Anda di halaman 1dari 8

ANALISA PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM RUANG

PADA KOMUNIKASI RADIO BERGERAK

Amir D

Program Studi Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro


Politeknik Negeri Lhokseumawe
Jln. Banda Aceh Medan Km. 280.5 Buketrata Lhokseumawe
Email : amir_pnl@yahoo.com

Abstrak

Propagasi gelombang radio dalam ruang dipengaruhi oleh keberagaman


lingkungan sekitar gelombang tersebut merambat. Pada artikel ini akan
dijelaskan hasil pengamatan hubungan antara redaman propagasi dengan
keberagaman lingkungan sekitar gelombang radio tersebut merambat. Untuk
mengamati hubungan tersebut, maka dipilih beberapa objek ruang yang
sama sebagai objek pengamatan dengan variasi interior dan struktur interior
dan komposisi material yang berbeda. Pengamatan gelombang radio
dilakukan melalui receiver dalam kondisi bergerak. Data hasil pengamatan
diambil pada beberapa titik dimana jarak antara setiap titik pengukuran di set
pada jarak λ/4. Gelombang radio dipancarkan pada kondisi tetap dengan
menggunakan pemancar continous wave yang bekerja pada frekuensi 900
MHz dan daya 30 dBm. Dari 3 sampel ruang yang diambil diketahui laju
kecepatan merambat gelombang pada ke-3 ruang tersebut berbeda masing-
masing untuk ruang 1 adalah 36,89 dBm, ruang 2 sebesar 60,71 dBm dan
ruang 3 sebesar 67,68 dBm. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
redaman propagasi dengan keberagaman interior ruang pada sebuah
gedung.

Kata kunci: Redaman, propagasi, gelombang

Pendahuluan

Propagasi gelombang radio pada komunikasi bergerak dalam ruang merupakan


fenomena yang menarik untuk diteliti. Propagasi gelombang radio dipengaruhi oleh
mekanisme refleksi, difraksi dan sebaran scatter disekitar lingkungan mobile receiver
berada [1]. Mekanisme ini menyebab-kan terjadinya efek lintasan jamak (multipath
fading). Fenomena ini akan menyebabkan terjadinya redaman. Pada artikel ini
akan dijelaskan hasil pengamatan yang memperlihatkan hubungan redaman
propagasi gelombang radio bergerak terhadap keberagaman interior ruang.
Hubungan ini diwakili oleh konstanta eksponensial gelombang radio yang
disimbolkan dengan simbol n. Untuk mengamati adanya hubungan tersebut, maka
dipilih 3 buah ruang yang memiliki ukuran sama namun memiliki struktur interior
berbeda. Ke-3 ruang terset adalah ruang A, B dan C di Gedung utama Politeknik
Negeri Lhokseumawe.

Metodologi Penelitian

Untuk mengamati propagasi gelombang radio dalam ruang, maka setting


pengukuran dilakukan seperti gambar 1a dan 1b. Pemancar dan penerima diset
pada ketinggian 1,7 meter di atas lantai. Jarak d0 di set pada jarak tertentu, yaitu
jarak referensi yang didefenisikan sebagai jarak dimana level daya mulai mengalami

112
perubahan amplitude saat receiver bergerak menjauhi pemancar. Pemancar di-set
pada daya pancar 30 dBm. Pengukuran propagasi gelombang radio dilakukan pada
setiap jarak kelipatan  / 4 . Keadaan kanal diamati dengan cara menset kedudukan
Tx dan Rx pada kondisi line of sight (LOS) [2]. Pada kondisi LOS antara Tx dan Rx
tidak ada penghalang dimana sudut keterarahan antara antena Tx dan Rx di-set
berada pada posisi nol derajat seperti diperlihatkan pada gambar 2. Sudut ini di-set
dengan tujuan untuk mengeleminir kesalahan pengukuran dan kesalahan prediksi
yang diakibatkan oleh setting antena, sementara itu posisi ketinggian antena Tx dan
Rx pada kondisi LOS adalah 1,60 meter [3].

Tx Rx

SA

CW Tx
do
d
(a)

Tx Rx

Tetap Bergerak

(b)

Gambar 1. (a) Setting pemancar dan penerima, (b) Setting arah antena
pemancar dan penerima

Redaman propagasi diobservasi dengan menggunakan spektrum ana-lyzer yang


dihubungkan dengan antena dipole sebagai penerima. Jenis antena Tx dan Rx yang
dipakai adalah antena indoor  / 4 . Antena ini mempunyai pola radiasi vertikal omni-
directional. Antena Tx dan Rx dihubungkan dengan kabel koaksial 5C2-V yang
mempunyai impedansi 50 Ω. Sinyal yang datang dari Tx ke Rx dikontrol oleh
spektrum analyzer berbentuk grafis, yaitu hubungan antara amplitudo dengan
frekuensi pada daerah frekuensi yang akan diukur. Model propagasi gelombang
radio dalam ruang diberikan pada gambar 1a dan 1b. Besarnya redaman rugi-rugi
lintasan dapat dihitung dengan persamaan 1.

n
 d 
PLd   2  ......................................................................................... (1)
d 

Dimana PL adalah rugi-rugi lintasan rata-rata pada jarak d dan d adalah jarak Tx dan
Rx yang berubah secara logaritmik (m), sedangkan n adalah rugi-rugi lintasan atau
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.

113
 d 
PL dB  PL d0  + n log 2  ................................................................. (2)
d 

Dimana d0 adalah jarak referensi yang diukur pada jarak dimana sinyal yang diteksi
oleh receiver sudah berubah dari kondisi awal. Untuk mengamati hubungan
propagasi dengan keragaman lingkungan sekitarnya, maka analisis diarahkan untuk
mengamati laju kecepatan rambat gelombang yang disebut dengan konstanta
propagasi, atau dengan istilah lain eksponen rugi-rugi lintasan [4][5], Besarnya rugi-
rugi lintasan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.

 N N  N 
 N  log10 di  pdi     log10 di   pdi  
1   i 1  i 1  .
n   i 1 2  .............................. (3)
2  N 
10  N

 N  log d
10 i   
 log d 
10 i  
 i 1  i 1  

Dimana di adalah jarak tiap titik sampel pengukuran dan N adalah jumlah titik
pengukuran atau banyaknya data sampel pengukuran.

Kondisi interior. Ketiga lokasi ruang memiliki ukuran yang hampir sama, namun
memiliki struktur interior ruang yang berbeda. Pemilihan ini untuk mengamati adanya
pengaruh redaman karena perbedaan struktur ruang interior disekitar ilingkungan Tx
dan Rx. Bentuk dan ukuran. ketiga ruangan tersebut masng-masing memiliki
struktur bahan seperti diperlihatkhan gambar 2a, 2b dan 2c serta pada tabel 1, 2
dan 3. Dari tabel tersebut terlihat variasi struktur interior dari ketiga ruang tersebut
dilihat fari prosentase interiornya.

(a) (b)

(c)

Gambar 2 Lokasi ruangan (a). ruang A, (b) ruang B dan(c) ruang C

114
Tabel 1. Kondisi Interior Koridor 1
Luas Tebal
Bahan interior %
(m2) (cm)
Lantai Beton 114 90 10
Pintu dari Bahan kayu 26 6 2
Plapon dari Bahan Ethernit 118 0.3 10
Dinding Beton Tidak Bersirip 909 17 78

Tabel 2. Kondisi Interior Koridor 2


Luas
Bahan interior Tebal %
(m2)
Lantai Beton 115 30 10
Pintu dari Bahan kayu 26 6.3 2
Plapon dari Bahan Ethernit 114 0.3 10
Dinding Beton Bersirip 906 15 78

Tabel 3. Kondisi Interior Koridor 3


Luas
Bahan interior Tebal %
(m2)
Lantai beton 226 60 10.39
Pintu dari Bahan kayu 26 19 1.19
Plapon dari Bahan Ethernit 115 0.3 5.28
Dinding Beton Bersirip 1809 15 83.13
Secara keseluruhan bahan interior pada ke-3 ruang tersebut dapat dibagi atas 2
kelompok, yaitu bahan beton dan tembok serta non beton. Prosentasenya dapat
dilihat pada tabel 4 dan gambar 3.

Tabel 4. Struktur bahan masing-masing ruang


Bahan Beton dan
Non Beton dan Tembok
Nama Ruang tembok
(%)
(%)
Ruang A 88 12
Ruang B 88 12
Ruang C 93.52 6,48

115
Gambar 3 Prosentase struktur bahan masing-masing ruangan

Hasil dan Pembahasan

Rugi-rugi Lintasan rata-rata Pada jarak d0. Pada sub-bab ini akan dijelaskan hasil
pengukuran rugi–rugi lintasan rata-rata dari PL (dB) atau redaman propagasi rata-
rata pada ketiga ruang seperti diperlihatkan pada tabel 5 dan gambar 4. Hasil
perhitungan diketahui bahwa rugi-rugi lintasan pada ke-3 ruang tersebut masing-
masing nilai berbeda. Untuk ruang A sebesar 51 DBm, ruang B sebesar 53 dBm dan
Ruang C adalah 59 dBm.

Tabel 5. Hasil pengukuran rugi-rugi lintasan rata-rata pada Jarak Tx-Rx


Nama barang Jumlah Data PL(dBm)
A 255 -51
B 255 -53
C 255 -59

Gambar 4. Rudi-rugi lintasan pada masing-masing ruang

Fenomena ini menarik, karena diketahui dari analisa hasil perhitungan bahwa harga
redaman propagasi serta konstanta propagasi pada ruangan yang diamati
bergantung dari besarnya jumlah bahan penghalang (obstructed) atau interion yang
menjadi pemantul pada ruang tersebut. Dalam hal ini, ruang C memiliki prosentase
bahan pemantul yang lebih besar dibanding yang lainnya, yaitu sekitar 93,52%.
Untuk ruang yang didominasi oleh lantai beton dan dinding beton dengan prosentase

116
yang besar, maka konstanta propagasinya lebih besar dibanding yang lainnya. Hal
ini menunjukkan bahwa pada ruang tersebut laju rugi-rugi propagasi gelombang
radio jauh lebih besar dibanding yang ruang lainnya.

Konstanta Propagasi. Konstanta propagasi biasa disebut juga eksponen rugi-rugi


lintasan disimbolkan dengan hurup n. Eksponen rugi-rugi lintasan menunjukkan
kecepatan pertambahan rugi-rugi lintasan terhadap pertambahan jarak, dimana nilai
n bergantung pada keadaan spesifik propagasi. Keadaan spesifik disini, diwakili oleh
lingkungan sekitar gelombang radio dalam hal ini interior ruangan. Dari data hasil
pengukuran dan dengan menggunakan persamaan 3, diketahui harga konstanta
propagasi untuk masing-masing ruang diperlihatkan tabel 6 dan gambar 5.

Table 6 Konstanta propagasi hasil perhitungan


Nama Ruang Jumlah Data n
Ruang A 255 5.2
Ruang B 255 5.3
Ruang C 255 6

Gambar 5. Kurva konstanta propagasi masing-masing ruang

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa konstanta propagasi untuk ruang A


sebesar 5,2, ruang B sebesar 5,3 dan ruang C sebesar 6. Hal ini menunjukkan
bahwa ruang yang memiliki konstanta propagasi yang besar, maka propagasi
gelombang radio pada ruangan tersebut akan mengalami laju pertambahan rugi-rugi
lintasan yang besar.

117
Gambar 6. Konstanta propagasi untuk masing-masing ruang

Untuk membuktikan hal tersebut, berikut diperlihatkan gambar 6 dan tabel 7. yang
menunjukkan kurva hubungan antara konstanta propagasi dengan variasi lingkungan
disekitan pemancar dan penerima. Variasi lingkungan tersebut diwakili oleh jumlah
struktur bahan interior yang terdapat dalam ruang dimana antena pemancar dan
penerima berada, lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 6 di atas. Kurva di atas
memberikan informasi kepada kita bahwa, semakin besar konstanta propagasi yang
dimiliki oleh sebuah ruang, maka semakin besar redaman propagasi gelombang
radio yang terjadi pada ruangan tersebut.

Tabel 7. Hasil pengukuran konstanta propagasi


Bahan Beton
Nama Ruang PL (do) dBm n
dan tembok

Ruang A 88% 50 5.2


Ruang B 88% 53 5.3
Ruang C 93.52% 59 6

Faktor ini berkorelasi dengan prosentase jumlah interior yang berfungsi sebagai
bahan pemantul, penghalang (obstructed) seperti tembok, beton ethernit dan
sebagainya, pada sebuah ruang.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan. Hubungan yang kuat antara redaman ruangan dengan bahan interior
dapat ditunjukkan melalui nilai konstanta propagasi pada masing-masing ruangan.
Besarnya konstanta propagasi pada sebuah ruang menunjukkan ukuran besarnya
laju pertambahan rugi-rugi menurut jarak dan pengaruh lingkungan sekitarnya.
Dimana pada kasus ini konstanta propagasi terbesar adalah pada ruang C yaitu
sebesar 6 dengan struktur penghalang atau obstructed sebesar 93,53% dan path
loss sebesar 59 dBm. Untuk ruangan A dan B struktur interior ruangannya masing-
masing sebesar 88% dari bahan pemantul dan masing-masing ruang ini, memiliki
redaman sebesar -51 dBm dan -52 dBm dan konstanta propagasi sebesar 5,2 dan
5,2.

118
Saran-Saran. Disarankan untuk peneliti yang berminat untuk melanjutkan penelitian
ini untuk memilih ruangan yang memiliki keragaman statistik yang lebih acak untuk
mengamati lebih rinci keacakan interior yang lebih rumit.

Referensi
[1] P. Hafezi, D. Wedge, dkk, “Propagation Measurement of the 5,2 GHz Radio Band in
Commercial and Domestic Environments”, Centre for Communication Research,
University of Bristol Queen’s Building.
[2] V. K. Grag, K. and J.E. Wilkes, 1996,” Wireless And Personal Communications System”,
Prentice Hall PTR.
[3] T.S. Rappaport, 1996, Wireless Communication , Prectice Hall PTR
[4] Z.Abdullah, 2000,”Analisa Sta-tistik Pengukuran Propagasi Radio Pita Sempit Dalam
Ruang Pada Frekuensi 1,7 GHz”, Program Pasca Sarjana, ITS, Surabaya.
[5] G. Boudreau, W. Bird, dkk, ”CT2/CT2 Plus Wireless Propa-gation Modelling and Range
Prediction”, Dept. of System and Computer Engineering Carleton University, Ottawa,
Ontario, Canada.

119

Anda mungkin juga menyukai