METODE PENELITIAN
Hasil yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dari data yang dikumpulkan.
Penulis hanya membahas standar tentang sasaran keselamatan pasien (IPSG 1 s.d
(kinerja perawat) dengan variabel bebas IPSG 1 s.d IPSG 6 tentang standar
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
adalah: (1) rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan, (2) jumlah sampel
memadai, (3) belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya dengan judul yang
3.3.1. Populasi
Ruang Rindu A dan Rindu B Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan, yaitu sebanyak 373 orang (Buku Profil Bidang Keperawatan, 2012).
3.3.2. Sampel
N = Jumlah populasi
2
d = Presisi atau tingkat kemaknaan yang ditetapkan (d=0,05)
373
n =
373 x 0,05 2 + 1
373
n= = 193,01 dibulatkan menjadi 193
1,9325
Total populasi
Rindu B 109 orang. Penarikan sampel disetiap ruang dilakukan secara acak,
Alat ukur atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa
kuesioner yang dibagikan kepada responden. Kuesioner ini dibuat dengan tujuan
untuk memperoleh data primer dari responden dalam hal ini perawat. Kuesioner
penelitian terdiri dari tiga bagian yaitu data demografi, implementasi IPSG 1 s.d
Bagian ini digunakan untuk mengkaji data demografi perawat yang meliputi
umur, jenis kelamin, pendidikan, lama bertugas, unit kerja saat ini, status
akreditasi JCI 2011 edisi ke 4 untuk IPSG 1 s.d IPSG 6 yang dikeluarkan oleh
Kemenkes RI.
(ahli) oleh para ahli sesuai dengan bidangnya untuk menguji kelayakan kuesioner
yang digunakan, yang dilakukan kepada 2 staf yang praktek di RSUP H. Adam
Malik Medan dan 1 staf yang bertugas sebagai staf pengajar di Fakultas
Selain uji expert (ahli) dilakukan juga uji coba kuesioner dengan teknik
item dengan skor total variabel (Corrected Item Total Correlation), jika nilai
Corrected item total Correlation > nilai r tabel (0,361) pada α 5% dan jumlah
sampel 30 orang, maka dinyatakan valid dan sebaliknya apabila Corrected item
total Correlation < r tabel maka dinyatakan tidak valid ( Hidayat, 2010).
prosedur yang benar dan pembedahan pasien yang benar, mengurangi risiko
Seluruh variabel instrumen mempunyai Corrected item total Correlation > nilai
r tabel (0,361) maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel telah
Untuk melihat sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran, dengan ketentuan bila r Alpha > 0,60 pada 30 sampel maka
dinyatakan reliabel.
prosedur yang benar dan pembedahan pasien yang benar, mengurangi risiko
Seluruh variabel instrument mempunyai nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka
3.5.1. Variabel
Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas
perawat)
No Variabel Definisi
Cara Ukur Hasil Skala
Bebas Operasional
1. Mengidentifikasi Mengidentifikasi berjumlah 9 Skor Interval
Pasien dengan dengan benar pertanyaan 9 -18
Benar pasien tertentu yang dengan
akan diberi layanan jawaban
atau pengobatan tertutup
tertentu dan Ya ( 2) dan
mencocokkan Tidak (1)
layanan atau
perawatan dengan
individu tersebut
No Variabel Definisi
Cara Ukur Hasil Skala
Bebas Operasional
5 Mengurangi Suatu cara berjumlah 4 Skor Interval
Risiko Infeksi pencegahan dan pertanyaan 4-8
Akibat Perawatan pengendalian denganjawab
Kesehatan infeksi di RS yang an
dilakukan oleh tertutup
petugas kesehatan. Ya ( 2) dan
Tidak (1)
6 Mengurangi suatu pendekatan berjumlah 7 Skor Interval
Risiko Cedera untuk mengurangi pertanyaan 7 -14
Pasien Akibat risiko pasien dari denganjawab
Terjatuh cedera karena an
jatuh tertutup
Ya ( 2) dan
Tidak (1)
Kinerja perawat adalah tampilan nyata yang dapat dilakukan oleh perawat
ditempat kerja atau pada unit-unit layanan ditentukan oleh tiga faktor
keperawatan).
Variabel Definisi
No Cara Ukur Hasil Skala
Terikat Operasional
1 Pengetahuan Perawat memahami Berjumlah Skor Interval
konsep dan SPO 10 pertanyaan 10 -20
patient safety , angka dengan
perawatan diri, jawaban
kenyaman/bebas dari tertutup
nyeri, perawatan Ya ( 2) dan
diri, angka kepuasan Tidak (1)
pasien
Variabel Definisi
No Cara Ukur Hasil Skala
Terikat Operasional
2 Sikap Prilaku perawat Berjumlah Skor Interval
terhadap 10 pertanyaan 10 -20
pelaksanaan dengan
Indikator Mutu jawaban
klinik keperawatan tertutup
Ya ( 2) dan
Tidak (1)
3 Keterampilan Kemampuan perawat Berjumlah Skor Interval
melakukan pekerjaan 10 pertanyaan 10 -20
sesuai SPO untuk dengan
mencapai indikator jawaban
mutu klinik tertutup
keperawatan Ya ( 2) dan
Tidak (1)
IPSG 6 sebanyak 30 item pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”.
Untuk jawaban yang” ya” diberi skor 2, dan jawaban yang “Tidak” diberi skor 1.
Skor tertinggi adalah 60 (30 x 2), dan skor terendah adalah 30 (30 x 1).
item pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”. Untuk jawaban “ya”
diberi skor 2, dan jawaban “tidak” diberi skor 1. Skor tertinggi adalah 60 (30 x
Analisa data dilakukan dengan program SPSS for Window dan uji statistik
dengan menggunakan uji univariat, bivariat dan multivariat. Analisis regresi dapat
untuk mengetahui pengaruh antara satu atau beberapa variabel terhadap satu buah
variabel. Regresi linear hanya dapat digunakan pada skala interval dan ratio.
Secara umum regresi linear terdiri dari dua, yaitu regresi linear sederhana yaitu
dengan satu buah variabel bebas dan satu buah variabel terikat; dan regresi linear
berganda (regresi ganda) dengan beberapa variabel bebas dan satu buah variabel
Analisis univariat adalah analisis yang di lakukan untuk satu variabel atau
deviasi, varian, median, modus dan sebagainya. Adapun manfaat analisis univariat
terikat (kinerja perawat) di ruang rawat inap RSUP H.Adam Malik. Digunakan
Analisa bivariat untuk melihat hubungan dua variabel, dapat kita uji
regresi linear sederhana, hanya variabel bebasnya lebih dari satu buah. Persamaan
variabel bebas. Koefisien a adalah konstanta yang merupakan titik potong antara
garis regresi dengan sumbu Y pada koordinat kartesius dan b adalah koefisien
menganalisis hubungan lebih dari dua variabel, multivariat untuk melihat faktor
yang paling berpengaruh dominan dari variabel bebas terhadap variabel terikat
linear berganda sederhana adalah variabel dengan nilai p < 0,25 pada uji bivariat
yaitu uji Korelasi Pearson dan variabel yang terpilih dalam model akhir regresi
linear berganda sederhana adalah variabel yang mempunyai nilai p < 0,05
(Priyo, 2006).
IPSG mana yang paling mempengaruhi terhadap kinerja perawat di ruang rawat
Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + …. + b n X n .
rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari
peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar kuesioner dan hanya memberikan
inisial atau kode saja. 5) confidentiality, semua informasi yang diberikan oleh
akan disimpan oleh peneliti. 6) untuk mengurangi beban responden dalam mengisi
HASIL PENELITIAN
2006 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik telah terakreditasi untuk 16
pelayanan. Pada tahun 2007 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.
Adam Malik telah berubah status menjadi Badan Layanan Umum (BLU) bertahap
Yanmed dan Departemen Keuangan untuk perubahan status menjadi BLU (Badan
Per/III/2008 tentang Organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam
Malik tanggal 11 Maret 2008. Tahun 2009 pada tanggal 10 Juni 2009, status
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik telah resmi menjadi Instansi
214/KMK.05/2009. Dan tahun 2010 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
kembali terakreditasi untuk 16 Pelayanan periode Juli 2010 s/d Juli 2013 sesuai
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik ditunjuk menjadi rumah sakit
H. Adam Malik terdiri dari PNS dan tenaga non PNS (honorer). Sampai dengan
bulan Desember 2012 jumlah tenaga kesehatan menurut jenis yang bertugas di
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS)
berjumlah 1.306 orang (78,3%), tenaga non PNS berjumlah 86 orang (33,1%),
sedangkan tenaga non kesehatan menurut jenis adalah Pegawai Negeri Sipil
(PNS) berjumlah 361 orang (21,7%), tenaga non PNS berjumlah 174 orang
(66,9%).
RSUP Haji Adam Malik Medan adalah rumah sakit di Sumatera Utara
yang melayani masyarakat Sumatera Utara dan masyarakat dari provinsi tetangga
seperti dari Aceh, Sumatera Barat, dan Pekan Baru. RSUP Haji Adam Malik
Adam Malik Medan tahun 2010 dapat dilihat dari indikator rawat inap dari nilai
BOR (Bed Occupancy Rate) sebesar 70,68% dengan 650 tempat tidur, gambaran
ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pemakaian tempat tidur masuk dalam
kategori ideal, sedangkan rata-rata lama dirawat seorang pasien (ALOS) yaitu 6
hari, juga masuk kategori ideal, frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) tahun
2010 juga ideal dengan rata-rata satu tahun tercapai 40 kali, dan rata-rata hari
dimana tempat tidur ditempati dari telah diisi ke saat berisi berikutnya (TOI) 3
hari termasuk juga kategori ideal, sedangkan nilai NDR yaitu 67,20‰, nilai ini
berada diatas nilai yang dapat ditolerir yaitu 25‰, begitu juga dengan nilai GDR
pendidikan terakhir ners (57,0%), lama bekerja 0-4 tahun (42,5%), menikah
minimal dua identitas pasien 193 (100%). Untuk tidak menggunakan nomor
kamar atau lokasi pasien 181 (93,8%), melaksanakan identifikasi pasien sebelum
memberikan obat dan sebelum pengambilan spesimen seperti sputum, urine dan
lain lain untuk pemeriksaan klinis sebanyak 192 orang (99,5%), melaksanakan
klinis sebanyak 192 (99,5%) sudah ada SPO tentang identifikasi pasien yang
responden mengenai identifikasi pasien dengan benar pada Tabel 4.2 berikut ini:
Jawaban
No Item Pertanyaan Tidak Ya Total
n % n % n %
2 Untuk indentifikasi pasien tidak 12 6,2 181 93,8 193 100,0
boleh menggunakan nomor kamar
atau lokasi pasien
3 Apakah identifikasi pasien 1 0,5 192 99,5 193 100,0
dilaksanakan sebelum pemberian
obat
4 Apakah identifikasi pasien 0 0,0 193 100,0 193 100,0
dilaksanakan sebelum mengambil
sampel darah untuk pemeriksaan
klinis
5 Apakah identifikasi pasien 0 0,0 193 100,0 193 100,0
dilaksanakan sebelum melakukan
tindakan keperawatan.
