Anda di halaman 1dari 106

SKRIPSI

ANALISIS SURVIVAL DENGAN PENDEKATAN REGRESI COX PADA


KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RUMAH SAKIT
LABUANG BAJI MAKASSAR

Diajukan kepada Program Studi Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar untuk
memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Matematika

RIDWAN
1211141004

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2016
PERSETUJUAN PUBLIKASI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademika Universitas Negeri Makassar, saya bertanda


tangan dibawah ini:
Nama : Ridwan
Nim : 1211141004
Program studi : Matematika
Jurusan : Matematika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk
memberikan kepada Universitas Negeri Makassar. Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif (Exclusice Royalti-Free Right) atas skripsi saya yang berjudul
“Analisis Survival Dengan Pendekatan Regresi Cox Pada Kasus Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar 2015”, beserta perangkat
yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini,
Universitas Negeri Makassar berhak menyimpan mengalih media/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan skripsi saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis,
pencipta dan pemilik, hak cipta serta tidak dikomersilkan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : Makassar
Pada Tanggal : Maret 2016

Menyetujui
Pembimbing I Yang Menyatakan

Hj. Aswi, S.Pd., M.Si. Ridwan


NIP. 19771117 200312 2 002 NIM. 1211141004
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil

karya sendiri, dan semua sumber yang dikutip ataupun yang dirujuk telah saya

nyatakan dengan benar. Bila dikemudian hari ternyata pernyataan saya terbukti

tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh FMIPA

UNM MAKASSAR.

Yang membuat pernyataan

Nama : Ridwan
NIM : 1211141004
Tanggal : Maret 2016
MOTTO

          

  

7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya.
8. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya pula.

“Pelajarilah apa yang ingin engkau pelajari karena keinginan untuk mengembangkan wawasanmu
dan keingin tahuanmu bukan untuk mendapatkan nilai yang tinggi”

“Tak ada badai yang tak dapat dilewati kecuali engkau akan mendapatkan kebahagiaan di
dalamnya”

“Tanamkan kebaikan pada dirimu maka engkau mendaptkan kebaikan pula untuk masa depan yang
lebih baik”

“Kesempurnaan hanya milik Allah”


HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan sebuah catatan kecil ini untuk:


 Kedua orang tua, yang senantiasa mendoakan saya disetiap sujudnya,
memotivasi, dan mendukung saya. terima kasih Bapak Mustang dan Ibu
Hamsinah.
 Kakakku Muh. Arifai dan adikku Awal, yang telah memberikan motivasi
untuk menjadi semangat setiap hari.
 Milih Ismail, Wahyudin, Normawati, Adhatami yang selalu membantu
saya dalam menjalani kuliah. Kalian adalah bagian dari kehidupanku di
kampus.
 Bunda Susilawati beserta keluarganya, adinda Kholil Gibran dan Keiza
Mutia yang selalu menghibur saya disaat sedih dan menjadi teman curhat
saya.
 Sahabatku yang tercinta dan dicintai Allah, yang selalu ada untuk
mengingatkanku, memotivasiku, menemaniku, setiap hari meskipun
bantuanmu bukan didepan mata. Terima kasih Nur Ilmi Amalia B.
 Teman-teman mahasiswa Matematika Ang. 2012, yang menjadi teman
yang baik saat menjalani perkuliahan.
 Pihak-pihak yang membantuku dalam menempuh studi S1, yang tidak bisa
saya tuliskan satu persatu, saya ucapkan terimakasih banyak.
ABSTRAK

Ridwan, (2016). Analisis Survival Dengan Pendekatan Regresi Cox Pada Kasus
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.
Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Makassar (dibimbing oleh Aswi dan Wahidah Sanusi).

Jenis penelitian ini merupakan penelitian terapan (applied research) dengan


pendekatan kuantitatif yaitu dengan mengambil atau mengumpulkan data yang
diperlukan dan menganalisisnya dengan menggunakan model regresi Cox pada
kasus kejadian bersama dan penerapannya untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi laju kesembuhan pada penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar. Lama rawat inap di rumah sakit
merupakan waktu survival. Sesuai dengan uji Anderson Darling menggunakan
software Minitab 15, maka hasil uji distribusi pada waktu survival dari penderita
DBD berupa distribusi Gamma. Estimasi parameter pada distribusi Gamma dapat
diestimasi menggunakan metode momen pada fungsi Gamma. Estimasi Parameter
dalam prosedur pembentukan model Cox pada umumnya menggunakan
Maximum Partial Likelihood Estimation (MPLE) yaitu dengan memaksimalkan
fungsi partial likelihood. Pada kasus kejadian bersama dilakukan modifikasi pada
partial likelihood dengan pendekatan Breslow. Estimasi parameter dan
perhitungan yang lainnya dalam penelitian ini dibantu dengan software SPSS 20.
Hasil pemilihan model terbaik berdasarkan nilai dari setiap model dan nilai
signifikansi dari setiap variabel pada pemilihan model menunjukkan, model
Regresi Cox Nonproportional Hazard terbaik dari faktor-faktor mempengaruhi
laju kesembuhan pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit
Labuang Baji yaitu faktor Hematokrit ( ) dan Hemoglobin ( )

Kata kunci: Distribusi Gamma, model cox, kejadian bersama, metode breslow,
demam berdarah dengue (DBD).
ABSTRACT

Ridwan, (2016). Survival analysis with Cox Regression Approach In Case of


Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) Hospital Labuang Baji Makassar. Department
of Mathematics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of
Makassar (guided by Aswi and Wahidah Sanusi).

This research is applied research (applied research) with quantitative approach is


to take or collect the necessary data and analyzed using Cox regression models on
the prevalence of joint and its application to determine the factors that affect the
rate of healing in patients with Dengue Hemorrhagic Fever (DHF ) in Labuang
Baji Makassar Hospital. Old inpatient in hospital is survival time , In accordance
with the Anderson Darling test using the software Minitab 15, the test results on
the distribution of survival time of patients with DHF form Gamma distribution.
Estimation parameters on Gamma distribution can be estimated using the method
of moments in the Gamma function. Parameter estimation of β in the Cox model
building procedures in general use Maximum Partial Likelihood Estimation
(MPLE) is to maximize the partial likelihood function. In the case of a
modification to the incident along with the partial likelihood approach Breslow.
Parameter estimates and other calculations in this study aided by software SPSS
20. The result of the selection of the best models based on the value of each
model and the significance of each variable in the model selection show, models
Regression Cox Non proportional Hazard best of these factors affect the rate of
recovery of patients with Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in the Hospital
Labuang Baji is factor Hematocrit ( ) and Hemoglobin ( ).

Keywords: Gamma distribution, models of cox, joint events, Breslow method,


dengue hemorrhagic fever (DHF).
KATA PENGANTAR

   


Puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi berjudul “Analisis Survival Dengan Pendekatan Regresi Cox Pada Kasus
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar”.
Penulisan skripsi ini dibuat untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Sains Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Makassar.
Dibalik terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan
bekerja sama dengan penulis. Melalui pengantar ini penulis hendak menghaturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Mustang dan Ibunda
Hamsinah yang tiada henti-hentinya memberikan dan menghantarkan do’a demi
kesuksesan dan kebaikan penulis. Demikian juga buat saudara-saudaraku tercinta
Muh. Arifai dan Awaluddin atas segala cinta, nasihat, kasih sayang, didikan,
perhatian, dorongan, bantuan, pengorbanan dan dukungan yang diberikan kepada
penulis selama menempuh pendidikan, serta doa dan kasih sayang yang tulus
diberikan kepada penulis.
Tidak lupa penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya

terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Rahman, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar yang telah
memberikan kelancaran pelayanan dalam urusan akademik.
2. Bapak Dr. H. Djadir, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Matematika Universitas
Negeri Makassar yang telah memberikan kelancaran pelayanan dalam
urusan akademik.
3. Bapak Sukarna, S.Pd., M. Si. selaku Ketua Program Studi Matematika
Universitas Negeri Makassar yang telah memberikan kelancaran
pelayanan dalam urusan akademik serta Penasehat Akademik yang telah
memberikan bimbingan serta motivasi selama studi.
4. Ibu Hj. Aswi, S. Pd., M.Si. dan Ibu Wahidah Sanusi, S.Si, M.Si., Ph.D.
selaku dosen pembimbing yang telah berkenan memberikan waktu luang,
arahan, bimbingan serta dengan penuh kesabaran meneliti setiap kata demi
kata dalam skripsi ini.
5. Seluruh dosen Jurusan Matematika Universitas Negeri Makassar yang
telah memberikan ilmu, nasehat, bimbingannya kepada penulis.
6. Orangtua dan keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan, serta
semangat kepada penulis.
7. Seluruh teman-teman matematika angkatan 2012 yang telah menghibur
serta menyemangati penulis.
8. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini hingga selesai.
Semoga yang telah penuliskan sebutkan di atas mendapat imbalan bernilai
pahala di sisi Allah SWT. Penulis menyadari adanya ketidaktelitian, kekurangan
dan kesalahan dalam penulisan tugas akhir skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
menerima kritik dan saranyang bersifat membangun. Semoga penulisan tugas
akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang terkait.

Makassar, 17 Februari 2016


Penulis

Ridwan
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iv

MOTTO ..................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5

C. Batasan Masalah ................................................................................ 5

D. Tujuan ................................................................................................ 6

E. Manfaat .............................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 8

A. Konsep Dasar Distribusi Survival ................................................... 8

B. Data Tersensor ................................................................................ 10


C. Fungsi Distribusi Kumulatif............................................................ 11

D. Fungsi Survivor ............................................................................... 11

E. Fungsi Hazard (Kegagalan)............................................................. 13

F. Analasis Distribusi .......................................................................... 16

G. Cox Proportional Hazard (Cox PH) ................................................ 20

H. Estimasi Parameter .......................................................................... 23

I. Pengujian Signifikansi Parameter Model ........................................ 25

J. Odds Ratio....................................................................................... 29

K. Pemilihan Model Cox Terbaik ........................................................ 29

L. Pengujian Asumsi Proportional Hazard .......................................... 30

M. Demam Berdarah Dengue (DBD) ................................................... 31

N. Hipotesis.......................................................................................... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 37

A. Jenis Penelitian ................................................................................ 37

B. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 37

C. Sumber Data .................................................................................... 37

D. Variabel Penelitian .......................................................................... 38

E. Langkah Penelitian .......................................................................... 38

F. Skema Prosedur Penelitian .............................................................. 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 43

A. Hasil Penelitian ............................................................................... 43

1. Prosedur Matematis Model Distribusi dan Regresi Cox ........... 43

2. Penerapan Model Distribusi dan Regresi Cox


pada Penderita Demam Berdarah Dengue ................................ 54

3. Model Regresi Cox dengan Variabel yang Berpengaruh .......... 78

B. Pembahasan ..................................................................................... 83

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 85

A. Kesimpulan ..................................................................................... 85

B. Saran ................................................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 87

LAMPIRAN ............................................................................................... 89
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman


3.1 Variabel-Variabel yang Terdapat dalam Penelitian ................................ 38
4.1 Data Survival Dengan Terdapat Ties ...................................................... 48
4.2 Analsis Deskriptif Terhadap Variabel Kontinu ...................................... 58
4.3 Hasil Uji Kecocokan Distribusi pada Waktu Survival ........................... 62
4.4 Analisis Deskriptif Waktu Survival (Lama Rawat) ................................ 63
4.5 Prosedur Seleksi Backward Dalam Pemilihan Model Terbaik............... 66
4.6 Estimasi parameter model Cox terbaik dengan metode Breslow ........... 67
4.7 Estimasi parameter model Cox terbaik dengan seleksi backward .......... 75
4.8 Hasil Pengujian Parameter Secara Partial dengan Uji Wald .................. 77
4.9 Estimasi Parameter Dengan Dua Variabel yang Signifikan ................... 77
4.10 Estimasi Parameter dan Odds Ratio Dua Variabel yang Berpengaruh... 81
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman


1.1 Kurva Fungsi Densitas Peluang ......................................................... 10
1.2 Grafik Sebaran Gam(3,14) ................................................................. 18
1.3 Grafik FKP Weib(1,2) ....................................................................... 19
3.1 Skema Penelitian ................................................................................ 42
4.1 Waktu Survival Penderita DBD ......................................................... 54
4.2 Persentase Penderita DBD Tahun 2015
di Rumah Sakit Labuang Baji ............................................................ 55
4.3 Persentase Kondisi Trombosit Penderita DBD Tahun
2015 di Rumah Sakit Labuang Baji ................................................... 55
4.4 Persentase Kondisi Hematokrit Penderita DBD Tahun
2015 di Rumah Sakit Labuang Baji ................................................... 56
4.5 Persentase Kondisi Hemoglobin Penderita DBD Tahun
2015 di Rumah Sakit Labuang Baji ................................................... 57
4.6 Persentase Kondisi Leukosit Penderita DBD Tahun
2015 di Rumah Sakit Labuang Baji ................................................... 58
4.7 Plot Hasil Uji Kenormalan Data Pasien DBD
dengan Anderson Darling ................................................................. 60
4.8 Plot Hasil Uji Kesesuaian Distribusi Pada
Lama Rawat Pasien DBD ................................................................. 62
4.9 Grafik dari distribusi Gam(7,086;0,873) ........................................... 64
4.10 Plot Kaplan Meier Untuk Variabel Hematokrit ................................. 80
DAFTAR LAMPIRAN

1 Data Penderita DBD Di Rumah Sakit Labuang


Baji Makassar 2015
2 Output Hasil Analisis Deskriptif
3 Output Hasil Uji Kenormalan Waktu Survival
4 Output Hasil Uji Kecocokan Distribusi Waktu Survival
5 Output Estimasi Parameter Pemilihan Model Cox
dengan seleksi backward
6 Output Pengujian Parameter Model Cox
7 Output Hasil Uji Asumsi Proportional Hazard
DAFTAR SIMBOL

: Fungsi densitas peluang


: Fungsi survivor
: Fungsi distribusi kumulatif
: Waktu
: Anderson darling
: Banyaknya data
: Baseline hazard
: Koefisien regresi
: Variabel bebas
: Likelihood
: Seluruh individu yang memiliki resiko gagal pada waktu ke-i
: Nilai indikator (tersensor atau tidak)
: Uji partial likelihood rasio
: Nilai Chi-square
W : Uji Wald
: Standar error koefisien regresi
: Odds rasio
: Parameter shape (bentuk)
̂ : Parameter scale (lokasi)
̂ : Fungsi gamma ̂
: Fungsi hazard kumulatif
: Jumlah kovariat pada kasus ties
: Banyaknya kasus ties pada waktu ke-
: Model Cox
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai penelitian di bidang Biologi, Fisika, Pertanian dan Kedokteran

biasanya akan menghasilkan data yang berhubungan dengan waktu hidup dari

suatu individu. Data waktu hidup merupakan variabel random non negatif.

Analisis statistika yang digunakan untuk menganalisis data waktu hidup tersebut

disebut analisis tahan hidup (Survival) (Lawless, 1982).

Analisis survival adalah salah satu prosedur statistik untuk melakukan analisa

data berupa waktu tahan hidup dan variabel yang mempengaruhi waktu tahan

hidup, yaitu data waktu tahan hidup mulai dari waktu awal penelitian yang sudah

ditentukan sampai waktu terjadinya suatu kejadian. Kejadian yang diamati dapat

bermacam-macam, yaitu kejadian meninggal, kejadian sakit, kejadian sakit yang

terulang kembali setelah pengobatan, munculnya penyakit baru, kejadian

kecelakaan dan lain-lain. Analisis tahan hidup berkaitan dengan waktu tahan

hidup, dengan diketahui waktu tahan hidup maka dapat diketahui peluang tahan

hidup (Lawless, 1982).

Menurut Lee dan Wang (2003) dalam Mandini (2015), terdapat dua cara yang

dapat dilakukan dalam pengambilan sampel pada analisis data tahan hidup yaitu

pengamatan tersensor dan pengamatan tidak tersensor. Pengamatan tersensor

dilakukan jika waktu tahan hidup dari individu yang diamati tidak diketahui

secara pasti. Pengamatan tidak tersensor merupakan pengamatan yang diambil


jika semua individu atau unit-unit data yang diteliti meninggal atau mengalami

kejadian yang diamati.

Untuk menganalisis data survival dengan data tidak tersensor diperlukan

asumsi tertentu tentang distribusi populasinya. Beberapa distribusi parametrik

yang populer dan dapat digunakan untuk menganalisis model survival adalah

Distribusi Log-normal, Distribusi Gamma, Lognormal (2P), Smallest extreme

value, Exponential (2P), Exponential, Loglogistik, Logistik, Normal, dan Weibull

(Sari, 2011 dan Nelson, 1982). Distribusi yang memiliki nilai Anderson-Darling

(AD) terkecil adalah distribusi yang paling cocok atau mendekati variabel respon

yang berupa survival time.

Menurut Collett (2004) dalam Ratnaningsih, dkk. (2008), analisis ketahanan

hidup menggambarkan analisis data waktu tahan hidup dari awal waktu penelitian

sampai kejadian tertentu terjadi. Salah satu metode analisis ketahanan hidup

adalah regresi Cox. Regresi Cox merupakan salah satu metode statistika yang

digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen.

Regresi Cox pertama kali dikembangkan oleh Cox pada tahun 1972. Regresi

ini lebih populer digunakan dalam penelitian tentang data kesehatan, data

ekonomi, yang variabel responnya berupa waktu (hari, bulan, tahun). Misalnya

data tentang waktu pasien menderita penyakit tertentu, dimana dimulai dari awal

masuk rumah sakit sampai terjadi kejadian tertentu, seperti kematian, sembuh atau

kejadian khusus lainnya (Chuansumrit, dkk. (2003) dalam Ernawatiningsih 2012).


Pada dasarnya model regresi cox terdiri dari dua, yaitu regresi cox

proportional hazard dan regresi cox nonproportional hazard. Model regresi dapat

dimodelkan sebagai regresi cox proportional hazard jika memenuhi asumsi

proportional yang menunjukkan bahwa rasio dari dua individu konstan dari waktu

ke waktu. Sedangkan model regresi cox dimodelkan sebagai regresi cox

nonproportional hazard jika tidak memenuhi asumsi proportional yang

menunjukkan bahwa rasio dari dua individu tidak konstan dari waktu ke waktu

Menurut Collett (2004) dalam Hutahaean (2014), pada regresi Cox Proportional

Hazard tidak diperlukan asumsi distribusi seperti halnya pada regresi linear,

melainkan waktu kegagalan individu suatu faktor dengan faktor yang lainnya

harus proporsional. Regresi Cox ini tidak mempunyai asumsi mengenai sifat dan

bentuk yang sesuai dengan distribusi normal seperti asumsi pada regresi yang lain,

distribusi yang digunakan adalah sesuai dengan distribusi dari variabel responnya

yaitu lama rawat inap pasien demam berdarah dengue, yang diperoleh dari uji

Anderson-Darling. Secara umum model regresi Cox dihadapkan pada situasi

dimana kemungkinan kegagalan individu pada suatu waktu yang dipengaruhi oleh

satu atau lebih variabel independen.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang hampir

selalu menimbulkan masalah kesehatan masyarakat dan jumlahnya selalu ada,

bahkan cenderung meningkat. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan

penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang

melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae). Ae aegypti merupakan vektor yang paling

utama, namun spesies lain seperti Ae.albopictus juga dapat menjadi vektor
penular. Menurut penelitian menyatakan bahwa nyamuk penular dengue ini

terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang memiliki

ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut seperti di daerah

pegunungan. Akan tetapi penduduk yang ada di daerah pegunungan sering kali

terjangkit penyakit DBD meskipun dalam jumlah penderita sedikit. Penyakit DBD

banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar

biasa (KLB). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya DBD antara

lain rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi

nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya

terjadi pada musim penghujan dan ditempat yang terdapat banyak genangan air

terutama di daerah perkotaan. Hal ini menyebabkan DBD menjadi salah satu

obyek yang menarik untuk diteliti dan dikaji lebih lanjut.

Menurut Tribun Makassar (2015), sebanyak 70 penderita demam

berdarah dengue (DBD) dirawat di RS Labuang Baji, Makassar. Data yang

diperoleh Tribun, Jumat (6/2/2015), penderita DBD ini didominasi oleh anak-

anak, terhitung dari awal Januari sampai pekan pertama bulan Februari (Tribun

Makassar, 2015). Sedangkan Kepala Pelayanan Medik RS Labuang Baji, dr.

Fitriah Hasanuddin, menjelaskan, pada pergantian musim atau masa pancaroba

penyakit seperti ini cepat sekali menyerang orang apalagi anak-anak. Menurutnya,

perlu kita untuk mengantisispasi DBD dengan mengonsumsi banyak air, karena

jika dehidrasi atau kekurangan cairan akan cepat sekali diserang demam

berdarah dengue (Tribun Makassar, 2015). Berdasarkan hasil pengamatan

langsung pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa penyakit demam berdarah


dengue dirumah sakit Labuang Baji Makassar tergolong masih banyak. Hal ini

menunjukkan bahwa penyakit yang masih perlu untuk penanganan serius di Kota

Makassar.

Beberapa penelitian sebelumnya pernah dilakukan tentang DBD yang

menjadi dasar penelitian dan menjadi dasar dalam pengambilan variabel,

diantaranya:

1. Kasus DBD pada Analisis survival dengan di RS. Pamekasan dengan

pendekatan Bayesian Mixture Survival Amalia, S (2010).

2. Analisis Survival dengan Model Regresi Cox, dengan 2 faktor yang

mempengaruhi yaitu Umur dan Trombosit (Ernawatiningsih, 2012).

3. Analisis Survival Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Kesembuhan

Pasien Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSU Haji Surabaya

dengan Regresi Cox, dengan 2 faktor yang mempengaruhi yaitu Umur dan

Trombosit (Fa’rifah, dkk., 2012).

4. Analisis Survival dengan Pendekatan Multivariate Adaptive Regression

Splines pada Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan 4 faktor

yang mempengaruhi yaitu jumlah trombosit, kadar hematokrit, umur, dan

pembesaran hati (Nisa dan Budiantara, 2012).

Berdasarkan uraian diatas peneliti dalam penelitian ini, berkaitan distribusi

data survival yang sesuai dengan kasus demam berdarah dengue (DBD). Dari

waktu survival setiap individu akan didapatkan peluang kegagalannya yang

mengikuti distribusi tertentu sehingga setiap individu memiliki peluang gagal

yang berbeda. Kemudian setelah mengetahui faktor-faktor demam berdarah


dengue dari diagnosis klinis dan laboratorium, selanjutnya menghitung laju

kesembuhan pasien penderita demam berdarah dengue dengan pendekatan

Regresi Cox.

Hal tersebut di atas yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Analisis Survival dengan Pendekatan Regresi Cox pada Kasus Demam

Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalahnya ialah sebagai

berikut.

1. Bagaimana prosedur matematis Analisis Distribusi dan Regresi Cox pada

penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)?

2. Bagaimana penerapan Analisis Distribusi dan Regresi Cox pada penderita

Demam Berdarah Dengue (DBD)?

3. Faktor apa yang paling berpengaruh pada laju kesembuhan pasien demam

berdarah dengue (DBD)?

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian yang dilakukan yaitu data yang

digunakan berupa data rekam medis pasien rawat inap DBD di Rumah Sakit

Labuang Baji di Makassar tahun 2015. Pasien yang diteliti adalah pasien yang

positif terdiagnosis DBD dan menjalani rawat inap hingga dinyatakan keluar dari

rumah sakit setelah dinyatakan sembuh.


D. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini ialah sebagai

berikut.

1. Mengetahui prosedur matematis Analisis Distribusi dan Regresi Cox pada

penderita Demam Berdarah Dengue (DBD).

2. Mengetahui penerapan Analisis Distribusi dan Regresi Cox pada

penderita Demam Berdarah Dengue (DBD).

3. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh pada laju kesembuhan pasien

demam berdarah dengue (DBD).

E. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penelitian ini bagi tim medis dan masyarakat pada umumnya

adalah sebagai tambahan informasi tentang probabilitas laju kesembuhan pasien

dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta manfaat bagi mahasiswa adalah

sebagai tambahan informasi tentang penerapan Ilmu Statistika di bidang

kesehatan, khususnya penggunaan analisis survival dan metode Regresi Cox.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Distribusi Survival

Data survival adalah data lamanya individu-individu atau unit-unit dari suatu

populasi menjalankan fungsinya dengan baik sampai kematian individu-individu

tersebut. Dalam mempelajari penerapan data survival, terlebih dahulu harus

diketahui konsep-konsep statistik pada distribusi survival (Sari, 2011).

Analisis data tahan hidup (survival analysis) adalah suatu metode untuk

menganalisis yang berhubungan dengan waktu, mulai dari time origin atau start-

point sampai dengan terjadinya suatu kejadian khusus atau end point (Yasril dan

Kasjono SB, 2009; Collet, D (1994) dalam Romadhoni, dkk., 2012).

Menurut Nisa dan Budiantara (2012), dalam menentukan waktu survival T,

terdapat tiga elemen yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Time Origin or Starting Point (titik awal) adalah waktu dimulainya suatu

penelitian. Titik awal pada penelitian ini adalah tangga masuk pasien

rawat inap DBD di Rumah Sakit.

2. Ending Event of interest (kejadian akhir) adalah kejadian yang menjadi

inti dari penelitian. Titik akhir yang dimaksud pada penelitian adalah

tanggal dimana pasien rawat inap DBD yang dinyatakan keluar dari

Rumah Sakit dalam keadaan sembuh.

3. Measurement scale for the passage of time (skala ukuran untuk berlalunya

waktu). Dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah lama pasien

DBD yang rawat inap di Rumah Sakit dalam satuan hari.


Misalkan T merupakan variabel random kontinu non negatif yang

menunjukkan tahan hidup individu-individu dari suatu populasi. Pada model

kontinu, fungsi-fungsi seperti fungsi densitas peluang, fungsi distribusi kumulatif,

fungsi hazard dan fungsi survivor didefinisikan dalam interval (Lawless,

1982).

Fungsi densitas peluang pada analisis survival adalah peluang suatu individu

mati atau gagal dalam interval waktu sampai dengan waktu T merupakan

variabel random. Fungsi densitas peluang dari T dapat dinyatakan sebagai

seperti pada persamaan (2.1):

* + (2.1)

Yang mempunyai sifat sebagai berikut:

a)

b) ∫

(Sari, 2011)

Fungsi disebut fungsi densitas peluang bagi variabel random kontinu T bila

luas daerah di bawah kurva dan di atas sumbu-t sama dengan 1, dan bila luas

daerah di bawah kurva antara dan menyatakan peluang T terletak

antara a dan b (Walpole, 1995 dalam Sari 2011), sebagaimana diilustrasikan

dalam Gambar 2.1.


Gambar 2.1. Kurva fungsi densitas peluang (Sari, 2011).

Dengan demikian luas daerah yang diarsir adalah ∫

dengan a,b (Lawless,1982).

Adapun sumber kesulitan data pada analisis survival adalah adanya

kemungkinan beberapa individu tidak bisa diobservasi yang disebut dengan data

tersensor yang dijelaskan pada sub bab berikutnya.

B. Data Tersensor

Data tersensor adalah data yang diperoleh sebelum semua data teramati waktu

hidupnya, sedangkan waktu pengamatan telah berakhir atau oleh sebab lain.

Dalam penelitian uji hidup, data waktu hidup dapat berbentuk data lengkap, data

tersensor tipe I dan data tersensor tipe II. Pada pengambilan data menggunakan

data lengkap, percobaan akan dihentikan jika semua komponen atau individu yang

diteliti gagal atau mati (Lawless, 1982 dalam Sari, 2011). Metode menggunakan

data lengkap memerlukan waktu yang lama sehingga jarang digunakan (Sari,

2011).

Data tersensor tipe I merupakan data uji hidup yang dihasilkan setelah

penelitian berjalan selama waktu yang telah ditentukan. Sedangkan data tersensor
tipe II merupakan data hasil penelitian dimana penelitian dihentikan setelah

kematian atau kegagalan tertentu telah terjadi (Lawless, 1982; Sari, 2011).

Data tersensor tipe II merupakan data kematian atau kegagalan yang tidak

lengkap (incomplete mortality data) yaitu data waktu kematian atau kegagalan 10

dari r observasi terkecil dalam sampel random yang berukuran n dengan 1≤ r ≤ n.

Dalam suatu penelitian, penyensoran tipe II lebih sering digunakan, yaitu dalam

uji hidup yang terdapat observasi sebanyak n, tetapi penelitian dihentikan ketika

observasi mengalami kegagalan ke-r, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya.

