Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Probabilitias atau peluang merupakan salah satu materi pelajaran
matematika yang ada sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi, hal ini terkait
dengan pentingnya probabilitas dalam kehidupan sehari-hari. Gal (Sharma, 2012)
mengatakan bahwa aktivitas belajar probabilitas adalah materi yang esensial untuk
membantu siswa dalam menghadapi kehidupan “… the learning of probability is
essential to help prepare students for life, since random events and chance
phenomena permeate our lives and environment”. Disisi lain Jones, et al. 2007;
Ministry of Education, 2007; Pratt, 2005; Schield, 2010 (Sharma, 2012)
menyebutkan bahwa “the importance of probability in everyday life have led to
calls for an increased attention to this strand in the mathematics curriculum”.
Bahkan National Conference of Teachers in Mathematics (NCTM) menempatkan
probabilitas dalam kurikulum sekolah mulai dari tahap sekolah taman kanak-
kanak (kindergarden) (Watson, 2009).
Penelitian tentang kesulitan siswa dalam mempelajari dan memahami
materi probabilitas telah banyak dilakukan, seperti (Garfield, 2003; Shaughnessy,
1992; Konold, 1989; Garfield & Ahlgren, 1988) yang menyatakan adanya
miskonsepsi (kesalahan konsep) tentang peluang dari suatu percobaan terhadap
konsep peluang secara teoritik. Pemahaman siswa terhadap konsep probabilitas
telah diteliti beberapa ahli dengan berbagai prespektif. Jones, et al. (1997, 1999a)
dalam penelitiannya terkait pemahaman siswa pada probabilitas dengan
mengajukan kerangka kerja untuk mendeskripsikan bagaimana siswa berpikir
probabilistik. Siswa dalam berpikir probabilistik yang dimaksudkan diamati dari
bagaimana siswa dalam menyelesaikan masalah probabilistik. Masalah
probabilistik merupakan masalah yang mengandung unsur ketidakpastian.
Menurut Sujadi (2010) masalah yang memuat unsur ketidakpastian adalah suatu
masalah yang mengacu pada suatu aktivitas atau ekperimen secara random yang
bisa didapatkan berbagai hasil yang mungkin, tetapi hasil yang pasti tidak dapat
1
2

ditentukan sebelumnya secara tepat. Siswa yang berpikir pada situasi yang
memuat unsur ketidakpastian disebut berpikir probabilistik. Hal yang sama
diungkapkan Maftuh (2014) dalam penelitiannya bahwa masalah probabilistik
adalah masalah yang memuat unsur ketidakpastian (a situation involving
uncertainty). Dengan demikian siswa berpikir probabilistik menyangkut suatu
yang dihubungkan dengan konteks yang memuat unsur ketidakpastian. Lebih
lanjut pemikiran siswa dalam menyelesaikan masalah probabilistik, mempunyai
tingkatan berpikir yang berbeda-beda.
Jones, et al. (1997, 1999b) mendeskripsikan empat tingkat berpikir
probabilistik yaitu tingkat 1 (subjective) berpikir subjektif, tingkat 2 (transitional)
merupakan masa transisi antara berpikir subjektif dan kuantitatif (naïve
quantitative), tingkat 3 (informal quantitative) berkaitan dengan berpikir
kuantitatif informal dan tingkat 4 (numerical reasoning) menggunakan penalaran
secara numerik. Menurut Sharma (2012) budaya mempengaruhi berpikir
probabilistik seseorang. Oleh sebab itu berdasarkan hasil penelitian Sujadi (2008)
level berpikir probabilistik dibagi menjadi 6 level yaitu level-0 prasubjektif, level-
1 subjektif, level-2 transisional, level-3 kuantitatif informal, level-4 seminumerik
dan level-5 numerik.
Selanjutnya, untuk mengetahui bagaimana siswa dalam berpikir
probabilistik maka peneliti melakukan prasurvai dengan menggunakan instrumen
dari Jun (2000). Prasurvai dilakukan kepada siswa SMP Negeri 12 Suarakarta
yang telah mempelajari materi peluang. Tes prasurvai (Lampiran 1) dilakukan
kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana level berpikir probabilistiknya. Hasil
tes prasurvai (Lampiran 2) menunjukkan bahwa banyak siswa yang berada pada
level 1 subjektif dan level 2 transisional, namun hanya satu atau dua siswa saja
yang berada pada level 3 kuantitaif informal. Hal ini berarti bahwa siswa masih
banyak mengalami kesulitan dan berpikir terkait masalah probabilistik. Disamping
itu berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika diperoleh kesimpulan
bahwa guru kurang memperhatikan level berpikir probabilistik siswa. Berdasarkan
hal tersebut penting bagi guru untuk memperhatikan level berpikir probabilistik
siswa karena tidak ada bidang apapun yang lepas dari unsur ketidakpastian
3

