentuknya tata surya tersebut. Satu hal yang harus anda ketahui lebih dulu
adalah bahwa jauh sebelum masehi, telah dilakukan berbagai pengamatan,
penelitian, dan juga perhitungan yang telah dilakukan guna mengetahui segala
rahasia dibalik tata surya, termasuk di dalamanya adalah tentang teori
terbentuknya tata surya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad
lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari
selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya
mampu menjadikan mata manusia “lebih tajam” dalam mengamati benda langit
yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang. Karena teleskop Galileo bisa
mengamati lebih tajam sehingga ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk
penampakan Venus seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat
perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari
makin memperkuat teori heliosentris yaitu bahwa matahari adalah pusat alam
semesta. Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga
Saturnus.

Gambar 2.2 Replika teleskop Galileo di observatorium Griffith


Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian
Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada
hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter. Perkembangan teleskop juga diimbangi
pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan
satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum

4
Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi.
Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan
perhitungan benda-benda langit selanjutnya

2.3 Teori Pembentukan Tata Surya


1. Teori Nebula (Kant dan Leplace)

Gambar 2.3 Proses pembentukan tata surya berdasarkan teori nebula


Immanuael Kant (1749-1827) seorang ahli filsafat Jerman membuat suatu
hipotesis tentang terjadinya tata surya. Dikatakan olehnya bahwa di jagat raya
terdapat gumpalan kabut yang berputar perlahan-lahan. Bagian tengah kabut itu
lama-kelamaan berubah menjadi gumpalan gas yang kemudian menjadi matahari
dan bagian kabut sekitarnya menjadi planet-planet dan satelitnya.
Pada waktu yang hampir bersamaan, secara kebetulan seorang Fisikawan
berkebangsaan Perancis, Pierre Simon de Leplace,mengemukakan teori yang
hampir sama. Menurutnya, tata surya berasal dari kabut panas yang berpilin.
Karena pilinannya itu berupa kabut yang membentuk bentukan bulat seperti bola
yang besar. Makin mengecil bola itu, makin cepat pula pilinannya. Akibatnya
bentuk bola itu memepat pada kutubnya dan melebar di bagian ekuatornya,
bahkan sebagian massa gas di ekuatornya itu menjauh dari gumpalan intinya
yang kemudian membentuk gelang-gelang dan berubah menjadi gumpalan
padat. Itulah yang disebut planet-planet dan satelitnya. Sedangkan bagian inti
kabut tetap berbentuk gas pijar yang kita lihat seperti sekarang ini.

5
Karena kemiripan antara teori Kant dan Leplace, maka Teori Nebula atau
Teori Kabut ini juga dikenal dengan Teori Kant dan Leplace.

2. Teori Awan Debu (Van Weizsaecker)


Pada tahun 1940 seorang ahli astronomi Jerman bernama Carl von
Weizsaeker mengembangkan suatu teori yang dikenal dengan Teori Awan Debu
(The Dust-Cloud Theory). Teori ini kemudian disempurnakan lagi oleh Gerard
P.Kuiper (1950), Subrahmanyan Chandrasekhar,dan lain-lain.
Teori ini mengemukakan bahwa tata surya terbentuk dari gumpalan awan gas
dan debu. Sekarang ini di alam semesta bertebaran gumpalan awan seperti itu.
Lebih dari 5 milyar tahun yang lalu, salah satu gumpalan awan itu mengalami
pemampatan. Pada proses pemampatan itu partikel-partikel debu tertarik ke
bagian pusat awan itu, membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin. Lama-
kelamaan gumpalan gas itu memipih menyerupai bentuk cakram yang tebal di
bagian tengah dan lebih tipis di bagian tepinya.
Partikel-partikel di bagian tengah cakram itu kemudian saling menekan,
sehingga menimbulkan panas dan menjadi pijar. Bagian inilah yang disebut
matahari.
Bagian yang lebih luar berpusing sangat cepat, sehingga terpecah-pecah
menjadi banyak gumpalan gas dan debu yang lebih kecil. Gumpalan kecil ini
juga berpilin. Bagian ini kemudian membeku dan menjadi planet-planet dan
satelit-satelitnya.

3. Teori Planetesimal (Moulton dan Chamberlin)


Thomas C. Chamberlin (1843-1928),seorang ahli Geologi serta Forest
R.Moulton (1872-1952) seorang ahli Astronomi, keduanya berasal dari Amerika
Serikat. Teorinya dikenal sebagai Teori Planetesimal (Planet Kecil), karena planet
terbentuk dari benda padat yang memang sudah ada.
Teori ini mengatakan,matahari telah ada sebagai salah satu dari bintang-
bintang. Pada suatu masa, ada sebuah bintang berpapasan pada jarak yang tidak
terlalu jauh. Akibatnya, terjadilah peristiwa pasang naik pada permukaan matahari
maupun bintang itu.Sebagian dari massa matahari tertarik kearah bintang.

6
Pada waktu bintang itu menjauh, menurut Moulton dan Chamberlin, sebagian
dari massa matahari itu jatuh kembali ke permukaan matahari dan sebagian lagi
terhambur ke ruang angkasa sekitar matahari. Hal inilah yang dinamakan
planetesimal yang kemudian menjadi planet-planet yang akan beredar pada
orbitnya.

4. Teori Pasang-Surut (Jeans dan Jeffreys)


Teori ini dikemukakan oleh Sir James Jeans (1877-1946) dan Harold Jeffreys
(1891), keduanya adalah ilmuwan Inggris. Mereka melukiskan, bahwa setelah
bintang itu berlalu, massa matahari yang lepas itu membentuk bentukan cerutu
yang yang menjorok kearah bintang. Kemudian, akibat bintang yang makin
menjauh, massa cerutu itu terputus-putus dan membentuk gumpalan gas di sekitar
matahari. Gumpalan-gumpalan itulah yang kemudian membeku menjadi planet-
planet. Teori ini menjelaskan, apa sebab planet-planet di bagian tengah, seperti
Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus merupakan planet raksasa, sedangkan di
bagian ujungnya, Merkurius dan Venus di dekat matahari dan Pluto di ujung lain
merupakan planet yang lebih kecil.

5. Teori Bintang Kembar


Teori kondensasi ini dikemukan oleh GP. Kuiper (seorang astronom Belanda)
pada tahun 1950.Teori ini hampir sama dengan teori planetesimal. Dahulu
matahari mungkin merupakan bintang kembar, kemudian bintang yang satu
meledak menjadi kepingan-kepingan. Karena ada pengaruh gaya gravitasi
bintang, maka kepingan-kepingan yang lain bergerak mengitari bintang itu dan
menjadi planet-planet. Sedangkan bintang yang tidak meledak menjadi matahari.

6. Teori kondensasi
Teori kondensasi ini dikemukan oleh GP. Kuiper (seorang astronom Belanda)
pada tahun 1950. Dalam teori ini menyatakan bahwa sistem tata surya itu ternyata
pada mulanya berupa bola kabut raksasa. Dan di dalam Kabut itu terdiri dari debu,
es, dan gas. Bola kabut ini selanjutnya berotasi sehingga bagian yang ringan
mudah terlempar ke luar, sedangkan bagian yang berat berkumpul di pusatnya.

7
Lama-kelamaan bola kabut ini membentuk sebuah cakram, perputarannya pun
semakin cepat, dan suhunya pun semakin bertambah. Akhirnya, cakram itu
kembali berbentuk bola gas yang cukup solid hingga terbentuklah Matahari.
Bagian tepi cakram yang berupa gas dan debu mulai bertarikan dan membentuk
suatu gumpalan. Selanjutnya, gumpalan tersebut terlepas dari Matahari dan
menyebar ke sekitarnya. Gumpalan-gumpalan itu disebut protoplanet. Protoplanet
lambat laun makin dingin dan padat sehingga membentuk planet. Protoplanet
tetap berotasi di orbitnya dan sambil berotasi dia juga berevolusi mengelilingi
Matahari.

2.4 Sistem Tata Surya


Struktur tata surya terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya matahari,
empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di
bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan
terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali bagian yang terluar
serta enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi
oleh satelit alami. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet
yang terdiri dari debu dan partikel lain.

1. Matahari

Gambar 2.4 Matahari dan bagian-bagiannya


Matahari adalah bintang paling besar dan menjadi pusat tata surya. Jarak
bumi ke matahari kira-kira 149.600.000 satuan astronomi (SA). Matahari
berotasi pada sumbunya dengan arah rotasi dari barat ke timur. Periode rotasi

8
matahari pada bagian equatornya adalah 34 hari, sedangkan pada bagian
kutubnya memerlukan waktu sekitar 27 hari. Perbedaan rotasi tersebut
dikarenakan matahari berbentuk gas, sehingga bagian equator dan kutubnya
mempunyai gerak yang berbeda.
Matahari merupakan bola api yang suhu pada intinya sekitar 35 juta derajat
celcius dan suhu pada bagian permukaannya 6000 derajat celcius.
Matahari merupakan bintang di pusat tata surya. Bentuk matahari ini bulat
yang dilapisi oleh plasma panas dan bercampur medan magnet. Diameter
matahari sekitar 1.392.684 km, hampir 109 kali diameter Bumi, dan massanya
sekitar 2×1030 kilogram, atau 330.000 kali massa bumi mewakili kurang lebih
99,86 % massa total Tata Surya. Secara ilmu kimia hampir tiga perempat massa
Matahari adalah hidrogen, sedangkan sisanya didominasi helium. Sisa massa
tersebut 1,69%, setara dengan 5.629 kali massa Bumi yang merupakan elemen-
elemen berat seperti karbon, oksigen, besi, neon, dan lainnya.

2. Planet-Planet
Planet adalah benda langit yang tidak dapat memancarkan cahaya sendiri.
Cahaya planet merupakan pantulan dari cahaya matahari. Kedudukan planet-
planet dengan bintang-bintang tidak tetap. Setiap planet mampunyai periode
rotasi dan revolusi yang berbeda-beda.
Berdasarkan Massanya, planet dapat dikelompokan menjadi dua macam,
yaitu
1) Planet Bermassa Besar (Superior Planet), terdiri dari: Jupiter, Saturnus,
Uranus, dan Neptunus.
2) Planet Bermassa Kecil (Inferior Planet), terdiri dari: Merkurius, Venus,
Bumi, dan Mars
Berdasarkan Jaraknya ke Matahari, planet dapat dibedakan atas dua macam
planet, yaitu sebagai berikut:
1) Planet Dalam (Interior Planet)
Planet Dalam yaitu planet-planet yang jarak rata-ratanya ke Matahari
lebih pendek daripada jarak rata-rata planet Bumi ke Matahari.

9
Berdasarkan kriteria tersebut, maka yang termasuk planet dalam adalah
Planet Merkurius dan Venus. Planet Merkurius dan Venus mempunyai
kecepatan beredar mengelilingi Matahari berbeda-beda, sehingga letak
atau kedudukan planet tersebut bila dilihat dari Bumi akan berubah-ubah
pula.
2) Planet Luar (Eksterior Planet)
Planet Luar yaitu Planet-Planet yang jarak rata-ratanya ke Matahari lebih
panjang daripada jarak rata-rata Planet Bumi ke Matahari. Termasuk ke
dalam kelompok Planet Luar adalah Planet Mars, Jupiter, Saturnus,
Uranus, dan Neptunus.
a. Merkurius

Gambar 2.5 Gambar warna semu Merkurius oleh Messenger


Merkurius merupakan planet paling dekat dengan Matahari, jarak rata-ratanya
hanya sekitar 57,8 juta km. Akibatnya, suhu udara pada siang hari sangat panas
(mencapai 4000ºC), sedangkan malam hari sangat dingin (mencapai -2000ºC).
Perbedaan suhu harian yang sangat besar disebabkan Planet ini tidak mempunyai
atmosfer. Merkurius berukuran paling kecil, garis tengahnya hanya 4.850 km
hampir sama dengan ukuran bulan (diameter 3.476 km). Planet ini beredar
mengelilingi matahari dalam suatu orbit eliptis (lonjong) dengan periode
revolusinya sekitar 88 hari, sedangkan periode rotasinya sekitar 59 hari.
Mirip dengan Bulan, Merkurius mempunyai banyak kawah dan juga tidak

10
mempunyai satelit alami serta atmosfir. Merkurius mempunyai inti besi yang
menciptakan sebuah medan magnet dengan kekuatan 0.1% dari kekuatan medan
magnet bumi. Suhu permukaan dari Merkurius berkisar antara 90 sampai 700
Kelvin (-180ºC sampai 430ºC). Pengamatan tercatat dari Merkurius paling awal
dimulai dari zaman orang Sumeria pada milenium ke tiga sebelum masehi.
Bangsa Romawi menamakan planet ini dengan nama salah satu dari dewa
mereka, Merkurius (dikenal juga sebagai Hermes pada mitologi Yunani dan
Nabu pada mitologi Babilonia).
Diameter Merkurius 40% lebih kecil daripada Bumi (4879,4 km), dan 40%
lebih besar daripada Bulan. Ukurannya juga lebih kecil (walaupun lebih padat)
daripada bulan Jupiter, Ganymede dan bulan Saturnus, Titan.

b. Venus

Gambar 2.6 Citra Venus yang diproses melalui dua penyaring.


Permukaan Venus tertutup oleh lapisan awan yang tebal.
Venus merupakan planet yang letaknya paling dekat ke bumi, yaitu sekitar 42
juta km, sehingga dapat terlihat jelas dari bumi sebagai suatu noktah kecil yang
sangat terang dan berkilauan menyerupai bintang pada pagi atau senja hari.
Venus sering disebut sebagai bintang kejora pada saat Planet Venus berada pada
posisi elongasi barat dan bintang senja pada waktu elongasi timur.
Kecemerlangan planet Venus disebabkan pula oleh adanya atmosfer berupa

11
awan putih yang menyelubunginya dan berfungsi memantulkan cahaya matahari.
Jarak rata-rata Venus ke matahari sekitar 108 juta km, diselubungi atmosfer
yang sangat tebal terdiri atas gas karbondioksida dan sulfat, sehingga pada siang
hari suhunya dapat mencapai 4770ºC, sedangkan pada malam hari suhunya tetap
tinggi karena panas yang diterima tertahan atmosfer. Diameter planet Venus
sekitar 12.140 km, periode rotasinya sekitar 244 hari dengan arah sesuai jarum
jam, dan periode revolusinya sekitar 225 hari.
Atmosfer Venus mengandung 97% karbondioksida (CO 2) dan 3% nitrogen,
sehingga hampir tidak mungkin terdapat kehidupan. Arah rotasi Venus
berlawanan dengan arah rotasi planet-planet lain. Selain itu, jangka waktu rotasi
Venus lebih lama daripada jangka waktu revolusinya dalam mengelilingi
matahari. Kandungan atmosfernya yang pekat dengan CO2 menyebabkan suhu
permukaannya sangat tinggi akibat efek rumah kaca. Atmosfer Venus tebal dan
selalu diselubungi oleh awan. Pakar astrobiologi berspekulasi bahwa pada
lapisan awan Venus termobakteri tertentu masih dapat melangsungkan
kehidupan.

c. Bumi

Gambar 2.7 Bumi


Bumi merupakan planet yang berada pada urutan ketiga dari matahari. Jarak
rata-ratanya ke matahari sekitar 150 juta km, periode revolusinya sekitar 365,25

