Nomor : 800/004.3-SK/RSUD/I/2016
Tanggal : 25 Januari 2016
Perihal : Penetapan Pedoman Pelayanan Rekam Medis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahirnya paradigma baru rekam medis yang dinamakan sebagai
Manajemen Informasi Kesehatan (MIK) merupakan dampak positif dari
revolusi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Revolusi teknologi
informasi dalam dasawarsa ini sangat berdampak pada perkembangan dan
perubahan konsep dan tata cara berkomunikasi. Hal ini membawa
pengaruh yang besar bagi setiap tata nilai kehidupan dan pengetahuan,
termasuk dalam dunia kesehatan, khususnya dalam manajemen rekam
medis.
Sejalan dengan semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi
juga membawa pengaruh terhadap perubahan rekam kesehatan yang
berbasis kertas dan elektronik. Meskipun perkembangan teknologi infomasi
ini membawa pengaruh pada perluasan tujuan, pengguna dan fungsi rekam
kesehatan, namun rekam kesehatan tetap sebagai pusat penyimpanan data
dan informasi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Untuk
itu kualitas data tetap menjadi andalan yang harus ditegakkan sesuai
kriteria yang mempersyaratinya. Demikian pula dalam merencanakan masa
depan rekaman, baik yang masih menggunakan konsep kertas maupun
elektronik tetap harus menjaga privasi, kerahasiaan, keamanan, dan
keselamatan pasien.
Dengan adanya paradigma baru MIK, praktisi MIK harus mengerti
tentang peranannya yang besar dalam dunia pelayanan kesehatan.
Penyelenggaraan rekam medis merupakan bagian dari program
pengendalian mutu rumah sakit, untuk itu harus ada prosedur baku dan
pedoman untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan dan menanggulangi
masalah yang timbul.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan penyusunan Buku Pedoman Pelayanan Rekam Medis adalah
sebagai petunjuk teknis pelaksanaan sistem penyelenggaraan rekam medis
yang baik dan benar dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan
di rumah sakit.
1
D. Batasan Operasional
1. Pencatatan data adalah pendokumentasian segala informasi medis
seorang pasien ke dalam rekam medis yang berbentuk data
2. Assembling adalah merakit dokumen rekam medis
3. Coding adalah memberikan suatu kode penyakit, kode tindakan yang
berkaitan dengan proses pelayanan kesehatan
4. Filing adalah kegiatan menyimpan, penataan atau penyimpanan rekam
medis untuk mempermudah pengambilan kembali
5. Pelaporan adalah suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat
menghasilkan laporan sesuai secara cepat, tepat waktu dan akurat.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
2. Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
3. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Undang-Undang RI Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 96 tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan
Rahasia Kedokteran;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 012 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 204 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1410/Menkes/SK/X/2003 tanggal 1 Oktober 2003 tentang Sistem
Pelaporan Rumah Sakit Revisi V;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
377/Menkes/SK/III/2007 tanggal 27 Maret 2007 tentang Standar Profesi
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan;
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
3
d. Memberikan pembinaan dan penilaian pelaksanaan pekerjaan
terhadap bawahannya sesuai dengan kewenangan yang diberikan
oleh Kepala Instalasi Rekam Medis.
e. Memberikan pertanggung jawaban dalam penyelenggaraan kegiatan
pelayanan yang meliputi: pendaftaran, pencatatan, pengkodean dan
penyimpanan berkas rekam medis, pengumpulan, penyusunan dan
analisa data pasien rawat jalan serta pelaporan.
Tugas Integrasi:
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling,
coding, indexing, filing dan pelaporan
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan:
a. Memahami manajemen pada umumnya serta memahami peraturan
yang berlaku pada bidang tugasnya.
b. Mempunyai kemampuan dalam menganalisa dan penyusunan
program
c. Memahami masalah Rekam Medis
Kriteria Jabatan:
a. Jabatan : Kepala Instalasi Rekam Medik
b. Pendidikan formal : Diploma III (DIII)
c. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
4. Assembling
Tugas Pokok:
a. Menerima pengembalian berkas rekam medis rawat inap dari bangsal
kemudian mencatat di buku pengembalian berkas rekam medis
b. Mengassembling berkas rekam medis rawat inap yang dikembalikan
dari bangsal
c. Meminta kelengkapan pengisian berkas rekam medis rawat inap
kepada semua pemberi layanan kesehatan
d. Mensortir berkas rekam medis yang telah di assembling ke rak sortir
sesuai digit terakhir
e. Menganalisis kuantitatif terkait kelengkapan pengisian berkas rekam
medis
f. Menjaga ketersediaan ATK, sarana dan prasarana yang digunakan
untuk assembling
g. Menjaga kebersihan, kerapian pada sarana dan prasarana yang
digunakan untuk assembling
Tugas Integrasi:
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling,
coding, indexing, filing dan pelaporan
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan:
a. Memahami dan mempunyai kemampuan tentang penggelolaaan
dokumen rekam medis
b. Memahami ketentuan pengisian rekam medis
c. Rajin dan teliti
d. Disamping itu dituntut suatu prestasi yang baik, dedikasi dan
loyalitas yang tinggi.
