Anda di halaman 1dari 42

SKRIPSI

DESEMBER 2016

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG KECACINGAN PADA SISWA

SD KELURAHAN BANGKALA KECAMATAN MANGGALA MAKASSAR

Diusulkan oleh:

NURUL QALBY

C11113064

Pembimbing:
dr.Sitti Wahyuni, Ph.D

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat


menyelesaikan strata satu program studi Pendidikan Dokter

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2016

1
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN

Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Departemen Parasitologi,

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, skripsi mahasiswa dengan judul:

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG KECACINGAN PADA SISWA

SD KELURAHAN BANGKALA KECAMATAN MANGGALA

MAKASSAR

Hari/Tanggal : Rabu, 21 Desember 2016

Waktu : 08.00 selesai

Tempat : Departemen Parasitologi FK Unhas

Makassar, 21 Desember 2016

Pembimbing,

dr.Sitti Wahyuni Ph.D


NIP 19661219 199603 2 001

2
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : NURUL QALBY


Stambuk : C111 13 064
Judul : Gambaran pengetahuan tentang kecacingan pada siswa SD

Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala, Makassar.

Dengan ini telah dinyatakan memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Makassar, 21 Desember 2016

KPM Departemen Parasitologi,

dr.Dianawaty Amiruddin, M.Si, Sp.KK


NIP 19750518 200212 2 002

3
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

DEPARTEMEN PARASITOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Skripsi dengan judul:

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG KECACINGAN PADA SISWA

SD KELURAHAN BANGKALA KECAMATAN MANGGALA

MAKASSAR

Dinyatakan telah dipertahankan di hadapan tim penguji dan telah diperiksa serta

disetujui untuk dinyatakan lulus pada sidang skripsi

di Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, 21 Desember 2016

Ketua tim penguji

dr.Sitti Wahyuni, Ph.D


NIP 19661219 199603 2 001

Anggota,

dr.Syafruddin, PhD dr. Isra Wahid, Ph.D


NIP 19600516 198601 1 002 NIP 19681227 199802 2 001

4
DEPARTEMEN PARASITOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

JUDUL SKRIPSI:

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG KECACINGAN PADA SISWA

SD KELURAHAN BANGKALA KECAMATAN MANGGALA MAKASSAR

Makassar, 21 Desember 2016

Pembimbing,

dr.Sitti Wahyuni, Ph.D


NIP 19661219 199603 2 001

5
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis masih dapat bernafas dan
diberi kesempatan untuk menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Gambaran
Pengetahuan Tentang Kecacingan pada Siswa SD Kelurahan Bangkala Kecamatan
Manggala Makassar ini.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tentu terdapat banyak kesulitan,
namun berkat bimbingan dan bantuan yang tidak henti-hentinya diberikan kepada
tim penulis dari berbagai pihak, akhirnya proposal ini dapat terselesaikan. Oleh
sebab itu, penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Allah SWT., Tuhan yang memberikan kekuatan kepada penulis.
2. Bapak dan Ibu orang tua penulis, yang selalu memberikan doanya.
3. Bapak Prof.dr.A.Asadul Islam, Sp.BS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin atas dukungan dan nasihatnya.
4. Ibu dr.Sitti Wahyuni, Ph.D selaku pembimbing penulis yang senantiasa
memberikan arahan, bimbingan, masukan dan bantuan kepada penulis.
5. Staf departemen Parasitologi FK Unhas atas arahannya.
6. Para surveilor dan rekan peneliti.
7. Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Menyadari ketidaksempurnaan dan keterbatasan yang ada, penulis


mengaharapkan kritik dan saran, guna perbaikan kedepannya.

Makassar, 21 Desember 2016

Penulis

6
DAFTAR ISI

Halaman judul...........................................................................................................i
Lembar persetujuan ujian.........................................................................................ii
Halaman pengsahan................................................................................................iii
Kata pengantar........................................................................................................vi
Daftar isi................................................................................................................vii
Daftar tabel..............................................................................................................ix
Daftar gambar..........................................................................................................x
Daftar lampiran........................................................................................................x
Abstrak....................................................................................................................xi

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan penelitian...........................................................................................3
1.4 Manfaat penelitian.. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................4


2.1 Pengetahuan...................................................................................................4
2.2 Penyakit cacingan..........................................................................................5
2.3 Kerangka teori.............................................................................................11

BAB 3 KERANGKA KONSEP.............................................................................12


3.1 Kerangka konsep..........................................................................................12
3.2 Definisi operasional......................................................................................12

BAB 4 METODE PENELITIAN..........................................................................13


4.1 Jenis penelitian.............................................................................................13
4.2 Waktu dan lokasi penelitian..............................................................13
4.3.Populasi dan sampel penelitian..........................................................13
4.4 Instrumen penelitian........................................................................14
4.5 Manajemen Penelitian..................................................................................14
4.6 Etika Penelitian.............................................................................................16

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................17


5.1 Karakteristik partisipan....................................................................17
5.2 Pengetahuan kecacingan..............................................................................17

BAB 6 PENUTUP.................................................................................................25
6.1 Kesimpulan...................................................................................................25
6.2 Saran.............................................................................................................25
6.3 Kelebihan dan kekurangan penelitian.................................................25

Daftar pustaka.........................................................................................................