12
hari, dan periode rotasinya sekitar 23 jam 56 menit dengan arah barat-timur.
Planet bumi mempunyai satu satelit alam yang selalu beredar mengelilingi bumi
yaitu Bulan (The Moon). Diameter Bumi sekitar 12.756 km hampir sama dengan
diameter Planet Venus.
Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di lapisan stratosfer dan mesosfer
dan melindungi bumi dari sinar ultraungu. Perbedaan suhu permukaan bumi
adalah antara -70 °C hingga 55 °C bergantung pada iklim setempat. Sehari
dibagi menjadi 24 jam dan setahun di bumi sama dengan 365,2425 hari. Bumi
mempunyai massa seberat 59.760 miliar ton, dengan luas permukaan 510 juta
kilometer persegi. Berat jenis Bumi (sekitar 5.500 kilogram per meter kubik)
digunakan sebagai unit perbandingan berat jenis planet yang lain, dengan berat
jenis Bumi dipatok sebagai 1.

d. Mars

Gambar 2.8 Citra Mars yang diabadikan oleh teleskop luar angkasa
Hubble
Mars merupakan planet luar (eksterior planet) yang paling dekat ke bumi.
Planet ini tampak sangat jelas dari bumi setiap 2 tahun 2 bulan sekali yaitu pada
kedudukan oposisi. Sebab saat itu jaraknya hanya sekitar 56 juta km dari bumi,
sehingga merupakan satu-satunya planet yang bagian permukaannya dapat
diamati dari bumi dengan mempergunakan teleskop, sedangkan planet lain

13
terlalu sulit diamati karena diselubungi oleh gas berupa awan tebal selain
jaraknya yang terlalu jauh. Planet Mars mempunyai dua satelit alam, yakni
Phobos dan Deimos.

14
e. Jupiter

Gambar 2.9 Citra Yupiter yang diabadikan oleh wahana Cassini. Titik
hitam di gambar adalah bayangan Europa. Bintik Merah Besar (badai
raksasa) dapat dilihat di kanan bawah.
Jupiter merupakan planet terbesar di tata surya, diameter sekitar 142.600 km,
terdiri atas materi dengan tingkat kerapatannya rendah, terutama hidrogen dan
helium. Jarak rata-ratanya ke matahari sekitar 778 juta km, berotasi pada
sumbunya dengan sangat cepat yakni sekitar 9 jam 50 menit, sedangkan periode
revolusinya sekitar 11,9 tahun. Planet Jupiter mempunyai satelit alam yang
jumlahnya paling banyak yaitu sekitar 13 satelit, di antaranya terdapat beberapa
satelit yang ukurannya besar yaitu Ganimedes, Calisto,Galileo dan Europa.
Yupiter memiliki cincin yang sangat tipis ,berwarna hampir sama dengan
atmosfernya dan sedikit memantulkan cahaya matahari. Cincin Yupiter terbentuk
atas materi yang gelap kemerah-merahan. Materi pembentuknya bukanlah dari
es seperti Saturnus melainkan ialah batuan dan pecahan-pecahan debu. Setelah
diteliti, cincin Yupiter merupakan hasil dari gagal terbentuknya satelit Yupiter.

15
f. Saturnus

Gambar 2.10 Saturnus, seperti dilihat oleh wahana Cassini


Saturnus merupakan planet terbesar ke dua setelah Jupiter, diameternya
sekitar 120.200 km, periode rotasinya sekitar 10 jam 14 menit, dan revolusinya
sekitar 29,5 tahun. Planet ini mempunyai tiga cincin tipis yang arahnya selalu
sejajar dengan ekuatornya, yaitu Cincin Luar (diameter 273.600 km), Cincin
Tengah (diameter 152.000 km), dan Cincin Dalam (diameter 160.000 km).
Antara cincin dalam dengan permukaan Saturnus dipisahkan oleh ruang kosong
yang berjarak sekitar 11.265 km. Planet Saturnus mempunyai atmosfer sangat
rapat terdiri atas hidrogen, helium, metana, dan amoniak. Planet Saturnus
mempunyai satelit alam berjumlah sekitar 11 satelit, diantaranya Titan, Rhea,
Thetys, dan Dione.

g. Uranus

16
Gambar 2.11 Uranus, dilihat oleh wahana Voyager 2
Uranus mempunyai diameter 49.000 km hampir empat kali lipat diameter
bumi. Periode revolusinya sekitar 84 tahun, sedangkan rotasinya sekitar 10 jam
49 menit. Berbeda dengan planet lainnya, sumbu rotasi pada planet ini searah
dengan arah datangnya sinar matahari, sehingga kutubnya seringkali menghadap
ke arah matahari. Atmosfernya dipenuhi hidrogen, helium dan metana. Di luar
batas atmosfer, Planet Uranus terdapat lima satelit alam yang mengelilinginya,
yaitu Miranda, Ariel, Umbriel, Titania, dan Oberon. Jarak rata-rata ke matahari
sekitar 2.870 juta km. Planet inipun merupakan planet raksasa yang sebagian
besar massanya berupa gas dan bercincin, ketebalan cincinnya hanya sekitar 1
meter terdiri atas partikel-partikel gas yang sangat tipis dan redup.

h. Neptunus

Gambar 2.12 Neptunus dari wahana Voyager 2


Neptunus merupakan planet superior dengan diameter 50.200 km, letaknya
paling jauh dari matahari. Jarak rata-rata ke matahari sekitar 4.497 juta km.
Periode revolusinya sekitar 164,8 tahun, sedangkan periode rotasinya sekitar 15
jam 48 menit. Atmosfer Neptunus dipenuhi oleh hidrogen, helium, metana, dan
amoniak yang lebih padat dibandingkan dengan Jupiter dan Saturnus. Planet
Neptunus mempunyai dua cincin utama dan dua cincin redup di bagian dalam

17
yang mempunyai lebar sekitar 15 km. Komposisi penyusun planet ini adalah
besi dan unsur berat lainnya. Planet Neptunus memiliki 8 buah satelit, di
antaranya Triton, Proteus, Nereid dan Larissa.

3. Satelit
Satelit adalah benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi dan
rotasi tertentu. Ada dua jenis satelit yakni satelit alam dan satelit buatan. Contoh
satelit alam bumi adalah bulan dan satelit buatan contohnya adalah satelit palapa.
Tumbukan meteor pada permukaan satelit planet gas dapat menghasilkan cincin
atau busur yang mengelilingi planet.

4. Asteroid

Gambar 2.13 253 Mathilde, asteroid tipe C berukuran sekitar 50


kilometer (30 mil) melintang, dengan setengah dari ukuran itu adalah
kawah-kawah. Foto diambil tahun 1997 oleh wahana NEAR Shoemaker
Asteroid adalah batuan besar yang melayang di angkasa. Asteroid merupakan
bahan baku planet yang gagal menyatu sehingga tetap menjadi batuan yang
tercerai berai. Asteroid, disebut juga planet minor atau planetoid, adalah benda
berukuran lebih kecil daripada planet, tetapi lebih besar daripada meteoroid,
umumnya terdapat di bagian dalam Tata Surya (lebih dalam dari orbit planet
Neptunus). Asteroid berbeda dengan komet dari penampakan visualnya. Komet
menampakkan koma ("ekor") sementara asteroid tidak. Istilah ini secara historis

18
ditujukan untuk semua objek astronomis yang mengelilingi matahari dan setelah
diobservasi tidak memiliki karakteristik komet aktif.
Ada jutaan asteroid, yang menurut pemikiran banyak orang adalah sisa-sisa
kehancuran planetisimal, material di dalam solar nebula matahari muda yang tidak
pernah tumbuh besar untuk menjadi planet. Mayoritas asteroid yang telah
diketahui mengorbit pada sabuk asteroid di antara orbit Mars dan Yupiter atau
berbagi orbit dengan Yupiter (Asteroid Troya Yupiter). Tetapi, terdapat keluarga
orbit lainnya dengan populasi signifikan, termasuk asteroid dekat-Bumi. Asteroid
individual diklasifikasikan berdasarkan karakteristik spektrum emisi mereka,
dengan mayoritas terbagi menjadi tiga kelompok utama: tipe-C, tipe-M, dan tipe-
S. Kelompok ini diberi nama dan umumnya diidentifikasi dari komposisi karbon,
logam, dan silikat. Hingga April 2016, Pusat Planet Minor memiliki data lebih
dari 1,3 juta objek di dalam dan luar Tata Surya, 750.000 di antaranya telah
memiliki informasi yang cukup untuk penamaan bernomor..