Dalam penyensoran ini, r ditentukan terlebih dahulu sebelum data dikumpulkan

(Lawless, 1982).

C. Fungsi Distribusi Kumulatif

Jika T merupakan variabel random dari waktu hidup suatu individu dalam

interval [0, ∞), maka fungsi distribusi kumulatif F(t) untuk distribusi kontinu

dengan fungsi densitas peluang f(t) dinyatakan pada persamaan (2.2) sebagai

berikut (Yasril dan Kasjono SB, 2009; Lawless (1982) dalam Sari, 2011):

atau

∫ (2.2)

D. Fungsi Survivor

Menurut Yasril dan Kasjono SB (2009); Lawless (1982), fungsi survivor S(t)

didefinisikan sebagai peluang (probabilitas) suatu individu dapat bertahan hidup

(survived) lebih lama atau sama dengan waktu t. Secara teori, t berkisar dari 0

sampai tak terhingga. Fungsi survivor dapat digambarkan dalam grafik/kurva


halus, dimana t adalah baris dan S(t) adalah kolom. Terjadi penurunan dari

pada sampai pada . Yaitu peluang hidup =1 pada

waktu = 0, dan peluang hidup pada waktu tak terhingga = 0. Namun dalam

kenyataannya biasanya grafik dalam step fungsi, tidak dengan kurva halus, karena

waktu studi tidak pernah sampai waktu tak terhingga, ada kemungkinan setiap

orang dalam studi tidak muncul keinginan yang diinginkan, sehingga estimasi

fungsi survivor yang dilambangkan dengan S pada grafik tidak selalu menjadi 0

pada akhir studi. Jika T merupakan variabel random dari waktu hidup suatu

individu dalam interval [0, ∞), maka fungsi survivor S(t) dapat dinyatakan dalam

persamaan (2.3):

∫ (2.3)

(Yasril dan Kasjono SB, 2009; Lawless, 1982)

Dengan demikian diperoleh persamaan (2.4) yang menyatakan hubungan

antara fungsi survivor dan fungsi distribusi kumulatif, yaitu (Rahayu, 2015):

(2.4)

Jadi hubungan fungsi densitas peluang dengan fungsi tahan hidup (Survival)

pada persamaan (2.5):

|
(2.5)

(Rahayu, 2015)

Dalam hal ini fungsi tahan hidup S(t) merupakan fungsi monoton turun yang

mempunyai sifat
1. , artinya peluang suatu individu bertahan hidup lebih lama dari

waktu nol adalah 1

2. artinya peluang suatu individu bertahan hidup pada waktu

yang tak terhingga adalah nol (0).

Fungsi survivor digunakan untuk merepresentasikan peluang individu untuk

survive dari waktu awal sampai beberapa waktu tertentu (Yasril dan Kasjono SB,

2009; Lawless, 1982).

E. Fungsi Hazard (Kegagalan)

Menurut Yasril dan Kasjono SB (2009), fungsi hazard merupakan peluang

kegagalan seseorang atau suatu komponen pada waktu t yang ditentukan, jika

diketahui bahwa komponen tersebut tetap hidup hingga waktu t, seperti kebalikan

dari fungsi S(t). Fungsi hazard adalah peluang suatu individu mati dalam interval

waktu t sampai , jika diketahui individu tersebut masih dapat bertahan

hidup sampai dengan waktu t, yang dinyatakan persamaan (2.6) sebagai berikut

(Yasril dan Kasjono SB, 2009):

(2.6)

Berbeda dengan fungsi survival, dimana fokusnya adalah “not falling”, pada

fungsi hazard fokusnya adalah “falling” pada munculnya suatu kejadian. Dengan

demikian jika S(t) lebih tinggi untuk waktu t maka h(t) akan lebih rendah dan

sebaliknya (Yasril dan Kasjono SB, 2009; Lawless, 1982).

Misalkan adalah fungsi densitas peluang pada waktu t, maka dari

persamaan (2.6) diperoleh (2.7) berikut (Rahayu, 2015; Sari, 2011):


|

(2.7)

dari persamaan (2.5) dan (2.7) diperoleh (2.8) sebagai berikut (Rahayu,

2015):

(2.8)

Dari persamaan (2.8) diperoleh

∫ ∫

∫ ∫

∫ |

(Rahayu, 2015)

Karena dan , maka diperoleh (Lawless (2007) dalam

Rahayu, 2015):


* ∫ +

Dari uraian di atas diperoleh hubungan antara f(t), S(t), dan h(t) pada

persamaan (2.9) sebagai berikut:

i.

ii.

iii. ∫ (2.9)

(Aini, 2011: 9)

Dengan demikian, jika fungsi hazard h(t) dari suatu distribusi dalam tahan

hidup diketahui, maka f(t), F(t), dan S(t) dapat dicari. Sedangkan fungsi hazard

kumulatif didefinisikan dengan persamaan (2.10) berikut ini (Lawless, 1982):

∫ (2.10)

Melalui persamaan (9), fungsi hazard kumulatif yang dihubungkan dengan

fungsi tahan hidup diperoleh (Lawless (2007) dalam Rahayu, 2015):

atau

dari persamaan (2.7) dan (2.9) diperoleh persamaan (2.11):

∫ (2.11)

(Nisa dan Budiantara, 2012)

Menurut Kleinbaum (1997), kegunaan fungsi hazard adalah:

1. Memberikan gambaran tentang keadaan failure rate

2. Mengidentifikasi bentuk model yang spesifik


3. Membuat model matematik untuk survival analisis biasanya ditulis dalam

bentuk fungsi hazard.

F. Analisis Distribusi

Menurut Nisa dan Budiantara (2012), pendugaan distribusi digunakan pada

data survival yang dalam penelitian ini adalah data lama rawat inap pasien DBD

hingga dinyatakan sembuh. Pendugaan distribusi dilakukan dengan statistik uji

Anderson-Darling untuk mengetahui distribusi data survival yang paling sesuai.

Persamaan statistik uji Anderson-Darling dapat dituliskan pada persamaan (2.12)

sebagai berikut (Fa’rifah dan Purhadi, 2012) :

∑ (2.12)

dimana

F = fungsi distribusi kumulatif dari distribusi tertentu.

= data waktu survival.

= banyaknya data atau individu.

Dalam hal ini pendugaan distribusi yang sesuai dipilih berdasarkan nilai

Anderson-Darling terkecil.

Menurut Rahmantya K. (2009), dilakukan uji normalitas dengan

menggunakan nilai Anderson-Darling. Hipotesis dari uji Anderson-Darling adalah

data mengikuti distribusi normal atau data tidak mengikuti distribusi normal.

Kemudian nilai Anderson-Darling perhitungan ( ) dibandingkan dengan

nilai Anderson-Darling tabel ( ) dengan α sebesar 0.01, ini dipilih karena

untuk data laboratorium resiko salah yang dapat ditolerir sebesar 1% atau 0,01.
Jika maka menolak , sehingga data tidak mengikuti distribusi

normal (Rahmantya, 2009).

Jika data tidak mengikuti distribusi normal, maka langkah pertama adalah

pemeriksaan distribusi yang sesuai, pemilihan distribusi yang sesuai

menggunakan acuan nilai Anderson Darling dan koefisien korelasi. Suatu

distribusi dikatakan paling sesuai apabila mempunyai nilai Anderson Darling

paling kecil dan nilai koefisien korelasi terbesar (Rahmantya, 2009).

Ada beberapa distribusi yang dapat digunakan ketika melakukan uji distribusi

menggunakan Software Minitab 16 yaitu Lognormal (2P), Smallest extreme value,

Exponential (2P), Exponential, Loglogistik, Logistik, Normal, dan Weibull

(Lawlwss, 1982; Nelson, 1982). Distribusi yang memiliki nilai Anderson Darling

(AD) terkecil adalah distribusi yang paling cocok atau mendekati variabel respon

yang berupa survival time (Ernawatiningsih dan Purhadi, 2012). Berikut

akan dijelaskan dua jenis distribusi, yaitu:

1. Distribusi Gamma

Sebaran gamma umumnya digunakan untuk mengkaji peubah acak

malar yang bernilai non-negatif. Penggunaan model ini menjelaskan

tentang masalah waktu tunggu (waiting time). Misalnya, dalam

pengujian daya tahan penggunan sejenis alat, dengan memperhatikan

waktu tunggu sampai alat tersebut tidak berfungsi.

Definisi 2.1 (Tiro, 2008:266)

Peubah acak Y dikatakan mempunyai sebaran gamma

dengan parameter dan , ditulis dengan simbol


jika dan hanya jika fungsi kepadatan

peluangnya adalah:

dimana ∫ Diagram f(y) untuk tiga pasangan ( )

dari sebaran ditunjukkan pada Gambar 2.2 dibawah:

Gambar 2.2 Grafik sebaran Gam(3,14)

2. Distribusi Weibull

Teknologi modern telah memungkinkan orang merancang banyak

sistem yang rumit dan penggunaan atau keamanannya bergantung pada

keandalan berbagai komponen dalam sistem tersebut. Sebagai contoh,

suatu sekering mungkin putus, tiang baja mungkin melengkung, atau

alat pengindera panas tidak bekerja. Komponen yang sama dalam

lingkungan yang sama akan rusak dalam waktu b erlainan yang tidak

dapat diramalkan.
Definisi 2.2 (Tiro, 2008: 297)

Suatu peubah acak Y dikatakan mempunyai sebaran

Weibull dengan parameter p dan , jika dan hanya

jika fungsi kepadatan peluangnya:

untuk ,

ditulis denga simbol

untuk lebih memperjelas bentuk dari sebaran Weibull, grafik fkp

sebaran Weibull (bantuan Maple 17) untuk dan dapat

dilihat pada Gambar diabawah:

Gambar 2.3 Grafik fkp Weib (1,2)

Teorema 9.2 (Tiro, dkk., 2008: 267)

Jika maka fpm-nya adalah

Teorema 9.3 (Tiro, dkk., 2008: 268)

Nilai harapan dan variansi peubah acak adalah

dan
G. Cox Proportional Hazard (Cox PH)

Pemodelan data survival dengan menggunakan Model Cox Proportional

Hazard merupakan pemodelan dengan metode parametrik yang digunakan untuk

mengestimasi efek kovariat pada data survival. Pemodelan regresi untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi data survival untuk data tidak

tersensor yang disebut dengan Regresi Cox (Cox Model) (Cox dan Oakes (1982)

dalam Nisa dan Budiantara, 2012).

Menurut Yasril dan Kasjono SB (2008), regresi Cox digunakan untuk

membuat model yang menggambarkan hubungan antara survival time sebagai

dependen variabel dengan satu set variabel independen. Variabel independen ini

bisa kontinu maupun kategorik.

Regresi Cox menggunakan fungsi hazard sebagai dasar untuk memperkirakan

Relative Risk untuk gagal. Fungsi hazard adalah sebuah rate yang

merupakan estimasi potensi untuk mati pada satu unit waktu pada suatu saat

tertentu, dengan catatan bahwa kasus tersebut masih hidup ketika menginjak

interval waktu tersebut. Karena fungsi hazard bukan suatu peluang (0 s/d 1), maka

ia dapat mempunyai nilai dari 0 hingga .

Menurut Nisa dan Budiantara (2012), pemodelan ini merupakan hubungan

log-linear antara X dan fungsi umum hazard pada T seperti pada persamaan

(2.13):

|
|


| (2.13)
Menurut Cox dan Oakes (1984) dalam Yensy (2009); Rahayu, dkk. (2012),

untuk variabel X yang ber-Covariate, maka persamaan yang digunakan adalah

persamaan (2.14):

(2.14)

dimana:

= Waktu hingga suatu kejadian tertentu terjadi

= baseline hazard

= koefisien regresi

= variabel bebas,

Menurut Yasril dan Kasjono (2009), model Cox sangat populer digunakan

karena:

1. Dapat mengestimasi hazard rasio tanpa perlu diketahui atau fungsi

baseline. Akan tetapi dalam penelitian ini akan dicari fungsi baselinenya

dengan menggunakan distribusi yang terbaik.

2. Dapat mengestimasi , , dan fungsi survivor meskipun

tidak spesifik.

3. Cox model robust sehingga dari model Cox hampir sama dengan hasil

model parametrik.

Adapun asumsi pada Model Cox Proportional Hazard adalah hazard rasio

yang membandingkan dua kategori dari bebas adalah konstan pada setiap waktu

atau tidak tergantung waktu. Apabila asumsi tidak terpenuhi maka model yang

dipakai adalah regresi Cox dengan time dependent covariat atau extended Cox

model.
Rumus model Cox pada persamaan (14) dan persamaaan (15) memiliki sifat

bahwa jika semua X sama dengan nol, maka rumus tereduksi menjadi fungsi

hazard dasar . Dengan demikian dianggap sebagai awal atau dasar dari

fungsi hazard dapat dituliskan pada persamaan (2.15) sebagai berikut (Rahayu,

2015):

(2.15)

Persamaan (2.14) dapat dituliskan dalam persamaan (216) sebagai berikut

(Rahayu, 2015):

Model Cox mengestimasi parameter regresi ( tanpa

mengestimasi fungsi hazard dasar (fungsi baseline). Model pada persamaan (2.15)

merupakan model dari Log hazard rasio. Hazard rasio didefinisikan sebagai

hazard dari satu individu dibagi dengan hazard individu yang berbeda (Kleinbaum

& Klein (2005). Persamaan (2.16) dapat dinyatakan dalam persamaan (2.17)

sebagai berikut (Iskandar 2015):

(2.17)

Persamaan (17) mengimplikasikan bahwa dalam model dengan variabel bebas

( dan koefisien yaitu peningkatan pada Log Hazard rasio untuk

peningkatan satu satuan variabel bebas , dengan asumsi bahwa nilai dari
variabel bebas yang lain konstan. Dengan kata lain adalah rasio hazard

untuk peningkatan satu satuan dalam , ketika variabel bebas dengan rasio

hazard . Peningkatan nilai variabel bebas berhubungan dengan lebih

menurunnya risiko dan lebih panjangnya waktu bertahan hidup. Ketika rasio

hazard , peningkatan nilai variabel bebas berhubungan dengan

peningkatan risiko dan dan lebih pendeknya waktu bertahan hidup (Iskandar,

2015: 21 ; Vittinghoff, dkk. (2004) dalam Nurhaniah, 2015).

H. Estimasi Parameter

Parameter pada model Cox proporsional hazard dapat diestimasi dengan

menggunakan metode Maximum Partial Likelihood Estimation (MPLE).