6 Apakah identifikasi pasien 3 1,6 190 98,4 193 100,0
dilaksanakan sebelum
pemeriksaan penunjang seperti :
(Xray,EKG,Echo dll)
7 Apakah identifikasi pasien 0 0,0 193 100,0 193 100,0
dilaksanakan sebelum pemberian
tranfusi darah
8 Apakah identifikasi pasien 1 0,5 192 99,5 193 100,0
dilaksanakan sebelum
pengambilan spesimen seperti
sputum,urine dan lain lain untuk
pemeriksaan klinis
9 Apakah sudah ada SPO tentang 7 3,6 186 96,4 193 100,0
identifikasi pasien yang konsisten
dilaksanakan diruangan
isi dari perintah, lalu mengkorfirmasi ulang (repeat back) perintah yang ditulis
sebanyak 188 orang (97,4 %). Sebanyak 102 orang (52,8%) tidak melakukan
read back jika keadaan pasien tidak memungkinkan, seperti keadaan darurat di
ICU, IGD komunikasi efektif saat melapor dan serah terima pasien sudah dengan
diwaspadai dilaksanakan SPO tentang pemberian obat dengan prinsip enam benar
dan obat High alert yang disimpan pada unit pelayanan pasien diberi label yang
jelas, dan disimpan pada area yang diawasi ketat (restricted) masing-masing
SPO tentang penyimpanan obat High alert. sebanyak 179 orang (92,7%)
menjawab dibenarkan obat High alert disimpan di ruangan tertentu seperti IGD,
ICU dan kamar operasi jika dibutuhkan secara klinis. Sebanyak 191 (99,0%)
menjawab obat High alert yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi
label yang jelas, dan disimpan pada area yang diawasi ketat (restricted). Jawaban
menggunakan suatu tanda yang jelas dan juga dapat dimengerti untuk
lokasi (site marker). Sebanyak 189 orang (97,9%) rumah sakit sudah
yang benar, pembedahan pada pasien yang benar. Jawaban responden mengenai
pasien yang benar dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
cuci tangan sebanyak 193 orang (100,0%). sebanyak 191 orang (99,0%) perawat
sudah memahami 5 momen cuci tangan menurut WHO dan sebanyak 192 orang
infeksi akibat perawatan kesehatan dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini:
pengkajian ulang bila terjadi perubahan kondisi. Sebanyak 169 orang (87,6%)
melakukan pengkajian ulang risiko jatuh pada pasien dengan risiko jatuh sedang
(skor 6-13) dilakukan 2 kali dalam satu shif dinas. Sebanyak 181 orang (93,8%)
melakukan tindakan keperawatan untuk pasien risiko jatuh Sedang (Skor 6-13)
yaitu : pasangkan gelang khusus (warna kuning) sebagai tanda risiko jatuh
pasien risiko jatuh Sedang (Skor 6-13) yaitu: pasangkan gelang khusus (warna
kuning) sebagai tanda risiko jatuh sekaligus beri tanda risiko pasien jatuh pada
pintu kamar pasien/ tempat tidur pasien. Sebanyak 191 orang (99,0%) melakukan
≥ 13
Salah satu tindakan keperawatan untuk pasien risiko jatuh Tinggi (Skor
yaitu : kunjungi dan monitor pasien setiap 1 jam, dan pasang restrain jika pasien
gelisah dan sebanyak 192 orang (99,5%) melakukan SPO tentang risiko pasien
jatuh yang bertujuan mengurangi risiko terjadinya pasien jatuh saat dirawat di
Jawaban
No Item Pertanyaan Tidak Ya Total
n % n % n %
1 Apakah perawat menerapkan proses 0 0,0 193 100,0 100,0
pengkajian awal risiko pasien jatuh
2 Apakah dilakukan pengkajian ulang 11 5,7 182 94,3 193 100,0
bila terjadi perubahan kondisi
seperti: pemberian obat penenang,
obat hipertensi, obat psikotropik dll
3 Pengkajian ulang risiko jatuh pada 24 12,4 169 87,6 193 100,0
pasien dengan risiko jatuh
sedang(skor 6-13) dilakukan 2 kali
dalam satu shif dinas
4 Salah satu tindakan keperawatan 12 6,2 181 93,8 193 100,0
untuk pasien risiko jatuh ringan(
skor 0-5) yaitu : pagar pengaman
tempat tidur dinaikkan dan libatkan
pasien/keluarga pada program
keamanan ini
Jawaban
No Item Pertanyaan Tidak Ya Total
n % n % n %
5 Salah satu tindakan keperawatan 1 0,5 192 99,5 193 100,0
untuk pasien risiko jatuh Sedang
(Skor 6-13) yaitu : pasangkan
gelang khusus (warna kuning)
sebagai tanda risiko jatuh sekaligus
beri tanda risiko pasien jatuh pada
pintu kamar pasien/ tempat tidur
pasien
6 Salah satu tindakan keperawatan 2 1,0 191 99,0 193 100,0
untuk pasien risiko jatuh Tinggi
(Skor ≥ 1 3 y aitu : kunjungi dan
monitor pasien setiap 1 jam, dan
pasang restrain jika pasien gelisah
7 Apakah sudah dilaksanakan SPO 1 0,5 192 99,5 193 100,0
tentang risiko pasien jatuh yang
bertRCujuan mengurangi risiko
terjadinya pasien jatuh saat dirawat
di rumah sakit
didapatkan nilai mean dari variabel mengidentifikasi pasien dengan benar (IPSG
1) adalah 8,88. Nilai mean dari variabel meningkatkan komunikasi yang efektif
(IPSG 2) adalah 3,48. Nilai mean dari variabel meningkatkan keamanan obat -