Lampiran-lampiran...............................................................................................v

7
Lampiran I Lembar persetujuan responden dan kuesioner....................................
Lampiran II Rekomendasi penelitian.....................................................................
Lampiran III Hasil perhitungan data......................................................................
Lampiran IV Biodata peneliti.................................................................................

8
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Karakteristik partisipan 17

Tabel 5.2 Distribusi jawaban partisipan 17

Tabel 5.3 Distribusi partisipan berdasarkan jawaban pertanyaan 19


yang benar
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi jenis kelamin berdasarkan 22
pengetahuan
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi kelas berdasarkan pengetahuan 22

Tabel 5.6 Sumber informasi tentang cacing 22

9
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Proses wawancara 15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Lembar persetujuan menjadi responden dan


kuesioner penelitian
Lampiran II. Rekomendasi penelitian

Lampiran III. Hasil perhitungan variabel penelitian

Lampiran IV. Biodata penulis

10
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS HASANUDDIN
Desember 2016

Nurul Qalby (C111 13 064)


dr.Sitti Wahyuni, Ph.D
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG KECACINGAN PADA SISWA
SD KELURAHAN BANGKALA KECAMATAN MANGGALA MAKASSAR

ABSTRAK

Latar belakang: World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari


1,5 miliar (24%) dari penduduk dunia terinfeksi cacing parasit dengan jumlah
terbesar di wilayah Afrika, Amerika, Cina dan Asia Tenggara (WHO, 2016). Di
Indonesia sendiri angka kejadian kecacingan mencapai angka 28%.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan


kecacingan pada siswa siswi SD di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala,
Makassar.

Metode: Data penelitian dikumpulkan dengan melakukan wawancara tentang


kecacingan mengenai tanda-tanda, penyebab, transmisi, pengobatan, pencegahan,
bahaya, dan sumber informasi.

Hasil: Terdapat 90 partisipan yang terdiri dari 49 orang laki-laki dan 41 orang
perempuan. Pengetahuan partisipan mengenai frekuensi minum obat cacing dan
bahaya cacingan masih kurang. Hanya 25 orang (27,8%) dan 17 orang (18,9%)
yang mampu menjawab benar pertanyaan frekuensi minum obat cacing dan
bahaya cacingan. Dan lebih dari dua per tiga partisipan memberikan jawaban TV
sebagai salah satu sumber informasi tentang cacingan (67,8%).

Kesimpulan: Secara umum partisipan memiliki pengetahuan yang baik (63,3%).


Kemungkinan pengetahuan yang baik tentang kecacingan oleh partisipan
dipengaruhi oleh media TV sebagai salah satu sumber informasi.

Kata kunci: pengetahuan, cacingan, anak SD

11
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 1,5 miliar

(24%) dari penduduk dunia terinfeksi cacing parasit dengan jumlah terbesar di

wilayah Afrika, Amerika, Cina dan Asia Tenggara (WHO, 2016).


Penyakit cacingan ini menjadi masalah kesehatan yang tersebar luas di

daerah tropis maupun subtropis. Dari 20 jenis cacing yang umumnya

menyebabkan infeksi cacing pada manusia, soil transmitted helminth (STH)

merupakan penyakit tersering (Belyhun, 2010). Indonesia merupakan salah

satu negara tropis mempunyai lingkungan yang cocok untuk perkembangan

nematoda usus yang ditularkan melalui tanah (Kemenkes, 2012). Di Indonesia

sendiri angka kejadian kecacingan mencapai angka 28% (Kemenkes 2015).


Selain dipengaruhi oleh letak geografis suatu wilayah, kondisi iklim tropis

atau subtropis, dan tingkat kelembaban yang tinggi, penyakit cacingan juga

dipengaruhi oleh aspek ekonomi sosial yang tergolong rendah, seperti di

Indonesia. Oleh karena itu, tingkat prevalensi STH di Indonesia sangat tinggi,

terutama pada anak usia balita. Hal ini dikarenakan anak-anak paling sering

kontak dengan tanah, sering bermain di lingkungan terbuka, serta sering

mengkonsumsi makanan sembarangan yang mudah terkontaminasi parasit.

(Onggowaluyo, 2002).
Infeksi intensitas berat dapat mengganggu pertumbuhan fisik dan

perkembangan kognitif, mengalami defisiensi mikronutrien termasuk anemia

defisiensi besi. Akibatnya anak sulit fokus dalam belajar, prestasi sekolah

terganggu, pada orang dewasa produktivitas kerja berkurang dan dapat pula

12
mengganggu kehamilan pada ibu hamil (Onggowaluyo, 2002).
Terkait pengetahuan tentang cacing pun sangat penting. Di China

diperkirakan sekitar 129 juta orang terinfeksi STH. Tingkat infeksi tertinggi

yaitu pada anak-anak usia 5-14 tahun (Biery.FA, dkk, 2008). Sebuah

penelitian di enam desa tertinggal di Provinsi Guizhou China ditemukan

alasan tingginya prevalensi kecacingan di sana disebabkan oleh kurangnya

kesadaran dan skeptisisme masyarakat tentang tingginya prevalensi infeksi

STH, mitos lokal tentang infeksi STH dan pengobatan cacingan, dan

rendahnya kualitas pelayanan kesehatan desa (Louise Lu dkk, 2015).