Kriteria Jabatan:
a. Jabatan : Staf Urusan Assembling
b. Pendidikan formal : Diploma III (DIII)
c. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
5. Coding
Tugas Pokok:
a. Menetapkan kode diagnosa pada berdasarkan ICD-10
b. Meminta kelengkapan pengisian diagnosa pada dokter apabila
diagnosa belum ada
c. Meminta penjelasan diagnosa pada dokter apabila diagnosa tidak
terbaca
d. Menjaga ketersediaan ATK, sarana dan prasarana yang digunakan
untuk coding
e. Menjaga kebersihan, kerapian pada sarana dan prasarana yang
digunakan untuk coding
Tugas Integrasi:
5
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling,
coding, indexing, filing dan pelaporan
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan:
a. Memahami dan mempunyai kemampuan tentang penggelolaaan
dokumen rekam medis dan pengkodean (coding)
b. Mahir dan menguasai tata cara pengkodean berdasarkan ICD 10 dan
ICD-9-CM
c. Rajin dan teliti
d. Disamping itu dituntut suatu prestasi yang baik, dedikasi yang tinggi,
loyalitas yang tidak meragukan dan tidak tercela
Kriteria Jabatan:
a. Jabatan : Staf Urusan Coding
b. Pendidikan formal : Diploma III (DIII)
c. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
6. Filing
Tugas Pokok:
a. Menerima permintaan berkas rekam medis pada tracer
b. Mengambil berkas rekam medis sesuai tracer di Roll O Pack
c. Mensortir berkas rekam medis yang telah di assembling ke rak sortir
sesuai digit terakhir
d. Menyimpan berkas rekam medis di Roll O Pack dengan sistem
terminal digit filing
e. Menyusutkan berkas rekam medis berdasarkan tahun kunjungan
terakhir periksa
f. Mengentri berkas rekam medis yang akan keluar atau masuk pada
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
g. Menyimpan berkas rekam medis yang telah disusutkan di ruang
rekam medis inaktif dengan sistem terminal digit filing
h. Menjaga ketersediaan ATK, sarana dan prasarana yang digunakan
untuk filing
i. Menjaga kebersihan, kerapian pada sarana dan prasarana yang
digunakan untuk filing
Tugas Integrasi:
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling,
coding, indexing, filing dan pelaporan
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan:
a. Memahami dan mempunyai kemampuan tentang penggelolaaan
dokumen rekam medis
b. Memahami ketentuan pengisian rekam medis
c. Rajin dan teliti
d. Disamping itu dituntut suatu prestasi yang baik, dedikasi dan
loyalitas yang tinggi.
6
Kriteria Jabatan:
a. Jabatan : Staf Urusan Filing
b. Pendidikan formal : Diploma III (DIII)
c. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
7. Distribusi
Tugas Pokok:
a. Mendistribusikan berkas pasien baru dan lama ke klinik tujuan
b. Mensortir berkas rekam medis yang telah di assembling ke rak sortir
sesuai digit terakhir
c. Menyusutkan berkas rekam medis berdasarkan tahun kunjungan
terakhir periksa
d. Mengentri berkas rekam medis yang akan keluar atau masuk pada
Sistem Informasi Mnajemen Rumah Sakit (SIMRS)
e. Menjaga ketersediaan ATK, sarana dan prasarana yang digunakan
untuk filing
f. Menjaga kebersihan, kerapian pada sarana dan prasarana yang
digunakan untuk filing
Tugas Integrasi:
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling,
coding, indexing, filing dan pelaporan
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan:
a. Memahami dan mempunyai kemampuan tentang penggelolaaan
dokumen rekam medis
b. Memahami ketentuan pengisian rekam medis
c. Rajin dan teliti
d. Disamping itu dituntut suatu prestasi yang baik, dedikasi dan
loyalitas yang tinggi.
Kriteria Jabatan:
a. Jabatan : Staf Urusan Distribusi
b. Pendidikan formal : Diploma III (DIII)
c. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
8. Pelaporan
Tugas Pokok:
a. Mengentri sensus harian rawat inap secara komputerisasi
b. Membuat BOR, LOS, TOI, BTO dan grafik Barber Johnson
c. Menyiapkan laporan internal, laporan eksternal dan laporan insidentil
d. Menjaga ketersediaan ATK, sarana dan prasarana yang digunakan
untuk pelaporan
e. Menjaga kebersihan, kerapian pada sarana dan prasarana yang
digunakan untuk pelaporan
Tugas Integrasi:
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling,
coding, indexing, filing dan pelaporan
7
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan:
a. Memahami dan mempunyai kemampuan tentang, Pengolahan dan
Pelaporan Rekam Medis
b. Memahami masalah pengumpulan data dokumen rekam medis
c. Bekerja secara rajin, teliti dan cekatan
d. Di samping itu dituntut suatu prestasi yang baik, dedikasi yang
tinggi, loyalitas yang tidak meragukan dan tidak tercela
Kriteria Jabatan:
a. Jabatan : Staf Urusan Pelaporan
b. Pendidikan formal : Diploma III (DIII)
c. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
9. Korespondensi
Tugas Pokok:
a. Menerima permintaan Surat Keterangan Medis (SKM) seperti Visum Et
Repertum, Jasa Raharja, Asuransi, dll
b. Menyerahkan formulir beserta berkas rekam medis kepada dokter
yang menangani pasien.
c. Menghubungi pasien apabila Surat Keterangan Medis (SKM) yang
dibutuhkan telah selesai dibuat.
d. Menjaga ketersediaan ATK, sarana dan prasarana yang digunakan
untuk Pembuatan Surat Keterangan Medis
e. Menjaga kebersihan, kerapian pada sarana dan prasarana yang
digunakan untuk analising
Tugas Integrasi:
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling,
coding, indexing, filing dan pelaporan
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan:
a. Memahami dan mempunyai kemampuan tentang pembuat macam-
macam surat keterangan medis
b. Bekerja secara rajin, teliti dan cekatan
c. Di samping itu dituntut suatu prestasi yang baik, dedikasi yang
tinggi, loyalitas yang tidak meragukan dan tidak tercela
Kriteria Jabatan :
a. Jabatan : Staf Urusan Surat Keterangan Medis
b. Pendidikan formal : Diploma III (DIII)
c. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
Persyaratan Jabatan :
a. Memahami dan mampu menjelaskan tentang alur pendaftaran pasien
rawat jalan.
b. Bekerja secara rajin, teliti dan cekatan
c. Di samping itu dituntut suatu prestasi yang baik, dedikasi yang
tinggi, loyalitas yang tidak meragukan dan tidak tercela
Kriteria Jabatan:
a. Jabatan : Staf Urusan Loket Antrian
b. Pendidikan formal : SMA/SMK Sederajat
B. Distribusi Ketenagaan
Kepala Instalasi Rekam Medis dalam melaksanakan tugasnya
dibantu oleh tenaga-tenaga fungsional, yaitu:
1. Kepala Ruangan Rawat Jalan
2. Staf Pendaftaran Rawat Jalan
3. Staf Filing
4. Staf Distribusi
5. Staf Assembling
6. Staf Koding
7. Staf Pelaporan
8. Staf Korespondensi
9. Staf Loket Antrian
Masing-masing urusan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Instalasi Rekam Medis. Kepala Instalasi Rekam Medis wajib membina,
mengkoordinir, memantau dan mengawasi staf di lingkungannya.