obatan yang harus diwaspadai (IPSG 3) adalah 3,85. Nilai mean variabel lokasi
pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang
benar (IPSG 4) adalah 2,95. Nilai mean variabel Mengurangi risiko infeksi akibat
perawatan kesehatan (IPSG 5) adalah 2,98. Nilai mean variabel mengurangi risiko
cedera pasien akibat terjatuh (IPSG 6) adalah 6,74 dan nilai mean IPSG 1 s.d
4.3.8. Gambaran Total IPSG 1 s.d IPSG 6 di RSUP H. Adam Malik Medan
didapatkan nilai mean 28,88 dengan nilai median 29,00 dan standart deviasi
Tabel 4.9. Gambaran Total IPSG 1 s.d IPSG 6 di RSUP H. Adam Malik
Medan
4.4.1. Pengetahuan
Seluruh perawat memahami SPO tentang risiko pasien jatuh sebanyak 193
orang (100,0%). Sebanyak 191 orang (99,0%) perawat memahami konsep tentang
tentang lima momen cuci tangan untuk mencegah infeksi jarum infus(angka
tentang prinsip 6 benar dalam pemberian obat. Sebanyak 184 orang (95,3%)
tentang perawatan pasien dengan cemas. Sebanyak 189 orang (97,9%) perawat
sudah memahami tentang SPO manajemen nyeri, untuk memenuhi rasa nyaman
pasien dan sebanyak 180 orang (93,3%) perawat sudah memahami tentang SPO
4.4.2. Sikap
sudah tahu SPO tentang risiko pasien jatuh maka akan mencegah pasien dari
kejadian jatuh. Sebanyak 191 orang (99,0%) perawat menyatakan setuju Jika saya
sudah tahu tentang perawatan dekubitus maka akan saya lakukan perawatan
menyatakan setuju jika sudah tahu tentang lima momen cuci tangan untuk
mencegah infeksi jarum infus maka saya akan lakukan lima moment cuci tangan
tersebut. Seluruh perawat sebanyak 193 orang (100,0%) menyatakan setuju jika
saya sudah tahu tentang prinsip 6 benar dalam pemberian obat maka akan saya
orang (99,5%) menyatakan setuju jika saya sudah tahu tentang pemakaian restrain
maka akan saya lakukan agar tidak terjadi cidera akibat restrain. Sebanyak 192
orang (99,5%) menyatakan setuju jika anda sudah tahu tingkat ketergantungan
pasien, anda akan membantu keterbatasan pasien dalam perawatan diri. Sebanyak
192 orang (99,5%) menyatakan setuju jika anda sudah memberikan pelayanan
Seluruh perawat 193 orang (100,0%) menyatakan setuju jika anda sudah tahu
menyatakn setuju Jika anda sudah tahu tentang manajemen nyeri apakah anda
sudah memberikan rasa nyaman pada pasien dengan cara pasien bebas dari nyeri
atau nyeri pasien terkontrol dan sebanyak 189 orang (97,9%) perawat menyatakan
setuju jika anda sudah tahu tentang discharge planning (perencanaan pemulangan
pasien) anda sudah menerangkan pada pasien saat dirawat. Jawaban responden
Jawaban
Item Pertanyaan Tidak
No Setuju Total
Setuju
n % n % n %
9 Jika anda sudah tahu tentang 3 1,6 190 98,4 193 100,0
manajemen nyeri apakah anda
sudah memberikan rasa nyaman
pada pasien dengan cara pasien
bebas dari nyeri atau nyeri pasien
terkontrol.
10 Jika anda sudah tahu 4 2,1 189 97,9 193 100,0
tentangdischarge planning
(perencanaan pemulangan pasien)
anda sudah menerangkan pada
pasien saat dirawat
4.4.3. Keterampilan
Jawaban
No Item Pertanyaan Tidak Ya Total
n % n % n %
1 Saya sudah melakukan pengkajian 0 0,0 193 100,0 193 100,0
tentang risiko pasien jatuh sesuai
dengan SPO risiko pasien jatuh.
2 Saya sudah melakukan perawatan 1 0,5 192 99,5 193 100,0
tentang risiko terjadinya dikubitus
3 Saya sudah lakukan pemasangan 0 0,0 193 100,0 193 100,0
infus sesuai SPO pemasangan infus.
4 Saya sudah melakukan prinsip 6 0 0,0 193 100,0 193 100,0
benar dalam pemberian obat.
5 Saya sudah melakukan pemakaian 3 1,6 190 98,4 193 100,0
restrain sesuai dengan SPO
pemasangan restrain.
6 Saya sudah membantu pasien sesuai 2 1,0 191 99,0 193 100,0
dengan tingkat ketergantungannya
7 Saya sudah melakukan pelayanan 5 2,6 188 97,4 193 100,0
keperawatan sesuai standar asuhan
keperawatan
8 Saya sudah melakukan penyuluhan 2 1,0 191 99,0 193 100,0
kesehatan sebelum melakukan
intervensi keperawatan untuk
menurunkan rasa cemas pada pasien
9 Saya sudah melakukan pengkajian 2 1,0 191 99,0 193 100,0
nyeri sesuai dengan SPO
manajemen nyeri
10 Saya sudah melakukan Discharge 11 5,7 182 94,3 193 100,0
planning (perencanaan pemulangan
pasien) sesuai dengan SPO
Discharge planning
keterampilan. Terlihat bahwa nilai rata-rata pengetahuan adalah 9,80 dan nilai SD
0,582. Nilai rata-rata sikap adalah 9,94 dan nilai SD 0,317. Nilai rata-rata
Nilai rata-rata kinerja perawat total adalah 29.60 dan nilai SD 1,169.
kesehatan dan mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh dengan kinerja
Tabel 4.15. Hasil Uji Korelasi Sub Variabel IPSG 1 s.d IPSG 6 dengan
Kinerja Perawat di RSUP. H. Adam Malik Medan
Corerelation
No Variabel p.