(probabilitas). Sebagai contoh, ketika siswa lulus SMA dan ingin melanjutkan
kuliah, dan dalam bidang asuransi untuk mengatasi suatu resiko. Oleh karena itu,
mulai dari SMP siswa harus memiliki level berpikir probabilistik yang baik.
Dengan demikian proses berpikir dan pemecahan masalah probabilistik
merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh guru.
Pada saran penelitian lanjutan, Sujadi (2010) mengusulkan adanya
penelitian mengenai bagaimana merangcang suatu model atau strategi
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan atau mengoptimalkan
kemampuan berpikir probabilistik siswa. Hal ini dikarenakan banyak penelitian
telah dilakukan yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir siswa SMP masih
rendah. Jun (2000) melakukan penelitian terkait pemahaman siswa pada materi
peluang, terlihat banyak siswa mengalami miskonsepsi. Hal yang serupa dari hasil
penelitian Arif (2014) menunjukkan bahwa siswa SMP dengan level transisional
dan numerik gagal mengkontruksi konsep peluang karena mengalami
miskonsepsi. Sebagaimana hasil penelitian Maftuh (2014) terkait profil penalaran
probabilistik siswa SMP laki-laki dalam pemecahan masalah probabilitas adalah
subjek cenderung bisa merespon berbagai situasi probabilistik. Menindaklanjuti
saran penelitan lanjutan dari Sujadi (2010), peneliti melakukan wawancara kepada
guru terkait proses pembelajaran dan pendukung pembelajaran materi peluang.
Saat ini proses pembelajaran yang dilakukan dengan metode yang biasa
digunakan dan pendukung pembelajaran hanyalah berupa buku dan lembar
kegiatan siswa (LKS) saja. Sebagaimana yang diungkapkan guru, kenyataan
dilapangan bahan ajar yang digunakan belum mampu untuk mengoptimalkan level
berpikir probabilistik siswa. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan bahan
ajar sebagai pendukung pembelajaran yang mampu untuk mengoptimalkan level
berpikir probabilistik siswa.
Menurut National Center for Competency Based Training (Prastowo,
2015) bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan unutuk membantu
guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas. Bahan ajar
memiliki fungsi untuk mengarahkan semua aktivitas pembelajaran, sebagai
substanti kompetensi pelajaran dan alat evaluasi pencapaian hasil pembelajaran.
4

Bahan ajar itu meliputi berbagai bentuk diantaranya adalah buku pelajaran,
modul, handout, lembar kegiatan siswa, maket, bahan ajar audio, bahan ajar
interaktif dan lain-lain. Tetapi kebanyakan orang mengenal bahan ajar itu handout
berupa kumpulan powerpoint.
Kurikulum 2013 menekankan pada peningkatan perkembangan peserta
didik dari aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Selain itu, kurikulum 2013
dalam implementasinya diharapkan semua materi pelajaran terintegrasikan dalam
teknologi informasi dan komunikasi. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud) Anies Baswedan mengatakan teknologi yang berkembang saat ini
menjadikan informasi yang penting dalam pengetahuan. Pada acara Seminar
International tentang “21th Century Learning” tanggal 20 Januari 2016, menteri
Kemdikbud mengatakan bahwa saat ini sumber kekuatan utama adalah
pengetahuan atau informasi dan teknologi menjadi salah satu cara untuk
menjangkau semua pihak dalam memberikan informasi, termasuk dalam dunia
pendidikan dan proses pembelajaran siswa. Salah satu penerapannya yang sudah
berjalan adalah ujian nasional Computer Based Test (CBT). Lebih lanjut beliau
menyampaikan bahwa penggunaan teknologi tidak hanya pada ujian saja tetapi
dalam kegiatan proses pembelajaran.
Pada era yang serba digital saat ini, sebagian besar siswa telah
mengggunakan berbagai media sosial yang ada. Tidak jarang siswa lebih asyik
menggunakan teknologi baik dari smartphone, tablet, gadget, ataupun komputer
daripada membuka buku pelajaran atau mengulangi pembelajaran di sekolah.
Tidak bisa dipungkiri juga informasi-informasi yang tidak baik dan tidak penting
dapat muncul begitu saja. Oleh sebab itu, pemanfaatan teknologi harus digunakan
oleh guru dalam kegiatan pada proses pembelajaran.
Semakin pesat perkembangan teknologi informasi dapat dimanfaatkan
untuk proses pembelajaran yang menyediakan sarana pembelajaran on-line.
Pembelajaran on-line sering disebut e-learning yaitu bentuk pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi elektronik dengan menggunakan internet. Pembelajaran
dengan menggunakan media internet dapat menggunakan Edmodo. Edmodo
menurut Pitoy (2012) merupakan platform social network bagi guru dan siswa
5

untuk berbagi ide, file, agenda, kegiatan dan tugas. Hal ini bertujuan untuk
membantu guru dalam memanfaatkan social networking dalam proses
pembelajaran. Edmodo memiliki fitur yang mirip dengan Facebook. Namun, tidak
bebas seperti yang ada pada Facebook. Fitur Edmodo dirancang khusus dalam
dunia pendidikan sehingga akan ada interaksi antara guru, siswa bahkan orang tua.
Sejalan dengan harapan pemerintah untuk dapat memanfaatkan teknologi
yang berkembang pesat saat ini perlu adanya suatu upaya yang harus dilakukan.
Teknologi yang semakin berkembang harus dimanfaatkan dengan benar dalam
dunia pendidikan. Utomo (2015) telah mengembangkan bahan ajar e-learning
berbasis Edmodo pada mata pelajaran geografi materi litosfer dengan adanya
kelas virtual.
Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti mengembangkan bahan ajar
interaktif yang dikemas melalui media sosial Edmodo. Pengembangan bahan ajar
dengan Edmodo diharapkan mampu untuk mengoptimalisasi level berpikir
probabilistik siswa. Selain itu dapat memfasilitasi siswa untuk memanfaatkan
handphone atau tablet dan layanan internet sebagai sarana untuk belajar. Melalui
bahan ajar dengan Edmodo ini diharapkan siswa akan mendapatkan kemudahan
ketika ingin mengulangi materi dan dapat memfasilitasi siswa untuk mandiri
dalam belajar. Lebih lanjut hasil dari pengembangan bahan ajar ini akan diuji
apakah lebih baik dari bahan ajar yang biasa digunakan guru selama proses
pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini
dinyatakan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah proses dan hasil pengembangan bahan ajar dengan Edmodo
untuk meningkatkan tingkat berpikir probabilistik siswa kelas VIII SMP
Negeri 12 Surakarta tahun ajaran 2015/2016?
2. Apakah level berpikir probabilistik, menggunakan hasil pengembangan
bahan ajar dengan Edmodo lebih baik daripada bahan ajar yang ada
sebelumnya?
6

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mendeskripsikan proses dan mendapatkan hasil pengembangan bahan
ajar yang dikemas dengan Edmodo sebagai upaya untuk meningkatkan level
berpikir probabilistik siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Surakarta yang valid,
praktis dan efektif.
2. Untuk menyatakan level berpikir probabilistik siswa dan mengetahui apakah
level berpikir probabilistik siswa menggunakan bahan ajar dengan Edmodo
lebih baik dibandingkan dengan level berpikir probabilistik menggunakan
bahan ajar yang ada sebelumnya.

D. Pentingnya Pengembangan
Ketersediaan bahan ajar pada materi peluang yang sesuai dengan
Kurikulum 2013 sekarang ini masih berupa buku saja. Terkait dengan hal tersebut
maka pengembangan bahan ajar dengan Edmodo pada materi peluang dipandang
sangat strategis untuk dikembangkan seiring dengan yang dikehendaki pemerintah
untuk mencapai perkembangan abad ke 21 dengan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Bahan ajar yang dilengkapi
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ini dikemas dalam suatu media Edmodo sehingga
akan memudahkan siswa untuk dapat belajar kapanpun dan dimana saja.

