Anda di halaman 1dari 24

BAB III

PENGENALAN BATUAN

III.1. Pengenalan Batuan Beku


III.1.1. Pengertian
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma
ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di
mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu
dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau
perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil
dideskripsikan ,sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi .

III.1.2. Klasifikasi Batuan Beku


Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna,
kimia, tekstur, dan mineraloginya.
a. Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibedakan atas :
1. Batuan beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut
bumi.
2. Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentu tidak jauh
dari permukaan bumi
3. Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan
bumi.
b. Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua yaitu:
1. Mineral mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotit,
2. Mineral felsic (terang) seperti Feldspar, muskovit, kuarsa dan
feldspatoid.
c. Berdasarkan kandungan kimianya yaitu kandungan SiO2-nya batuan
beku diklasifikasikan menjadi empat yaitu:

22
23

1. Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%,


contohnya Granit, Ryolit.
2. Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2 65% - 52%.
Contohnya Diorit, Andesit
3. Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%,
Contohnya Gabbro, Basalt.
4. Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 30% .

III.1.3. Cara Pemerian Batuan Beku


A. Tekstur
Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang
tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama maka
mineral-mineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem kristal
tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada kondisi
pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah, mineral-
mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem kristal
tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak memiliki sistem
kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil.
Berdasarkan hal di atas tekstur batuan beku dapat dibedakan berdasarkan :

1. Derajat Kristalisasi
a) Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh
kristal
b) Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas
c) Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh
gelas.
24

Gambar 2. Derajat kristalisasi


(Tim Asisten Praktikum Geologi Dasar ,2013)

2. Granularitas (grain size)


a) Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh
mineral-mineral yang berukuran kasar.
b) Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh
mineral berukuran halus.

3. Bentuk Kristal (Fabric)


Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali
biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya
mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk
mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna
b) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna
c) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
25

Gambar 3. Bentuk Kristal


(Tim Asisten Praktikum Geologi Dasar ,2013)

4. Berdasarkan keseragaman antar butirnya


a) Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama
b) Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama
B. Struktur
Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi
batuan beku extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan
perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari
batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita
perhatikan.

Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku.


1. Struktur batuan beku ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang
terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang
terlihat seragam.
b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
c. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
26

d. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-


gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan
air.
e. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada
batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat
pembekuan.
f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh
mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
g. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran
mineral pada arah tertentu akibat aliran.
2. Struktur Batuan Beku Intrusif
Batuan beku intrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif
terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
a. Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya,
jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
1) Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan
perlapisan batuan disekitarnya.
2) Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana
perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat
penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap
datar. Diameter laccolith berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan
kedalaman ribuan meter.
3) Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari
laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah.
Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu
puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
27

4) Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin


yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar
antara ratusan sampai ribuan kilometer
b. Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan
disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
1) Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya
dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari
beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang
ratusan meter.
2) Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat
besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
3) Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi
ukurannya lebih kecil

Gambar 4.Bagan Struktur Batuan Beku Intrusif


(http://anggi-felix.blogspot.com/2012/05/batuan-beku.html)
28

C. Komposisi Mineral
a. Berdasarkan terbentuknya terdiri dari
a. Mineral Utama (Essential mineral ) adalah mineral penentu
penamaan batuan, contoh : kuarsa , feldspar, mika, amphibol,
piroksin, dan olivine
b. Mineral Skunder (Secondary mineral) adalah mineral yang terbentuk
dari mineral primer yang mengalami proses pelapukan, hidrotermal
atau metamorfisme. Contoh : kalsit, serpentin, klorit, serosit, dan
kaolin
c. Mineral Tambahan (Accessorys mineral) adalah mineral yang
terbentuk oleh kristalisasi magma (kehadiran mineral ini ± 5%).
Contoh: hematit, magmatit, kromit, apatit, zikron, rutil, dan ilmenit.
2. Berdasarkan terang-gelap warna, terdiri dari :
a. Mineral asam (felsic) adalah mineral berwarna terang kaya akan
silica dan alumunium, contoh mineral cerah : kuarsa, ortoklas,
plagioklas, muskovit
b. Mineral basa (mafic) adalah mineral berwarna gelap kaya akan besi,
magnesium, dan kalsium, contoh : biotit(mika hitam), augit,
hornblende, dan olivine

Pengecualian Dunit (batuan beku basaberwarna terang ) dan Obsidian


(batuan beku asam berwarna gelap)

3. Berdasarkan kandungan silica (SiO2)


a. Batuan beku asam, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2 lebih
dari 66%. Contohnya adalah riolit.
b. Batuan beku intermediate, batuan beku yang memiliki kandungan
SiO2 antara 52% – 66%. Contohnya adalah dasit.
c. Batuan beku basa, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2antara
45% – 52%. Contohnya adalah andesit.
d. Batuan beku ultra basa, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2
kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt.
29

III.2. Pengenalan Batuan Sedimen


III.2.1. Pengertian
Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi
(di daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan
(transportasi) dari satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Air dan angin dan
glacial ice merupakan agen pengangkut yang utama. Sedimen ini apabila
mengeras (membatu) akan menjadi batuan sedimen. Ilmu yang mempelajari
batuan sedimen disebut dengan sedimentologi.

Hasil pelapukan dan pengikisan permukaan bumi merupakan bahan utama


sedimen. Kata sedimen berasal dari bahasa Latin, sedimentum, yang berarti
pengendapan. Batuan sedimen tersingkap paling banyak di daratan dibandingkan
batuan lainnya, batuan beku dan batuan metamorf, sebesar 75 persen luas daratan,
walaupun diperkirakan hanya 5 persen volume bagian terluar bumi.
Meskipun kelihatannya kecil, namun batuan sedimen sangat penting dalam
geologi, karena didalamnya terekam sejarah peristiwa-peristiwa (events) geologi
dimasa lampau.
Batuan sedimen termasuk dalam batuan sekunder karena material
pembentuknya merupakan hasil dari aktivitas kimia dan mekanik denudasi
terhadap batuan yang sudah ada. Yang diendapkan dari larutan atau suspensi
dalam air atau udara pada suhu dan tekanan normal. Endapannya adalah hasil
rombakan dan hancuran batuan kerak bumi, terdiri dari fragmen batuan , mineral
dan berbagai material lainnya, ditransport oleh angin atau air dan diendapkan di
lekukan-lekukan didarat atau di laut.
Material yang terbawa dalam suspensi mengendap karena kecepatan
medium transportasinya tertahan atau kondisi fisiknya berubah. Dan material
dalam larutan terendapkan karena perubahan kondisi kimia atau fisika medium,
atau secara tidak langsung oleh aktivitas binatang dan tumbuhan. Sedimen tidak
hanya bersumber dari darat saja, tetapi dapat juga dari yang terakumulasi ditepi-
tepi cekungan, yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi.
30

Meskipun secara teoritis dibawah permukaan air tidak tejadi erosi, namun
masih ada energi air, gelombang dan arus bawah permukaan, yang mengikis
terumbu-terumbu karang di laut.
Hasil kikisannya terendapkan disekitarnya, berupa hancuran.
Material sedimen dapat berupa :
1. Fragmen dari batuan yang sudah ada dan mineral-mineral. Misalnya
kerikil di sungai, pasir di pantai dan lumpur di laut atau danau.
2. Material organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa cangkang
organisme air dan vegetasi di rawa-rawa.
3. Hasil penguapan dan proses kimia, garam didanau payau dan kasium
karbonat di laut dangkal.
III.2.1. Klasifikasi Batuan Sedimen
Batuan sekunder ini diendapkan dalam kondisi yang sangat
bervariasi,mengakibatkan pembentukannya pun (genesa) beragam. Demikian pula
tekstur, komposisi dan penampilan batuan sedimen yang dihasilkan. Maka dasar
klasifikasinyapun ada bermacam-macam.
Klasifikasi batuan sedimen yang ideal, berdasarkan ukuran dan bentuk butir, serta
komposisi material pembentuknya.
Pengelompokan yang sederhana dalam batuan sedimen adalah dua kelompok
besar :
a. Batuan sedimen klastik
Fragmen-fragmen lepas atau urai hasil penghancuran atau rombakan
secara mekanik dari batuan yang sudah ada sebelumnya disebut detritus (dari
bahasa Latin yang berarti menjadi usang). Sedimen detritus disebut juga sedimen
klastik (berasal dari bahasa Yunani klastos yang artinya pecah). Sedimen klastik
ditransport dalam berbagai cara, dapat bergulir kebawah lereng akibat gravitasi,
atau terbawa gletser, oleh angin atau oleh aliran air.
Saat transportasi berhenti, sedimen terendapkan secara mekanik dengan
sistem yang khas sesuai dengan mekanisme transportasinya. Pengendapan terjadi
karena energi pembawanya turun.
31

Sedimen yang meluncur, bergulir atau mengalir kebawah lereng baik oleh
gravitasi atau gletser pada umumnya merupakan campuran yang acak (random)
dari partikel berbagai ukuran. Sedangkan partikel sedimen yang terbawa oleh
angin atau air terendapkan saat kecepatan angin atau aliran air berkurang. Ukuran
partikel yang terendapkan berhubungan dengan kecepatan pembawanya. Makin
besar kecepatannya makin besar partikel yang terbawa. Perbedaan besar butir
antara yang halus dan yang kasar sangat ekstrem.
Karena itu diperlukan satu acuan besar butir, dan telah dibuat oleh Wentworth,
dikenal sebagai klasifikasi atau skala Wentworth.
Tabel Skala Wentwoth; boulder dan cobble dapat diartikan sebagai
bongkah, pebble sama dengan kerakal, granule seukuran dengan kerikil, sand
sama dengan pasir, sedangkan silt sama dengan lanau dan clay adalah lempung.
Batuan sedimen klastik atau disebut juga batuan sedimen detritus, terdiri
dari fragmen berbagai ukuran. Butiran yang besar disebut fragmen dan diikat oleh
massa butiran-butiran yang lebih halus, yang dinamakan matriks. Dan
dikelompokkan berdasarkan besar butir komponen materialnya.
b. Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari
proses kimiawi, seperti batu halit yang berasal dari hasil evaporasi dan batuan
rijang sebagai proses kimiawi. Batuan sedimen non-klastik dapat juga terbentuk
sebagai hasil proses organik, seperti batugamping terumbu yang berasal dari
organisme yang telah mati atau batubara yang berasal dari sisa tumbuhan yang
terubah. Batuan ini terbentuk sebagai proses kimiawi, yaitu material kimiawi yang
larut dalam air (terutamanya air laut). Material ini terendapkan karena proses
kimiawi seperti proses penguapan membentuk kristal garam, atau dengan bantuan
proses biologi (seperti membesarnya cangkang oleh organisme yang mengambil
bahan kimia yang ada dalam air). Dalam keadaan tertentu, proses yang terlibat
sangat kompleks, dan sukar untuk dibedakan antara bahan yang terbentuk hasil
proses kimia, atau proses biologi (yang juga melibatkan proses kimia secara tak
langsung). Jadi lebih sesuai dari kedua-dua jenis sedimen ini dimasukan dalam
satu kelas yang sama, yaitu sedimen endapan kimiawi / biokimia. Yang termasuk
32

dalam kelompok ini adalah sedimen evaporit (evaporites), karbonat (carbonates),


batugamping dan dolomit (limestones and dolostone), serta batuan bersilika
(siliceous rocks), rijang (chert).
1. Batuan Sedimen Evaporit
Batuan evaporit atau sedimen evaporit terbentuk sebagai hasil proses
penguapan (evaporation) air laut. Proses penguapan air laut menjadi uap
mengakibatkan tertinggalnya bahan kimia yang pada akhirnya akan
menghablur apabila hampir semua kandungan air manjadi uap. Proses
pembentukan garam dilakukan dengan cara ini. Proses penguapan ini
memerlukan sinar matahari yang cukup lama.
a) Batuan garam (Rock salt) yang berupa halite (NaCl).
b) Batuan gipsum (Rock gypsum) yang berupa gypsum (CaSO4.2H20)
c) Travertine yang terdiri dari calcium carbonate (CaCO3), merupakan
batuan karbonat. Batuan travertin umumnya terbentuk dalam gua
batugamping dan juga di kawasan air panas (hot springs).
2. Batuan Sedimen Karbonat
Batuan sedimen karbonat terbentuk dari hasil proses kimiawi, dan juga
proses biokimia. Kelompok batuan karbonat antara lain adalah
batugamping dan dolomit.
a) Mineral utama pembentuk batuan karbonat adalah:
a. Kalsit (Calcite) (CaCO3)
b. Dolomit (Dolomite) (CaMg(CO3)2)
b) Nama-nama batuan karbonat:
a. Mikrit (Micrite) (microcrystalline limestone), berbutir sangat halus,
mempunyai warna kelabu cerah hingga gelap, tersusun dari lumpur
karbonat (lime mud) yang juga dikenali sebagai calcilutite.
b. Batugamping oolitik (Oolitic limestone) batugamping yang
komponen utamanya terdiri dari bahan atau allokem oolit yang
berbentuk bulat.
c. Batugamping berfosil (Fossiliferous limestone) merupakan batuan
karbonat hasil dari proses biokimia. Fosil yang terdiri dari bahan /
33

mineral kalsit atau dolomit merupakan bahan utama yang


membentuk batuan ini.
d. Kokina (Coquina) cangkang fosil yang tersimen
e. Chalk terdiri dari kumpulan organisme planktonic seperti
coccolithophores; fizzes readily in acid
f. Batugamping kristalin (Crystalline limestone)
g. Travertine terbentuk dalam gua batugamping dan di daerah air
panas hasil dari proses kimia
h. Batugamping intraklastik (intraclastic limestone), pelleted
limestone.

3. Batuan Silika
Batuan sedimen silika tersusun dari mineral silika (SiO2). Batuan ini
terhasil dari proses kimiawi dan atau biokimia, dan berasal dari kumpulan
organisme yang berkomposisi silika seperti diatomae, radiolaria dan
sponges. Kadang-kadang batuan karbonat dapat menjadi batuan bersilika
apabila terjadi reaksi kimia, dimana mineral silika mengganti kalsium
karbonat. Kelompok batuan silika adalah:
a) Diatomite, terlihat seperti kapur (chalk), tetapi tidak bereaksi dengan
asam. Berasal dari organisme planktonic yang dikenal dengan diatoms
(Diatomaceous Earth).
b) Rijang (Chert), merupakan batuan yang sangat keras dan tahan
terhadap proses lelehan, masif atau berlapis, terdiri dari mineral kuarsa
mikrokristalin, berwarna cerah hingga gelap. Rijang dapat terbentuk
dari hasil proses biologi (kelompok organisme bersilika, atau dapat
juga dari proses diagenesis batuan karbonat.
4. Batuan Organik
Endapan organik terdiri daripada kumpulan material organik yang
akhirnya mengeras menjadi batu. Contoh yang paling baik adalah
batubara. Serpihan daun dan batang tumbuhan yang tebal dalam suatu
cekungan (biasanya dikaitkan dengan lingkungan daratan), apabila
34

mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan, dan akhirnya berubah


menjadi bahan hidrokarbon batubara.
Beberapa sedimen tidak terdiri dari partikel-partikel klastik, meskipun
komponennya telah mengalami transportasi. Komponen sedimen semacam
ini terlarut dalam air dan ditransport sebagai larutan kemudian diendapkan
secara kimia. Sedimen yang pemben-tukannya dari pengendapan mineral
yang terlarut dalam air dinamakan sedimen kimiawi (chemical sediment).
Dan pada umumnya terbentuk dalam dua cara :
a) Melalui reaksi biokimia, sebagai hasil aktivitas tanaman dan binatang
dalam air. Contohnya tanaman sangat kecil yang hidup di laut dapat
menurunkan derajat keasaman air disekitarnya dan karenanya
terendapkan kalsium karbonat.
b) Melalui reaksi anorganik didalam air. Bila air pada mata-air panas
mendingin, akan mengendap opal dan kalsit. Contoh lainnya adalah
penguapan air laut atau danau, menyebabkan konsentrasi bahan-bahan
terlarut naik dan mulailah pengendapan garam.sebagai sedimen kimia.
Berdasarkan komposisinya batuan sedimen nonklastik dikelompokkan
menjadi yang silikaan, siliceous, mengandung silika dan yang karbonatan,
cabonaceous, komposisi utamanya kalsium karbonat. Sedimen lain yang
sering dijumpai adalah yang komposisi utamanya rombakan sisa binatang
yang dihasilkan langsung dari fisiologis aktivitas organisme dinamakan
sedimen biogenik. Sisa-sisa bagian yang keras akhirnya menjadi fragmen-
fragmen atau klastik. Sedimen yang komponen utamanya dari fragmen ini
disebut sedimen bioklastik.

III.2.2. Cara Pemerian Batuan Sedimen


A. Cara pemerian Batuan Sedimen Klastik
1. Tekstur
Tekstur adalah hubungan antar butir / mineral yang terdapat di dalam
batuan, meliputi:
35

a) Ukuran Butir (Grain size) dalam pemerian ukuran butir memakai


skala yang dibuat oleh Wentworth (1922).
Tabel 5. Skala Wentworth, (Penulis,2015)

Besar Butir Nama Fragmen Nama Batuan

>256 Bongkah
64-256 Berangkal
Breksi/Konglomerat
4-64 Kerakal
2-4 kerikil

1-2 Pasir Sangat Kasar


1/2-1 Pasir Kasar
1/4-1/2 Pasir Sedang Batu Pasir
1/8-1/4 Pasir Halus
1/16-1/8 Pasir Sangat Halus

1/256-1/16 Lanau Batu Lanau

>1/256 Lempung Batu Lempung

b) Derajat Pemilahan (sortasi) yaitu keseragaman besar butir dalam


batuan sedimen , untuk pemilahan dipakai istilah :
1. Pemilahan sangat baik (Verry well sorted)
2. Pemilahn baik (well sorted)
3. Pemilahan sedang (moderatlely sorted)
4. Pemilahan jelek (poorly sorted)
36

Gambar 5. Derajat Pemilahan


(https://basdargeophysics.wordpress.com/2012/04/page/3/)

c) Kebundaran (rounding) yaitu nilai dari membulat atau meruncingya


butiran, untuk kebundaran di pakai istilah :
1. Sangat menyudut (very angular)
2. Menyudut (angular)
3. Menyudut tanggung (sub angular)
4. Membulat tanggung (sub rounded)
5. Membulat (rounded)
6. Sangat membulat (very rounded)

Gambar 6. Kebundaran
(http://tambangunp.blogspot.co.id/2013/07/struktur-dan-tekstur-batuan.html)

d) Kemas (Fabric) adalah hubungan antara masa dasar dengan fragmen


batuan atau mineralnya. Kemas pada batuan sedimen ada 2, yaitu :
1. Kemas Terbuka, yaitu hubungan antara masa dasar dan fragmen
butiran yang kontras sehingga terlihat fragmen butiran
mengambang diatas masa dasar batuan.
37

2. Kemas tertutup, yaitu hubungan antar fragmen butiran yang relatif


seragam, sehingga menyebabkan masa dasar tidak terlihat.

