Anda di halaman 1dari 14

A.

PENGERTIAN
Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara
penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke
bronkus (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009).
Bronkopneumonia adalah dimulai dari bronkiolus terminal, yang tersumbat dengan
eksudat mukopurulen yang membentuk bidang yang terkonsolidasi pada lobus-lobus
didekatnya disebut juga pneumonia lobularis (Wong D.L, dkk, 2008).
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C,
2002 : 572).
Bronkopneumonia adalah gambaran pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
berbecak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronkus dan meluas ke
parenkrim paru yang berdekatan di sekitarnya (Brunner & Suddarth, 2001).
Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam
bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada
bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh
agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

B. ETIOLOGI
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.

b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi (Reeves, 2001).

C. PATOFISIOLOGI
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang

disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi

makanan dan minuman.

Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran

pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut,

sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan

ganbaran sebagai berikut:

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh

darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.

2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran

pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal

dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian

terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas
lobus atau lobularis.
b. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan
gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
2. Berdasarkan faktor lingkungan
a. Pneumonia komunitas
b. Pneumonia nosokomial
c. Pneumonia rekurens
d. Pneumonia aspirasi
e. Pneumonia pada gangguan imun
f. Pneumonia hipostatik
3. Berdasarkan sindrom klinis
a. Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar
serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan
dan jarang disertai konsolidasi paru.
b. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.

Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :


1. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan
bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan organisme
penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau
kalangan orang tua.
2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme
seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan
bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.
3. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.
Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut
lokasi anatominya saja.
4. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme
perusak.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
- Nyeri pleuritik
- Nafas dangkal dan mendengkur
- Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
- Mengecil, kemudian menjadi hilang
- Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8  C sampai 41,1C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif: Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis: Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

F. KOMPLIKASI
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. Infeksi sitemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah: pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
b. Pemeriksaan sputum: Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang
spontan dan dalam. digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur
serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius (Barbara C, Long, 1996 :
435).
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
(Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba (Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
2. Pemeriksaan Radiologi

a. Rontgenogram Thoraks: menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai

pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai

pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435).

b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh

benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).

H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat. Ventilasi
mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat dipertahankan
2. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri
3. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat
4. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume cairan
5. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas
6. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif
7. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik

I. PENGKAJIAN
Pengkajian fokus:
1. Riwayat kesehatan masa lalu
- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
- Kaji riwayat reaksi alergi atau sensivitas terhadap zat/ faktor lingkungan
2. Aktivitas
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
- Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari
- Tidur dalam posisi duduk tinggi
3. Pernapasan
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
- Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
- Menggunakan alat bantu pernapasan, misal: meninggikan
bahu,melebarkan hidung
- Adanya bunyi napas mengi
- Adanya batuk berulang
4. Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan darah
- Adanya peningkatan frekuensi jantung
- Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis
5. Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
6. Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan
- Penurunan berat badan karena anoreksia
7. Hubungan social
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah bicara atau bicara terbata-bata
- Adanya ketergantungan pada orang lain

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler,
gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih, penurunan masukan oral.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik
sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan
toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-
hari.