Indonesia yang juga memiliki prevalensi tinggi memerlukan evaluasi

tentang sejauh mana pengetahuan masayarakat tentang penyakit cacing agar

didapatkan solusi yang tepat dalam pengendalian cacingan.


Oleh karena itu penelitian ini bermaksud melihat gambaran pengetahuan

siswa sekolah dasar di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Makassar.

Dengan melihat usia sekolah dasar merupakan usia yang berisiko mengalami

cacingan.

1.2 Rumusan masalah


Bagaimana gambaran pengetahuan kecacingan pada siswa siswi SD Borong

Jambu I, II, dan III Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Makassar?

13
1.3 Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan kecacingan pada siswa siswi

SD Borong Jambu I, II, dan III Kelurahan Bangkala, Kecamatan

Manggala, Makassar.
2. Mengetahui sumber informasi mengenai penyakit cacingan pada siswa

siswi SD Borong Jambu I, II, dan III.

1.4. Manfaat penelitian

1. Bagi pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menanamkan kepedulian pemerintah

dalam memperhatikan kesehatan, utamanya kecacingan yang

prevalensinya masih cukup tinggi di Indonesia.

2. Bagi masyarakat

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan

masyarakat, terutama kelompok yang berisiko tinggi agar dapat

melakukan pencegahan dan mengenali gejala penyakit cacingan sedini

mungkin untuk menghindari dampak yang lebih buruk jika terlambat

diterapi.

3. Bagi peneliti

Memperkaya wawasan peneliti mengenai penyakit cacingan.

14
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu (Efendi & Makhfudli, 2009).

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam

membentuk tindakan seseorang (Notoatmojo 2006).

Efendi dan Makhfudli (2009) menyatakan pengetahuan yang mencakup

dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu (a) tahu:

kemampuan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya; (b)

memahami: kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui; (c) aplikasi: kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi sebenarnya; (d) analisis: kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen- komponen; (e)

sintesis: kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan baru.

Sukanto (2000) menyatakan terdapat enam faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang, yaitu:

1. Tingkat pendidikan: dengan pendidikan maka pengetahuan seseorang

akan bertambah sehingga dapat terjadi perubahan perilaku positif yang

meningkat.

15
2. Informasi: semakin banyak sumber informasi yang dimiliki seseorang,

maka pengetahuan akan lebih luas.

3. Budaya: budaya merupakan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan

yang sudah sukar diubah.

4. Pengalaman: sesuatu yang dialami seseorang akan menambah

pengetahuan tentang sesuaitu yang bersifat informal.

5. Usia: semakin bertambahnya usia, semakin banyak pengalaman yang

didapat seseorang, dan semakin banyak kemungkinan seseorang untuk

mendapatkan informasi.

2.2 Penyakit cacingan

Definisi

Penyakit cacingan atau kecacingan ialah penyakit yang disebabkan oleh

masuknya parasit berupa cacing pada tubuh manusia. Cacing yang

menginfeksi manusia terdiri dari kelompok trematoda, cestoda dan nematoda.

(WHO, 2011).
Cacing umumnya tidak menyebabkan penyakit berat sehingga sering kali

diabaikan walaupun sesungguhnya memberikan gangguan kesehatan. Tetapi

dalam keadaan infeksi berat atau keadaan yang luar biasa, kecacingan

cenderung memberikan analisa keliru ke arah penyakit lain dan tidak jarang

dapat berakibat fatal (Margono, 2008).

Transmisi

Telur cacing soil transmitted helminth (STH) dieksresi bersama kotoran

manusia atau urin kemudian mencemari tanah dan air. Manusia dengan

16
sanitasi yang kurang baik dapat terinfeksi cacing melalui makanan, tangan,

maupun peralatan yang terkontaminasi telur infektif (Ascaris lumbricoides)

atau larva (Trichuris trichiura). Ada pula cacing yang masuk ke dalam tubuh

manusia melalui penetrasi kulit yaitu larva infektif cacing tambang dan

schistosoma.
Parasit ini dapat menyebabkan infeksi kembali jika terjadi kontak dengan

cacing fase infektif di lingkungan (WHO, 2011)

Faktor risiko
Menurut Bagus Uga Palgunadi, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kejadian infeksi oleh cacing soil transmitted helminth di Indonesia adalah :


1. Faktor iklim : Indonesia memiliki daerah beriklim tropis dengan

kelembaban yang tinggi serta suhu yang menunjang perkembangan biakan

larva maupun telur cacing (Palgunadi, 2010). Kondisi tanah yang gembur ,

berpasir dan temperature sekitar 23 - 32C merupakan tempat yang paling

sesuai untuk pertumbuhan cacing (Onggowaluyo,2002)


2. Tingkat pendidikan : penduduk Indonesia sebagian besar masih tinggal di

desa-desa dengan tingkat pendidikan yang rendah, sehingga pengetahuan

terhadap kebersihan pribadi dan kesehatan pribadi serta lingkungan

sangatlah rendah, misalnya kebiasaan buang besar di sembarang tempat

(ditanah), tidak menggunakan alas kaki dalam kegiatan sehari-hari di luar

rumah dan sering sekali tidak mencuci tangan di waktu yang penting

misalnya sebelum makan, setelah BAB, maupun setelah kontak dengan

tanah (Palgunadi, 2010).