Dalam rangka melaksanakan tugas-tugasnya wajib membuat laporan
hasil kegiatan yang telah dilaksanakan dan mengajukan program kerja
kepada Direktur RSUD Kota Bogor.
Jumlah tenaga kerja di Instalasi Rekam Medis RSUD Kota Bogor ini
sebanyak 30 orang dengan status kepegawaian karyawan tetap non pns 6
karyawan kontrak non pns 24 meliputi 1 orang Kepala Instalasi Rekam
Medis berlatar belakang pendidikan
C. Pengaturan Jaga
1. Sistem penjadwalan dinas
Pengaturan jaga di Instalasi Rekam Medis dengan sistem
penjadwalan yang dibuat sebulan sekali oleh Kepala Instalasi Rekam
Medis. Shift kerja terbagi dalam 3 shift yaitu pagi, sore dan malam.
9
Waktu pelayanan rekam medis adalah penerimaan pasien selama 24
jam per hari dan 7 hari seminggu dan pengelolaan rekam medis dengan
pembagian shift sebagai berikut:
a. Shift Pagi : Pukul 07.15 – 14.15 WIB
b. Shift Siang : Pukul 14.15 – 21.15 WIB
c. Shift Malam : Pukul 21.15 – 07.15 WIB
2. Penugasan apabila ada yang tidak masuk dinas
Jika ada petugas rekam medis yang berhalangan hadir karena sakit
atau alasan lain, maka diusahakan jumlah staf yang jaga menjadi tidak
berkurang dengan cara memajukan jadwal jaga yang sudah ada.
3. Penjadwalan pada situasi khusus
Jika terjadi situasi yang diluar kendali misalnya pada bencana yang
kemudian berdampak rumah sakit membutuhkan tenaga lebih banyak,
maka semua staf rekam medis masuk jaga agar kebutuhan ketenagaan
saat situasi bencana dapat terpenuh
10
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
KORESPONDENSI
KO
DI
NG
ASEMBLING
ASSEMBLING
PELAPORAN CODING
COUNTER 6 COUNTER 5
11
B. Standar Fasilitas
Fasilitas dan peralatan disediakan agar menunjang tercapainya
pelayanan kesehatan yang efisien yaitu:
1. Instalasi Rekam Medis mempunyai lokasi untuk menyelenggaraan
rekam medis agar efektif dan efisien
2. Ruang kerja memadai untuk staf agar dapat mengelola rekam medis,
pengambilan dan distribusi rekam medis lancar
3. Ada ruang penyimpanan rekam medis aktif dan in aktif yang menjamin
bahwa rekam medis tidak hilang, rusak atau diambil oleh yang berhak
4. Peralatan kerja yang tersedia di instalasi rekam medis yaitu:
12
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
13
pada setiap kunjungan berikutnya di RSUD Kota Bogor baik sebagai
pasien berobat jalan maupun sebagai pasien rawat inap.
Pasien baru dengan berkas rekam medisnya akan dikirim ke
poliklinik sesuai dengan yang dikehendaki pasien. Setelah mendapat
pelayanan yang cukup dari poliklinik, ada beberapa kemungkinan dari
setiap pasien:
a. Pasien boleh langsung pulang.
b. Pasien kontrol oleh petugas poliklinik diminta untuk datang kembali
pada hari dan tanggal yang telah ditetapkan.
c. Pasien kontrol bisa mengajukan untuk kontrol perjanjian dengan
mendaftar ke petugas pendaftaran perjanjian sehingga disesuaikan
kapan pasien harus berobat lagi sesuai tanggal permintaan pasien.
d. Pasien dirujuk/dikirim ke rumah sakit lain.
e. Pasien harus dirawat.
Untuk pasien yang harus dirawat, dokter yang merujuk membuat
surat pengantar rawat inap yang berisi alasan pasien harus dirawat inap,
bisa berupa diagnosa, tindakan medis, ataupun tindakan penunjang
lainnya. Jika pasien harus dirawat maka pasien harus mendaftar ke
pendaftaran rawat inap (admission).
2. Pasien lama
Pasien lama datang ke Pendaftaran dan akan diwawancarai oleh
petugas, guna mendapatkan informasi nomor rekam medis, dan tujuan
berobat.
Pasien setelah menunjukan nomor rekam medis dan tujuan berobat,
diberi karcis dan pasien dipersilahkan menunggu poliklinik yang
dimaksud, sementara rekam medisnya diambil oleh petugas registrasi di
ruang penyimpanan berkas rekam medis. Setelah rekam medisnya
dikirim ke poliklinik, pasien akan mendapat pelayanan di poliklinik
dimaksud.
Untuk pasien BPJS akan dibuatkan Surat Eligibiltas Peserta (SEP)
dan untuk pasien Jamkesda, Jamkesta dan Jamkesos dibuatkan Lembar
Bukti Pelayanan.
Formulir yang diperlukan dalam pelayanan rekam medis di
Admission adalah:
1. Surat Persetujuan Rawat Inap
2. General Consent
3. Surat Kesanggupan Pembiayaan (pasien umum)
14
2. Pasien yang urgen, tetapi tidak gawat darurat, dapat dimasukkan ke
dalam daftar tunggu.
3. Pasien gawat darurat (emergency), langsung dirawat.
Pembinaan dan pelaksanaan pekerjaan penerimaan pasien dengan baik
menciptakan tanggapan yang baik dari pasien-pasien yang baru masuk,
menjamin kelancaran dan kelengkapan catatan-catatan serta menghemat
waktu dan tenaga. Untuk lancarnya proses penerimaan pasien 4 hal
berikut ini perlu diperhatikan, yaitu:
1. Petugas yang kompeten.
2. Cara penerimaan pasien yang tegas dan jelas (clear cut).
3. Ruang kerja yang menyenangkan.
4. Lokasi yang tepat dari bagian penerimaan pasien.
15
Prosedur pasien untuk masuk untuk dirawat :
1. Pasien yang sudah memenuhi syarat atau peraturan untuk dirawat,
setiap saat dapat menanyakan pada petugas Pendaftaran apakah
ruangan yang diperlukan sudah tersedia.
2. Apabila ruangan sudah tersedia:
a. Pasien segera mendaftar di Pendaftaran.
b. Pada saat mendaftar dia akan mendapat penerangan tentang :
1) Kapan dapat masuk
2) Bagaimana cara pembayaran, persyaratan serta tarif-tarifnya.
3) Peraturan selama pasien dirawat.
4) Hak dan Kewajiban Pasien selama dirawat
c. Petugas Pendaftaran Rawat Inap menghubungi perawat bangsal
untuk memperoleh ruangan.
d. Setelah selesai semua persyaratan, pasien akan diantar oleh
perawat ke bangsal.
Prosedur selama pasien di ruang perawatan yang berkaitan dengan rekam
medis antara lain :
1. Pada waktu pasien tiba di ruang perawatan dan diterima oleh perawat
pasien.
2. Perawat menambah formulir-formulir yang diperlukan oleh dokter
maupun perawat sendiri
3. Selama perawatan, perawat mencatat semua data perawatan yang
diberikan dari mulai saat pasien tiba di ruang sampai pasien tersebut
pulang, dipindahkan atau meninggal.
16
d. Bagi pasien yang mempunyai nama keluarga/marga, maka nama
keluarga/marga atau surename dibelakang nama sendiri.
Dalam sistem penamaan pada rekam medis, diharapkan:
a. Nama ditulis dengan huruf cetak dan mengikuti ejaan yang
disempurnakan.
b. Sebagai pelengkap, pasien diakhir nama lengkap ditambah Ny. Atau
Nn sesuai dengan statusnya.
c. Pencatuman titel selalu diletakkan sesudah nama lengkap pasien.
2. Sistem Penomoran
Sistem penomoran rekam medis di RSUD Kota Bogor disimpan
menurut nomor, yaitu menggunakan “Unit Numbering System” sistem ini
memberikan satu nomor rekam medis baik kepada pasien berobat jalan
maupun pasien untuk dirawat inap. Pada saat seorang penderita
berkunjung pertama kali ke RSUD Kota Bogor sebagai pasien berobat
jalan ataupun untuk dirawat inap, kepadanya diberikan satu nomor
(admitting number) yang akan dipakai selamanya untuk kunjungan
seterusnya, sehingga rekam medis penderita tersebut hanya tersimpan di
dalam satu berkas di bawah satu nomor.
Tempat penyimpanan berkas rekam medis dibedakan antara tempat
penyimpanan berkas RM aktif dan inaktif.
Kepada petugas yang memberikan pendaftaran, diperintahkan agar
selalu mengecek apakah seorang pengunjung sudah pernah berkunjung
ke RSUD Kota Bogor. Seorang pasien yang sudah pernah berkunjung ke
RSUD Kota Bogor sebelumnya tidak akan diberikan nomor baru, karena
rekam medisnya yang sekarang akan diberi nomor yang sama dengan
nomor yang telah dimiliki pada kunjungan yang lalu. Kadang-kadang
terjadi kekeliruan dimana seorang penderita diberikan lagi nomor yang
baru, padahal ia telah mempunyai nomor, kekeliruan ini dapat
diperbaiki dengan membatalkan nomor baru dan tetap menyimpan
rekam medisnya pada nomor lama.
Sistem nomor unit yang digunakan mempengaruhi rencana
perkembangan ruang tempat penyimpanan. Perlu sekali ruang lowong
pada rak penyimpanan sebesar 25% karena tempat tersebut berguna
untuk menyimpan rekam medis yang makin tebal.
Satu problem yang biasa timbul adalah bertambahnya satu rekam
medis menjadi berjilid-jilid, karena seringnya pasien tersebut mendapat
pelayanan (dirawat) di RSUD Kota Bogor. Kadang-kadang begitu
seringnya seorang penderita di rawat sehingga rekam medisnya harus
dibuat jilid yang baru, karena terlalu tebal jika hanya satu jilid saja.
Untuk mengingatkan petugas penyimpanan tentang hal ini, maka pada
setiap jilid harus dibuat catatan nomor jilid dan jumlah jilidnya,
misalnya: Jilid 1 dari 2. Jilid 2 dari 2.
Untuk pengambilan rekam medis yang tidak aktif dari rak
penyimpanan untuk dimusnahkan, karena menggunakan sistem unit,
nomor-nomor rekam medis tidak menunjukkan tua atau mudanya satu
rekam medis sehingga untuk memilih rekam medis yang tidak aktif
17
harus dilihat satu persatu, tahun berapa seorang penderita terakhir
dirawat atau berkunjung ke poliklinik.
Untuk sumber nomor RSUD Kota Bogor telah menggunakan Sistem
Informasi Manajeman Rumah Sakit (SIMRS) terdiri dari enam angka,
menggunakan sistem angka akhir (terminal digit) dengan menentukan
nomor awal dimulai dari 000001 sampai dengan 999999. Nomor
dikeluarkan oleh sistem komputer yang secara otomatis akan
mengeluarkan satu nomor baru setiap entry data pasien.
18
Sistem penyimpanan yang digunakan di RSUD Kota Bogor
adalah sistem sentralisasi. Dengan cara sentralisasi terjadi
penggabungan antara berkas rekam medis rawat jalan dan rawat
inap dalam satu tempat. Karena semua pasien baik rawat jalan
maupun rawat inap hanya memiliki satu nomor rekam medis.
Kebaikan dari sistem sentralisasi adalah:
1) Mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan
penyimpanan rekam medis, sehingga pasien dapat dilayani lebih
cepat.
2) Mengurangi jumlah biaya yang digunakan untuk peralatan dan
ruangan.
3) Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis
mudah distandarisasikan.
4) Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas penyimpanan.
5) Mudah menerapkan sistem unit record.
Kekurangan dari sistem sentralisasi adalah:
1) Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani unit rawat
jalan dan unit rawat inap.
2) Tempat penerimaan pasien harus bertugas selama 24 jam.
b. Sistem Angka Akhir
Sistem penjajaran berkas rekam medis di filing aktif menurut
nomor yang dipakai adalah sistem angka akhir. Penjajaran dengan
sistem angka akhir lazim disebut “terminal digit system”. Disini
digunakan nomor-nomor dengan 6 angka, yang dikelompokkan
menjadi 3 kelompok masing-masing terdiri dari 2 angka. Angka
pertama adalah kelompok 2 angka yang terletak paling kanan, angka
kedua adalah kelompok 2 angka yang terletak ditengah dan angka
ketiga adalah kelompok 2 angka yang terletak paling kiri.