Pendugaan dengan metode MPLE adalah nilai ketika fungsi partial likelihood-

nya maksimum. Misal data untuk n individu yang terdiri dari r waktu kejadian

yang tidak tersensor dan n-r individu tersensor kanan, diurutkan menjadi

dengan merupakan urutan waktu kejadian ke – i

(Iskandar, 2015:21; Hanni & Wuryandari, 2013).

Menurut Cox (1972) fungsi likelihood untuk model hazard proportional

seperti pada persamaan (2.18) berikut (Rahayu, 2015; Wuryandari, 2013):

∏ (2.18)

adalah vektor variabel dari individu yang gagal pada saat ke – i dengan

waktu . adalah seluruh individu yang memiliki resiko gagal pada waktu

ke-i. Jika terdapat n waktu survival yang diobservasi, dinotasikan oleh

dan adalah value indicator maka fungsi likelihoodnya dinyatakan


dalam fungsi parsial likelihood pada persamaan (2.19) sebagai berikut (Hanni dan

Wuryandari, 2013):

( )
∏ *∑ + (2.19)
( )

Dengan {

Fungsi log likelihood yang bersesuaian yaitu persamaan (2.20) berikut:

∑ ∑ (2.20)

(Hanni dan Wuryandari, 2013)

Estimasi koefisien diselesaikan dengan metode numerik melalui

penyelesaian iterasi Newton Raphson. Taksiran pada iterasi ke , yaitu

pada persamaan (2.21) berikut :

( ̂) ( ̂) ( ( ̂) ) ̂ (2.21)

Dengan

= 0, 1, 2,….

̂ = vektor skor efisien berukuran

( ( ̂) ) = invers matriks informasi yang diamati berukuran

(Hanni & Wuryandari, 2013)

Diasumsikan hanya terdapat satu individu yang mengalami event pada setiap

waktu kegagalan, jadi tidak terjadi ties pada data. Ties adalah keadaan dimana

terdapat dua individu atau lebih mengalami terjadinya gagal pada waktu yang

sama. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah peluang event waktu individu
yang mati pada waktu kegagalan, dengan syarat menjadi salah satu yang diamati

dari r waktu kegagalan (Iskandar (2015) dalam Nurhaniah (2015).

I. Pengujian Signifikansi Parameter Model

Melalui model Cox dapat dilihat hubungan antara variabel bebas (variabel

independent) terhadap variabel terikat (variabel dependent) yaitu waktu survival

melalui fungsi hazardnya, seperti yang ditunjukkan pada persamaan (2.14):

Menurut Febriyanti, A., dkk., (2012) dan Cahyani, dkk., (2014), pada model

dilakukan uji signifikansi parameter yang meliputi uji bersamaan (serentak) dan

uji individu.

1. Uji Signifikansi Bersamaan (Serentak)

Uji signifikansi yang dilakukan secara bersamaan terhadap banyaknya

variabel bertujuan untuk mengetahui apakah secara umum model terpilih

merupakan model yang sesuai dan menunjukkan hubungan yang tepat antara

variabel bebas dengan variabel respon. Hipostesis yang digunakan adalah:

Hipotesis nol ( akan ditolak jika artinya terdapat

paling tidak satu yang tidak sama dengan nol atau dengan kata lain terdapat

paling tidak satu variabel yang memuat variabel bebas yang berpengaruh terhadap

variabel respon. Nilai diperoleh dari tingkat signifikansi serta

dan dengan n adalah banyaknya sampel dan K adalah banyaknya

variabel yang berkontribusi terhadap model.


Nilai diperoleh dari perhitungan seperti pada persamaan (2.22)

berikut:

( ̅ )

(2.22)
( ̂ )

(Febriyanti, A., dkk., 2012)

Menurut Nurhaniah (2015), untuk menguji hipotesis satu atau beberapa

regresi adalah nol dapat menggunakan uji Partial Likelihood rasio dinotasikan

dengan G. Statistik uji ini mengikuti distribusi chi-square dengan derajat bebas p.

Berikut langkah-langkah uji Partial Likelihood rasio:

a. Hipotesis:

b. Taraf signifikan :

c. Statistik Uji:

Dengan memisalkan,

adalah Log Partial Likelihood dari model tanpa variabel bebas

(model nol).

adalah Log Partial Likelihood dari model yang terdiri dari p

variabel.

d. Daerah penolakan

ditolak jika ( atau p-value

: banyaknya variabel bebas


e. Jika ditolak maka mengindikasikan bahwa variabel bebas

berpengaruh terhadap waktu survival (variabel dependen).

Dalam penelitian ini, diuji dengan uji Partial Likelihood untuk menguji

satu atau beberapa variabel bebas.

2. Uji Signifikansi Individu

Pengujian untuk masing-masing variabel bertujuan untuk mengetahui apakah

parameter yang terbentuk mempunyai pengaruh signifikan terhadap model. Selain

itu dapat diketahui pula apakah model yang memuat parameter tersebut telah

menggambarkan keadaan data yang sebenarnya. Hipotesisnya adalah sebagai

berikut:

Hipotesis nol akan ditolak jika ( ) artinya terdapat pengaruh

variabel bebas terhadap variabel respon pada variabel ke-k didalam model. Nilai

( ) diperoleh dengan derajat bebas dan tingkat signifikansi

Nilai dari persamaan (2.23) sebagai berikut:

̂
(2.23)
̂

Dengan ̂ merupakan standar error ̂ yang diperoleh dari persamaan

(2.24):

∑ ̂
̂ √ (2.24)
(Febriyanti, A., dkk., 2012)

Menurut Windari (2015), uji individu dapat juga diuji menggunakan uji Wald

untuk melihat apakah terdapat variabel bebas yang tidak signifikan di dalam

model. Jika variabel bebas yang tidak signifikan, maka perlu dilakukan reduksi

terhadap variabel bebas tersebut. Dengan mengasumsikan data berdistribusi

normal baku atau Z-score.

Langkah-langkah uji Wald adalah sebagai berikut (Agresti (2007) dalam

Windari, 2015):

a. Merumuskan Hipotesis:

Dimana:

b. Memilih tingkat signifikan

c. Menentukan statistik uji

Statistik uji yang digunakan adalah uji Wald:

̂
(̂ )

dimana:

̂ : koefisien penduga parameter

̂ : standar error penduga parameter ̂

d. Kriteria keputusan

Tolak jika atau sig < , yang artinya variabel

bebas signifikan di dalam model.


Dalam penelitian ini akan dilakukan uji Wald untuk menguji pengaruh

signifikan masing-masing variabel bebas secara individu.

J. Pemilihan Model Cox Terbaik

Pemilihan model terbaik diawali dengan pemilihan variabel yang masuk atau

keluar dari model. Menurut Collet (2003) dalam Nurhaniah (2015), pemilihan

variabel yang masuk atau keluar dari model dapat dilakukan dengan tiga cara

yaitu seleksi forward, eliminasi backward dan prosedur stepwise. Prosedur seleksi

stepwise merupakan kombinasi dari dua proses yaitu seleksi forward dan seleksi

backward. Seleksi backward atau seleksi mundur dengan memasukkan semua

variabel ke dalam model kemudian mengeluarkannya satu persatu jika variabel

peningkatan nilai terbesar. Jika sudah tidak ada peningkatan nilai

secara signifikan dari pengurangan variabel maka langkah backward

dihentikan. Seleksi forward atau seleksi maju yaitu dengan menambahkan

variabel satu demi satu dalam setiap langkahnya. Menurut David W. Hosmer dan

Stanley Lemeshow (2008) dalam Nurhaniah (2015), taraf signifikan yang

digunakan dalam seleksi forward disarankan antara 20% - 25% untuk

memungkinkan lebih banyak variabel yang masuk dalam model. Pada masing-

masing tahapan, kita akan memutuskan variabel mana yang merupakan bebas

terbaik untuk dimasukkan ke dalam model dan variabel yang keluar dari model.

Dalam skripsi ini ini pemilihan model terbaik dilakukan menggunakan seleksi

backward dengan taraf signifikansi yaitu 0,05.


K. Odds Rasio

Menurut Hosmer, dkk (2008) dalam Bastyan dan Latra (2013), odds ratio

adalah suatu ukuran yang untuk mengetahui tingkat resiko/kecenderungan.

|
(2.25)
|

Tingkat kecepatan terjadinya laju kesembuhan pada individu dengan kategori

adalah sebesar kali tingkat kecepatan terjadinya resiko terjadinya

peristiwa failure event pada individu dengan kategori . Untuk variabel

independen yang kontinu, nilai dari mempunyai interpretasi bahwa

perbandingan odds ratio antara individu dengan nilai lebih besar 1 satuan

dibanding individu lain.

L. Pengujian Asumsi Proporsional Hazard

Proporsional Hazard (PH) artinya perbandingan terjadinya suatu kejadian

antar kelompok setiap saat adalah sama. Asumsi proporsiona hazard dapat

diketahui dengan membuat kurva kapplan – meier. Metode lain untuk menguji

asumsi proporsional hazard adalah dengan membuat kurva ln-ln survival dan

global test (Dahlan (2012) dalan Nurhaniah, 2015). Asumsi Proportional Hazard

terpenuhi apabila :

1. Garis survival pada kurva Kapplan – Meier tidak saling berpotongan

2. Garis survival pada ln-ln survival tidak saling berpotongan

3. Nilai p pada uji global test lebih besar dari 0,05

Menurut Kleinbaum dan Klein (2005), secara umum ada 3 pendekatan untuk

mengkaji asumsi propostional hazard, yaitu:


1. Dengan pendekatan grafik, caranya dengan membuat plot Log Minus Log

(LML) dari fungsi ketahanan. Pada plot untuk setiap strata harus

paralel/sejajar. Cara ini hanya dapat digunakan untuk variabel kategorik.

Untuk variabel kontinu harus diubah menjadi kategorik (2 atau 3

kelompok).

2. Menggunakan variabel time dependent dalam extended Cox model,

caranya adalah membuat interaksi antar variabel bebas dengan waktu

ketahanan hidup kemudian lihat nilai signifikansinya.

3. Menggunakan goodnest of fit test. Untuk menguji dengan cara ini

menggunakan program komputer khusus yaitu Minitab 16.

Dari ketiga cara tersebut, maka dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan grafik dan variabel time dependent dalam extended Cox model.

M. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Adapun beberapa pembahasan yang penting untuk demam berdarah dengue

yang akan diteliti, yaitu

1. Pengertian Demam Berdarah Dengue

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia khususnya di Makassar yang jumlah

penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit

DBD merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak. Penyakit

DBD disebut juga dengue hemorrhagic fever (DHF), dengue fever (DF), demam

dengue (DD), dan dengue shok syndrome (DSS) (Widoyono, 2005).


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Agepti yang

ditandai dengan demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas,

lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda pendarahan dikulit berupa bintik-

bintik pendarahan (petechlae), lebam (eechymosis), atau ruam (purpura), dan atau

syok (Nisa dan Budiantara, 2012).

2. Penyebaran dan Penularan Demam Berdarah Dengue.

David Bylon (1779) melaporkan bahwa epidemiologi dengue di Batavia

disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu virus, manusia, dan nyamuk. Faktor

utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes Aegypti (di daerah perkotaan) dan

Aedes albopictus (di daerah pedesaan). Nyamuk yang menjadi faktor penyakit

DBD adalah nyamuk yang terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit

dan viremia (terdapat virus dalam darahnya) dan juga ditularkan ke dalam

telurnya.

Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam

kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue

akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan

berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit demam

berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan

berada dalam darah selama satu minggu.

3. Diagnosis Demam Berdarah Dengue.

Penderita demam berdarah dengue pada setiap rumah sakit kebanyakan

adalah laki-laki dan pasien yang berumur anak. Akan tetapi hal tersebut tidak
berlaku untuk semua rumah sakit, adakalnya penderita kebanyakan dari jenis

kelamin perempuan atau sebaliknya. Begitu pula dengan umur penderita yang

dapat bervariasi pada rumah sakit tertentu. Pasien penyakit DBD pada umumnya

disertai dengan tanda-tanda berikut:

a. Suhu badan ( ) biasanya tinggi 39º C dan kadang setinggi 40-41º C

selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.

b. Manifestasi pendarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie

(+), samapi pendarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau

berak darah hitam.

c. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal: 150.000-300.000 µL),

hematokrit meningkat (normal: pria < 45, wanita < 40).

d. Akral dingin, gelisah, tidak sadar (DSS, dengue shok syndrome).

Kriteria diagnosis menurut klinis (WHO, 1999)

a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus-

menerus selama 2-7 hari.

b. Terdapat manifestasi pendarahan, yaitu munculnya bintik hitam di

permukaan kulit, terjadinya pelebaman pada kulit, hingga terjadi

mimisan. Pendarahan yang terjadi ini mengindikasikan rendahnya jumlah

trombosit.

c. Pembesaran hati, ini terjadi jika hati bertambah besar > 2 cm yang diukur

berdasarkan hasil Ultrasonografi (USG) pada pasien.


d. Syok, ditandai dengan nadi cepat, lemah, tekanan nadi < 20 mmHg,

perfusi jaringan menurun, hipotensi, kulit dingin dan lembab, dan tamapk

gelisah.

Kriteria diagnosis menurut laboratories (WHO, 1999)

a. Trombositopenia ( ) merupakan kelainan trombosit yang

mengakibatkan gangguan fungsi trombosit dan dapat menyebabkan

pendarahan. Trombosit mengendikasikan DBD adalah < 100.000/mm³

( ).

b. Hemokonsentrasi (kebocoran plasma darah) ( ). Salah satu penyebab

terjadinya kebocoran pada plasma darah ditandai dengan peningkatan

maupun penurunan nilai hematokrit > 20% dari kondisi normal sesuai

dengan umur dan jenis kelamin. Kadar normal hematokrit ini tiap

individu tergantung pada umur pasien. Rata-rata kadar hematokrit normal

adalah antara 40%-50%.

c. Hemoglobin ( ), kadar hematokrit biasanya meningkat setelah hari

kedua sakit dan sering merupakan kelainan hematologiawal yang dapat

ditemukan. Peningkatan kadarnya mengikuti peningkatan keadaan

hemokonsentrasi. Adapun kadar normal hemoglobin berdasarkan umur

yaitu laki-laki dewasa: 13,5 – 18 gram/dl, wanita : 12 – 16 gram/dl, anak

– anak: 11 – 16 gram/dl, balita :9 - 15 gram/dl, dan bayi : 12 – 24 gram/dl

d. Leukosit ( ), penderita demam berdarah dengue sering mengalami

penurunan kadar leukosit sehingga penderita mengalami kekurangan

darah putih dalam tubuh. Leukosit rendah dapat disebabkan oleh infeksi
virus misalnya dengue. Adapun kadar normal Leukosit antara 5.000 –

10.000 /mm3

Seorang pasien dinyatakan menderita penyakit DBD bila terdapat minimal 2

gejala klinis yang positif dan 1 hasil laboratorium yang positif. Bila gejala dan

tanda tersebut kurang dari ketentuan di atas maka pasien dinyatakan menderita

demam dengue (Widoyono, 2005 dan WHO, 1999).