Coefficient
Mengidentifikasi pasien 0,041 0,574
1 dengan benar (IPSG 1)
Meningkatkan komunikasi -0,093 0,197
2 yang efektif (IPSG 2)
Meningkatkan keamanan 0,021 0,768
3 obat – obatan yang harus
diwaspadai (IPSG 3)
Memastikan Lokasi 0,202 0,005
4 Pembedahan yang Benar,
Prosedur yang Benar,
Pembedahan pada Pasien
yang Benar (IPSG 4)
Mengurangi Risiko Infeksi 0,173 0,016
5 Akibat Perawatan
Kesehatan (IPSG 5)
6 Mengurangi Risiko Cedera 0,180 0,012
Pasien Akibat Terjatuh
(IPSG 6)
Corerelation
No Variabel p.
Coefficient
-0,093 0,197
1 Meningkatkan komunikasi
yang efektif
0,202 0,005
2 Memastikan Lokasi
Pembedahan yang Benar,
Prosedur yang Benar,
Pembedahan pada Pasien
yang Benar
0,173 0,016
3 Mengurangi Risiko Infeksi
Akibat Perawatan
Kesehatan
4 Mengurangi Risiko Cedera 0,180 0,012
Pasien Akibat Terjatuh
Nilai signifikansi pada uji F diperolah nilai p=0,000 <0,05, maka hipotesa
pada pasien yang benar, dan mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
secara serentak terhadap kinerja perawat, dapat dilihat pada tabel 4.17 :
Tabel 4.17. Hasil Analisis Sub Variabel IPSG yang Paling Mempengaruhi
Kenerja Perawat di RSUP H. Adam Malik Medan
No R2 F P
1 0,092 6,354 0,000
Pembedahan yang Benar, Prosedur yang Benar, Pembedahan pada Pasien yang
Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh secara serentak terhadap kinerja perawat
sementara hal-hal lainnya bersifat tetap, maka kinerja perawat (Y) akan
pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang
benar, pembedahan pada pasien yang benar terhadap kinerja perawat. Nilai
pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang
bersifat tetap, maka kinerja perawat (Y) akan meningkat sebesar 0,950 poin
berarti bahwa apabila nilai mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
tetap, maka kinerja perawat (Y) akan meningkat sebesar 1,908 poin.
terpisahkan (built in) dari proses asuhan keperawatan. Berdasarkan JCI (Joint
infeksi nosokomial, mencegah jatuh serta mencegah salah pasien, salah tempat
yang merugikan dalam hubungannya dengan KTD sudah menjadi inisiatif untuk
hampir di semua aspek diagnosis dan pengobatan dalam keadaan pasien masih
dibius, pindah tempat tidur, pindah kamar, pindah lokasi di dalam rumah sakit,
Dari identifikasi pasien dengan benar, dimana terdapat nilai minimal 7 dan
nilai maksimal 9 dan nilai rata-rata 8.88 responden sudah menjawabnya dengan
baik, ada satu pertanyaan untuk indentifikasi pasien tidak boleh menggunakan
Dalam (2002) JCAHO mencatat bahwa kekurangan keperawatan setiap saat bisa
yang dilakukan tepat waktu, akurat, lengkap, dan dapat dipahami oleh pihak-
pihak terkait. Komunikasi dapat dilakukan melalui lisan, tertulis dan elektronik.
Terdapat beberapa kebijakan/ prosedur untuk perintah lisan dan telepon yaitu
bagi penerima perintah untuk mencatat perintah yang diberikan secara lengkap/
hasil pemeriksaan (write back) kemudian membacakan kembali (read back) isi
dari perintah yang telah disampaikan lalu mengkonfirmasi ulang (repeat back)
semua perintah yang tertulis. Bila keadaan tidak memungkinkan, ada kebijakan
Untuk pelaksanaan IPSG 2 ini mempunyai nilai rata-rata baik yaitu 3,48,
sedangkan nilai minimal didapat 2 dan nilai maksimal 4 namun ada item
IGD diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) hal ini
sesuai kualifikasi staf diruangan khusus secara akreditasi JCI harus mengikuti
memang masih belum konsisten dilaksanakan oleh staf perawat terutama saat
kembali apa yang diperintahkan melalui telepon tapi masih dibenarkan dalam
standar IPSG 2 namun begitu kedaruratan sudah teratasi maka si pelapor harus
menuliskan semua yang diintruksikan ke dalam rekam medis dan dalam waktu 1x
24 jam harus ditanda tangani oleh pemberi instruksi (dokter) dan hal ini sangat
penting sebagai legal hukum bagi staf perawat yang bertugas (Frelita, et al, 2011).
pasien di area di rumah sakit. Leappe (1995) memperkirakan bahwa 19% terjadi
karena kesalahan pemberian dosis obat dan 7% menghasilkan efek yang sangat
obat (medication error) berada pada fase yang berbeda yaitu sebagai bahwa
kesalahan pemberian obat sekitar 39% saat dokter memberikan order, 12% saat
menyalin obat sesuai order, 11% selama proses pengobatan dan 38% saat perawat
memberikan obat.
bahwa terdapat dua juta dosis obat yang diberikan setiap tahunnya, 26.600
dengan kesalahan pengobatan, luka pasien, dan kematian pasein. Tahun 2004
hingga 2005, kegagalan komunikasi adalah faktor yang berkonstribusi pada 25%
dan rata-rata baik yaitu 3,85, dimana perawat sudah melaksanakan peningkatkan
pemberian obat dengan prinsip enam benar dan obat high alert yang disimpan
pada unit pelayanan pasien diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang
diawasi ketat (restricted) dan dibenarkan obat High alert disimpan di ruangan
tertentu seperti IGD, ICU dan kamar operasi jika dibutuhkan secara klinis. Hal ini
obat untuk setiap harinya. Sangat penting secara kosisten monitor evaluasi
seorang kepala ruangan dalam hal penyimpanan obat high alert dan cara
obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit
yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis
(i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error
mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa near miss atau adverse event
(Kemenkes, 2011).
pembedahan pada pasien yang benar, perawat sudah melaksanakan SPO tentang
IPSG 4 nilai minimal 1 dan nilai maksimal 3 sedangkan nilai rata-rata 2,95 yang
berarti sebagian besar sudah melaksanakan IPSG 4 ini namun sebagian kecil
menyatakan rumah sakit tidak menggunakan suatu tanda yang jelas dan juga dapat
proses penandaan lokasi (site marker). Hal ini dapat terjadi oleh karena staf
perawat terkadang kurang komunikasi terhadap pasien dan dokter dalam hal
penandaan lokasi operasi dan dokter juga terkadang lupa bahwa penandaan lokasi
sangat penting dilakukan pada saat sehari sebelum dilakukan operasi dan
tahu bahwa lokasi operasi sudah jelas dan pasien dilibatkan dalam hal ini agar
(Kemenkes, 2011)
tangan dengan nilai minimal 2 dan nilai maksimal 3 sedangkan nilai rata-rata 2,98
hanya sebagian kecil menyatakan perawat tidak memahami 5 momen cuci tangan
tidak menyadari bahwa seorang perawat adalah sebagai agen kuman karena dari
tangannyalah seorang pasien dapat selamat dari infeksi nasakomial rumah sakit
dimana seorang perawat hampir 24 jam bersama pasien. Seorang kepala ruangan
dalam 5 momen cuci tangan menurut WHO (2009). Penelitian ini juga didukung
tangan yaitu penelitian WHO persepsi paling baik yaitu 83,9% pada kebersihan
tangan perawat.
Acuan dapat berasal dari dalam dan luar negeri, seperti WHO
rumah sakit membutuhkan sumber daya yang dapat memberikan edukasi kepada
semua staf dan penyediaan, seperti alkohol atau handrubs untuk hand hygiene.
Pimpinan rumah sakit menjamin bahwa proram ini mempunyai sumber daya yang
cukup untuk dapat menjalankan program ini secara efektif. Seluruh area pasien,
staf dan pengunjung rumah sakit dimasukkan dalam program pencegahan dan
perawatan akut per tahun. Banyak upaya yang telah dilakukan oleh rumah sakit
rumah sakit akut setiap tahun, dengan lebih dari 26.000 dilaporkan dari unit
kesehatan mental dan 28.000 dari rumah sakit masyarakat. Beberapa kasus
berakibat pada kematian, luka berat atau sedang dengan perkiraan biaya sebesar £
dengan nilai rata-rata 6,74 dan sebagian kecil tidak melakukan pengkajian ulang
risiko jatuh pada pasien dengan risiko jatuh sedang (skor 6-13) dilakukan 2 kali
dalam satu shif dinas. Sesuai tuntutan akreditasi JCI bahwa pasien yang datang
kerumah sakit diharapkan jangan sampai tidak dilakukan pengkajian risiko jatuh,
karena hal ini sebagai salah satu indikator program pasien safety, juga merupakan
indikator mutu pelayanan keperawatan dinama seorang pasien terbebas dari risiko
jatuh saat dalam perawatan di rumah sakit. Bahkan dalam akreditasi international
Performa atau kinerja adalah tampilan nyata yang dapat dilakukan oleh
subyek di tempat kerja atau pada unit-unit layanan yang dibutuhkan. Faktor
mutu minimal yang dapat dilaksanakan oleh perawat di rumah sakit. Indikator
tersebut meliputi: Indikator mutu klinik keperawatan terdiri atas: patient safety
bagi staf perawat untuk melakukan "self assessment“ sehingga dapat mengetahui
Menurut Certo (1984, yang juga dikutip Ilyas, 2002), penilaian kinerja
adalah proses penelusuran kegiatan pribadi personil pada masa tertentu dan
manajemen.
9,80 sudah baik namun sebagian kecil belum memahami tentang SPO Discharge
9,87. Dari jawaban responden tentang kinerja perawat bahwa hampir sebagian
besar perawat sudah memahami dan mempunyai sikap yang positip untuk
peran-peran dari semua perawat profesional, namun ada banyak tanggung jawab
mengarahkan dirinya dan memiliki tujuan untuk mencari pengetahuan, sikap dan
Perawat
5.3.1 Hubungan implementasi IPSG 1 dengan kinerja perawat dapat dilihat dari
hasil p>α 0,574 yang nilainya sebesar p>α (0,05) berarti tidak berhubungan
dengan kinerja perawat secara hasil statistik, namun pada kenyataannya kinerja
perawat sehari-hari didalam asuhan keperawatan tidak pernah lepas dari keenam
IPSG (patient safety). Sesuai dengan akreditasi JCI kegiatan identifikasi pasien
perawat hanya dapat melakukan ini dengan baik bila gelang tangan pasien
memang benar sudah terpasang pada tangan pasien, pemasangan gelang tangan
dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit dan yang melakukannya adalah
dilakukan oleh seorang perawat saja namun semua petugas di rumah sakit
pasien.
baik, dari identifikasi pasien dengan benar, dimana terdapat nilai minimal 7 dan
nilai maksimal 9 dan nilai rata-rata 8.88 perawat sudah melaksanakan dengan
baik. Identifikasi pasien dapat berjalan dengan baik jika sistem informasi rumah
sakit (sirs) sudah memproses informasi pasien yang tepat pada waktunya saat
5.3.2 Hubungan implementasi IPSG 2 dengan kinerja perawat dapat dilihat dari
hasil p>α 0,197 yang nilainya sebesar p>α (0,05) berarti tidak berpengaruh
komunikasi yang dilakukan tepat waktu, akurat, lengkap, dan dapat dipahami oleh
dan telepon yaitu bagi penerima perintah untuk mencatat perintah yang diberikan
(read back) isi dari perintah yang telah disampaikan lalu mengkonfirmasi ulang
(repeat back) semua perintah yang tertulis. Bila keadaan tidak memungkinkan,
kembali (read back) misal keadaan darurat, di ICU, IGD (Frelita, et al, 2011).
harus berkomunikasi dengan semua petugas kesehatan lain secara otomatis kinerja
perawat tidak sepenuhnya berhubungan dengan IPSG 2 dimana dalam SPO IPSG
2 ini ada perintah untuk kembali menuliskan tanda tangan pemberi intruksi
(dokter) didalam rekam medis dalam satu kali 24 jam. Gagalnya komunikasi ini
menjadi salah satu penyebab awal paling umum dari terjadinya insiden yang
Untuk pelaksanaan IPSG 2 ini mempunyai nilai rata-rata baik yaitu 3,48,
sedangkan nilai minimal didapat 2 dan nilai maksimal 4 berarti perawat sudah
komunikasi yang dilakukan tepat waktu, akurat, lengkap dan dapat dipahami oleh
hasil p>α 0,768 yang nilainya sebesar p>α (0,05) berarti tidak berpengaruh
dengan kinerja perawat secara hasil statistik, dalam Manajemen dan Penggunaan
dengan petugas farmasi dimana pemberian label obat high-alert dilakukan oleh
petugas farmasi dan penyimpanan obat NORUM maupun LASA diawasi oleh
petugas farmasi (Frelita, et al, 2011). Pelaksanaan IPSG 3 ini mempunyai nilai
minimal 2 dan nilai maksimal 4 dan rata-rata baik yaitu 3,85, dimana perawat
sudah baik sesuai dengan tugas perawat. Maka dapat disimpulkan bahwa
pengawasan obat-obatan high alert terutama obat Morpin dan Pethidine harus
disimpan pada lemari double lock, pihak manajemen rumah sakit dan farmasi
harus membuat lemari double lock yang distandarkan oleh JCI. Pelaksanaan ini
harus tetap kosistensi agar potensi yang mengakibatkan cedera pada pasien, bisa
berupa near miss atau adverse event (KTD) tidak terjadi pada pasien
5.3.4 Hubungan implementasi IPSG 4 dengan kinerja perawat dapat dilihat dari
hasil p<α 0,005 yang nilainya sebesar p<α (0,05) berarti berpengaruh dengan
kinerja perawat, ada beberapa kegiatan yang mendasar dalam perawatan pasien,
lokasi operasi dimana seorang perawat mengingatkan seorang dokter bedah untuk
bersama-sama dengan pasien dalam penandaan lokasi operasi dan perawat sangat
kamar bedah seorang perawat kamar bedah mempunyai peran yang sangat besar
dalam mempersiapkan peralatan kamar bedah yang siap pakai dan berfungsi baik
begitu pula saat post operasi seorang perawat kamar bedah bertugas memeriksa
kembali peralatan yang dipakai dan berapa banyak kasa yang dipakai dan
tentang sign in, time out, dan sign out sesuai dengan pedoman WHO, semua tim
bedah berperan serta dalam pelaksanaan ceklist saat preoperasi, intra operasi dan
post operasi sehingga dapat mengurangi angka kejadian yang tak diharapkan
(KTD).
5.3.5 Hubungan implementasi IPSG 5 dengan kinerja perawat dapat dilihat dari
hasil p<α 0,016 yang nilainya sebesar p<α (0,05) berarti berpengaruh dengan
kinerja perawat, pada IPSG 5 secara individu dimana jika perawat tidak melaku 6
langkah cuci tangan dan 5 moment cuci tangan, jelas perawat bukan sebagai
penolong pasien tapi sebagai agen penyebar kuman. Kebersihan tangan dianggap
handrub serta tissue agar pelaksanaan 6 langkah cuci tangan dan 5 momen cuci
5.3.6 Hubungan implementasi IPSG 6 dengan kinerja perawat dapat dilihat dari
hasil p<α 0,012 yang nilainya sebesar p<α (0,05) berarti berpengaruh dengan
kinerja perawat, Sedangkan pada IPSG 6 seorang perawat dituntut untuk tetap
melakukan pengkajian risiko jatuh baik pada pasien saat berada di rawat jalan
maupun pada saat pasien di rawat inap (Frelita, et al, 2011). Sesuai dengan SPO
yang sudah dibuat oleh rumah sakit bahwa pasien dilakukan pengkajian risiko
jatuh saat masuk rumah sakit dan dilakukan pengkajian kembali sesuai dengan
skor risiko jatuh, jika pasien sudah pada skor risiko jatuh sedang (skor 6-13) maka
seorang perawat wajib memasangkan gelang tangan warna kuning dan memberi
tanda jatuh pada pintu kamar pasien dimana diharapkan semua petugas tahu
bahwa pasien tersebut perlu perhatian agar tidak terjadi risiko jatuh. Rumah sakit
harus mendukung pencegahan pasien jatuh dengan cara pengadaan tempat tidur
yang berpalang dan kamar mandi pasien yang pintunya bisa dibuka kearah luar
sehingga pasien cidera akibat jatuh dapat dicegah saat berada dirumah sakit.
pembedahan yang benar, prosedur yang Benar, pembedahan pada pasien yang
model regresi tersebut dapat diintepretasikan, sebagai berikut: Hasil uji regresi
bersifat tetap, maka kinerja perawat (Y) akan meningkat sebesar 0,281 poin.