50 93 26
angka ketiga angka kedua angka pertama
(tertiary digits) (secondary digits) (primary digits)
20
dibuat. Rekam medis yang aktif lebih banyak memerlukan penunjuk dari
pada rekam medis-rekam medis yang kurang aktif.
Alat penunjuk ini, agar dipilih model yang kuat tahan lama dan
mudah dilihat. Pinggir penunjuk ini harus lebih lebar, menonjol sehingga
angka-angka yang dicantumkan disitu gampang terlihat. Pada setiap
penunjuk ditulis 2 angka (untuk sistem terminal digit maupun middle
digit). Contoh penunjuk untuk terminal digit, section 84 ditulis sebagai
berikut:
00 01 02 03 04
-- -- -- -- --
84 84 84 84 84
1 2 3 4 5
23
RSUD Kota Bogor sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan
yang melakukan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap wajib
membuat rekam medis, maka tenaga yang berhak mengisi rekam medis
di RSUD Kota Bogor:
a. Dokter, Dokter Gigi
b. Perawat, Bidan
c. Nutrisionist
d. Fisioteraphist
e. Clinical Pharmacologist
f. Psychologist
g. Tekniker Radiologi
h. Tekniker Laboratorium
i. Perekam Medis
Dalam hal dokter ke luar negeri maka yang melakukan
tindakan/konsultasi kepada pasien yang mengisi rekam medis adalah
dokter yang ditunjuk oleh Direktur RSUD Kota Bogor.
2. Pencatatan (Recording)
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya
sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai
suatu sistem penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan kegiatan
pencatatannya sendiri hanya merupakan salah satu kegiatan dari pada
penyelenggaraan rekam medis.
Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan
yang dimulai pada saat diterimanya pasien di RSUD Kota Bogor,
diteruskan kegiatan pencatatan data medik pasien selama pasien itu
mendapatkan pelayanan medis di rumah sakit, dan dilanjutkan dengan
penanganan berkas rekam medis yang meliputi penyelenggaraan
penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan serta
pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani
permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan
lainnya.
Pencatatan disini dimaksudkan pendokumentasian segala informasi
medis seorang pasien ke dalam Rekam Medis. Pada dasarnya
pendokumentasian memuat data, yang akan menjadi bahan informasi.
Data pasien dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu data
sosial dan data medis. Data sosial didapatkan pada saat pasien
mendaftarkan diri ke tempat penerimaan pasien. Data medis baru
diperoleh dari pasien, apabila pasien telah memasuki unit pelayanan
kesehatan. Petugas di unit pelayanan adalah dokter dan ahli-ahli profesi
kesehatan lainnya (termasuk penunjangnya, seperti radiologi,
laboratorium, dan lain-lain) serta unit perawatan.
Untuk mendapatkan pencatatan data medis yang baik, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh dokter dan ahli-ahli di bidang
kesehatan lainnya, yaitu:
a. Mencatat secara tepat waktu
b. Up to date
24
c. Cermat dan lengkap
d. Dapat dipercaya dan menurut kenyataan
e. Berkaitan dengan masalah dan pokok perihalnya, sehingga tidak
bertele-tele
f. Bersifat obyektif sehingga menimbulkan kesan jelas
Kegiatan pencatatan ini melibatkan semua unit pelayanan di rumah
sakit yang memberikan pelayanan ataupun tindakan kepada pasien.
Bentuk catatan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu
catatan yang bersifat kolektif dan catatan yang bersifat individual.
a. Catatan yang Bersifat Kolektif
Ini merupakan kumpulan catatan pasien-pasien yang datang ke
unit pelayanan. Catatan ini dalam bentuk buku yang sering disebut
“Buku Register”. Buku Register ini merupakan sumber utama data
kegiatan rumah sakit. Pemakaian buku register ini perlu
dipertimbangkan secermat mungkin dan tetap memperhatikan
efisiensi di bidang pengelolaan data medis.
Buku register yang biasa diperlukan, diantaranya:
1) Buku Register Penerimaan Pasien Rawat Jalan
2) Buku Register Pelayanan Pasien Rawat Jalan
3) Buku Register Penerimaan Pasien Rawat Inap
4) Buku Register Pelayanan Pasien Rawat Inap
5) Buku Register Persalinan/Abortus
6) Buku Register Pembedahan
7) Buku Register Tindakan/Terapi/Diagnostik
8) Buku Register Pemeriksaan Laboratorium
Buku-buku register tersebut dikerjakan oleh petugas-petugas di
masing-masing unit pelayanannya.
Setiap hari petugas di unit pelayanan menyiapkan rekapitulasi
yang seiring disebut sensus harian. Sensus ini sangat berguna di
dalam pengolahan data medis selanjutnya yang digunakan sebagai
bahan laporan rumah sakit.
b. Catatan yang Bersifat Individual
Catatan ini mendokumentasikan segala tindakan medik yang
diberikan kepada seorang pasien. Bentuk catatan ini berupa
lembaran-lembaran yang dinamakan rekam medis.
Pencatatan data medis ini dilakukan oleh petugas kesehatan
yang memberikan pelayanan/ tindakan kepada pasien, yaitu Dokter
Perawat/Bidan, Tenaga Kesehatan lainnya yang memberikan
pelayanan medis kepada pasien, serta petugas pencatatan medik
sendiri.
