Anda di halaman 1dari 3

Patofisiologi semuanya pake ini aja le, yg satu2 susah owe carinya

Hipermetropia
a. Definisi Hipermetropia
Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hiperopia atau rabun dekat. Hipermetropia
merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak
cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang makula lutea (Ilyas, 2006).
Hipermetropia adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu lemah yang
menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di
belakang retina (Istiqomah, 2005). Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak
berakomodasi memfokuskan bayangan di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika
kekuatan yang tidak sesuai antara bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah
sehingga titik fokus sinar terletak di belakang retina (Patu, 2010).
b. Klasifikasi Hipermetropia
Terdapat berbagai gambaran klinik hipermetropia seperti: Hipermetropia manifes ialah
hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang memberikan
tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolut ditambah
dengan hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifes didapatkan tanpa siklopegik dan
hipermetropia yang dapat dilihat dengan hanya mempunyai hipermetropia fakultatif akan
melihat normal tanpa kacamata. Bila diberikan kacamata positif yang memberikan
penglihatan normal, maka otot akomodasinya akan mendapatkan istirahat. Hipermetropia
manifes yang masih memakai tenaga akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif.
Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan
memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten yang ada
berakhir dengan hipermetropia absolut ini. Hipermetropia manifes yang tidak memakai
tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai hipermetropi absolut. Hipermetropia laten,
dimana kelainan hipermetropia tanpa siklopegia (otot yang melemahkan akomodasi)
diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila
diberikan siklopegia. Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten seseorang.
Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten seseorang. Hipermetropia total,
hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan siklopegia (Ilyas, 2006).

c. Etiologi Hipermetropia
Penyebab utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih pendek. Akibat bola
mata yang lebih pendek, bayangan benda akan difokuskan di belakang retina. Berdasarkan
penyebabnya, hipermetropia dapat dibagi atas :
Hipermetropia sumbu atau aksial, merupakan kelainan refraksi akibat bola mata pendek atau
sumbu anteroposterior yang pendek. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea
atau lensa kurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina. Hipermetropia indeks
refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang pada sistem optik mata (Ilyas, 2006).

d. Patofisiologi
Akibat dari bola mata yang terlalu pendek, yang menyebabkan bayangan terfokus di belakang
retina (Wong, 2008).

e. Gejala Klinik Hipermetropia


Sakit kepala terutama daerah dahi atau frontal, silau, kadang rasa juling atau melihat ganda,
mata leleh, penglihatan kabur melihat dekat (Ilyas, 2006). Sering mengantuk, mata berair,
pupil agak miosis, dan bilik mata depan lebih dangkal (Istiqomah, 2005).

f. Pengobatan
Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung untuk mematahkan sinar lebih
kaut kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah di berikan koreksi lensa positif maksimal
yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata
lensa positif terbesar yang masih memberi tajam penglihatan maksimal (Ilyas, 2006).

Ilyas, S. (2006). Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Istiqomah, I. (2005). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, Jakarta: Kedokteran EGC.
Patu, H.I. (2010). Kelainan Refraksi. Diambil tanggal 09 Maret 2011, dari
http://cpddokter.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=1684&Ite
mid=38
Wong, D.L. ( 2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 – Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai