Anda di halaman 1dari 10

2.

1 Teori yang Mendasari Good Corporate Governance

Penerapan Corporate Governance membantu menyelaraskan dan menyatukan berbagai


piak yang memiliki kepentingan berbeda terhadap perusahaan, agar bersama-sama berkolabrasi
untuk mencapai tujuan perusahaan. Adapun beberapa teori yang terkait dengan Corporate
Governance, agar dapat menjelaskan bagaimana berbagai kepentingan itu terjadi.

2.1.1 Teori Entitas (Entity Theory)

Teori entitas ini memandang pemegang saham (baik pemegang saham biasa dan istimewa)
sebagai pemilik (proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Teori entitas mengasusmsikan
terjadinya pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik ekuitas (pemegang saham) dengan
entitas bisnisnya (perusahaan). Kreditor dianggap sebagai pihak luar. Pemegang saham tetap
menjadi mitra manajemen. Entity Theory melahirkan Agency Theory dan Stewardship Theory,
dimana kedua teori ini sangat berperan dan paling banyak dirujuk untuk pembentukan struktur
Corporate Governance.

2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham)


menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga professional yang lebih memahami
menjalankan bisnis sehari-hari. Semakin besar perusahaan maka akan terjadi pemisahaan antara
pemilik dan pengendalian perusahaan. Implikasi teori keagenan terhadap konsep Corporate
Governance adanya pemberian insentif dan melakukan monitoring (pengawasan).

2.1.3 Teori Penatalayanan (Stewardship Theory)

Teori penatalayanan mengasumsikan bahwa manajer adalah pelayanan yang baik bagi
perusahaan. Teori ini di bangun di atas asumsi filosofi mengenai sifat manusia yakni manusia pada
hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas
dan kejujuran terhadap pihak lain. Implikasi Stewardship Theory terhadap Corporate Governance
yaitu salah satunya adalah terbitnya Undang-Undang Perseroan Terbatas di Indonesia yang
didalamnya menetapkan kewajiban bagi setiap anggota direksi dan komisaris untuk dengan itikad
baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan (Pasal
97 dan 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).

1
2.1.4 Teori Ekuitas Residual (Residual Equity Theory)

Tujuan dari pendekatan ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik
kepada pemegang saham biasa untuk pengembalian keputusan investasi. Konsep entitas ini
memandang pemegang saham biasa (Residual Equity) sebagai pusat perhatian akuntansi. Dalam
pendekatan ini, yang dimaksud pemilik adalah pemegang saham biasa. Pemegang saham istimewa
dianggap sebagai pihak luar sehingga dividen yang dibagikan untuk mereka dipandang sebagai
biaya.

2.1.5 Teori Dana (Fund Theory)

Teori dana berkaitan dengan badan-badan pemerintah dan organisasi nirlaba. Dan (Fund)
mempunyai dua pengertian; (1) Dana dapat diartikan sebagai kas (uang), aset likuid, atau sumber
keuangan yang dapat digunakan untuk mendanai suatu kegiatan, program, atau projek dalam
rangka mencapai tujuan tertentu; (2) Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang
dapat berupa kegiatan, program, atau projek yang didanai dengan aset likuid tersebut. Jadi, dana
dapat berarti sebagai kesatuan akuntansi (accounting entity). Konsep ini memandang bahwa
kegiatan, program, projek, atau unit kegiatan lainnya sebgaai kesatuan atau entitas yang berdiri
sendiri.

2.1.6 Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory)

Teori Pemangku Kepentingan mengartikan suatu organisasi sebagai kesepakatan


multilateral antara perusahaan dan berbagai stakeholdernya. Ada hubungan perusahaan dengan
pihak internal (pegawai, manajer, pemilik), ada juga hubungan perusahaan dengan pihak di luar
perusahaan (pelanggan, pemasok, pesaing, masyarakat). Corporate Governance adalah perusahaan
mendirikan unit yang khusus menangani komunikasi dengan stakeholder yang dikenal dengan
nama departemen komunikasi perusahaan atau public affairs department.

2.1.7 Teori Kontrak (Conctracting Theory)

Teori kontrak menjelaskan hubungan kontraktual yang terjadi di masyarakat termasuk


hubungan antara karyawan dengan manajer, perusahaan dengan pemasok, bank dengan nasabah,
pemegang polis dengan perusahaan asuransi, dan pemilik saham dengan manajemen. Hubungan
tersebut berpotensi memicu konflik kepentingan sehingga kontrak harus dirancang secara tepat

2
dan sesuai untuk memastikan semua pihak yang terlibat dalam kontrak harus memiliki kontrak
tertulis atau lisan yang memberikan manfaat saling menguntungkan satu sama lain.

2.1.8 Teori Biaya Transaksi (Cost Transaction)

Ada dua asumsi utama dalam teori biaya transaksi, yaitu rasionalitas individu bersifat
terbatas (bounded rationality), dan individu memiliki sifat oportunisme. Rasionalitas individu
dikatakan terbatas oleh Herbert A. Simon pemenang hadiah nobel Ekonomi tahun 1978, karena
pada dasarnya seorang individu tidak akan pernah mampu memiliki informasi yang lengkap
tentang kejadian di masa yang akan datang. Sifat oportunisme individu juga mempengaruhi
kontrak terutama sebelum terjadi kontrak dan sesudah terjadi kontrak. Implikasi teori ini untuk
mengatasi keterbatasan rasionalitas dan asimetri informasi yang dapat menimbulkan perilaku
adverse selection dan moral hazard adalah dengan mengadakan biaya transaksi.

2.2 Alasan Diperlukannya Good Corporate Governance

Perusahaan dengan good corporate governance akan mendorong terciptanya hubungan


yang baik antara pemegang saham, manajemen dan stakeholder lainnya. Hal ini akan membuat
pemegang saham mengetahui dan memahami kondisi fundamental perusahaan sehingga kinerja
perusahaan tetap berjalan baik walaupun terjadi krisis. Esensi corporate governance adalah
peningkatan kinerja perusahaan melalui pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas
manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya berdasar kerangka aturan dan peraturan yang
berlaku (Gunarsih dalam Adi Suharna, 2016).

Alasan diperlukannya GCG secara umum yaitu:


1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan
pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kesetaraan dan
kewajaran.
2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan,
yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham.
3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar
dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang
tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

3
Tjager dalam Jayanti (2015) mengatakan bahwa paling tidak ada lima alasan mengapa
penerapan GCG diperlukan dalam sebuah perusahaan, yaitu:
1. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company menunjukan bahwa
para investor institusional lebih menaruh kepercayaan terhadap perusahaan-perusahaan di
Asia yang telah menerapkan Good Corporate Governance (GCG).
2. Berdasarkan berbagai analisis, ternyata ada indikasi keterkaitan antara terjadinya krisis
financial dan krisis berkepanjangan di Asia dengan lemahnya tata kelola perusahaan.
3. Internasionalisasi pasar-termasuk liberalisme para financial dan pasar modal-menuntut
perusahaan untuk menerapkan Good Corporate Governance (GCG).
4. Kalaupun Good Corporate Governance (GCG) bukan obat mujarab untuk keluar dari
krisis, sistem ini dapat menjadi dasar bagi berkembangnya sistem nilai baru yang lebih
sesuai dengan lengkap bisnis yang kini telah banyak berubah.
5. Secara teoritis, praktik Good Corporate Governance (GCG) dapat meningkatkan nilai
perusahaan.

Sedangkan menurut Siswanto Sutojo dalam E. John Aldridge (2005), Good Corporate
Governance mempunyai lima macam tujuan utama, yang menjadi alasan diperlukannya penerapan
GCG dalam sebuah perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota the stakeholders non-pemegang saham.
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau Board of Directors dan
manajemen perusahaan, dan
5. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior perusahaan.

2.3 Manfaat Good Corporate Governance

Dengan melaksanakan Corporate Governance, menurut Forum of Corporate


Governance in Indonesia (FCGI) ada beberapa manfaat yang diperoleh, antara lain :

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang


lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, serta lebih meningkatkan
pelayanan kepada stakeholder.

4
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena
faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkancorporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia,
4. Pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan
meningkatkan shareholder Value dan deviden.
Menurut (Hery dalam Tadikapury, 2010) ada lima manfaat yang dapat diperoleh
perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance yaitu :

1. GCG secara tidak langsung akan dapat mendorong pemanfaatan sumber daya perusahaan
ke arah yang lebih efektif dan efisien, yang pada gilirannya akan turut membantu
terciptanya pertumbuhan atau perkembangan ekonomi nasional.
2. GCG dapat membantu perusahaan dan perekonomian nasional, dalam hal ini menarik
modal investor dengan biaya yang lebih rendah melalui perbaikan kepercayaan investor
dan kreditur domestik maupun internasional.
3. Membantu pengelolaan perusahaan dalam memastikan/menjamin bahwa perusahaan telah
taat pada ketentuan, hukum, dan peraturan.
4. Membangun manajemen dan Corporate Board dalam pemantauan penggunaan asset
perusahaan.
5. Mengurangi korupsi.
Banyak alasan yang dikemukakan tentang perlunya perusahaan menerapkan prinsip good
corporate governance. Namun demikian, satu alasan utama yang dikemukakan para pakar adalah
bahwa prinsip-prinsip CG diperlukan untuk mengatasi masalah yang ada dalam pengelolaan
perusahaan. Banyak pihak seperti pembuat kebijakan, praktisi, dan akademisi berpendapat bahwa
perbaikan CG merupakan suatu hal yang harus dilakukan seperti melalui pembentukan komite
audit, peningkatan transparansi informasi, keberadaan komisaris independen, meningkatkan
hubungan dengan investor, dan pemberian remunerasi yang dikaitkan dengan kinerja perusahaan,
dan sebagainya.

