Amir D
Abstrak
Pendahuluan
Metodologi Penelitian
112
perubahan amplitude saat receiver bergerak menjauhi pemancar. Pemancar di-set
pada daya pancar 30 dBm. Pengukuran propagasi gelombang radio dilakukan pada
setiap jarak kelipatan / 4 . Keadaan kanal diamati dengan cara menset kedudukan
Tx dan Rx pada kondisi line of sight (LOS) [2]. Pada kondisi LOS antara Tx dan Rx
tidak ada penghalang dimana sudut keterarahan antara antena Tx dan Rx di-set
berada pada posisi nol derajat seperti diperlihatkan pada gambar 2. Sudut ini di-set
dengan tujuan untuk mengeleminir kesalahan pengukuran dan kesalahan prediksi
yang diakibatkan oleh setting antena, sementara itu posisi ketinggian antena Tx dan
Rx pada kondisi LOS adalah 1,60 meter [3].
Tx Rx
SA
CW Tx
do
d
(a)
Tx Rx
Tetap Bergerak
(b)
Gambar 1. (a) Setting pemancar dan penerima, (b) Setting arah antena
pemancar dan penerima
n
d
PLd 2 ......................................................................................... (1)
d
Dimana PL adalah rugi-rugi lintasan rata-rata pada jarak d dan d adalah jarak Tx dan
Rx yang berubah secara logaritmik (m), sedangkan n adalah rugi-rugi lintasan atau
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.
113
d
PL dB PL d0 + n log 2 ................................................................. (2)
d
Dimana d0 adalah jarak referensi yang diukur pada jarak dimana sinyal yang diteksi
oleh receiver sudah berubah dari kondisi awal. Untuk mengamati hubungan
propagasi dengan keragaman lingkungan sekitarnya, maka analisis diarahkan untuk
mengamati laju kecepatan rambat gelombang yang disebut dengan konstanta
propagasi, atau dengan istilah lain eksponen rugi-rugi lintasan [4][5], Besarnya rugi-
rugi lintasan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.
N N N
N log10 di pdi log10 di pdi
1 i 1 i 1 .
n i 1 2 .............................. (3)
2 N
10 N
N log d
10 i
log d
10 i
i 1 i 1
Dimana di adalah jarak tiap titik sampel pengukuran dan N adalah jumlah titik
pengukuran atau banyaknya data sampel pengukuran.
Kondisi interior. Ketiga lokasi ruang memiliki ukuran yang hampir sama, namun
memiliki struktur interior ruang yang berbeda. Pemilihan ini untuk mengamati adanya
pengaruh redaman karena perbedaan struktur ruang interior disekitar ilingkungan Tx
dan Rx. Bentuk dan ukuran. ketiga ruangan tersebut masng-masing memiliki
struktur bahan seperti diperlihatkhan gambar 2a, 2b dan 2c serta pada tabel 1, 2
dan 3. Dari tabel tersebut terlihat variasi struktur interior dari ketiga ruang tersebut
dilihat fari prosentase interiornya.
(a) (b)
(c)
114
Tabel 1. Kondisi Interior Koridor 1
Luas Tebal
Bahan interior %
(m2) (cm)
Lantai Beton 114 90 10
Pintu dari Bahan kayu 26 6 2
Plapon dari Bahan Ethernit 118 0.3 10
Dinding Beton Tidak Bersirip 909 17 78
115
Gambar 3 Prosentase struktur bahan masing-masing ruangan
Rugi-rugi Lintasan rata-rata Pada jarak d0. Pada sub-bab ini akan dijelaskan hasil
pengukuran rugi–rugi lintasan rata-rata dari PL (dB) atau redaman propagasi rata-
rata pada ketiga ruang seperti diperlihatkan pada tabel 5 dan gambar 4. Hasil
perhitungan diketahui bahwa rugi-rugi lintasan pada ke-3 ruang tersebut masing-
masing nilai berbeda. Untuk ruang A sebesar 51 DBm, ruang B sebesar 53 dBm dan
Ruang C adalah 59 dBm.
Fenomena ini menarik, karena diketahui dari analisa hasil perhitungan bahwa harga
redaman propagasi serta konstanta propagasi pada ruangan yang diamati
bergantung dari besarnya jumlah bahan penghalang (obstructed) atau interion yang
menjadi pemantul pada ruang tersebut. Dalam hal ini, ruang C memiliki prosentase
bahan pemantul yang lebih besar dibanding yang lainnya, yaitu sekitar 93,52%.
Untuk ruang yang didominasi oleh lantai beton dan dinding beton dengan prosentase
116
yang besar, maka konstanta propagasinya lebih besar dibanding yang lainnya. Hal
ini menunjukkan bahwa pada ruang tersebut laju rugi-rugi propagasi gelombang
radio jauh lebih besar dibanding yang ruang lainnya.
117
Gambar 6. Konstanta propagasi untuk masing-masing ruang
Untuk membuktikan hal tersebut, berikut diperlihatkan gambar 6 dan tabel 7. yang
menunjukkan kurva hubungan antara konstanta propagasi dengan variasi lingkungan
disekitan pemancar dan penerima. Variasi lingkungan tersebut diwakili oleh jumlah
struktur bahan interior yang terdapat dalam ruang dimana antena pemancar dan
penerima berada, lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 6 di atas. Kurva di atas
memberikan informasi kepada kita bahwa, semakin besar konstanta propagasi yang
dimiliki oleh sebuah ruang, maka semakin besar redaman propagasi gelombang
radio yang terjadi pada ruangan tersebut.
Faktor ini berkorelasi dengan prosentase jumlah interior yang berfungsi sebagai
bahan pemantul, penghalang (obstructed) seperti tembok, beton ethernit dan
sebagainya, pada sebuah ruang.
Kesimpulan. Hubungan yang kuat antara redaman ruangan dengan bahan interior
dapat ditunjukkan melalui nilai konstanta propagasi pada masing-masing ruangan.
Besarnya konstanta propagasi pada sebuah ruang menunjukkan ukuran besarnya
laju pertambahan rugi-rugi menurut jarak dan pengaruh lingkungan sekitarnya.
Dimana pada kasus ini konstanta propagasi terbesar adalah pada ruang C yaitu
sebesar 6 dengan struktur penghalang atau obstructed sebesar 93,53% dan path
loss sebesar 59 dBm. Untuk ruangan A dan B struktur interior ruangannya masing-
masing sebesar 88% dari bahan pemantul dan masing-masing ruang ini, memiliki
redaman sebesar -51 dBm dan -52 dBm dan konstanta propagasi sebesar 5,2 dan
5,2.
118
Saran-Saran. Disarankan untuk peneliti yang berminat untuk melanjutkan penelitian
ini untuk memilih ruangan yang memiliki keragaman statistik yang lebih acak untuk
mengamati lebih rinci keacakan interior yang lebih rumit.
Referensi
[1] P. Hafezi, D. Wedge, dkk, “Propagation Measurement of the 5,2 GHz Radio Band in
Commercial and Domestic Environments”, Centre for Communication Research,
University of Bristol Queen’s Building.
[2] V. K. Grag, K. and J.E. Wilkes, 1996,” Wireless And Personal Communications System”,
Prentice Hall PTR.
[3] T.S. Rappaport, 1996, Wireless Communication , Prectice Hall PTR
[4] Z.Abdullah, 2000,”Analisa Sta-tistik Pengukuran Propagasi Radio Pita Sempit Dalam
Ruang Pada Frekuensi 1,7 GHz”, Program Pasca Sarjana, ITS, Surabaya.
[5] G. Boudreau, W. Bird, dkk, ”CT2/CT2 Plus Wireless Propa-gation Modelling and Range
Prediction”, Dept. of System and Computer Engineering Carleton University, Ottawa,
Ontario, Canada.
119