5. Komet

Gambar 2.14 Komet C/2013 R1 (Lovejoy).


Komet adalah benda langit yang mengelilingi matahari dengan garis edar
berbentuk lonjong atau parabolis atau hiperbolis. Kata "komet" berasal dari
bahasa Yunani, kometes yang berarti "rambut panjang". Istilah lainnya adalah
bintang berekor yang tidak tepat karena komet sama sekali bukan bintang.
Berdasarkan bentuk dan panjang lintasannya, komet dapat diklasifikasikan

19
menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Komet berekor panjang, yaitu komet dengan garis lintasannya sangat jauh
melalui daerah-daerah yang sangat dingin di angkasa sehingga
berkesempatan menyerap gas-gas daerah yang dilaluinya. Ketika
mendekati matahari, komet tersebut melepaskan gas sehingga membentuk
koma dan ekor yang sangat panjang. Contohnya, komet Kohoutek yang
melintas dekat matahari setiap 75.000 tahun sekali dan komet Halley
setiap 76 tahun sekali.
b. Komet berekor pendek, yaitu komet dengan garis lintasannya sangat
pendek sehingga kurang memiliki kesempatan untuk menyerap gas di
daerah yang dilaluinya. Ketika mendekati matahari, komet tersebut
melepaskan gas yang sangat sedikit sehingga hanya membentuk koma dan
ekor yang sangat pendek bahkan hampir tidak berekor. Contohnya komet
Encke yang melintas mendekati matahari setiap 3,3 tahun sekali.

6. Meteoroid
Meteoroid adalah batuan-batuan kecil yang terlontar dari tumbukan yang
disebabkan objek lebih besar. Bila batuan ini memasuki atmosfer bumi, ia akan
terbakar dan kita menyebutnya meteor. Bila batuan ini cukup keras dan besar, ia
dapat sampai ke tanah dan kita menyebutnya meteorit.
Ada jutaan meteorit yang jatuh di bumi setiap hari, namun kebanyakan
mereka terlalu kecil untuk disadari. Ataupun bila cukup besar, mungkin jatuh di
lautan, terkubur dalam pasir atau lumpur atau tidak terbedakan dengan batuan
biasa. Di setiap bulan agustus ada hujan meteor perseid, yang diakibatkan
pelintasan komet Swift-Tuttle.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Tata Surya merupakan kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah
bintang yang disebut matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya
gravitasinya. Sedangkan sistem tata surya adalah suatu sistem yang
terbentuk secara teratur oleh semua anggota tata surya dan semua
anggotanya terikat satu sama lain oleh gaya gravitasi.
2. Terdapat enam teori pembentukan tata surya yaitu, teori nebula, teori awan
debu,teori planetesimal, teori pasang surut, teori bintang kembar dan teori
kondensasi.
3. Sistem tata surya teridiri dari Matahari yang menjadi pusat tata surya,
planet-planet, satelit, asteroit, meteorit, dan komet. Semuanya begabung
menjadi satu kesatuan yang saling memengaruhi dan membentuk suatu
sistem tata surya.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam makalah selanjutnya lebih mendetail dalam menjelaskan
anggota anggota tata surya serta memperbanyak sumber yang relevan dan dapat
dipercaya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ganawati, dkk. 2008. Pebelajaran Ilmu Pengetahuan Alam terpadu dan


Kontekstual. Jakarat: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Subdibyo, dkk. 2008. Mari belajar IPA 3 Untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

22

Anda mungkin juga menyukai