Kemas terbuka Kemas tertutup


Gambar 7. Kemas
(Tim Asisten Praktikum Geologi Dasar ,2013)

2. Struktur
Struktur adalah tekstur dalm dimensi yang lebih besar, dimana umumnya
berhubungan dengan unsur unsur luar, terdiri dari :

a) Masif adalah tidak terlihat struktur dalam atau ketebalan lebih dari 120
cm.
b) Perlapisan terjadi karena adanya variasi warna, perbedaan butir,
komposisi mineral, atau macam batuan. Terdiri dari :
1. Perlapisan sejajar
2. Perlapisan pilah
3. Perlapisan silang siur
4. Laminasi
5. Gelombang gelembur
c) Berfosil tercirikan oleh kandungan yang memperlihatkan orientasi
tertentu.
3. Komposisi Mineral ,di bedakan menjadi ;
a) Fragmen : butiran yang besar, dapat sebagai butiran mineral, batuan,
atau fosil.
b) Matrik : butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen dan biasanya
terletak di antara ffragmen
38

c) Semenn: bahan pengikat matrik dan fragmen, terdiri dari:


1. Semen karbonat
2. Semen silica
3. Semen oksida

Gambar 8. Komposisi Batuan sedimen Klastik


(Tim Asisten Praktikum Geologi Dasar ,2013)

B. Cara Pemerian Batuan sedimen Non-Klastik


1. Tekstur
a) Amorf : tidak kristalin
b) Kristalin : di dasarkan pada skala wentworth (1992)
2. Struktur
a) Berfosil (fosilliferous): terdiri dari fosil yang relative masih utuh
b) Oolitis: fragmen-fragmen klastia yang di selubungi oleh mineral
non klastik dengan ukuran lebih kecil dari 2 mmbersifat konsentris.
c) Pisoolitis: seperti oolitis, tapi ukurannya lebih besar dari 2mm.
39

G
a
m Berfosil Oolitis Pisoolitis
b
G
Gambar 9. Struktur batuan sedimen klastik
(Tim Asisten Praktikum Geologi Dasar ,2013)

3. Komposisi mineral: komposisi mineral sederhan karena hasil


kristalisasi dari larutan kimia. Contoh : batu gamping(kalsit, dolomit),
chert (kalsedon).
40

III.3. Pengenalan Batuan Metamorf


III.3.1. Pengertian

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk sebagai akibat dari


proses metamorfosa pada batuan yang sudah ada karena perubahan
temperatur(T), tekanan (P), atau Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara
bersamaan. Batuan metamorf diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelas atas
dasar derajat metamorfosanya, yaitu:

a. Batuan metamorfosa derajat rendah;


b. Batuan metamorfosa derjat menengah, dan
c. Batuan metamorfosa derajat tinggi.
III.3.2. Klasifikasi batuan metamorf
1. Batuan Metamorf Kontak/thermal/sentuh, ditemukan pada tepi-tepi
tubuh batuan beku intrusi, seperti batholith. Contoh: Marmer,
Hornfels.
2. Batuan Metamorf diskolasi/kinematik, terjadi dekat zona deformasi
yang intensif dan diskolasi ditemukan di sepanjang zona sesar.
Contoh : Milonit.
3. Batuan Metamorf regional, terjadi pada daerah yang sangat luas/
ribuan kilometer pada pegunungan lipatan. Terbentuk jauh di
kedalaman kerak bumi. Muncul di permukaan akibat pengangkatan
dan erosi. Contoh Sekis.
Batuan yang mengalami metamorphose sebagai akibat dari adanya
pengaruh gas-gas yang ada pada magma. Contohnya kuarsa dengan gas
fluorium berubah menjadi topas
Secara umum jenis batuan metamorfik adalah sebagai berikut:
1. Amphibolit: Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi
utamanya adalah ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas.
2. Eclogit: Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah
piroksin klino ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit
41

kaya alumina) dan garnet kaya pyrop. Eclogit mempunyai


komposisi kimia seperti basal, tetapi mengandung fase yang lebih
berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan beku.
3. Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama
kuarsa, felspar, sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur
granoblastik. Perkembangan struktur gnessiknya lemah mungkin
terdiri dari lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar.
4. Hornfels: Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari
butiran-butiran yang equidimensional dalam orientasi acak.
Beberapa porphiroblast atau sisa fenokris mungkin ada. Butiran-
butiran kasar yang sama disebut granofels.
5. Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan
oleh pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan
mungkin menjadi protomilonit, milonit, atau ultramilomit,
tergantung atas jumlah dari fragmen yang tersisa. Bilamana batuan
mempunyai skistosity dengan kilap permukaan sutera,
rekristralisasi mika, batuannya disebut philonit.
6. Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-
mineral dari kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit,
talk, dan karbonat. Serpentinit dihasilkan dari alteras minearlsilikat
feromagnesium yang terlebih dahulu ada, seperti olivin dan
piroksen.
7. Skarn: Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal
dari mineral kapur-silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya.
Skarn terjadi karena perubahan komposisi batuan penutup (country
rock) pada kontak batuan beku.
42

III.3.3. Cara Pemerian Batuan Metamorf


A. Tekstur
Tekstur batuan metamorf merupakan kenampakan batuan yang
berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir mineral
individual penyusun batuan metamorf tersebut (Jackson,1970).
1. Tekstur batuan metamorf berdasarkan pada ketahanan terhadap
proses di bedakan menjadi:
a) Relict, Palimpset atau Sisa, masih menunjukkan sisa tekstur
batuan asalnya. Awalan blasto digunakan untuk penamaan
tekstur batuan metamorf ini. Batuan yang mempunyai kondisi
seperti ini sering disebut batuan metabeku atau metasedimen.
b) Kristaloblastik; terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu
sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami
rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak.
Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
c) Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
1. Fanerit; butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
2. Afanit; butiran Kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
2. Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk Individu Kristal
dibedakan menjadi:
a) Euhedral; bila Kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal
itu sendiri.
b) Subhedral; bila Kristal dibatasi sebagian oleh bidang
permukaannya sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan
Kristal di sekitarnya.
c) Anhedral; bila Kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang
permukaan Kristal lain di sekitarnya.
d) Idioblastik; bila mineralnya didominasi oleh Kristal berbentuk
euhedral.
43

e) Hypidioblastik; bila mineralnya didominasi oleh Kristal


berbentuk subhedral.
f) Xenoblastik; bila mineralnya didominasi oleh Kristal
berbentuk anhedral.
3. Tekstur batuan metamorf berdasarkan Bentuk Mineral
a) Lepidoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk Pipih.
Contoh : Sekis Mika
b) Nematoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk prismatic
(piroksen, hornblend). Contoh : Sekis Horblenda
c) Granoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk
granular/membutirm (kuarsa, felspar, kalsit). Contoh : Kuarsit
d) Hornfelsik, ekstur yang tidak menunjukan penjajaran, tetapi
mineral-mineral penyusun membutir/ granular. Contoh:
Hornfels

Gambar 10. Tekstur Batuan Metemorf


(http://geosains-jember.blogspot.com/2015/04/batuan-metamorf.html)
44

B. Struktur batuan Metamorf


Menurut struktur batuan metamorf yang terbentuk, batuan metamorf
dibagi menjadi dua yaitu,
1. Struktur Foliasi
Struktur foliasi merupakan struktur yang memperlihatkan adanya
suatu penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf.
Struktur foliasi ini terdiri atas:

a) Struktur Slatycleavage: struktur yang diekspresikan oleh


kecenderungan batuan metamorf yang berbutir halus untuk
membelah sepanjang bidang subpararel yang diakibatkan oleh
orientasi penjajaran dari mineral-mineral pipihyang kecil
seperti mika, talk atau klorit. Contoh : Slate/Batusabak
b) Struktur Schistosity: struktur sifatnya mirip dengan diatas
tetapi mineral-mineral pipih kebanyakan lebih besar dan
secara keseluruhan batuan metamorf ini tampak menjadi lebih
kasar/medium. Contoh : Sekis
c) Struktur Gneissic: struktur yang dibentuk oleh peselingan
lapisan yang komposisinya berbeda dan berbutir kasar
(feldspar, kuarsa). Contoh: gneiss.
2. Struktur Non Foliasi
Struktur nonfoliasi merupakan struktur yang tidak
memperlihatkan adanya penjajaran mineral penyusun batuan
metamorf.Ini terjadi akibat batuan kontak dengan tubuh
intrusibatuan beku. Batuan yang berbentuk biasanya berbutir
halusdan batuan berasal dari batuan asal yang
mempunyaimineral tunggal seperti gamping, sehingga tidak
terbentuk mineral baru, tetapi kristal-kristal yang kecil tumbuh
lebih besar dalam tekstur interlocking menjadi batuan baru.
Contoh: Batugamping jadi marmer.
45

C. Komposisi Mineral
Pada umumnya mineral yang terbentuk adalah kuarsa, mineral mika,
feldspar, klorit, amphibol dan piroksin.Dalam mendeskripsi batuan
matamorf secara megaskopis (mata telanjang), sedikit mengalami
kesulitan. Cara mudah untuk menentukan komposisi mineral pada
batuan metamorf pada hakekatnya
1.Mineral anti stress (Non- foliasi)
2.Mineral Stress (foliasi)

Anda mungkin juga menyukai

  • DKSB Tugas
    DKSB Tugas
    Dokumen13 halaman
    DKSB Tugas
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Skala Wenworth
    Skala Wenworth
    Dokumen2 halaman
    Skala Wenworth
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • BATUAN Sedimen
    BATUAN Sedimen
    Dokumen19 halaman
    BATUAN Sedimen
    saiful abdulrahman
    Belum ada peringkat
  • Skala Wenworth
    Skala Wenworth
    Dokumen2 halaman
    Skala Wenworth
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • DKSB Tugas
    DKSB Tugas
    Dokumen13 halaman
    DKSB Tugas
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Gempa Bumi
    Gempa Bumi
    Dokumen24 halaman
    Gempa Bumi
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH
    MAKALAH
    Dokumen1 halaman
    MAKALAH
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Jenis Batuan Sedimen
    Jenis Batuan Sedimen
    Dokumen3 halaman
    Jenis Batuan Sedimen
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Tugas 2 Agama Sms 1 IST AKPRIND
    Tugas 2 Agama Sms 1 IST AKPRIND
    Dokumen7 halaman
    Tugas 2 Agama Sms 1 IST AKPRIND
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1 Pengertahuan Alat Berat
    Tugas 1 Pengertahuan Alat Berat
    Dokumen6 halaman
    Tugas 1 Pengertahuan Alat Berat
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Resume Agama Islam
    Resume Agama Islam
    Dokumen15 halaman
    Resume Agama Islam
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Album Mo
    Album Mo
    Dokumen49 halaman
    Album Mo
    azrunnas_geo
    67% (3)
  • Tugas 2 Agama Sms 1 IST AKPRIND
    Tugas 2 Agama Sms 1 IST AKPRIND
    Dokumen7 halaman
    Tugas 2 Agama Sms 1 IST AKPRIND
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen7 halaman
    Bab 5
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Bab 7
    Bab 7
    Dokumen6 halaman
    Bab 7
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Bab 7
    Bab 7
    Dokumen6 halaman
    Bab 7
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Komponen Mineral Dalam Deret Reaksi Bowen
    Komponen Mineral Dalam Deret Reaksi Bowen
    Dokumen34 halaman
    Komponen Mineral Dalam Deret Reaksi Bowen
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Tugas Praktikum Pemetaan Geologi
    Tugas Praktikum Pemetaan Geologi
    Dokumen14 halaman
    Tugas Praktikum Pemetaan Geologi
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen3 halaman
    Bab Vi
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Tugas Praktikum Pemetaan Geologi
    Tugas Praktikum Pemetaan Geologi
    Dokumen14 halaman
    Tugas Praktikum Pemetaan Geologi
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen3 halaman
    Bab Vi
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Bab 6
    Bab 6
    Dokumen9 halaman
    Bab 6
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 New
    BAB 2 New
    Dokumen13 halaman
    BAB 2 New
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen3 halaman
    Bab 3
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Geologi Dasar
    Geologi Dasar
    Dokumen8 halaman
    Geologi Dasar
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen13 halaman
    Bab Ii
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen4 halaman
    Bab Iii
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    amizon triasa
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen8 halaman
    Bab I
    amizon triasa
    Belum ada peringkat