Formulir rekam medis ini meliputi formulir untuk pasien rawat
jalan dan formulir untuk pasien yang dirawat inap. Sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008, tentang
rekam medis/medicalrecord maka:
1) Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
25
Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan sekurang-
kurangnya memuat:
a) identitas pasien
b) tanggal dan waktu
c) hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit
d) hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
e) diagnosis
f) rencana penatalaksanaan
g) pengobatan dan/atau tindakan
h) pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
i) untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
j) persetujuan tindakan bila diperlukan
Data-data tertentu harus ditulis pada saat penderita
masuk yang akan dientry di komputer, dimasukkan pada saat
pasien registrasi. Penyimpanan identitas pasien ini mutlak karena
adalah salah satu cara untuk menunjang kelancaran pelayanan
terhadap pasien, karena apabila seorang pasien lupa membawa
kartu berobat maka dengan sistem komputerisasi akan
membantu untuk mencarikan data pasien yang diperlukan
dengan cepat. Karena identitas pasien ini merupakan sumber
data yang selamanya harus disimpan, maka harus dibuat
selengkap dan sejelas mungkin. Data yang disimpan harus dibuat
secara terperinci dan lengkap, yaitu:
a) Nama lengkap pasien
b) Nomor rekam medis
c) Alamat
d) Agama
e) Jenis Kelamin
f) Umur
g) Status Perkawinan
h) Tempat/tanggal lahir
i) Pekerjaan
j) Orang yang dihubungi, bila terjadi sesuatu
k) Tanggal kunjungan poliklinik yang pertama
27
e. Dokter yang merawat, dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan
melakukannya pada saat itu juga dengan cara dicoret serta dibubuhi
paraf.
f. Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan
H. Pengolahan Data
Semua bentuk catatan, baik hasil rekapitulasi harian, maupun
lembaran-lembaran formulir rekam medis merupakan bahan yang perlu
diolah untuk selanjutnya dipakai sebagai bahan laporan rumah sakit.
Sebelum dilakukan pengolahan, berkas-berkas rekam medis tersebut diteliti
kelengkapannya baik isi maupun jumlahnya. Rekapitulasi dari sensus
harian diolah untuk menyiapkan laporan yang menyangkut kegiatan rumah
sakit, sedangkan formulir-formulir rekam medis diolah untuk menyiapkan
laporan yang menyangkut morbiditas dan mortalitas.
1. Kegiatan pengolahan yang dilakukan:
a. Perakitan (Assembling) Rekam Medis
1) Perakitan Dokumen Rekam Medis Rawat Jalan
a) Sampul
b) Identitas Pasien
c) Pengkajian Rawat Jalan
d) CPPT (Dokter, Perawat, dan Bidan)
e) Hasil Pemeriksaan Penujang (bila ada hasil kritis tanda
tangan dokter jaga / DPJP)
• Laboratorium
• EKG
• Radiologi : rontgen, usg, ctscan, dll
• Patologi Anatomi
f) Resume Rawat Jalan
2) Perakitan Dokumen Rekam Medis Rawat Inap
a) Identitas Pasien
b) Ringkasan Pasien Masuk dan Keluar
c) General Consent
d) Formulir Edukasi Informasi Terintegrasi
e) Masuk via IGD : Assessment IGD-Ponek Terintegrasi, bila
masih < 8 jam sudah pindah ke ruangan maka isi bagian
kondisi pasien saat pindah atau pulang dari IGD
f) Transfer Pasien Antar Ruangan (formulir untuk pasien yang
>8jam)
g) Ceklis Orientasi Pasien Baru
h) Assessment Awal Rawat Inap
(Pertamakali pasien masuk):
• Anak & Bayi
• Neonatus
• Dewasa & Lansia
• Obsgyn
• ICU/HCU
28
i) CPPT
Setelah CPPT kalau perlu dapat diselipkan :
• Surat konsultasi spesialis
• Transfer pasien antar ruangan
• Bimbingan rohani
• Assessment pasien terminal
• DNR (do not resusitate)
j) Grafik Tanda-tanda Vital, termasuk BB dan TB anak bila ada
k) MonitorAssessment Ulang Nyeri (Kalau Perlu)
l) DPO (Daftar Pemberian Obat)
m) Catatan Pemberian Infus
n) Daftar Kontrol Istimewa (Kalau Perlu)
Hasil Pemeriksaan Penunjang (bila ada hasil kritis tanda
tangan dokter jaga / DPJP)
• Laboratorium
• EKG
• Radiologi : rontgen, usg, ctscan, dll
• Patologi Anatomi
o) Rencana Asuhan Keperawatan
p) Catatan Tindakan Keperawatan
q) Discharge Planning
r) Transfer Pasien Antar Ruangan (Pre Op)
s) Assessment Pra Anestesi
t) Evaluasi Pra Anestesi
u) Persetujuan Tindakan Anestesi
v) Assessment Pra Bedah
w) Catatan Keperawatan Pra Operasi
x) Checklist Keselamatan Pasien Operasi
y) Status Anestesi
z) Laporan Pembedahan
aa) Catatan Keperawatan Peri Operatif (Intra)
bb) Post Anestesi Care
cc) Catatan Keperawatan Pasca Operasi
dd) Check List Post Operasi
ee) Pemantauan Anestesi Lokal(Kalau Perlu)
ff) Informed Consent
gg) Resume Medis
hh) Resume Keperawatan
ii) Laporan Pemantauan Kasus Hai's
jj) Lampiran tambahan lainnya :
• Surat Kematian
• Laporan Kematian
• Surat Kelahiran
• Surat Pengantar Rujukan Pasien
• Kemoterapi
• RL 21, 22, 23
29
b. Coding
Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada di dalam rekam
medis harus diberi kode agar memudahkan pelayanan pada penyajian
informasi.
Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organization)
bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan penyakit,
cidera, gejala dan faktor yang mempengaruhi kesehatan.
Sejak tahun 1993 WHO mengharuskan negara anggotanya
termasuk Indonesia menggunakan klasifikasi penyakit revisi-10,
International Statical Clasification Deseasses and Health Problem 10
Revice. ICD 10 menggunakan kode kombinasi yaitu menggunakan
abjad dan angka (alpha numeric).
Kecepatan dan ketepatan Koding dari suatu diagnosis sangat
tergantung kepada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut
yaitu:
1. Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis
2. Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode
3. Tenaga kesehatan lainnya.
Penetapan diagnosis sorang pasien merupakan kewajiban hak
dan tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh
diubah oleh karenanya diagnosis yang ada dalam rekam medis harus
diisi dengan lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada
buku ICD 10.
Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode bertanggung jawab
atas keakuratan kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh
tenaga medis.Oleh karenanya untuk hal yang kurang jelas atau yang
tidak lengkap, sebelum koding ditetapkan, komunikasikan terlebih
dahulu pada dokter yang membuat diagnosis tersebut.
Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis,
petugas rekam medis harus membuat koding sesuai dengan klasifikasi
yang tepat. Disamping kode penyakit, berbagai tindakan lain juga
harus dikoding sesuai klasifikasi masing-masing.