N. Hipotesis

Berdasarkan teori tentang demam berdarah dengue sebelumnya, maka

diperoleh hipotesis sebagai berikut:

: Faktor jenis kelamin, umur pasien, jumlah trombosit, Persentase hematokrit,

jumlah hemoglobin, jumlah leukosit, dan suhu badan berpengaruh signifikan

terhadap lamanya (waktu survival) pasien DBD dirawat di Rumah Sakit

: Faktor jenis kelamin pasien berpengaruh signifikan terhadap lamanya (waktu

survival) pasien DBD dirawat di Rumah Sakit

: Faktor umur pasien berpengaruh signifikan terhadap lamanya (waktu

survival) pasien DBD dirawat di Rumah Sakit

Faktor jumlah trombosit pasien berpengaruh signifikan terhadap lamanya

(waktu survival) pasien DBD dirawat di Rumah Sakit

: Faktor persentase hematokrit berpengaruh signifikan terhadap lamanya

(waktu survival) pasien DBD dirawat di Rumah Sakit

Faktor jumlah hemoglobin pasien berpengaruh signifikan terhadap lamanya

(waktu survival) pasien DBD dirawat di Rumah Sakit


Faktor jumlah leukosit pasien berpengaruh signifikan terhadap lamanya

(waktu survival) pasien DBD dirawat di Rumah Sakit.

: Faktor suhu badan pasien berpengaruh signifikan terhadap lamanya (waktu

survival) pasien DBD dirawat di Rumah Sakit


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian terapan (applied research)

dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan mengambil atau mengumpulkan data

yang diperlukan dan menganalisisnya dengan menggunakan model regresi Cox

untuk mengetahui apakah ada pengaruh signifikan faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi laju kesembuhan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di

Rumah Sakit Labuang Baji Makassar tahun 2015.

Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data

numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya,

pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka

pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu

probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan

diperoleh signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2015 - Maret 2016.

Adapun lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.

C. Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data lama rawat inap pasien

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Labuang Baji di Kota Makassar

tahun 2015.
D. Variabel Penelitian

Menurut WHO (1999), Widoyono (2005) dan Soedarmo (2009), berdasarkan

diagnosis klinis dan diagnosis laboratorium pada Bab II, maka variabel penelitian

yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian

Variabel Penjelasan Tipe Kategori


Lamanya (waktu survival) pasien
DBD dirawat di Rumah Sakit,
Kontinu -
mulai dirawat sampai dinyatakan
sembuh (hari)
1 : laki-laki
Jenis kelamin Kategorik
2 : perempuan
Umur pasien DBD di rumah Sakit
Kontinu -
dirawat awal masuk (tahun)
Jumlah trombosit saat diperiksa 0: tidak normal
Kategorik
pertama kali (ribu/ ) 1: normal
Persentase hematokrit pasien DBD 0: tidak normal
Kategorik
saat diperiksa pertama kali (%) 1: normal
Jumlah hemoglobin saat diperiksa 0: tidak normal
Kategorik
pertama kali (gram/dl) 1: normal
Jumlah leukosit saat diperiksa 0: tidak normal
Kategorik
pertama kali (ribu/ ) 1: normal
Suhu badan pada saat diperiksa
Kontinu -
pertama kali (ºC)

E. Langkah Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rekapitulasi data pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)


Pada tahap ini data diambil dari Rumah Sakit Labuang Baji untuk diolah

menggunakan metode Regresi Cox.

2. Kajian matematis analisis distribusi dan regresi cox

Pada tahap ini, kajian matematis untuk analisis distribusi menjelaskan

penurunan terhadap persamaan fungsi kepadatan peluang sehingga

diperoleh fungsi hazard kumulatif yang menggunakan data waktu survival

atau lama rawat inap pasien rumah sakit. Sehingga diperoleh fungsi

kepadatan peluang distribusi gamma. Sedangkan untuk regresi cox

menjelaskan prosedur matematis dari estimasi parameter secara parsial

dari koefisien dengan menggunakan turunan pertama dan turunan partial

kedua dari . Kemudian, dari turunan pertama dan turunan partial

kedua disubtitusi pada persamaan iterasi Newton Rsphdon untuk estimasi

nilai

3. Statistika deskriptif data pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)

4. Pemodelan distribusi

Pada tahap ini, data respon dianalisis distribusinya menggunakan uji

Anderson Darling dengan menggunakan Software Minitab 15, yaitu:

a. Uji kenormalan waktu survival, tahap pertama adalah melakukan uji

kenormalan data waktu survival pasien DBD. Apabila data tidak

berdistribusi normal, maka dilakukan langkah kedua

b. Uji kecocokan distribusi distribusi, Tahap kedua dilakukan uji

kecocokan distribusi Distribusi yang mempunyai nilai AD paling kecil

adalah distribusi yang dianggap terbaik dalam menentukan fungsi


baseline hazard dari regresi Cox. Setelah mengetahui distribusi

terbaik, selanjutnya dilakukan analisis parameter distribusi dan

menghitung fungsi baseline hazard.

5. Pemodelan Regresi Cox

a. Estimasi Parameter Model Cox

Parameter pada model Cox proportional hazard akan diestimasi

dengan menggunakan metode Maximum Partial Likelihood

Estimastion (MPLE). Pendugaan dengan metode MPLE adalah nilai

ketika fungsi partial likelihood maksimum. Nilai dapat diduga

secara matematis melalui prosedur MPLE atau dengan bantuan

pengolahan menggunakan program aplikasi SPSS 20 hingga diperoleh

model awal persamaan regresi Cox.

b. Pemilihan model yang cocok

Menurut David Collet (2003: 61) dalam Nurhaniah (2015: 32),

pemilihan variabel yang masuk atau keluar dari model dapat dilakukan

dengan tiga cara yaitu forward, eliminasi backward, dan prosedur

stepwise. Pada penelitian ini menggunakan seleksi backward, sehingga

masing-masing tahapan akan diputuskan variabel mana yang

merupakan variabel bebas terbaik untuk dimasukkan ke dalam model.

Seleksi model berdasarkan perubahan nilai -2 Log Likelihood pada

setiap langkah untuk memperoleh model yang terbaik.

c. Pengujian Parameter Model Cox


Melalui model Cox dapat dilihat hubungan antara variabel bebas

(variabel independen) terhadap variabel terikat (variabel dependen)

yaitu waktu survival. Pada model dilakukan uji signifikansi parameter

yang meliputi uji bersamaan menggunakan metode log partial

likelihood dan uji individu dengan uji Wald.

d. Pemilihan model terbaik pada model regresi cox

e. Pengujian asumsi Proportional Hazard

Pengujian Asumsi Proportional Hazard sangat penting untuk

mengetahui rasio fungsi hazard dari dua variabel konstan dari waktu

ke waktu atau ekuivalen dengan pernyataan bahwa fungsi hazard suatu

individu terhadap fungsi hazard individu yang lain adalah

proportional. Pengujian ini dengan menggunakan kurva Kapplan-

Meier. Asumsi proportional hazard terpenuhi apabila garis pada kurva

Kapplan-Meier tidak berpotongan.

6. Interpretasi hasil.

Interpretasi hasil menjelaskan hasil dari kesignifikanan variabel bebas

yang terkait dalam model cocok.

7. Kesimpulan.

Menyimpulkan hasil secara keseluruhan analisis data yang telah diolah.

Pada tahap ini dapat ditarik kesimpulan, variabel bebas apa yang paling

berpengaruh pada variabel terikat. Selain itu, dapat diambil kesimpulan

mengenai model yang terbaik.


F. Skema Prosedur Penelitian

Gambar 3.1 Skema Penelitian


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Bab IV akan dibahas tentang prosedur-prosedur matematis analisis

distribusi dan pemodelan Cox proportional hazard pada kasus kejadian bersama

dan penerapan pemodelan Cox proportional hazard pada kasus kejadian bersama.

Terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai analisis distibusi dan kejadian bersama.

A. HASIL PENELITIAN
1. Prosedur Matematis Model Distribusi dan Regresi Cox

a. Model Distribusi

1) Fungsi hazard komulatif

Fungsi hazard komulatif tidak bisa kita nyatakan dalam bentuk implisit,

karena fungsi hazardnya sendiri dinyatakan dalam bentuk eksplisit. Misalkan

adalah fungsi densitas peluang pada waktu t, maka dari persamaan (2.6)

diperoleh (4.1) berikut:

[( ) ]
* +

* +

* +

* +

* +
(4.1)

dimana

Misalkan merupakan data waktu survival, sehingga diperoleh

persamaan (4.2)


(4.2)

dimana merupakan fungsi kepadatan peluang dari distribusi tertentu

yang mengikuti sebaran dara waktu survival dan y adalah waktu survival.

2) Estimasi Parameter Distribusi Gamma

Jika data waktu survival mengikuti sebaran Gamma maka fungsi

merupakan fungsi kepadatan peluang dari distribusi gamma. Sehingga

bentuk umum dari fungsi kepadatan peluang distribusi gamma pada

persamaan (4.3) yaitu:

( ) (4.3)

dimana:

∫ adalah fungsi gamma.

y : data waktu survival


: parameter shape (bentuk)

: parameter scale (lokasi)

Berdasarkan Teorema 9.2 menyatakan bahwa jika maka

fpmnya adalah . Seperti pada persamaan (4.4)

berikut:

Bukti:

∫ ( )

Sekarang, kita menuliskan , sehingga dan

. Akibatnya

∫ ( ) ( )

( ) ∫

(4.4)

Sedangkan, berdasarkan Teorema 9.3 yang menyatakan bahwa

. Seperti yang ditunjukkan pada pembuktian berikut

Bukti:

Berdasarkan fungsi pembangkit momennya, kita peroleh:


, sehingga rerata dan variansi dari Y

adalah:

(4.5)

Misalkan ̅ merupakan rata-rata data waktu survival (y), nilai ̂

merupakan nilai estimasi dari parameter , dan nilai ̂ merupakan nilai

estimasi dari parameter . Parameter dan dapat diestimasi dengan

̅
metode momen. Berdasarkan metode momen, maka ̅ ̂ ̂ atau ̂ ̂
dan

̅
̂ ̂ ̅̂ . Dengan demikian, estimasi untuk parameter ̂
̂

̅
dan ̂ masing-masing adalah ̂ dan ̂ ̅
. Selanjutnya, nilai rata-rata

( ̅) dan variansi ( ) dari data waktu survival atau lama rawat inap penderita

DBD digunakan untuk menentukan nilai estimasi ̂ dan ̂ .

Sehingga fungsi hazard komulatif distribusi gamma yang merupakan fungsi

dari baseline hazard pada persamaan (4.6) yaitu:

̅̂ ̅
∫ ̂ ( ̂) ̅
̂ ̂
̅ ̅ (4.6)
̅̂ ̅
∫ ̂ ( ̂) ̅
̂ ̂

dimana:

̅ : baseline hazard

̅ : nilai rata-rata data waktu survival

̂ : estimasi parameter
̂ : estimasi parameter

b. Estimasi Parameter Model Regresi Cox

Pada bagian akan dibahas tentang prosedur-prosedur pemodelan Cox pada

kasus kejadian bersama dan penerapan pemodelan Cox pada kasus kejadian

bersama. Terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai kejadian bersama.

1) Kejadian Bersama

Dalam analisis survival terkadang ditemukan adanya kejadian bersama

atau yang sering disebut ties. Ties adalah keadaan yang terdapat dua individu

atau lebih yang mengalami kejadian pada waktu yang bersamaan. Jika suatu

data terdapat ties, maka akan menimbulkan permasalahan dalam membentuk

partial likelihoodnya yaitu saat menentukkan anggota dari himpunan

risikonya.

Misalkan adalah waktu yang teramati yang telah diurutkan. Pada waktu,

terdapat dua objek yang mengalami kejadian dan tidak diketahui objek mana

yang mengalami kejadian terlebih dahulu. Kejadian bersama tersebut dapat

menimbulkan permasalahan pada estimasi parameter yang berhubungan

dengan penentuan anggota dari himpunan risiko. Banyak metode dalam

mengestimasi parameter pada kasus kejadian bersama, salah satunya dengan

pendekatan metode Breslow. Metode Breslow mengasumsikan bahwa ukuran

dari himpunan risiko untuk kejadian bersama adalah sama, selengkapnya

akan dijelaskan pada prosedur estimasi parameter.


2) Estimasi Parameter Model Cox Pada Kejadian Bersama

Pada estimasi digunakan pendekatan metode breslow. Pendekatan ini

banyak digunakan karena fungsi partial likelihoodnya sederhana daripada

metode lain. Dalam setiap kasus kejadian bersama tidak mungkin untuk

menentukan urutan kejadian, metode Breslow mengasumsikan bahwa ukuran

dari himpunan risiko adalah sama. Terdapat dua kasus yang memiliki waktu

yang sama yaitu tiga dan empat yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Data survival dengan terdapat ties

Individu Hematokrit
ke-i
1 2 1
2 3 1
3 3 0
4 3 1
5 3 1
6 4 0
7 4 1

Urutan kejadian antara individu 2 dan individu 3, 4, dan 5 tidak dapat

dibedakan dan ketiga kejadian tersebut tidak saling mempengaruhi atau saling

bebas (independen). Berdasarkan persamaan (2.19) dapat disusun bentuk

partial likelihood untuk individu 2 seperti pada persamaan (4.7) sebagai

berikut

| (4.7)

|
Himpunan risiko untuk individu 3 sama dengan himpunan risiko untuk

individu 2, sehingga bentuk partial likelihood untuk individu 3 seperti pada

persamaan (4.8) sebagai berikut

| (4.8)

Begitu juga dengan himpunan risiko untuk individu 3 sama dengan

himpunan risiko untuk individu 2, sehingga bentuk partial likelihood untuk

individu 4 seperti pada persamaan (4.9) sebagai berikut

| (4.9)

Selanjutnya, himpunan risiko untuk individu 3 sama dengan himpunan

risiko untuk individu 2, sehingga bentuk partial likelihood untuk individu 5

seperti pada persamaan (4.10) sebagai berikut:

| (4.10)

|
Dari persamaan (4.4), (4.5), (4.6), dan (4.7) masing-masing diperkalikan

sehingga memberikan fungsi hazard dasar pada persamaan (4.11) sebagai

berikut:

| | | | |

(4.11)

Sehingga, bentuk umum dari fungsi hazard pada persamaan (4.12) sebagai

berikut.


| ∑ ∑
(4.12)

Dengan adalah jumlah kovariat pada kasus ties dan adalah banyaknya

kasus ties pada waktu . Dengan mengambil fungsi hazard (4.12),

memberikan fungsi partial likelihood pada persamaaan (4.13) sebagai

berikut.