K. ASUHAN KEPERAWATAN (NCP)


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan a. Auskultasi bunyi a. Bersihan jalan nafas
nafas tidak tindakan nafas, catat adanya yang tidak efektif dapat
efektif keperawatan jalan bunyi nafas. dimanifestasikan
berhubungan nafas efektif Misalnya: mengi, dengan adanya bunyi
dengan dengan bunyi krekels dan ronki nafas adventisius
inflamasi nafas bersih dan b. Kaji/ pantau frekuensi b. Takipnea biasanya ada
trakeobronkial, jelas dan pasien pernafasan, catat rasio pada beberapa derajat
pembentukan dapat melakukan inspirasi/ ekspirasi dan dapat ditemukan
edema, batuk efektif pada penerimaan atau
peningkatan untuk selama stres/ adanya
produksi mengeluarkan proses infeksi akut.
sputum sekret Pernafasan dapat
KH: melambat dan frekuensi
-Mempertahankan ekspirasi memanjang
jalan nafas paten dibanding inspirasi.
dengan bunyi c. Posisi semi fowler akan
nafas bersih/ jelas c. Berikan posisi yang mempermudah pasien
-Menunjukkan nyaman buat pasien, untuk bernafas
perilaku untuk misalnya posisi semi
memperbaiki fowler d. Memberikan pasien
bersihan jalan d. Dorong/ bantu latihan beberapa cara untuk
nafas, misalnya: nafas abdomen atau mengatasi dan
batuk efektif dan bibir mengontrol dipsnea dan
mengeluarkan menurunkan jebakan
sekret. udara
e. Batuk dapat menetap,
e. Observasi tetapi tidak efektif.
karakteristik batuk, Batuk paling efektif
bantu tindakan untuk pada posisi duduk
memperbaiki tinggi atau kepala di
keefektifan upaya bawah setelah perkusi
batuk dada.
f. Hidrasi menurunkan
f. Berikan air hangat kekentalan sekret dan
sesuai toleransi mempermudah
jantung. pengeluaran.
2. Gangguan Setelah dilakukan a. Kaji, frekuensi, a. Manifestasi distres
pertukaran gas tindakan kedalaman, dan pernafasan tergantung
berhubungan keperawatan kemudahan pada derajat
dengan adanya perbaikan pernafasan keterlibatan paru dan
perubahan ventilasi dan status kesehatan umum
membran oksigenasi
b. Observasi warna b. Sianosis menunjukkan
alveolus kapiler, jaringan dengan
kulit, membran vasokontriksi atau
gangguan GDA dalam
mukosa dan kuku. respon tubuh terhadap
kapasitas rentang normal
pembawa dan tidak ada demam/ menggigil dan
Catat adanya sianosis
oksigen darah, distres pernafasan terjadi hipoksemia
gangguan c. Kaji status mental c. Gelisah, mudah
pengiriman KH: terangsang, bingung
oksigen. -Menunjukkan dapat menunjukkan
adanya perbaikan hipoksemia
ventilasi dan d. Awasi frekuensi d. Takikardi biasanya ada
oksigenasi jantung/ irama karena akibat adanya
jaringan
demam/ dehidrasi
-Berpartisispasi
pada tindakan e. Awasi suhu tubuh. e. Mempertahankan PaO2

untuk Bantu tindakan di atas 60 mmHg


memaksimalkan kenyamanan untuk

oksigenasi mengurangi demam


dan menggigil
f. Tinggikan kepala dan f. Tindakan ini
dorong sering meningkatkan inspirasi
mengubah posisi, maksimal,
nafas dalam, dan meningkatkan
batuk efektif pengeluaran sekret
untuk memperbaiaki
ventilasi
g. Kolaborasi pemberian g. Demam tinggi sangat
oksigen dengan benar meningkatkan
sesuai dengan indikasi kebutuhan metabolik
dan kebutuhan oksigen
dan mengganggu
oksigenasi seluler.
3. Pola nafas tidak Setelah dilakukan a. Bantu fisioterapi a.Kecepatan biasanya
efektif tindakan dada, postural meningkat, dispnea,
drainage
berhubungan keperawatan 2x24 dan terjadi peningkatan
dengan proses jam pola nafas kerja nafas, kedalaman
inflamasi dalam efektif dengan bervariasi, ekspansi
alveoli frekuensi dan dada terbatas
kedalaman dalam b. Auskultasi bunyi b.Bunyi nafas menurun/
rentang normal nafas dan catat tidak ada bila jalan
adanya bunyi nafas
dan paru jelas/ nafas terdapat obstruksi
adventisius
bersih kecil
c.Duduk tinggi
c. Tinggikan kepala dan memungkinkan
bentu mengubah
ekspansi paru dan
posisi
memudahkan
pernafasan.
d.Batuk biasanya
d. Observasi pola batuk
mengeluarkan sputum
dan karakter secret
dan mengindikasikan
adanya kelainan
e.Dapat meningkatkan
e. Bantu pasien untuk pengeluaran sputum
nafas dalam dan
latihan batuk efektif
f.Memaksimalkan
f. Kolaborasi pemberian bernafas dan
oksigen tambahan
menurunkan kerja nafas
g.Memudahkan upaya
pernafasan dan
g. Berikan humidifikasi meningkatkan drainage
tambahan
sekret dari segmen paru
ke dalam bronkus
h.Memberikan
kelembaban pada
h. Kaji frekuensi,
membran mukosa dan
kedalaman pernafasan
dan ekspansi dada. membantu pengenceran
sekret untuk
memudahkan
pembersihan
4. Gangguan Setelah dilakukan a. Kaji perubahan tanda a.Untuk menunjukkan
keseimbangan vital, contoh adnya kekurangan
tindakan
cairan dan :peningkatan suhu, cairan sisitemik
elektrolit keperawatan takikardi, hipotensi
berhubungan b. Kaji turgor kulit, b.Indikator langsung
menunjukkan
dengan kelembaban membran keadekuatan masukan
keseimbangan
kehilngan cairan mukosa (bibir, lidah) cairan
berlebih, cairan dan c. Catat lapporan mual/ c.Memperbaiki ststus
penurunan muntah kesehatan
elektrolit
masukan oral d. Pantau masukan dan d.Memberikan informasi
haluaran urine tentang keadekuatan
volume cairan dan
kebutuhan penggantian
e. Kolaborasi pemberian e.Adanya gejala ini
obat sesuai indikasi. menurunkan masukan
oral
5. Nutrisi kurang Setelah diakukan a. Identifikasi faktor a.Pilihan intervensi
dari kebutuhan tindakan yang menimbulkan tergantung pada
tubuh keperawatan mual/ muntah penyebab masalah
berhubungan menunjukkan b. Berikan wadah b.Menghilangkan
dengan peningkatan tertutup untuk sputum bahaya, rasa, bau,dari
peningkatan nafsu makan dan dan buang sesering lingkungan pasien dan
kebutuhan mempertahankan/ mungkin, bantu dapat menurunkan
metabolik meningkatkan kebersihan mulut mual
sekunder berat badan c. Jadwalkan c.Menurunkan efek mual
terhadap demam pengobatan yang berhubungan
dan proses pernafasan sedikitnya dengan pengobatan ini
infeksi, 1 jam sebelum makan
anoreksia, d. Auskultasi bunyi d.Bunyi usus mungkin
distensi usus, observasi/ menurun bila proses
abdomen palpasi distensi infeksi berat, distensi
abdomen abdomen terjadi
sebagai akibat menelan
udara dan menunjukkan
pengaruh toksin bakteri
pada saluran gastro
intestinal
e. Berikan makan porsi e.Tindakan ini dapat
kecil dan sering meningkatkan masukan
termasuk makanan meskipun nafsu makan
kering atau makanan mungkin lambat untuk
yang menarik untuk kembali
pasien
f. Evaluasi status nutrisi f.Adanya kondisi kronis
umum, ukur berat dapat menimbulkan
badan dasar. malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap
infeksi, atau lambatnya
responterhadap terapi
6. Intoleransi Peningkatan a. Evakuasi respon a.Menetapkan
aktifitas toleransi terhadap pasien terhadap kemampuan/ kebutuhan
berhubungan aktifitas. aktivitas pasien dan
dengan memudahkan pilihan
insufisiensi intervensi
oksigen untuk b. Berikan lingkungan b.Menurunkan stres dan
aktifitas hidup yang tenang dan rangsangan berlebihan,
sehari-hari. batasi pengunjung meningkatkan istirahat
selama fase akut
c.Tirah baring
c. Jelaskan pentingnya
dipertahankan untuk
istitahat dalam
menurunkan kebutuhan
rencana pengobatan
metabolik
dan perlunya
keseimbamgan
aktivitas dan istirahat
d. Bantu aktivitas d.Meminimalkan
perawatan diri yang kelelahan dan
diperlukan membantu
keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen

DAFTAR PUSTAKA
.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC

Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakata : EGC.

Elizabeth, J.C. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika Nettina,
Sandra M.(2001).Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC

Prince, S.A. & Wilson L.M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi
IV. Jilid 2. Jakarta: EGC.
Reevers, Charlene J, et all. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medika.

Reeves, C.J. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I. Jakarta :
EGC.

Wong, O.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Zul, Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai