Teori entitas ini memandang pemegang saham (baik pemegang saham biasa dan istimewa)
sebagai pemilik (proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Teori entitas mengasusmsikan
terjadinya pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik ekuitas (pemegang saham) dengan
entitas bisnisnya (perusahaan). Kreditor dianggap sebagai pihak luar. Pemegang saham tetap
menjadi mitra manajemen. Entity Theory melahirkan Agency Theory dan Stewardship Theory,
dimana kedua teori ini sangat berperan dan paling banyak dirujuk untuk pembentukan struktur
Corporate Governance.
Teori penatalayanan mengasumsikan bahwa manajer adalah pelayanan yang baik bagi
perusahaan. Teori ini di bangun di atas asumsi filosofi mengenai sifat manusia yakni manusia pada
hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas
dan kejujuran terhadap pihak lain. Implikasi Stewardship Theory terhadap Corporate Governance
yaitu salah satunya adalah terbitnya Undang-Undang Perseroan Terbatas di Indonesia yang
didalamnya menetapkan kewajiban bagi setiap anggota direksi dan komisaris untuk dengan itikad
baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan (Pasal
97 dan 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).
1
2.1.4 Teori Ekuitas Residual (Residual Equity Theory)
Tujuan dari pendekatan ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik
kepada pemegang saham biasa untuk pengembalian keputusan investasi. Konsep entitas ini
memandang pemegang saham biasa (Residual Equity) sebagai pusat perhatian akuntansi. Dalam
pendekatan ini, yang dimaksud pemilik adalah pemegang saham biasa. Pemegang saham istimewa
dianggap sebagai pihak luar sehingga dividen yang dibagikan untuk mereka dipandang sebagai
biaya.
Teori dana berkaitan dengan badan-badan pemerintah dan organisasi nirlaba. Dan (Fund)
mempunyai dua pengertian; (1) Dana dapat diartikan sebagai kas (uang), aset likuid, atau sumber
keuangan yang dapat digunakan untuk mendanai suatu kegiatan, program, atau projek dalam
rangka mencapai tujuan tertentu; (2) Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang
dapat berupa kegiatan, program, atau projek yang didanai dengan aset likuid tersebut. Jadi, dana
dapat berarti sebagai kesatuan akuntansi (accounting entity). Konsep ini memandang bahwa
kegiatan, program, projek, atau unit kegiatan lainnya sebgaai kesatuan atau entitas yang berdiri
sendiri.
2
dan sesuai untuk memastikan semua pihak yang terlibat dalam kontrak harus memiliki kontrak
tertulis atau lisan yang memberikan manfaat saling menguntungkan satu sama lain.
Ada dua asumsi utama dalam teori biaya transaksi, yaitu rasionalitas individu bersifat
terbatas (bounded rationality), dan individu memiliki sifat oportunisme. Rasionalitas individu
dikatakan terbatas oleh Herbert A. Simon pemenang hadiah nobel Ekonomi tahun 1978, karena
pada dasarnya seorang individu tidak akan pernah mampu memiliki informasi yang lengkap
tentang kejadian di masa yang akan datang. Sifat oportunisme individu juga mempengaruhi
kontrak terutama sebelum terjadi kontrak dan sesudah terjadi kontrak. Implikasi teori ini untuk
mengatasi keterbatasan rasionalitas dan asimetri informasi yang dapat menimbulkan perilaku
adverse selection dan moral hazard adalah dengan mengadakan biaya transaksi.
3
Tjager dalam Jayanti (2015) mengatakan bahwa paling tidak ada lima alasan mengapa
penerapan GCG diperlukan dalam sebuah perusahaan, yaitu:
1. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company menunjukan bahwa
para investor institusional lebih menaruh kepercayaan terhadap perusahaan-perusahaan di
Asia yang telah menerapkan Good Corporate Governance (GCG).
2. Berdasarkan berbagai analisis, ternyata ada indikasi keterkaitan antara terjadinya krisis
financial dan krisis berkepanjangan di Asia dengan lemahnya tata kelola perusahaan.
3. Internasionalisasi pasar-termasuk liberalisme para financial dan pasar modal-menuntut
perusahaan untuk menerapkan Good Corporate Governance (GCG).
4. Kalaupun Good Corporate Governance (GCG) bukan obat mujarab untuk keluar dari
krisis, sistem ini dapat menjadi dasar bagi berkembangnya sistem nilai baru yang lebih
sesuai dengan lengkap bisnis yang kini telah banyak berubah.
5. Secara teoritis, praktik Good Corporate Governance (GCG) dapat meningkatkan nilai
perusahaan.
Sedangkan menurut Siswanto Sutojo dalam E. John Aldridge (2005), Good Corporate
Governance mempunyai lima macam tujuan utama, yang menjadi alasan diperlukannya penerapan
GCG dalam sebuah perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota the stakeholders non-pemegang saham.
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau Board of Directors dan
manajemen perusahaan, dan
5. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior perusahaan.
4
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena
faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkancorporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia,
4. Pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan
meningkatkan shareholder Value dan deviden.
Menurut (Hery dalam Tadikapury, 2010) ada lima manfaat yang dapat diperoleh
perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance yaitu :
1. GCG secara tidak langsung akan dapat mendorong pemanfaatan sumber daya perusahaan
ke arah yang lebih efektif dan efisien, yang pada gilirannya akan turut membantu
terciptanya pertumbuhan atau perkembangan ekonomi nasional.
2. GCG dapat membantu perusahaan dan perekonomian nasional, dalam hal ini menarik
modal investor dengan biaya yang lebih rendah melalui perbaikan kepercayaan investor
dan kreditur domestik maupun internasional.
3. Membantu pengelolaan perusahaan dalam memastikan/menjamin bahwa perusahaan telah
taat pada ketentuan, hukum, dan peraturan.
4. Membangun manajemen dan Corporate Board dalam pemantauan penggunaan asset
perusahaan.
5. Mengurangi korupsi.
Banyak alasan yang dikemukakan tentang perlunya perusahaan menerapkan prinsip good
corporate governance. Namun demikian, satu alasan utama yang dikemukakan para pakar adalah
bahwa prinsip-prinsip CG diperlukan untuk mengatasi masalah yang ada dalam pengelolaan
perusahaan. Banyak pihak seperti pembuat kebijakan, praktisi, dan akademisi berpendapat bahwa
perbaikan CG merupakan suatu hal yang harus dilakukan seperti melalui pembentukan komite
audit, peningkatan transparansi informasi, keberadaan komisaris independen, meningkatkan
hubungan dengan investor, dan pemberian remunerasi yang dikaitkan dengan kinerja perusahaan,
dan sebagainya.
5
3.1.1 Transparansi (Transparency)
Prinsip Dasar
1. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan
dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan
haknya.
2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran
usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus,
pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan laiinya yang
memiliki benturan kepentingan, sistem manajemen resiko, sistem pengawasan dan
pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan Good Corporate Governance serta tingkat
kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.
3. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk
memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, rahasia jabatan dan hak-hak pribadi.
4. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada
pemangku kepentingan.
6
3.1.2 Akuntabilitas (Accountability)
Prinsip Dasar
7
3.1.3 Responsibilitas (Responsibility)
Prinsip Dasar
1. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-
laws).
2. Perusahaan harus melaksanakan tanggungjawab sosial dengan antara lain peduli terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat
perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
Prinsip rensposibilitas menekankan perusahaan harus berpegang pada hukum yang berlaku
dan dapat mempertanggungjawabkan semua kegiatan perusahaan pada stakeholder dan
masyarakat. Konsekuensi dari prinsip responsibilitas dalam penerapannya perusahaan harus
memenuhi tanggungjawab sosialnya dan bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan saja.
Prinsip Dasar
8
2. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan
anggaran dasar dan peraturan perundangan-undangan, tidak saling mendominasi dan atau
melempar tanggungjawab anatara satu dengan yang lain sehingga terwujud sistem
pengendalian internal yang efektif.
Prinsip Independensi artinya bebas atau kemandirian, mengandung makna suatu keharusan
organ-organ yang ada di perusahaan dapat mengambil keputusan dengan baik tanpa tekanan atau
intervensi dari berbagai pihak dengan kepentingan yang hanya menguntungkan pihak tertentu saja.
Prinsip Dasar
Prinsip fairness dai GCG memegang peranan penting untuk mengkonkretkan kesimbangan
tersebut. Berbeda dengan kepentingan pemegang saham, keseimbangan bagi manajemen dan
karyawan yang berupa pemberian upah yang disesuaikan dengan pekerjaan dan tanggungjawab
masing-masing pihak.
9
DAFTAR PUSTAKA
Putri, I Gusti Ayu Made Astri Dwija dan I Gusti Ketut Agung Ulupui. 2017. Pengantar
Corporate Governance. Denpasar: CV Sastra Utama.
https://www.scribd.com/upload-
document?archive_doc=359723471&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A%22arc
hive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3Afalse%2
C%22logged_in%22%3Afalse%2C%22platform%22%3A%22web%22%7D (Diakses pada
tanggal 19 Februari 2018)
http://hanihohoy.blogspot.co.id/2015/01/prinsip-manfaat-gcg-good-corporate.html?m=1 (Diakses
pada tanggal 19 Februari 2018)
10