3. Sosio-ekonomi : sebagian besar masyarakat Indonesia, berpenghasilan

rendah, hal ini menyebabkan ketidakmampuan masyarakat untuk

menyediakan sanitasi perorangan maupun lingkungan misalnya sanitasi

makanan dan sanitasi sumber air (Palgunadi, 2010) (Rampengan, 2007).

17
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi maka pengetahuan individu juga

akan semakin meningkat. Status sosial ekonomi seseorang biasanya diukur

dengan pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan kekayaan yang

dimilikinya (Adi, 2004).

Tanda dan gejala


Secara umum gejala kecacingan yaitu berbadan kurus dan pertumbuhan

terganggu (kurang gizi), kurang darah (anemia), daya tahan tubuh rendah,

sering-sering sakit, lemah dan letih (Winita dkk. 2012).


Umumnya kecacingan disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris

lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing Hookworm

(Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) yang dikelompokkan

sebagai cacing yang ditularkan melalui tanah (Soil Trasmitted Helminth),

karena penularannya dari satu orang ke orang lain melalui tanah (Inge dkk,

2008).
Selain itu, tanda dan gejala penyakit cacing menurut jenis cacing, yaitu

sebagai berikut:
1. Ascaris lumbricoides
Gejala klinik yang dapat muncul akibat infeksi dari cacing Ascaris

lumbricoides antara lain rasa tidak enak pada perut, diare, nausea, vomiting,

berat badan menurun dan malnutrisi. Bolus yang dihasilkan oleh cacing

dapat menyebabkan obstruksi intestinal, sedangkan larva yang migrasi

dapat menyebabkan pneumonia dan eosinophilia (Soedarmo, 2010).


2. Trichuris trichiura
Kelainan patologis yang disebabkan oleh cacing dewasa terutama terjadi

karena kerusakan mekanik di bagian mukosa usus dan respons alergi.

Keadaan ini erat hubungannya dengan jumlah cacing, lama infeksi, umur

dan status kesehatan umum dari hospes (penderita). Gejala yang

ditimbulkan oleh cacing cambuk biasanya tanpa gejala pada infeksi ringan.

18
Pada infeksi menahun dapat menimbulkan anemia, diare, sakit perut, mual

dan berat badan turun (Onggowaluyo, 2002).


3. Cacing tambang
Larva cacing menembus kulit akan menyebabkan reaksi erythematous.

Larva di paru-paru akan menyebabkan perdarahan, eosinophilia, dan

pneumonia. Kehilangan banyak darah dapat menyebabkan anemia

(Soedarmo, 2010).

Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan dengan mengidentifikasi adanya telur atau

larva pada feses dan kadang dapat dijumpai cacing dewasa keluar bersama

feses, muntahan ataupun melalui pemeriksaan radiologi dengan kontras

barium (Soedarmo, 2010).

Pengobatan
Kebanyakan antelmintik efektif terhadap satu macam cacing, sehingga

diperlukan diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan

antelmintik diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan

(Gunawan,2009). Berikut ini jenis obat antihelmintik yang bisa digunakan


1. Albendazol
Merupakan antihelmintik spektrum luas, bekerja dengan menghambat

pembentukan energy pada cacing sehingga mati. Dosis tunggal 400 mg.

sebagai larvasida cacing STH


2. Mebendazol
Mekanisme kerja mirip albendazol. Sangat efektif untuk mengobati cacing

gelang, kremi, dan cacing tambang, ataupun campuran cacing-cacing

tersebut. Untuk dewasa dan anak > 2 tahun diberikan 2x100 mg per hari

selama 3 hari berturut-turut. Indikasinya untuk infeksi cacing Enterobiasis

idan Trichuris trihiura.

19
3. Pirantel pamoat
Dosis tunggal yang dianjurkan 10 mg/kgBB. Obat terpilih untuk

askariasis, enterobiasis, dan ankilostomiasis. Bila termasuk tipe campuran,

maka dikombinasi dengan oksantel pamoat. (Gunawan, 2012).


Obat untuk askariasis adalah Ascarzan (Mecosin), Askamex (Konimex),

Combantrin (Pfizer), Gavox, Helben, Ketrax, Konvermex, Medikomtrin,

Piraska 125, Pyrantin, Trivexan, Upixon, dan Vermox 500 (Purwanto,

2008) (BPOM,2016).

Pencegahan
Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui upaya kebersihan perorangan

ataupun kebersihan lingkungan, meliputi:


1. Kebersihan perorangan
a. Mencuci tangan pada saat-saat penting, yaitu cuci tangan sebelum

makan, setelah buang air besar dengan air dan sabun. Mencuci tangan

sebelum menyiapkan makanan, setelah menceboki anak.


b. Air bersih untuk keperluan makan, minum, dan mandi.
c. Konsumsi air yang memenuhi syarat untuk diminum.
d. Mencuci dan memasak bahan pangan sebelum dimakan.
e. Memotong dan membersihkan kuku.
f. Memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan

bila melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah.


g. Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat

mencemari makanan tersebut.


2. Kebersihan lingkungan
a. Buang air besar di jamban.
b. Jangan membuang tinja dan sampah di sungai.
c. Membuat saluran pembuangan air limbah.
d. Membuang sampah pada tempat sampah.
e. Menjaga kebersihan rumah, sekolah/madrasah, dan lingkungannya

(Kemenkes, 2012).