Untuk hasil uji regresi linear berganda terhadap variabel memastikan lokasi
pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang
benar diperoleh nilai p=0,002<0,05, maka hipotesa penelitian diterima, berarti ada
pembedahan pada pasien yang benar terhadap kinerja perawat. Nilai koefisien b 2 =
0,950, berarti bahwa apabila nilai memastikan lokasi pembedahan yang benar,
kenaikan sebesar satu poin, sementara hal-hal lainnya bersifat tetap, maka kinerja
Hasil uji regresi linear berganda terhadap variabel mengurangi risiko infeksi
berarti bahwa apabila nilai mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
risiko infeksi akibat perawatan kesehatan, hal ini terlihat dari nilai koefisien
menerus 24 jam kepada pasien setiap hari dan individu perawat juga sebagai agen
kuman bila tidak melakukan cuci tangan. Pedoman kebersihan tangan dalam
keselamatan pasien dan panduan ini bertujuan secara aktif mendukung untuk
6.1. Kesimpulan
Safety Goals (IPSG) terhadap kinerja perawat di ruang rawat inap RSUP H.
Adam Malik Medan ada berapa yang penting peneliti dapat simpulkan yaitu:
identifikasi pasien dengan benar sehingga upaya untuk keselamatan pasien sudah
pasien dapat berjalan dengan baik jika sistem informasi rumah sakit (sirs) sudah
memproses informasi pasien yang tepat pada waktunya saat dibutuhkan oleh
dapat dilakukan oleh sebagian besar perawat baik saat pelaporan dengan
saat komunikasi melalui telepon sudah dengan read back karena komunikasi yang
waktu, akurat, lengkap dan dapat dipahami oleh pihak-pihak terkait (dokter dan
kesehatan lain).
yang harus diwaspadai pelaksanaan SPO tentang pemberian obat dengan prinsip
label yang jelas, dan disimpan pada area yang diawasi ketat (restricted),
pengawasan obat-obatan high alert terutama obat Morpin dan Pethidine harus
disimpan pada lemari double lock, Perhatian pihak manajemen rumah sakit dan
farmasi harus membuat lemari double lock yang distandarkan oleh JCI.
Pelaksanaan ini harus tetap kosistensi agar potensi yang mengakibatkan cedera
pada pasien, bisa berupa near miss atau adverse event (KTD) tidak terjadi pada
pasien.
benar prosedur, dan benar pasien, sebagian besar perawat sudah memberikan
tanda yang jelas dan yang dapat dimengerti untuk mengidentifikasi lokasi operasi
dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan lokasi (site marker). Pihak
rumah sakit harus membuat kebijakan/SPO tentang sign in, time out, dan sign out
sesuai dengan pedoman WHO, semua tim bedah berperan serta dalam
pelaksanaan ceklist saat preoperasi, intra operasi dan post operasi sehingga dapat
cuci tangan sudah kosistensi untuk melaksanakan 5 momen cuci tangan. persepsi
paling baik yaitu 83,9% pada kebersihan tangan perawat (WHO, 2009). Pihak
rumah sakit harus dapat menjamin kesediaan air bersih dan handrub serta tissue
agar pelaksanaan 6 langkah cuci tangan dan 5 momen cuci tangan pelaksanaannya
untuk pencegahan pasien jatuh dengan cara melakukan pengkajian awal resiko
jatuh dan melakukan tindak lanjut perawatannya jika telah mendapatkan skor
jatuh setelah dilakukan pengkajian awal tadi. Dalam akreditasi JCI resiko jatuh
wajib dikaji baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Rumah sakit harus
mendukung pencegahan pasien jatuh dengan cara pengadaan tempat tidur yang
berpalang dan kamar mandi pasien yang pintunya bisa dibuka kearah luar
sehingga pasien cidera akibat jatuh dapat dicegah saat berada dirumah sakit.
linear sederhana adalah variabel yang mempunyai nilai p < 0,05 yaitu IPSG 4
(prosedur pembedahan yang memastikan benar lokasi, benar prosedur, dan benar
IPSG 6 (mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh) sesuai dengan kinerja
sehari-hari perawat ketiga IPSG ini sangat erat hubungannya dengan kinerja
Dengan adanya penilaian kinerja serta tujuannya maka terlihat dengan jelas
bahwa penilaian kinerja tidak sekedar menilai, yaitu mencari pada aspek apa
perawat yang kurang atau lebih, tetapi lebih luas lagi, yaitu membantu perawat
untuk mencapai kinerja yang diharapkan oleh organisasi dan berorientasi pada
6.2. Saran
dengan cara pelatihan yang dilakukan secara terus menerus sesuai dengan
rumah sakit dan penilaian IPSG bukan mutlak sebagai kinerja perawat namun
2. Institusi Pendidikan
demikian perawat sebagai mitra dokter benar-benar terlihat saat sudah berada di
layanan kesehatan.
nosokomial, mencegah jatuh serta mencegah salah orang,salah tempat dan salah