E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan


Produk yang dihasilkan berupa bahan ajar interaktif dengan
menggunakan flash yang dikemas dengan Edmodo dan dilengkapi dengan Lembar
Kegiatan Siswa (LKS). Pembuatan bahan ajar interaktif menggunakan perangkat
lunak Adobe Flash CS5 Proffesional sehingga dapat dibuka di handphone atau
smartphone. Bahan ajar ini direncanakan dengan menggunakan masalah
konstekstual yang memuat materi peluang yang disesuaikan dengan karakteristik
berpikir probabilistik.
7

F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan


Penelitian ini memiliki asumsi dan keterbatasan pengembangan yaitu:
1. Asumsi
a. Bahan ajar interaktif mencakup materi peluang yang sesuai dengan
kompetensi dasar “Menjelaskan peluang empirik dan teoretik suatu
kejadian dari suatu percobaan” dan “Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan peluang empirik dan teoretik suatu kejadian dari suatu
percobaan”
b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) digunakan untuk melengkapi bahan ajar
agar peserta didik tetap melakukan kegiatan menulis.
c. Bahan ajar yang dikemas dengan Edmodo dimaksudkan adalah siswa
menggunakan media sosialnya untuk belajar.
2. Keterbatasan
Pengembangan ini hanya menghasilkan satu bahan ajar yang
dilengkapi dengan LKS untuk materi peluang kelas 8 yang dilakukan di
SMP Negeri 12 Surakarta.

G. Definisi Istilah
Istilah-istilah yang tertuang dalam rumusan judul peneilitan ini perlu
adanya pembatasan-pembatasan agar tidak menimbulkan pemahaman yang
berbeda dan sekaligus memberi panduan yang jelas tentang maksud dari istilah
dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Pengembangan
Penelitian pengembangan sebagi usaha untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan.
2. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang disusun
dengan tujuan agar siswa dapat mencapai kompetensi yang telah ditentukan.
Bahan ajar yang dikembangkan berupa bahan ajar interaktif yang dikemas
dengan Edmodo. Bahan ajar interaktif adalah bahan ajar yang
8

mengombinasikan beberapa media yang bersifat interaktif untuk


mengendalikan suatu perintah dari pengguna.
3. Edmodo
Edmodo merupakan media sosial yang gratis dan aman, khusus
pada bidang pendidikan dengan tampilan yang mirip dengan Facebook
sehingga memungkinkan siswa untuk terhubung dan bekerja dengan teman
sekelas ataupun guru mereka dimanapun dan kapanpun.
4. Level Berpikir Probabilistik
Level berpikir probabilistik (probabilistic thinking) adalah tingkat
berpikir siswa dalam merespon masalah probabilitas. Level berpikir
probabilistik yang menunjukkan kehirarkisan berpikir dalam penelitian ini
adalah level subjektif, level transisional, level kuantitatif informal, level
seminumerik, dan level numerik.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kartu Soal Pilihan Ganda
    Kartu Soal Pilihan Ganda
    Dokumen46 halaman
    Kartu Soal Pilihan Ganda
    Puspita Dwi Widyastuti
    100% (4)
  • 1
    1
    Dokumen1 halaman
    1
    Puspita Dwi Widyastuti
    Belum ada peringkat
  • M. Dedy Saputro, S.Si.
    M. Dedy Saputro, S.Si.
    Dokumen4 halaman
    M. Dedy Saputro, S.Si.
    Puspita Dwi Widyastuti
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Puspita Dwi Widyastuti
    Belum ada peringkat
  • BabIII - 1 - 2 - 3 15
    BabIII - 1 - 2 - 3 15
    Dokumen15 halaman
    BabIII - 1 - 2 - 3 15
    Puspita Dwi Widyastuti
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen1 halaman
    1
    Puspita Dwi Widyastuti
    Belum ada peringkat
  • Latihan 3.2
    Latihan 3.2
    Dokumen9 halaman
    Latihan 3.2
    Puspita Dwi Widyastuti
    100% (1)
  • CoA Widya
    CoA Widya
    Dokumen15 halaman
    CoA Widya
    Puspita Dwi Widyastuti
    Belum ada peringkat
  • Soal Dan Rubrik Pretest
    Soal Dan Rubrik Pretest
    Dokumen7 halaman
    Soal Dan Rubrik Pretest
    Puspita Dwi Widyastuti
    Belum ada peringkat