Dampak infeksi cacing

Dampak dari penyakit kecacingan sangat besar terhadap perkembangan

20
fisik, intelegensia dan produktifitas anak yang merupakan generasi penerus

bangsa. Kecacingan dapat mempengaruhi pemasukan (intake) , pencernaan

(digestif), penyerapan (absorsi), dan metabolisme makanan. Secara kumulatif

infeksi cacingan dapat menyebabkan kurang gizi berupa kalori dan protein

serta kehilangan darah yang berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan

menimbulkan gangguan tumbuh kembang anak. Khusus anak usia sekolah,

keadaan ini akan berakibat buruk pada kemampuannya dalam mengikuti

pelajaran di sekolah (Kemenkes, 2012).

2.3 Kerangka teori

Pengetahuan Ada/tidaknya
Faktor yang infestasi cacing
mempengaruhi
pengetahuan:
1. Tingkat pendidikan
2. Sumber informasi Sosio-
ekonomi
3. Budaya
4. Pengalaman
5. Usia Penyakit cacingan

21
BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep

Baik
Karakteristik partisipan:
Jenis kelamin Pengetahuan kecacingan
Usia/kelas
Kurang

3.2 Definisi operasional

Pengetahuan mengenai penyakit cacingan

Kemampuan menjawab 9 pertanyaan mengenai cacingan dengan benar yang

dilakukan menggunakan kuisioner.

Kriteria objektif

Baik: jika partisipan menjawab dengan benar 5 atau lebih pertanyaan.

Kurang: jika partisipan menjawab dengan benar kurang dari 5 pertanyaan

22
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian

potong lintang (cross-sectional). Untuk mengetahui gambaran pengetahuan

siswa siswi sekolah dasar, maka peneliti menggunakan metode wawancara

untuk memperoleh informasi tersebut.

4.2 Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2016 di

sekolah dasar yang termasuk dalam wilayah Kelurahan Bangkala

Kecamatan Manggala, Kota Makassar, yaitu SD Inpres Borong Jambu II

dan SD Inpres Borong Jambu III.

4.3. Populasi dan sampel penelitian

Jumlah populasi
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil populasi yakni siswa di seluruh

sekolah dasar di Kecamatan Manggala, Kota Makassar.


Sampel
Terdapat 90 partisipan pada penelitian ini. Partisipan dipilih dengan metode

purpossive sampling dengan kriteria sebagai berikut :


a. Kriteria inklusi :
1. Siswa yang bersedia menjadi sampel penelitian
2. Siswa di sekolah dasar Kelurahan Bangkala (SD Borong Jambu II

dan III)
b. Kriteria eksklusi :
1. Siswa yang mengalami gangguan dalam hal komunikasi
2. Siswa yang tidak hadir saat pengambilan data

23
4.4 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah :


1. Daftar tilik pertanyaan
2. Alat tulis
3. Alat dokumentasi
4. Alat pengolahan dan analisis data

4.5 Manajemen Penelitian

Penelitian ini diadakan dengan tahapan sebagai berikut.


Tahap persiapan
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan instrumen penelitian dan juga

perizinan kepala sekolah untuk mengadakan wawancara. Instrumen

penelitian yang dimaksud ialah daftar tilik wawancara yang berisi 9

pertanyaan seputar kecacingan dan 1 pertanyaan mengenai sumber

informasi kecacingan.

Tahap pelaksanaan

Setelah mendapatkan izin dari kepala sekolah, peneliti dibantu 3 orang

rekan peneliti melakukan wawancara pada siswa SD Borong Jambu yang

bersedia diwawancarai.

Gambar 4.1. Proses wawancara

24
Hasil wawancara

kemudian dianalisis di

Microsoft Excel 2010. Analisis

data ini untuk mengetahui

gambaran pengetahuan

partisipan.

Tahap pelaporan

Setelah wawancara dan analisis data, maka dibuatlah laporan

penelitian melalui seminar hasil dan seminar akhir

4.6 Etika Penelitian

1. Seluruh prosedur penelitian dilakukan apabila partisipan bersedia ikut

serta dalam penelitian ini.


2. Menjaga kerahasiaan identitas partisipan sehingga diharapkan tidak ada

pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.


3. Tiap partisipan yang memberi jawaban yang keliru atau tidak tahu

langsung diberi edukasi setelah wawancara selesai.

25
BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik partisipan

Penelitian ini dilaksanakan di dua SD di Kelurahan Bangkala Kecamatan

Manggala Makassar. Pada penelitian ini 90 anak bersedia menjadi partisipan, 39

orang merupakan siswa SD Inpres Borong Jambu 3 dan 51 orang siswa SD Inpres

Borong Jambu 2. Karakteristik partisipan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.1. Karakteristik partisipan

Frekuensi
Karakteristik Persentase
N=90
Laki-laki 49 54.4
Jenis kelamin
Perempuan 41 45.6
6 32 35.6
5 23 25.6
Kelas
3 24 26.7
2 11 12.2
Jenis kelamin partisipan pada penelitian ini didominasi oleh laki-laki yaitu

terdiri dari 49 orang (54,4%) . Partisipan terbanyak ialah siswa kelas 6 sebanyak

32 orang (35,6%) dan yang paling sedikit ialah siswa kelas 2 sebanyak 11 orang

(12,2%).

5.2. Pengetahuan kecacingan

Tabel 5.2. Distribusi jawaban partisipan

Jumlah
Pertanyaan Persen
(n=90)
Apa tanda-tanda cacingan?
Jawaban benar
Kurus 8 4.5
Lemas/lesu 26 14.7
Pucat/kurang darah 4 2.3

26
Perut buncit 3 1.7
Nafsu makan berkurang 22 12.4
Sakit perut/mencret 62 35
Keluar cacing dari mulut/dubur 5 2.8
Malas belajar 8 4.5
Gatal di pantat 5 2.8
Mual/Muntah 8 4.5
Tidak tahu 15 8.5
Jawaban kurang tepat
Sakit kepala 8 4.5
Demam 2 1.1
Kuku kotor 1 0.6

Apa sajakah kebiasaan yang dapat menyebabkan cacingan?


BAB di sembarang tempat 1 0.8
Tidak mencuci tangan sebelum makan 27 20.9
Tidak mencuci tangan setelah BAB 4 3.1
Tidak mencuci tangan setelah
27 20.9
bermain/menyentuh tanah
Tidak memotong dan membersihkan kuku 10 7.8
Tidak memakai sandal/sepatu saat di luar rumah 2 1.6
Minum air mentah (tidak dimasak) 3 2.3
Makan makanan yang kotor/kena debu 2 1.6
Bermain tanah/pasir 22 17.1
Jajan sembarangan 7 5.4
Gigit jari 6 4.7
Tidak tahu 18 14

Bagaimana cara cacing masuk ke dalam tubuh kita?


Melalui makanan/minuman 28 25.9
Melalui tangan/kaki 44 40.7
Tidak tahu 25 23.1
Pantat/dubur 11 10.2

Perlukah cacingan diobati?


Ya 81 90
Tidak 8 8.9
Tidak tahu 1 1.1

Berapa kali sebaiknya adik minum obat cacing dalam setahun ?


> 2 kali 12 13.3
2 kali 25 27.8
1 kali 48 53.3
Tidak tahu 5 5.6

27
Sebutkan salah satu nama obat cacing yang kamu ketahui !
Pirantel pamoat/ combantrin/ konfermex 46 51.1
Tidak tahu 43 47.8
Jamu 1 1.1

Sebutkan bahaya kecacingan!


Jawaban benar
Belajar/aktivitas terganggu 8 8.6
Kurang gizi/kurus 6 6.4
Kurang darah/anemia 3 3.2
Sakit-sakitan 6 6.5
Tidak tahu 64 68.8
Jawaban kurang tepat
Cacing bertambah 3 3.2
Pingsan 2 2.2
Meninggal 1 1.1

Apakah cacingan bisa sembuh?


Ya 82 91.1
Tidak 6 6.7
Tidak tahu 2 2.2

Sebutkan cara mencegah kecacingan!


Jawaban benar
Tidak gigit jari 2 1.1
Menjaga kebersihan makan/minum 8 4.6
Cuci tangan sebelum makan 40 22.9
Cuci tangan setelah BAB 8 4.6
Cuci tangan setelah bermain tanah/pasir 17 9.7
Memotong dan membersihkan kuku 7 4
Memakai sandal/sepatu jika keluar rumah 5 2.9
Minum obat cacing 52 29.7
Minum air yang sudah dimasak 4 2.3
Makan makanan yang sehat dan bergizi 15 8.6
Tidak tahu 10 5.7
Jawaban kurang tepat
Mandi 2x sehari 3 1.7
Tidak bermain tanah 4 2.3

Tabel 5.3. Distribusi partisipan berdasarkan jawaban pertanyaan yang benar

28
Frekuensi Persentase
Menjawab benar pernyataan mengenai
(n=90) (%)
Tanda-tanda cacingan 44 48.9
Kebiasaan yang dapat menyebabkan cacingan 69 76.7
Cara cacing masuk ke dalam tubuh manusia 60 66.7
Perlu tidaknya cacingan diobati 81 90
Frekuensi minum obat cacing dalam setahun 25 27.8
Salah satu nama obat cacing 46 51.1
Bahaya cacingan 17 18.9
Sembuh tidaknya cacingan 82 91.1
Cara mencegah cacingan 39 43.3

Pada pertanyaan tanda-tanda cacingan sebanyak 44 orang (48,9%)

menjawab dengan benar. Rata-rata partisipan menjawab sakit perut/mencret dan

lemas/lesu sebagai tanda orang yang mengalami cacingan. Untuk pertanyaan

kebiasaan apa yang dapat menyebabkan cacingan ? sebanyak 69 orang (76,7%)

mampu menjawab benar, kebanyakan partisipan menjawab penyebab kecacingan

itu adalah kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan (20,9%) dan setelah

bermain atau menyentuh tanah (20,9%).

Selanjutnya pertanyaan ketiga yaitu bagaimana cara cacing masuk ke

dalam tubuh manusia?, 44 orang partisipan (48,9%) menyebutkan bahwa cacing

dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui tangan/kaki. Dan tak sedikit yang

menjawab tidak tahu pada pertanyaan ini (27,8%).

Perlukah cacingan diobati? merupakan pertanyaan yang banyak dijawab

dengan benar oleh partisipan, 90% partisipan menyatakan bahwa penyakit

cacingan perlu diobati. Alasannya pun bervariasi, diantaranya supaya tidak sakit

perut, cacingnya tidak bertambah atau mati, dan supaya nafsu makan tidak

menurun.

Pertanyaan selanjutnya, berapa kali sebaiknya adik minum obat cacing

dalam setahun? dan sebutkan salah satu obat cacing!. Hanya 25 orang

29
partisipan (27,8%) yang mampu menjawab dengan benar yakni 2 kali dalam

setahun (tiap 6 bulan sekali). Dan mayoritas partisipan menyebutkan confermex

yang memiliki kandungan pyrantel pamoat sebagai salah satu obat cacing yang

paling diketahui atau yang pernah dikonsumsi (51,1%).

Pertanyaan sebutkan bahaya kecacingan!, sebanyak 64 orang partisipan

(68,8%) menjawab tidak tahu, dan hanya 17 orang (18,9%) yang mampu

menjawab dengan benar. Sementara pertanyaan apakah cacingan dapat

sembuh?, mayoritas partisipan menjawab ya (91,1%).

Dan pada pertanyaan sebutkan cara mencegah penyakit cacingan!

terdapat banyak variasi jawaban yang disebutkan oleh partisipan. Kebanyakan

partisipan menyebutkan cara mencegah cacingan itu dengan minum obat cacing

(29,7%) dan juga dengan mencuci tangan sebelum makan (22,9%).

Berdasarkan tabel 5.3 dan 5.4 dapat disebutkan bahwa pengetahuan

partisipan tentang frekuensi minum obat cacing dan bahaya cacingan masih

kurang. Ini dapat dilihat pada tabel 5.4. tersebut, hanya 25 orang (27,8%) dan 17

orang (18,9%) yang mampu menjawab benar pertanyaan frekuensi minum obat

cacing dan bahaya cacingan.

30
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi jenis kelamin berdasarkan pengetahuan

Frekuensi N=90 Persen


Karakteristik Total
Baik Kurang %
Jenis Laki-laki 28 (31,1%) 21(23,3%) 49 54,4
kelamin Perempuan 29 (32,2%) 12 (13,3%) 41 45,5
57(63,3%) 33 (36,6%) 90 100

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi kelas berdasarkan pengetahuan


Frekuensi N=90 Persen
Karakteristik Total
Baik Kurang %
6 29 (32,2%) 3 (3,3%) 32 35,5
5 19 (21,1%) 4 (4,4%) 23 25,6
Kelas
3 8 (8,8%) 16 (17,7%) 24 26,7
2 1 (1,1%) 10 (11,1%) 11 12,2

Tabel 5.6 Sumber informasi tentang cacing

Sumber informasi Frekuensi (N=90) Persen


Radio 5 5.6
Tv 61 67.8
Buku/media cetak 16 17.8
Tenaga kesehatan 12 13.4
Orang tua 14 15.6
Guru 1 1.1
Kakak 2 2.2
Teman 6 6.7
Tidak pernah dapat informasi 4 4.4

Penilaian tingkat pengetahuan dinilai berdasarkan nilai standar

pengetahuan untuk 9 pertanyaan tentang kecacingan, seperti pada definisi

operasional yang telah disebutkan di Bab 3. Setelah diperoleh hasil penilaian tiap

nomor pertanyaan, maka nilai yang kurang dari 5 memiliki tingkat pengetahuan

kurang

31
Secara umum partisipan penelitian ini memiliki pengetahuan yang baik

(63,3%). Dapat dilihat pada tabel 5.5, siswa kelas 6 memiliki pengetahuan

kecacingan yang baik mengungguli adik-adik kelasnya, sebanyak 32,2% siswa

kelas 6 yang mengikuti penelitian ini mampu menjawab dengan baik. Sementara

siswa kelas 2, hanya 1 dari 11 orang siswa (1,1%) yang mampu menjawab dengan

baik. Tabel 5.5 juga memperlihatkan peningkatan pengetahuan pada setiap

tingkatan kelas, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

maka kemungkinan pengetahuan seseorang pun bertambah.

Iskandar (2009) menyatakan bahwa informasi yang didapatkan remaja

usia 6-14 tahun dari program televisi, internet majalah, dan lainnya akan

mempengaruhi pengetahuan dan sikap sehingga pada akhirnya mempengaruhi

pola perilaku. Dilihat pada tabel 5.6, lebih dari dua per tiga partisipan memberikan

jawaban TV sebagai salah satu sumber informasi tentang cacingan (67,8%).

Dengan demikian TV menjadi salah satu yang sangat mempengaruhi pengetahuan

partisipan tentang kecacingan.

Kedua penjelasan di atas sejalan dengan pernyataan Sukanto (2000) yang

menyatakan bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,

informasi, dan juga usia. Semakin bertambahnya usia, semakin tinggi tingkat

pendidikan, semakin banyak pengalaman, dan semakin banyak kemungkinan

seseorang mendapatkan informasi. Dengan banyaknya sumber informasi yang

didapat, maka pengetahuan akan lebih luas. Maka ini sesuai dengan penelitian ini

karena siswa kelas 6 sebagai siswa tertua mampu menjawab dengan baik

pertanyaan yang kami ajukan terkait kecacingan.

32
BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Secara umum partisipan memiliki pengetahuan yang baik (63,3%)


2. Kemungkinan pengetahuan yang baik tentang kecacingan oleh partisipan

dipengaruhi oleh media TV sebagai salah satu sumber informasi.