1. Koding Penyakit (ICD-10)
2. Pembedahan/Tindakan (ICDPIM)
3. Koding Obat-obatan
4. Laboratorium
5. Radiologi
6. Dokter (pemberi pelayanan)
7. Alat-alat
8. Dan lain-lain
Cara Penggunaan ICD- 10 adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan buku ICD - 10 Volume I berisi tentang:
a. Intruduction ( pendahuluan )
b. Kelompok daftar tabulasi
c. Kode kondisi tertentu.
d. Petunjuk yang digunakan dalam daftar tabulasi
30
e. Kategori karakteristik perintah
2. Menggunakan buku ICD - 10 Volume III berisi tentang:
a. Penggunaan Index Alfabetic
b. Susunan
c. Kode angka
d. Tanda perintah yang ada dalam buku ICD - 10 Volume I
3. Petunjuk dasar koding
a. Indentifikasi tipe panyakit/luka atau kondisi lain di dalam buku
ICD-10 Vol. I.
b. Cari kata dasar (Lead term)
c. Baca dan catat petunjuk kata dasar (di garis bawahi).
d. Rujuk di buku ICD - 10 Volume III
e. Rujuk di buku ICD - 10 Volume I
Tentukan kode penyakit tersebut
32
BAB V
LOGISTIK
34
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN DI INSTALASI REKAM MEDIS
A. Pengertian
Sejak berlakunya UU No.8/1999 tentang Perlindungan Konsumen dan
UU No. 29 tentang Praktik Kedokteran, muncullah berbagai tuntutan
hukum kepada Dokter dan Rumah Sakit. Hal ini hanya dapat ditangkal
apabila Rumah Sakit menerapkan Sistem Keselamatan Pasien. Sehingga
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) membentuk Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) pada tanggal 1 Juni 2005.
Selanjutnya Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit ini kemudian
dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Seminar Nasional PERSI pada
tanggal 21 Agustus 2005, di Jakarta Convention Center Jakarta.
KKP-RS telah menyusun panduan tujuh langkah menuju keselamatan
pasien bagi staf RS untuk mengimplementasikan Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit. Di samping itu pula KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit)
Depkes telah menyusun Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang
akan menjadi salah satu Standar Akreditasi Rumah Sakit.
Pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan Permenkes
1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit sebagai
pedoman bagi penerapan Keselamatan Pasien di rumah sakit. Dalam
permenkes 1691 tahun 2011 dinyatakan bahwa rumah sakit dan tenaga
kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan program
dengan mengacu pada kebijakan nasional Komite Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.
1. Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai
pelaksana kegiatan keselamatan pasien.
2. TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada
kepala rumah sakit.
3. Keanggotaan TKPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
manajemen rumah sakit dan unsur dari profesi kesehatan di rumah
sakit.
4. TKPRS melaksanakan tugas:
a. Mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit sesuai
dengan kekhususan rumah sakit tersebut
b. Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program
keselamatan pasien rumah sakit
c. Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi,
pemantauan (monitoring) dan penilaian (evaluasi) tentang terapan
(implementasi) program keselamatan pasien rumah sakit
d. Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit
untuk melakukan pelatihan internal keselamatan pasien rumah
sakit
e. Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta
mengembangkan solusi untuk pembelajaran
35
f. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah
sakit dalam rangka pengambilan kebijakan keselamatan pasien
rumah sakit dan
g. Membuat laporan kegiatan kepada kepala rumah sakit.
Dalam pelaksanaannya, Keselamatan Pasien akan banyak
menggunakan prinsip dan metode manajemen risiko mulai dan identifikasi,
asesmen dan pengolahan risiko. Diharapkan, pelaporan & analisis insiden
keselamatan pasien akan meningkatkan kemampuan belajar dan insiden
yang terjadi untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama di kemudian
hari.
C. Penutup
Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian
pelayanan kesehatan di instalasi rekam medis maupun keperawatan, dan
sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen kualitas. Keselamatan
pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden,
tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan risiko.
Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera
pasien, tetapi fakta tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang
mengalami KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat
37
dicegah (non error) maupun yang dapat dicegah (error), berasal dari berbagai
proses asuhan pasien.
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang
penting dalam sebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan
pasien rumah sakit yang dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit
di Indonesia. Standar keselamatan pasien rumah sakit yang saat ini
digunakan mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang
dikeluarkan oleh Join Commision on Accreditation of Health Organization di
Illinois pada tahun 2002 yang kemudian disesuaikan dengan situasi dan
kondisi di Indonesia. Pada akhirnya untuk mewujudkan keselamatan pasien
butuh upaya dan kerjasama berbagai pihak dari seluruh komponen
pelayanan kesehatan.
38
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
39
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan
terlalu panas atau terlalu dingin
4. Tidak tersedia alat-alat pengaman
5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran
dll.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan di bagian penyimpanan rekam
medis:
1. Peraturan keselamatan harus terpampang dengan jelas disetiap bagian
penyimpanan.
2. Harus dicegah jangan sampai terjadi, seorang petugas terjatuh ketika
mengerjakan penyimpanan pada rak-rak terbuka yang letaknya diatas.
Harus tersedia tangga anti tergelincir.
3. Ruang gerak untuk bekerja selebar meja tulis, harus memisahkan rak-rak
penyimpanan.
4. Penerangan lampu yang cukup baik, menghindarkan kelelahan penglihatan
petugas.
5. Harus tersedia rak-rak penyimpanan yang dapat diangkat dengan mudah
atau rak-rak beroda.
6. Perlu diperhatikan pengaturan suhu ruangan, kelembaban, pencegahan
debu, dan pencegahan bahaya kebakaran.
Inventasrisasi potensi bahaya yang terdapat di Instalasi Rekam Medis
dapat meliputi faktor fisik, kimia, biologis, ergonomi dan psikososial.
1. Potensi bahaya dari faktor fisik antara lain:
a. Bahaya alat tulis kantor seperti tersayat cutter.
b. Bahaya sengatan listrik dari kabel peralatan komputer dan teknologi
informasi yang ada.
2. Potensi bahaya dari faktor biologis antara lain:
Resiko penyebaran infeksi pada saat petugas rekam medis mendaftar pasien
dengan penyakit pasien yang infeksius.