3.1 Prinsip-Prinsip Corporate Governance

Prinsip-prinsip yang penting dalam membangun tata kelola perusahaan yaitu:

5
3.1.1 Transparansi (Transparency)

Prinsip Dasar

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan


informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh
pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya
masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan
dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan
haknya.
2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran
usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus,
pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan laiinya yang
memiliki benturan kepentingan, sistem manajemen resiko, sistem pengawasan dan
pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan Good Corporate Governance serta tingkat
kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.
3. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk
memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, rahasia jabatan dan hak-hak pribadi.
4. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada
pemangku kepentingan.

Transparansi dapat diimplementasikan dengan penyajian secara terbuka laporan keuangan


yang akurat dan tepat waktu, kriteria yang terbuka tentang seleksi personil, informasi adanya
seleksi, pengungkapan transaksi atau kontrak dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan atau
kedudukan istimewa, struktur kepemilikan, kemungkinan resiko yang dihadapi oleh perusahaan.

6
3.1.2 Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip Dasar

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan


wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan
perusahaan dengan tetapi memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja
yang berkesinambungan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggungjawab masing-masing organ


perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, sasaran usaha,
dan strategi perusahaan.
2. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan
mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggungjawab, dan perannya dalam
pelaksanaan Good Corporate Governance.
3. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam
pengelolaan perusahaan.
4. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten
dengan nilai-nilai perusahaan, sasaran utama dan strategi perusahaan, serta memiliki
system penghargaan dan sanksi (reward and punishment system)
5. Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, setiap organ perusahaan dan semua
karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of Conduct) yang
telah disepakati.

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk


menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan menajemen perusahaan kepada pihak yang
memiliki hak atau wewenang untuk meminta pertanggung jawaban.melalui penerapan prinsip ini,
suatu proses pengembalian keputusan atau kinerja dapat dimonitor, dinilai dan dikritisi.

7
3.1.3 Responsibilitas (Responsibility)

Prinsip Dasar

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung


jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha
dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai Good Corporate Governance.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-
laws).
2. Perusahaan harus melaksanakan tanggungjawab sosial dengan antara lain peduli terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat
perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

Prinsip rensposibilitas menekankan perusahaan harus berpegang pada hukum yang berlaku
dan dapat mempertanggungjawabkan semua kegiatan perusahaan pada stakeholder dan
masyarakat. Konsekuensi dari prinsip responsibilitas dalam penerapannya perusahaan harus
memenuhi tanggungjawab sosialnya dan bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan saja.

3.1.4 Independensi (Independency)

Prinsip Dasar

Untuk melancarakan pelaksanaan asas GCG perusahaan harus dikelola secara


independensi sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak


manapun, tidak berpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan
dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan
secara objektif.

8
2. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan
anggaran dasar dan peraturan perundangan-undangan, tidak saling mendominasi dan atau
melempar tanggungjawab anatara satu dengan yang lain sehingga terwujud sistem
pengendalian internal yang efektif.

Prinsip Independensi artinya bebas atau kemandirian, mengandung makna suatu keharusan
organ-organ yang ada di perusahaan dapat mengambil keputusan dengan baik tanpa tekanan atau
intervensi dari berbagai pihak dengan kepentingan yang hanya menguntungkan pihak tertentu saja.

3.1.5 Kewajaran dan kesetaraan (Fairness)

Prinsip Dasar

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan


kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan.

Pedoman Pokok Pelaksaaan

1. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk


memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta
membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup
kedudukan masing-masing.
2. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepda pemangku
kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.
3. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan,
berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama,
ras, jender, dan kondisi fisik.

Prinsip fairness dai GCG memegang peranan penting untuk mengkonkretkan kesimbangan
tersebut. Berbeda dengan kepentingan pemegang saham, keseimbangan bagi manajemen dan
karyawan yang berupa pemberian upah yang disesuaikan dengan pekerjaan dan tanggungjawab
masing-masing pihak.

9
DAFTAR PUSTAKA

Putri, I Gusti Ayu Made Astri Dwija dan I Gusti Ketut Agung Ulupui. 2017. Pengantar
Corporate Governance. Denpasar: CV Sastra Utama.

https://www.scribd.com/upload-
document?archive_doc=359723471&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A%22arc
hive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3Afalse%2
C%22logged_in%22%3Afalse%2C%22platform%22%3A%22web%22%7D (Diakses pada
tanggal 19 Februari 2018)

http://hanihohoy.blogspot.co.id/2015/01/prinsip-manfaat-gcg-good-corporate.html?m=1 (Diakses
pada tanggal 19 Februari 2018)

10

Anda mungkin juga menyukai