( )

∑ * ∑ +

∑ * ∑ + (4.13)

Turunan pertama dari (4.12) terhadap yaitu sebagai berikut,

∑ * ∑ +


( )
∑ ∑ (4.14)

( )

Pendugaan dapat diperoleh dengan memaksimumkan turunan pertama

fungsi log likelihood yaitu dengan mencari solusi dari persamaan (4.12)

sehingga diperoleh persamaan (4.15):


( )
∑ [ ], (4.15)

Persamaan (4.15) adalah anggota j pada . Matriks I

yang berisi negatif dari turunan partial kedua dari yang mempunyai

entri-entri seperti pada persamaan (4.16):

∑ ∑ ∑
( ) ( ) ( )
∑ ,
∑ ∑
( ) ( )

(4.16)
Persamaan Maximum Likelihood pada persamaan (4.12) dapat diselesaikan

secara numerik yaitu menggunakan metode Newton-Raphson. Negatif

turunan kedua dari (4.16) yaitu pada persamaan (4.17) sebagai berikut:

* +

∑ ∑ ∑
( ) ( ) ( )
∑ ,
∑ ∑
( ) ( )

(4.17)

Untuk memaksimalkan fungsi partial likelihood dalam penaksiran

parameter model Cox dapat menggunakan prosedur Newton Rapshon.

Misalkan merupakan fungsi partial likelihood p dimensi vektor

. Misalkan merupakan vektor berukuran p dari

turunan parsial pertama seperti pada persamaan (4.18) berikut.

(4.18)

dengan memisalkan ( ) .

Misalkan merupakan matriks Hessian berukuran p x p turunan partial

likelihood kedua seperti pada persamaan (4.19) berikut:

(4.19)

Dengan memisalkan , maka diperoleh persamaan (4.20)

berikut:
(4.20)

[ ]

Algoritma metode Newton Rapshon yaitu persamaan (4.21) berikut:

̂ ̂ ̂ ̂ (4.21)

Dengan memisalkan dan ̂ merupakan invers dari

̂ . Langkah iterasi dengan metode Newton Rapshon sebagai berikut:

a) Menentukan nilai awal, ̂

b) ̂ ̂ ̂ (̂ )

c) Iterasi dilakukan sampai memperoleh nilai yang konvergen, ̂ ̂

Varians dari dapat didefinisikan pada persamaan (4.22) sebagai berikut:

(̂ ) ( ̂) (4.22)

Standar deviasi dari merupakan akar kuadrat dari varians pada

persamaan (4.23) sebagai berikut:

( ̂) √ (̂ ) √ ̂ (4.23)

Standar deviasi pada persamaan diatas dapat digunakan untuk mencari

selang kepercayaan yaitu selang kepercayaan untuk ̂

sebagai berikut:

̂ ̂ (2.24)
2. Penerapan Analisis Distribusi dan Regresi Cox pada Penderita Demam

Berdarah Dengue (DBD)

a. Analisis Statistika Deskriptif

Dalam menganalisis jenis distribusi yang sesuai dengan data survival, dapat

digunakan plot data antara jumlah individu dan waktu survival seperti yang

diperlihatkan pada Gambar 4.1. Namun demikian, grafik tersebut belum cukup

akurat untuk menentukan distribusi yang cocok, sehingga perlu dilakukan uji

distribusi dengan bantuan software Minitab 15. Grafik waktu survival tersebut

sebagai berikut:

18
16
14
Waktu survival

12
10
8
6
4
2
0
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52
individu

Gambar 4.1 Waktu survival penderita DBD

Analisis statistika deskriptif dari variabel bebas dapat dilihat pada Gambar 4.2

tentang persentase penderita berdasarkan jenis kelamin dan Tabel 4.2 variabel

selain jenis kelamin.


permpuan
32%

laki-laki
68%

Gambar 4.2 Persentase penderita DBD tahun 2015 di Rumah Sakit Labuang

Baji

Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa persentase jenis kelamin laki-laki dari

pasien penderita penyakit DBD merupakan penderita terbesar dari seluruh

penderita yaitu sebesar 68 %. Sedangkan persentase penderita perempuan yaitu 32

%. Hasil ini memperlihatkan bahwa selama periode Januari-Desember 2015,

pasien penderita DBD di RSU Labuang Baji Makassar lebih banyak yang berjenis

kelamin laki-laki.

Gambar 4.3 Persentase kondisi trombosit penderita DBD tahun 2015 di Rumah

Sakit Labuang Baji


Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa persentase trombosit pasien penderita

DBD yang normal yaitu sebesar 25,93% atau sebanyak 14 orang. Sedangkan

persentase penderita yang trombositnya tidak normal yaitu 74,07 % atau sebanyak

40 orang. Jadi, dapat diketahui bahwa selama periode Januari - Desember 2015,

pasien penderita DBD di RSU Labuang Baji Makassar lebih banyak yang tidak

normal kandungan trombositnya.

Gambar 4.4 Persentase kondisi hematokrit penderita DBD tahun 2015 di Rumah

Sakit Labuang Baji

Pada Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa persentase hematokrit pasien penderita

DBD yang normal yaitu sebesar 75,93% atau sebanyak 42 orang. Sedangkan

presentase penderita yang hematokritnya tidak normal yaitu 24,07 % atau

sebanyak 12 orang. Jadi, dapat diketahui bahwa selama periode Januari -

Desember 2015, pasien penderita DBD di RSU Labuang Baji Makassar lebih

banyak yang normal kandungan trombositnya. Akan tetapi ketidak normalan

hematokrit sangat berpengaruh pada waktu rawat inap di rumah sakit.


Gambar 4.5 Persentase kondisi hemoglobin penderita DBD tahun 2015 di Rumah

Sakit Labuang Baji

Pada Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa persentase hemoglobin pasien penderita

DBD yang normal yaitu sebesar 74,07% atau sebanyak 40 orang. Sedangkan

persentase penderita yang hemoglobinnya tidak normal yaitu 25,93 % atau

sebanyak 14 orang. Sehingga dapat diketahui bahwa selama periode Januari -

Desember 2015, pasien penderita DBD di RSU Labuang Baji Makassar lebih

banyak yang normal kandungan hemoglobinnnya. Namun, kandungan

hemoglobin sangat mempengaruhi rawat inap pasien di rumah sakit.


Gambar 4.6 Persentase kondisi leukosit penderita DBD tahun 2015 di Rumah

Sakit Labuang Baji

Pada Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa persentase leukosit pasien penderita

DBD yang normal yaitu sebesar 42,59% atau sebanyak 23 orang. Sedangkan

presentase penderita yang leukositnya tidak normal yaitu 57,41 % atau sebanyak

31 orang. Jadi, dapat diketahui bahwa selama periode Januari - Desember 2015,

pasien penderita DBD di RSU Labuang Baji Makassar lebih banyak yang tidak

normal kandungan leukositnya.

Tabel 4.2 Analisis deskriptif terhadap variabel data kontinu

Rata- Simpangan
Variabel N Minimum Maksimum Varians
rata Baku
Survival 54 2,00 16,00 6,1852 2,32358 5,399
Umur 54 1,00 39,00 15,0209 9,87953 97,605
Suhu badan 54 28,00 39,70 36,9444 1,68138 2,827

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa umur penderita penyakit DBD

adalah orang yang berumur rata-rata 15 tahun. Umur ini merupakan umur remaja

berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh DEPKES (2009) yaitu 12 – 25 tahun.

Rata-rata pasien penderita DBD dirawat di rumah sakit selama 6 hari. Sedangkan
suhu badan pasien pada saat pemeriksaan di rumah sakit adalah bersuhu 36,9ºC.

Suhu ini merupakan suhu normal pada manusia yaitu berkisar antara 36ºC – 37ºC.

b. Pemodelan Distribusi dan Regresi Cox pada Penderita Demam Berdarah

Dengue

Pada tahap ini, dilakukan pemodelan distribusi Gamma yang menggunakan

data survival. pemodelan pada Regresi Cox dengan menngunakan data waktu

survival yang dipengaruhi oleh 7 variabel bebas yaitu jenis kelamin ( ), umur

( ), trombosit ( ), hematokrit ( ), hemoglobin ( ), leukosit ( ), dan suhu

badan ( ). Dari pemodelan tersebut diperoleh model yang cocok.

1) Pemodelan Distribusi

a) Uji Kenormalan Data Pasien DBD dengan Andersong-Darling

Anderson Darling Test ini digunakan untuk mengetahui distribusi dari

data sampel. Uji ini merupakan modifikasi dari Kolmogorov Smirnov Test

(K-S Test), yaitu K-S Test yang telah diboboti. K-S Test merupakan uji yang

bebas distribusi, artinya tidak bergantung pada distribusi data tertentu yang

diuji. Sedangkan Anderson Darling Test, menggunakan distribusi data

tertentu dalam menghitung nilai kritis. Kelebihan Anderson Darling Test

adalah uji ini lebih sensitif daripada K-S Test, namun mempunyai kelemahan

yaitu nilai kritis tersebut harus dihitung dari setiap distribusi data sampel.

Anderson Darling Test yang merupkan variasi dari Kolmogorov Smirnov

Test, menggunakan p-value untuk mengukur apakah sebaran tertentu tersebut

menyebar normal atau tidak. p-value adalah peluang bahwa sampel yang

diuji terletak pada distribusi normal dari suatu populasi. Jika p-value lebih
kecil dari 0,05 maka tolak hipotesa awal ( ). Dimana menyatakan

bahwa data mengikuti sebaran normal.

Analisis kenormalan data dilakukan sebagai berikut:

a. Hipotesis dari Anderson Darling Test:

: Data mengikuti sebaran normal

: Data tidak mengikuti sebaran normal

b. Signifikansi α : 0,05

c. Teori pengambilan keputusan:

Terima jika

Tolak jika

d. Hasil Analisis

Probability Plot of survival


Normal
99
Mean 6,185
StDev 2,324
95 N 54
AD 1,071
90
P-Value 0,008
80
70
Percent

60
50
40
30
20

10

1
0 2 4 6 8 10 12 14 16
survival

Gambar 4.7 Hasil uji kenormalan data pasien DBD

Berdasarkan Gambar 4.7, probability plot memperlihatkan bahwa plot

data sampel tidak berada di sekitar garis lurus (expected value), ini

menunjukkan bahwa data lama rawat inap pasien DBD menyebar tidak

normal.
Berdasarkan nilai statistik pada gambar tersebut:

a. Rata-rata = 6,185, rata-rata data 6,185 hari, artinya nilai memusat pada

nilai 6,185 hari.

b. Simpangan Baku (deviasi standar) = 2,324, deviasi standar sebesar 2,324.

Nilai menunjukkan keragaman data.

c. N = 54, jumlah sampel yang dihitung adalah 54 data

d. AD = 1,071, nilai Anderson Darling sebesar 1,071. Nilai ini relatif besar,

yang berarti tolak atau data menyebar tidak normal, namun dari nilai

AD ini belum dapat diputuskan secara pasti apakah data menyebar

normal atau tidak, karena nilai tersebut harus dibandingkan dengan nilai

kritis pada taraf signifikan yang ditetapkan.

e. p-value = 0,008, nilai p-value sebesar 0,008. p-value < 0,05, artinya tolak

yang menyatakan bahwa data menyebar tidak normal.

Berdasarkan hasil analisis uji kenormalan, dapat dinyatakan bahwa data

lama rawat inap tidak berdistribusi normal sehingga dilakukan uji distribusi

yang lain.

b) Uji Kecocokan Distribusi Data Pasien DBD Metode Andersong

Darling

Dengan menggunakan Distribution ID Plot pada Minitab15 dapat

diketahui distribusi yang sesuai dengan data lama rawat inap seperti pada

Gambar 4.8 sebagai berikut:


Probability Plot for rawat
G oodness of F it Test
S mallest E xtreme V alue - 95% C I Largest E xtreme V alue - 95% C I
99,9 99 S mallest E xtreme V alue
90 A D = 4,176
P -V alue < 0,010
50 90
P er cent

P er cent
Largest E xtreme V alue
A D = 0,855
10 50 P -V alue = 0,025

10 G amma
1 0,1 A D = 0,775
-10 0 10 0 5 10 15 P -V alue = 0,046
r awat r awat
3-P arameter G amma
G amma - 95% C I 3-P arameter G amma - 95% C I A D = 0,791
99 99 P -V alue = *

90 90
P er cent

P er cent
50 50

10 10

1 1
2 5 10 1 10
r awat r awat - T hr eshold

Gambar 4.8 Plot hasil uji kesesuaian distribusi pada lama rawat pasien DBD

Tabel 4.3 Hasil uji kecocokan distribusi pada data waktu survival

Distribusi Anderson Darling p-value


Normal 1,071 0,01
Box-Cox Transformation 0,911 0,02
Lognormal 0,911 0,02
3-Parameter Lognormal 0,787 *
Exponential 10,976 <0,000
2-Parameter Exponential 6,366 <0,01
Weibull 1,182 <0,01
3-Parameter Weibull 0,913 0,02
Smallest Extreme Value 4,176 <0,01
Largest Extreme Value 0,855 0,03
Gamma 0,775 0,05
3-Parameter Gamma 0,791 *
Logistic 0,815 0,02
3-Parameter Loglogistic 0,874 0,01

Ada beberapa distribusi penting dalam uji survival, seperti yang

diberikan pada Tabel 4.3. Berdasarkan Distribusi IDplot pada Gambar 4.7 dan

Tabel 4.3 untuk lama rawat diperoleh bahwa nilai Anderson-Darling dan nilai
p-value ditunjukkan pada Tabel 4.3 di atas. Untuk menentukan data

mengikuti distribusi tertentu dapat dilakukan dengan membandingkan nilai

Anderson-Darling atau p-value untuk distribusi yang diuji. Distribusi yang

sesuai merupakan distribusi yang memiliki nilai Anderson Darling terkecil

atau p-value terbesar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data mengikuti

distribusi Gamma karena nilai Anderson-Darling terkecil yaitu 0,775 dan

sebesar 0,05. Berdasarkan p-value tersebut maka distribusi yang

sesuai adalah distribusi Gamma.

c) Estimasi Parameter Distribusi Gamma

Dari hasil analisis distribusi pada data waktu survival menggunakan

software Minitab 15 menunjukkan bahwa data berdistribusi gamma. Tabel

4.4 memperlihatkan nilai rata-rata dan variansi waktu survival.