3. Potensi bahaya dari faktor ergonomi antara lain:
a. Tinggi rak filing kurang ideal sehingga jika terjadi bencana seperti gempa
bumi beresiko.
b. Ruangan yang sempit/ terbatas dapat menimbulkan resiko cedera akibat
goresan atau terbentur.
4. Potensi bahaya dari faktor psikososial antara lain:
a. Jarak tempuh dari tempat tinggal ke tempat kerja banyak yang jauh
menyebabkan beresiko di perjalanan.
b. Tuntutan pelayanan yang dirasakan semakin tinggi.
Untuk setiap potensi bahaya, dilakukan eliminasi potensi bahaya
dengan cara:
1. Membuat SPO terkait pelayanan rekam medis.
2. Sosialisasi dan membentuk budaya kerja yang aman.
3. Sosialisasi dan membentuk budaya cuci tangan 6 langkah dalam 5 moment.
4. Kolaborasi dengan P2K3, Komite PPI, Komite mutu RS/Patient Safety untuk
sosialisasi program dan semua kegaiatan yang terkait dengan keselamatan
kerja.
40
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian Mutu
Dalam Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Mutu adalah gambaran
total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan
kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan.
Mutu rekam medis berperan sangat penting dalam mengemban mutu
pelayanan medis yang diberikan oleh rumah sakit. Rumah sakit dalam hal
ini bertanggung jawab dalam menjaga kerahasiaan rekam medis yang di
dalamnya mencakup informasi pasien dan terhadap kemungkinan
hilangnya keterangan ataupun pemalsuan data yang ada di dalam rekam
medis.
Mutu dalam pengisian rekam medis menjadi tanggungjawab para
tenaga kesehatan, karena merekalah yang melaksanakan pencatatan medis.
Dalam peningkatan mutu rekam medis, perlu adanya prosedur kerja tetap
rekam medis (SPO) yang sangat membantu peningkatan mutu rekam medis.
Menurut Djoko Wijono, mutu adalah gambaran total sifat dari suatu
produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya
untuk memberikan kebutuhan kepuasan. Rekam medis yang baik atau
bermutu adalah rekam medis, diantaranya:
1. Akurat, menggambarkan proses dan hasil akhir pelayanan yang diukur
secara benar.
2. Lengkap, mencakup seluruh kekhususan pasien dan sistem yang
dibutuhkan dalam analisis hasil ukuran.
3. Terpercaya, dapat digunakan dalam berbagai kepentingan.
4. Valid atau sah sesuai dengan gambaran proses atau produk hasil akhir
yang diukur.
5. Tepat waktu, dikaitkan dengan episode pelayanan yang terjadi.
6. Dapat digunakan untuk kajian, analisis, dan pengambilan keputusan.
7. Seragam, batasan sebutan tentang elemen data yang dibakukan dan
konsisten penggunaaannya di dalam maupun di luar organisasi.
8. Dapat dibandingkan dengan standar yang disepakati diterapkan.
9. Terjamin kerahasiaannya.
10. Mudah diperoleh melalui sistem komunikasi antar yang berwenang.
B. Indikator Mutu
Menurut Dep.Kes.RI, Indikator adalah suatu cara untuk menilai
penampilan dari suatu kegiatan dengan menggunakan instrument.
Indikator yang ideal harus memiliki 4 kriteria, yaitu:
1. Sahih (valid), yaitu benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek
yang akan dinilai.
2. Dapat dipercaya (Reliable), yaitu mampu menunjuk kan hasil yang
sama pada saat yang berulang kali, pada waktu sekarang maupun
yang akan datang.
41
3. Sensitif, yaitu cukup peka untuk mengukur, sehingga jumlahnya tidak
perlu banyak.
4. Spesifik, yaitu memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas,
tidak tumpang tindih.
42
terminologi medis, anatomi, fisiologi, dasar-dasar proses kepenyakitan,
isi rekam medis, dan standar medis yang digunakan.
7. Berdasarkan penjelasan pasal 46 UU Praktik Kedokteran No. 29 ayat
(2) bahwa“ Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan
pada rekam medis, berkas dan catatan tidak boleh dihilangkan atau
dihapus dengan cara apapun. Perubahan catatan atau kesalahan
dalam rekam medis hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan
dibubuhi paraf petugas yang bersangkutan.”
8. Selanjutnya pada penjelasan Pasal 46 ayat (3) menyatakan: “Yang
dimaksud dengan‘Petugas’ adalah dokter atau dokter gigi atau tenaga
kesehatan lain yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien.
Apabila dalam pencatatan rekam medis menggunakan teknologi
informasi elektronik, kewajiban membubuhi tanda tangan dapat
diganti dengan menggunakan nomor identitas pribadi (personal
identification number).”
1. Rekam Medis Penyerahan Berkas Rekam Medis Yang Lengkap < 24 Jam
Ruang Kelengkapan Pengisian Rekam Medis 24 Jam Setelah
lingkup Selesai Pelayanan
Dimensi Kesinambungan pelayanan dan keselamatan
mutu
Tujuan Tergambarnya tanggung jawab dokter dalam kelengkapan
informasi rekam medis
Definisi Rekam medis yang lengkap adalah, rekam medis yang
operasional telah diisi lengkap dalam waktu < 24 jam setelah selesai
pelayanan rawat jalan atau setelah pasien rawat inap
diputuskan untuk pulang, yang meliputi identitas pasien,
anamnesis, rencana asuhan, pelaksanaan asuhan, tindak
lanjut, dan resume.
Kriteria -
inklusi
Kriteria -
eksklusi
Numerator Jumlah rekam medis yang tidak lengkap dalam satu
bulan
Denominator Jumlah seluruh rekam medis dalam satu bulan
Standar 10 %
43
mutu
Tujuan Tergambarnya tanggung jawab dokter untuk memberikan
informasi kepada pasien / keluarga pasien atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut
Definisi Informed Concent adalah persetujuan yang diberikan
operasional pasien atau keluarga pasien atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut
Kriteria -
inklusi
Kriteria -
eksklusi
Numerator Informed consent yang tidak lengkap dalam satu bulan
Denominator Jumlah pasien yang mendapat tindakan medis dalam
bulan tersebut
Standar 0%
44
BAB IX
PENUTUP
45