6.2 Saran

1. Dari 9 pertanyaan tentang kecacingan, pengetahuan partisipan tentang

frekuensi minum obat cacing dan bahaya cacingan masih kurang. Maka

perlu diberikan sosialisasi kembali , terlebih lagi beberapa partisipan

mengaku belum pernah mendapatkan informasi tentang cacingan.


2. Untuk penelitian kualitatif sebaiknya menggunakan instrumen recorder,

agar data yang diperoleh lebih valid.

6.3 Kelebihan dan kekurangan penelitian

Kelebihan

Belum pernah diadakan penelitian seperti ini sebelumnya. Sehingga

penelitian ini diharapkan mampu mengevaluasi upaya pengendalian kecacingan di

SD Borong Jambu

Kekurangan

Tentu saja disadari bahwa terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian

ini yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian

berikutnya.

Penelitian ini hanya mengambil siswa kelas 2,3,5, dan 6 saja menjadi

partisipan. Hal ini dikarenakan pengisian kuisioner berlangsung di pekan

33
perbaikan nilai ujian semester, sehingga siswa kelas 1 dan 4 tidak bisa menjadi

partisipan kami.

34
DAFTAR PUSTAKA

Adi, R. 2004. Metodologi penelitian sosial dan hukum. (Edisi 1). Jakarta: Granit

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 2016. Cek produk BPOM.

http://cekbpom.pom.go.id/index.php/home/produk/35b3289204c3571f137

abe5502d001ee/all/row/10/page/0/order/4/DESC/search/1/konvermex.

[diakses pada tanggal 21 Desember 2016].

Bieri FA, Gray DJ, Williams GM, Raso G, Li Y-S, Yuan L, He Y, Li RS, Guo F-Y,

Li S-M, McManus DP. Health-education package to prevent worm

infections in Chinese schoolchildren. N Engl J Med. 2013;368:16031612.

doi: 10.1056/NEJMoa1204885.

Efendi, F. & Makhfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan

praktik dalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Gunawan. (2009). Kemoterapika Antiparasit. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.

3(1): 37-40.

Iskandar, A. (2009). Hubungan faktor internal dan eksternal keluarga terhadap

kejadian anemia, 2009. Depok: FIK UI , 29-30

Kemenkes 2012. Pedoman Pengendalian Kecacingan.

Kementerian Kesehatan RI.2015. Pengendalian Kecacingan.

Louise Lu,Chengfang Liu ,Linxiu Zhang,Alexis Medina,Scott Smith,Scott


Rozelle. 2015. Gut Instincts: Knowledge, Attitudes, and Practices
regarding Soil-Transmitted Helminths in Rural China. PLOS: Neglected
tropical disease. http://dx.doi.org/10.1371/journal.pntd.0003643

Margono, S. 2008. Nematoda Usus Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi 4.

Jakarta : FK UI, 6-20

Onggowaluyo J.S., 2002, Parasitologi Medik (Helmintologi) Pendekatan Aspek

Identifikasi, Diagnostik dan Klinik, Jakarta: EGC, 35-36

35
Palgunadi Bagus Uda. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian yang

Disebabkan Oleh Soil Transmitted Helminth di Indonesia . Jurnal Fakultas

Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma. 4-6

Pedoman Pengendalian Kecacingan 2012. - Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

Direktorat Jenderal PP dan PL. 34-35

Purwanto, dkk. (2008) Data Obat Indonesia Edisi 11. Jakarta : PT Muliapurna

Jayaterbit.67-68

Rampengan. 2007. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC 17-19

Sukanto. 2000. Organisasi perusahaan, teori struktur, dan perilaku. (Edisi 2).

Yogyakarta: Badan Penerbitan FE UGM, 57-59.

Sutanto, Inge; Ismid, Is Suhariah; Sjarifuddin, Puji K; Sungkar, Saleha; Buku Ajar

Parasitologi Kedokteran. - Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2008. 60-61

Winita, R., Mulyati & Astuty, H., 2012. Upaya Pemberantasan Kecacingan di

Sekolah Dasar. Makara Kesehatan, 16(2), hal. 6571.

World Health Organization. 2011. Helminths Control in School-age Children: A

guaide for managers of control programmes. Second edition. France.

WHO Press. 5-6

World Health Organization. 2016. Soil-transmitted helminth infection. [diakses

pada tanggal 13 Oktober 2016]

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs366/en/

36
13
Lampiran I
Persetujuan

14
Lampiran II
kuisioner

15
REKOMENDASI PENELITIAN

16
Lampiran III

HASIL PERHITUNGAN STATISTIK VARIABEL PENELITIAN

17
Lampiran IV
BIODATA PENULIS

Nama / Name : NURUL QALBY

Alamat / Address : Jl. Perintis Kemerdekaan VII

Workshop Unhas

Kode Post / Postal Code : 90245

Nomor Telepon / Phone : (+62)85299307326

Email : nurulqalby44@yahoo.co.id

Jenis Kelamin / Gender : Perempuan

Tanggal Kelahiran / Date of Birth : Bantaeng, 1 September 1995

Status Marital / Marital Status : Belum menikah

Warga Negara / Nationality : Indonesia

Agama / Religion : Islam

Kegemaran/ hobby : Baca novel

18

Anda mungkin juga menyukai