Tabel 4.4 Analisis deskriptif waktu survival (lama rawat)

Variabel N Minimum Maksimum Rata-rata Variansi


Survival 54 2,00 16,00 6,1852 5,399

Berdasarkan nilai pada tabel tersebut, maka ̂ dan

̂ . Jadi, fungsi distribusi dari distribusi gamma pada

persamaan (4.25) sebagai berikut:

( )

( )
∫ ( )

dimana: ∫

Sehingga diperoleh

∫ ( )

∫ ( ) (4.25)

Sehingga grafik fungsi kepadatan peluang dari distribusi gamma pada

persamaan (4.25) dapat dilihat pada Gambar 4.9:

Gambar 4.9 Grafik dari distribusi Gam(7,086;0,873)

d) Fungsi hazard komulatif

Fungsi hazard komulatif tidak bisa kita nyatakan dalam bentuk implisit,

karena fungsi hazardnya sendiri dinyatakan dalam bentuk eksplisit.

Berdasarkan persamaan (4.25), maka diperoleh persamaan (4.26) sebagai

berikut:
∫ ( )
(4.26)
∫ ( )

2) Pemodelan Regresi Cox

Pemilihan variabel yang masuk atau keluar dari model dapat dilakukkan

dengan tiga cara yaitu seleksi forward, eleminasi backward dan prosedur

stepwise. Pada penelitian ini menggunakan seleksi backward, sehingga

masing-masing tahapan akan diputuskan variabel mana yang merupakan

prediktor terbaik untuk dimasukkan ke dalam model.

a) Pemilihan model yang Cocok

Pemilihan model yang cocok pada Tabel 4.5 di bawah ini diperoleh

model dengan p-value terbesar pada variabel bebas dari setiap langkah.

Proses pengeluaran variabel bebas berhenti pada langkah ke enam karena

dan untuk semua signifikansi variabel.

Berikut langkah-langkah pemilihan model terbaik dengan seleksi backward.

Dengan memisalkan

: jk : suhu badan

: umur

: trombosit

: hematokrit

: hemoglobin

: leukosit
Tabel 4.5 Prosedur seleksi backward dalam pemilihan model terbaik

-2 Log
Koefisien Wald p-value Exp(B)
Likelihood
Langkah 0 Null 327,369
Jk -0,0591 0,278 0,598 0,826
Umur 0,005 0,0527 0,721 1,005
Tromborit 0,005 0,000 0,989 1,005
Langkah 1 Hematokrit -1,010 4,569 0,033 0,364 319,054 16,63
Hemoglobin 0,968 3,957 0,047 2,633
Leukosit -0,577 3,170 0,075 0,562
suhu_badan -0,0514 0,983 0,322 0,892
Jk -0,0589 0,311 0,577 0,827
Umur 0,005 0,0527 0,722 1,005
Hematokrit -1,010 4,576 0,032 0,364
Langkah 2 319,054 0
Hemoglobin 0,969 3,970 0,046 2,634
Leukosit -0,578 3,245 0,072 0,561
suhu_badan -0,0514 0,982 0,322 0,892
Jk -0,217 0,436 0,509 0,805
Hematokrit -1,006 4,548 0,033 0,366
Langkah 3 Hemoglobin 0,959 3,917 0,048 2,609 319,180 0,252
Leukosit -0,572 3,225 0,073 0,565
suhu_badan -0,0523 1,226 0,268 0,884
Hematokrit -1,046 4,882 0,027 0,351
Hemoglobin 0,982 4,030 0,045 2,670
Langkah 4 319,627 0,894
Leukosit -0,538 2,943 0,086 0,584
suhu_badan -0,0532 1,437 0,231 0,877
Hematokrit -1,055 4,726 0,030 0,348
Langkah 5 Hemoglobin 0,919 3,435 0,064 2,508 320,964 2,674
Leukosit -0,439 2,136 0,0544 0,645
Hematokrit -1,044 4,039 0,044 0,352
Langkah 6 323,144 4,36
Hemoglobin 0,950 3,196 0,074 2,587

Langkah 1: Pada langkah ini dimulai dengan memasukkan semua

variabel bebas dalam model. Dengan bantuan software SPSS diperoleh

estimasi parameter dengan metode breslow untuk setiap variabel data

1
penderita Demam Berdarah Dengu (DBD) pada Tabel 4.6 (output

selengkapnya pada lampiran 5).

Tabel 4.6 Estimasi parameter model Cox dengan metode Breslow

Variabel Koef SE | |
Jenis kelamin -0,0591 0,862 0,362 0,598
Umur 0,005 1,005 0,015 0,721
Trombosit 0,005 1,005 0,356 0,989
Hematokrit -1,010 0,364 0,472 0,033
Hemoglobin 0,968 2,633 0,487 0,047
Leukosit -0,577 0,562 0,324 0,075
Suhu badan -0,0514 0,892 0,0515 0,322

Diasumsikan semua variabel berpengaruh terhadap model, maka semua

variabel dimasukkan dalam persamaan umum model cox, sehingga diperoleh

estimasi model Cox dengan metode breslow pada persamaan (4.27) sebagai

berikut:

(4.27)

Guna mengetahui apakah model (4.27) sudah tepat maka dilakukan uji

partial likelihood ratio sebagai berikut:

1) Hipotesis:

(variabel

tidak berpengaruh dalam model)

(variabel

berpengaruh dalam model).


2) Taraf signifikansi

3) Statistik uji

4) Daerah penolakan : ditolak jika atau p-value < 0,05

5) Perhitungan

Dari hasil output software SPSS 20 yang ditampilkan pada lampiran 5,

diperoleh nilai log likelihood untuk model Cox tanpa variabel bebas

(model null) yaitu dan nilai log likelihood model Cox

pada persamaan (4.27) yaitu , sehingga diperoleh

perhitungan sebagai berikut:

Karena , sehingga

ditolak dan dapat disimpulkan bahwa variabel

berpengaruh dalam model, mengindikasikan bahwa pada persamaaan (4.21)

lebih baik daripada model tanpa variabel bebas (model null). Dapat

disimpulkan bahwa model pada persamaan (4.27) merupakan model yang

cocok.

Langkah 2: Pada langkah ini dimulai dengan mengeluarkan variabel

dalam model. Sehingga variabel yang berpengaruh adalah variabel

kemudian dilakukan uji partial likelihood ratio dengan

membandingkan model terdiri 6 variabel tersebut dengan model yang terdiri


dari 7 variabel, hasil perhitungan disajikan pada Tabel 4.5 yang selengkapnya

pada lampiran 5 pada langkah 1. Variabel yang terpilih untuk keluar pada

langkah 2 yaitu variabel yang memiliki p-value terbesar yaitu model tanpa

variabel . Dengan demikian Variabel terpilih dan

dimasukkan dalam langkah 3.

Berikut analisisnya,

1) Hipotesis:

(variabel

tidak berpengaruh dalam model)

(variabel berpengaruh

dalam model)

2) Taraf signifikansi:

3) Statistik uji:

[ )

4) Daerah penolakan: ditolak jika atau p-value <

0,05

5) Perhitungan:

Dari hasil output software SPSS pada Tabel 4.5 yang selengkapnya pada

lampiran 5 diperoleh dan ( )

dengan p-value dari uji log partial likelihood adalah 0,0571.

Sehingga nilai dari uji log partial likelihood ratio dengan perhitungan

sebagai berikut.

[ )
]

Karena , sehingga

diterima sehingga model pada langkah 2 belum dikatakan sebagai model

terbaik sehingga variabel dengan p-value terbesar dikeluarkan pada langkah 3

Langkah 3: Pada langkah ini dimulai dengan mengeluarkan variabel

dalam model pada langkah 2. Sehingga variabel yang berpengaruh adalah

variabel kemudian dilakukan uji partial\ likelihood ratio

dengan membandingkan model terdiri 5 variabel tersebut dengan model yang

terdiri dari 6 variabel, hasil perhitungan disajikan pada Tabel 4.5 yang

selengkapnya pada lampiran 5 pada langkah 2. Variabel yang terpilih untuk

keluar pada langkah 3 yaitu variabel yang memiliki p-value terbesar yaitu

model tanpa variabel . Dengan demikian Variabel terpilih

dan dimasukkan dalam langkah 4.

Berikut analisisnya,

1) Hipotesis:

(variabel tidak

berpengaruh dalam model)

(variabel berpengaruh

dalam model)

2) Taraf signifikansi:

3) Statistik uji:

[ )
4) Daerah penolakan: ditolak jika atau p-value <

0,05

5) Perhitungan:

Dari hasil output software SPSS pada Tabel 4.5 yang selengkapnya pada

lampiran 5 diperoleh dan

dengan p-value dari uji log partial likelihood adalah 0,113.

Sehingga nilai dari uji log partial likelihood ratio dengan perhitungan

sebagai berikut.

[ )

Karena , sehingga

diterima sehingga model pada langkah 3 belum dikatakan sebagai model

terbaik sehingga variabel dengan p-value terbesar dikeluarkan pada langkah 4

Langkah 4: Pada langkah ini dimulai dengan mengeluarkan variabel

dalam model pada langkah 3. Sehingga variabel yang berpengaruh adalah

variabel kemudian dilakukan uji partial likelihood ratio dengan

membandingkan model terdiri 4 variabel tersebut dengan model yang terdiri

dari 5 variabel, hasil perhitungan disajikan pada Tabel 4.5 yang selengkapnya

pada lampiran 5 pada langkah 3. Variabel yang terpilih untuk keluar pada

langkah 4 yaitu variabel yang memiliki p-value terbesar yaitu model tanpa

variabel . Dengan demikian Variabel terpilih dan dimasukkan

dalam langkah 5.
Berikut analisisnya,

1) Hipotesis:

(variabel tidak berpengaruh

dalam model)

(variabel berpengaruh dalam

model)

2) Taraf signifikansi:

3) Statistik uji:

[ )

4) Daerah penolakan: ditolak jika atau p-value <

0,05

5) Perhitungan:

Dari hasil output software SPSS pada Tabel 4.5 yang selengkapnya pada

lampiran 5 diperoleh dan

dengan p-value dari uji log partial likelihood adalah 0,079.

Sehingga nilai dari uji log partial likelihood ratio dengan perhitungan

sebagai berikut.

[ )

Karena dan , sehingga

diterima sehingga model pada langkah 4 belum dikatakan sebagai model


terbaik sehingga variabel dengan p-value terbesar dikeluarkan pada langkah 5

yaitu variabel .

Langkah 5: Pada langkah ini dengan mengeluarkan variabel dalam

model pada langkah 5. Sehingga variabel yang berpengaruh adalah variabel

kemudian dilakukan uji partial\ likelihood ratio dengan

membandingkan model terdiri 3 variabel tersebut dengan model yang terdiri

dari 4 variabel, hasil perhitungan disajikan pada Tabel 4.5 yang selengkapnya

pada lampiran 5 pada langkah 5. Variabel yang terpilih untuk keluar pada

langkah 4 yaitu variabel yang memiliki p-value terbesar yaitu model tanpa

variabel . Dengan demikian Variabel terpilih dan dimasukkan

dalam langkah.

Berikut analisisnya,

1) Hipotesis:

(variabel tidak berpengaruh dalam model)

(variabel berpengaruh dalam model)

2) Taraf signifikansi:

3) Statistik uji:

[ )

4) Daerah penolakan: ditolak jika atau p-value <

0,05

5) Perhitungan:

Dari hasil output software SPSS pada Tabel 4.5 yang selengkapnya pada

lampiran 5 diperoleh dan


dengan p-value dari uji log partial likelihood adalah 0,076.

Sehingga nilai dari uji log partial likelihood ratio dengan perhitungan

sebagai berikut.

[ )

Karena , sehingga

diterima sehingga model pada langkah 5 belum dikatakan sebagai model

terbaik sehingga variabel dengan p-value terbesar dikeluarkan pada langkah 6

yaitu variabel .

Langkah 6: Pada langkah ini dengan mengeluarkan variabel dalam

model pada langkah 5. Sehingga variabel yang berpengaruh adalah variabel

kemudian dilakukan uji partial likelihood ratio dengan

membandingkan model terdiri 2 variabel tersebut dengan model yang terdiri

dari 3 variabel, hasil perhitungan disajikan pada Tabel 4.5 yang selengkapnya

pada lampiran 5 pada langkah 6. Variabel yang terpilih untuk keluar pada

langkah 5 yaitu variabel yang memiliki p-value terbesar yaitu model tanpa

variabel . Karena semua variabel memiliki nilai p-value lebih kecil dari

0,05 maka pemilihan model terbaik dengan backward berakhir pada langkah

6.

Berikut analisisnya,

1) Hipotesis:

(variabel tidak berpengaruh dalam model)


(variabel berpengaruh dalam model)

2) Taraf signifikansi:

3) Statistik uji:

[ )

4) Daerah penolakan: ditolak jika atau p-value <

0,05

5) Perhitungan:

Dari hasil output software SPSS pada Tabel 4.5 yang selengkapnya pada

lampiran 5 diperoleh dan

dengan p-value dari uji log partial likelihood adalah 0,142. Sehingga

nilai dari uji log partial likelihood ratio dengan perhitungan sebagai

berikut.

[ )

Karena , sehingga ditolak sehingga

model pada langkah 6 merupakan model terbaik dengan melibatkan variabel

Tabel 4.7 Estimasi parameter model Cox terbaik dengan seleksi backward.

Variabel Koef SE | |

Hematokrit ( ) 1,044 0,520 0,044 2,842


Hemoglobin ( ) -0,950 0,532 0,074 0,387
Berdasarkan hasil dari seleksi backward didapatkan dua variabel terpilih

yang masuk dalam model terbaik Cox yaitu hematokrit dan hemoglobin.

Tabel 4.7 memperlihatkan hasil estimasi parameter model terbaik Cox

berdasarkan hasil seleksi backward yang selengakapnya pada lampiran 5.

Model Cox berdasarkan hasil seleksi backward pada (4.28) sebagai

berikut:

(4.28)

dimana:
: hematokrit
: hemoglobin

b) Pengujian Signifikansi Parameter

Dalam pengujian parameter terdapat tiga cara untuk menguji signifikansi

parameter yaitu dengan uji partial likelihood ratio, uji wald dan uji score.

Dalam penelitian ini untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh

signifikan dalam pembentukan model Cox, maka dilakukan pengujian setiap

variabel dengan uji wald. Uji wald dilakukan pada dua variabel yang telah

masuk dalam persamaan di atas yaitu variabel hematokrit dan hemoglobin.

Hasil pengujian parameter secara parsial menggunakan uji wald dengan

bantuan software SPSS pada Tabel 4.8 yang selengkapnya pada lampiran 6

yaitu sebagai berikut.

1) Hipotesis
dimana:

2) Taraf signifikan

3) Statistik uji Wald

4) Daerah penolakan jika atau p-value < .

Tabel 4.8 Hasil pengujian parameter secara parsial dengan uji wald

Variabel Koef SE p-value Keputusan


Hematokrit -0,298 0,325 0,841 2,71 0,359 diterima
Hemoglobin 0,0580 0,334 0,292 2,71 0,589 diterima

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa semua variabel tidak

dapat berpengaruh secara individu terhadap waktu survival. Jika

dibandingkan dengan Tabel 4.7 yang memperlihatkan hubungan secara

bersama-sama dari variabel hematokrit dan hemoglobin terhadap waktu

survival, maka model yang sesuai adalah model yang melibatkan kedua

variabel tersebut secara bersama-sama.

Berdasarkan Tabel 4.7 terdapat satu variabel signifikan sehingga

diperoleh persamaan dengan satu variabel bebas yaitu variabel hematokrit.

Sehingga estimasi parameter untuk model dengan satu variabel yaitu Tabel

4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9 Estimasi parameter dengan dua variabel yang signifikan

Variabel Koef SE p-value

Hematokrit 1,044 0,520 0,044 2,842


Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh model Cox pada persamaan (4.29)

sebagai berikut:

(4.29)

3. Model Regresi Cox dengan Variabel Bebas yang Berpengaruh

a. Pemilihan Model Terbaik pada Model Regresi Cox

Berdasarkan nilai dari setiap model dan p-value dari variabel

pada tahap pemilihan model yang cocok, ada dua model yang cocok yaitu model

persamaan yang melibatkan semua variabel bebas (4.27) dan model persamaa

yang melibatkan variabel bebas hematokrit ( ) dan variabel bebas hemoglobin

( ) pada persamaan (4.28). Selanjutnya dilakukan uji partial likelihood antara

model pada persamaan (4.27) dengan model persamaan (4.28) untuk mengetahui

model mana yang dipilih sebagai model akhir Cox. Langkah-langkah uji partial

likelihood sebagai berikut:

1) Hipotesis

(model reduce)

(model full)

2) Signifikansi:

3) Statistik uji

dengan

merupakan log partial likelihood ratio model reduce (model pada

persamaan (4.28))
merupakan log partial likelihood ratio model full (model pada

persamaan (4.27))

4) Daerah penolakan :

5) Perhitungan:

Dari hasil output software SPSS yang selengkapnya pada Lampiran 4

diperoleh log partial likelihood dari model full yaitu dan

log partial likelihood dari model reduce yaitu .

( )

Nilai kritis yaitu nilai p-value dari uji likelihood tersebut

yaitu untuk . Karena dan

p-value = < sehingga ditolak, hal ini mengindikasikan

bahwa model yang terdiri dari variabel hematokrit dan hemoglobin

merupakan model terbaik. Dengan kata lain bahwa model pada persamaan

(4.28) lebih baik daripada model pada persamaan (4.27). sehingga model

pada persamaan (4.28) dipilih sebagai model akhir Cox.

b. Pengujian Asumsi Proportional Hazard

Asumsi terpenting yang harus dipenuhi dalam regresi Cox yaitu asumsi

proportional hazard yang berarti bahwa rasio fungsi hazard dari dua individu

konstan dari waktu ke waktu atau ekuivalen dengan pernyataan bahwa fungsi

hazard suatu individu terhadap fungsi hazard individu yang lain adalah
proportional. Jika semua variabel bebas memenuhi asumsi proportional hazard

maka model akhir regresi Cox disebut Cox proportional hazard. Apabila

sebaliknya ada variabel bebas yang tidak memenuhi asumsi ini, dimana garis

survival pada kurva Kaplan-Meier tidak saling berpotongan, maka model regresi

Cox tersebut disebut model Cox Nonproportional Hazard. Dalam model Cox

nonproportional hazard terdapat perbedaan atau tidak proportional fungsi hazard

dari satu individu terhadap yang lain. Pengujian asumsi Proportional hazard

dengan pendekatan grafik Kaplan-Meier pada Gambar 4.10 berikut ini:

Gambar 4.10 Plot Kaplan-Meier untuk variabel hematokrit

Berdasarkan Gambar 4.10, menunjukkan bahwa kedua garis saling

berpotongan. Hal ini mengindikasikan bahwa asumsi proportional hazard tidak

terpenuhi untuk variabel hematokrit.

Berdasarkan hasil uji asumsi terhadap dua variabel yang berpengaruh,

menunjukkan bahwa variabel hematokrit tersebut tidak memenuhi asumsi


proportional. Sehingga model pada persamaan (4.28) yang melibatkan satu

variabel yaitu hematokrit merupakan model Cox Nonproportional Hazard.

Sehingga model Cox Nonproportional Hazard dengan fungsi Gamma pada waktu

survivalnya dapat dilihat pada persamaan (4.30) berikut:

∫ ( )
(4.30)
∫ ( )

dimana:

y : waktu survival

: hematokrit

c. Interpretasi Model Regresi Cox

Tabel 4.10 Estimasi parameter dengan dua variabel yang signifikan

Variabel Koef SE p-value Odds Rasio

Hematokrit 1,044 0,520 0,044 2,842 0,352

Selanjutnya adalah melakukan interpretasi variabel-variabel bebas dengan

memperhatikan koefisien-koefisien pada persamaan dari model regresi cox terbaik

atau dengan kata lain memperhatikan nilai eksponen dari koefisien tiap-tiap

variabel . Nilai ini disebut dengan nilai odds rasio. Seperti

yang telah diketahui bahwa interpretasi untuk model regresi cox dapat dilakukan

dengan menggunakan nilai odds rasio.

Untuk mengetahui laju kesembuhan pasien dapat dicari berdasrkan odds ratio

variabel-variabel yang signifikan seperti yang terlihat pada Tabel 4.10.


Berdasarkan uji log partial likelihood pada Tabel 4.10, disimpulkan bahwa model

akhir Cox Nonproportional Hazard pada persamaan (4.31) sebagai berikut:

∫ ( )
(4.31)
∫ ( )

dimana:

y : data waktu survival

: hematokrit

Persamaan (4.31) menujukkan nilai yang menunjukkan pengaruh

variabel hematokrit yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap fungsi

hazard yaitu laju kesembuhan pasien dengan jumlah hematokrit yang tidak

normal dibandingkan dengan yang normal adalah 0,352, maka laju kesembuhan

pasien dengan jumlah hematokrit yang tidak normal adalah 0,352 kali jumlah

hematokrit normal. Model pada persamaan (4.31) merupakan model Cox

Nonproportional Hazard karena tidak memenuhi asumsi proportional hazard.

d. Faktor-Faktor Signifikan Yang Mempengaruhi Waktu Survival

Model terbaik yang diperoleh dengan melihat hasil eliminasi backward, maka

diketahui faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap waktu survival atau

laju kesembuhhan pasien adalah variabel hematokrit dengan nilai

signifikansi . Ini berarti faktor hematokrit

mempunyai pengaruh signifikan terhadap waktu survival.

Pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa model terbaik adalah model yang

melibatkan dua variabel bebas jika dilihat dari nilai dan

signifikansi < 0,1 yaitu variabel hematokrit dan variabel hemoglobin. Model ini
sesuai dengan teori kesehatan bahwa minimal ada satu diagnosis laboratorium dan

satu diagnosis klinis pada penderita demam berdarah dengue. Akan tetapi model

tersebut memiliki taraf kepercayaan 90% sehingga model dengan satu variabel

bebas lebih baik dengan taraf kepercayaan 95% sehingga .

B. PEMBAHASAN

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di antaranya adalah

adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Ernawatiningsih pada tahun 2012

dengan judul penelitian “Analisis Survival dengan Model Regresi Cox”. Pada

penelitian ini, terdapat 2 faktor yang mempengaruhi secara signifikan yaitu Umur

dan Trombosit.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Fa’rifah, dkk. pada tahun 2012 dengan

judul “Analisis Survival Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Kesembuhan

Pasien Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSU Haji Surabaya dengan

Regresi Cox”. Pada tersebut, tidak memperhatikan distribusi data waktu survival,

tetapi dengan regresi cox terdapat 2 faktor yang mempengaruhi secara signifikan

yaitu Umur dan Trombosit.

Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan oleh Nisa dan Budiantara pada

tahun 2012 di Rumah Sakit Umum Surabaya dengan judul penelitian “Analisis

Survival dengan Pendekatan Multivariate Adaptive Regression Splines pada

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)”. Pada penelitian tersebut, data waktu

survival ( ) berdistribusi weibull 3 parameter dan 4 faktor yang

mempengaruhi yaitu jumlah trombosit, kadar hematokrit, umur, dan pembesaran

hati.
Dalam penelitian ini, merupakan pengembangan dari penelitian yang pernah

dilakukan oleh Fa’rifah (2012) dengan memperhitungkan distribusi dari data

waktu survival ( ), sehingga diperoleh fungsi distibusi kumulatif dari

distribusi gamma. Setelah itu, data waktu survival diregresikan dengan tujuh

variabel bebas dan diperoleh model dengan satu variabel yang berpengaruh secara

signifikan yaitu variabel hematokrit.


DAFTAR PUSTAKA

Aini, I.N.2011.Extended Cox Model Untuk Time-Independent Covariate Yang


Tidak MemenuhiAsumsi Proportional Hazard Pada Model Cox Proportional
Hazard.Depok: Universitas Indonesia. Skripsi:29-92.

Cahyani, T.P., Subanti, S., & Widyaningsih, P.2014.Analsis Tahan Hidup


Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kabupaten Karanganyar
Dengan Pendekatan Bayesian.Surakarta:Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ernawatiningsih, N.P.L., Purhadi.2012. Analisis Survival Model Regresi


Cox.Jurnal Matematika Vol.2, No.2. Surabaya: ITS.

Fa’rifah, R.Y., Purhadi.2012.Analisis Survival Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Laju Kesembuhan Pasien Penderita Demam Berdarah
Dengue (DBD) di RSU Haji Surabaya dengan Regresi Cox. Jurnal Sains Dan
Seni ITS Vol. 1, No. 1.Surabaya: ITS.

Febriyanti, A., Yozza, H., dan Rahmi HG.I.2012.Penerapan Metode Multivariate


Adaptive Regression Spline (MARS) Untuk Mengidentifikasi Komponen Yang
Berpengaruh Terhadap Peringkat Akreditasi Sekolah.Jurnal Matematika
UNAND, Vol.2, No.2.Padang:UNAND.

Hanni, T., Wuryandari, T.2013.Model Regresi Cox Proporsional Hazard pada


Data Ketahanan Hidup.UNDIP.Media Statistika, Vol. 6, No. 1.

Iskandar, B.M.2015.Model Cox Proportional Hazard Pada Kejadian


Bersama.Yogyakarta:Univesitas Negeri Yogyakarta.Skripsi:1-27.

Kemenkes.2015.Demam Berdarah Biasanya Mulai Meningkat di Januari.Diakses


: 20 Desember 2015

Lawless, J.F.1982.Statistical Models and Methods for Lifetime Data.America:


United States of America.

Mandini, G.W.2015.Analisis Tahan Hidup Penderita Kanker Paru


dengan Metode Kaplan-Maier, P:1-18.Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

Nelson, W.1982.Applied Life Data Analysis.New York: John Wiley & Sons.P:1-
100.

Nisa dan Budiantara.2012. Analisis Survival dengan Pendekatan Multivariate


Adaptive Regression Splines pada Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Jurnal Sains Dan Seni ITS Vol. 1, No. 1.Surabaya: ITS.
Nurhaniah.2015.Pendekatan Regresi Cox Proporsional Hazard Dalam Penentuan
Factor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Lama Studi Mahasiswa S-1
Matematika Di Universitas Negeri Makassar.Makassar: UNM.

Rahayu, N., Setiawan, A., Mahatma, T.2012.Analisis Regresi Cox Proportional


Hazard s Pada Ketahanan Hidup Pasien Diabetes Mellitus.Salatiga:
Universitas Kristen Satya Wacana.Seminar Nasional Matematika 2012.

Rahmantya K. 2009.Normality Test-Anderson Darling. Http://www.


Distribusi/Statistics For All Normality Test Anderson
Darling.Html. Diakses pada tanggal 4 November 2015.

Romadhon, A.R., Saifudin, T., Tjahjono, E.2012. Estimasi Parameter Distribusi


Loglogistik pada Data Tersensor Progressive
Tipe II dengan Menggunakan Algoritma EM. Jurnal Matematika-FST Unair.

Sari, D.R.2011.Analisis Survival Untuk Data Tersensor Tipe Ii


Menggunakan Model Distribusi Log-Logistik.Skipsi:1-13.Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.

Soedarmo,S.S.P.2009.Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak.Jakarta: Universitas


Indonesia

Tiro,M.A., Sukarna, Aswi.2008.Pengantar Teori Peluang.Makassar: Andira


Publisher.

WHO.1999.Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian Demam


Brdarah Dengue.Jakarta:EGC.

Wicaksono, W.2014.Pemodelan Multivariate Adaptive Regression Splines (Mars)


Pada Faktor-Faktor Resiko Angka Kesakitan Diare, P:1-3.Semarang:
Universitas Diponegoro.
Widoyono.2005.Penyakit Tropis (Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya).Semarang: Erlangga.

Windari, D.Y.2015.Pemodelan Regresi Cox Proportional Hazard faktor-faktor


lama proses IMB. Makassar: UNM.

Yasril dan Kasjono, B.S.2008.Analisis Multivariat untuk Penelitian


Kesehatan.Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.(P:26, 99-139).

Anda mungkin juga menyukai