Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)

F5. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR


DAN TIDAK MENULAR

DEKOMPENSASIO KORDIS

Oleh :
dr. Selvi Destaria

DOKTER INTERNSHIP ANGKATAN XIII


PERIODE 16 AGUSTUS 2014 – 15 DESEMBER 2014
PUSKESMAS DHARMA RINI KABUPATEN TEMANGGUNG
BAB I
LATAR BELAKANG

Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan


menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta
meningkatnya umur harapan hidup (UHH). Pada tahun 1983 UHH sebesar 58
tahun dan pada tahun 1988 meningkan menjadi 63 tahun. Proporsi penduduk
Indonesia umur 55 tahun ke atas paha tahun 1980 sebesar 7.7 % dari seluruh
populasi, tahun 2000 meningkat menjadi 9.37% dan diperkirakan tahun 2010
proporsi tersebut meningkat menjadi 12 %, serta UHH meningkat menjadi 65-70
tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur penduduk Indonesia bergerak
ke arah struktur penduduk yang semakin menua (ageing population). Kondisi ini
sebagai indikator bahwa kesejahteraan dan derajat kesehatan masyarakat
mengalami peningkatan.
Peningkatan UHH akan menambah jumlah lanjut usia yang akan
berdampak pada pergeseran pola penyakit di masyarakat dai penyakit infeksi ke
penyakit degenerasi. Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan,
sedangkan penyakit tidak menular (PTM) cenderung mengalami peningkatan.
PTM seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif
dan kanker tertentu, dalam kesehatan masyarakat sebenarnya dapat digolongkan
sebagai satu kelompok PTM utama yang mempumyai faktor resiko sama
(common underlying risk factor). Faktor resiko tersebut antara lain konsumsi
rokok, pola makan yang tidak seimbang, makanan yang mengandung zat adiktif,
kurang berolah raga dan adanya kondisi lingkungan yang tidak kondusif terhadap
kesehatan.
PTM beserta faktor resikonya, sangat berhubungan erat dengan keadaan
sosial ekonomi dan kualitas hidup, yaitu tingkat pendidikan dan pengangguran.
Pilihan gaya hidup terkadang lebih mencerminkan kemampuan sosial ekonomi
dibanding karena keinginan individu tersebut. Oleh karena itu suatu pendekatan
yang terpadu dan multi sektoral yang sesuai siklus kehidupan (whole life
approach) sangat diperlukan.
Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001,
dikalangan penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkan bahwa 27% laki-laki
dan 29% wanita menderita hipertensi, 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik
dan stroke, 1,2% diabetes, 1,3% laki-laki dan 4,6% wanita mengalami kelebihan
berat badan (obesitas), dan yang melakukan olah raga 3 kali atau lebih berminggu
hanya 14,3%. Laki-laki umur 25-65 tahun yang mengkonsumsi rokok sangat
tinggi yaitu sebesar 54,5% dan wanita sebesar 1,2%.
Proporsi kematian akibat PTM meningkat dari 25,41% (tahun 1980)
menjadi 48,53% (tahun 2001). Proporsi kematian karena penyakit kardiovaskuler
meningkat dari 9,1% (tahun 1986) menjadi 26,3% (tahun 2001), jantung iskemik
dari 2,5% (tahun 1980) menjadi 14,9% (tahun 2001), dan stroke dari 5,5% (tahun
1986) menjadi 11,5% (tahun 2001). Sedangkan kematian akibat penyakit kanker
meningkat dari 3,4% (tahun 1980) menjadi 6% (tahun 2001). Penyakit
kardiovaskuler sebagai penyebab kematian meningkat dari urutan ke 11 (SKRT,
1972) menjadi urutan ke 3 (SKRT, 1986) dan menjadi penyebab kematian pertama
(SKRT, 1992, 1995, 2001). Selain itu secara global, Organisasi Kesehatan Sedunia
(WHO) memperkirakan PTM telah menyebabkan 60% kematian dan 43%
kesakitan.
PTM merupakan penyakit yang dapat dicegah bila faktor resiko
dikendalikan, sehingga perawatan pasien PTM mencerminkan kegagalan dari
pengelolaan program pencegahan dan penanggulangan. Pencegahan dan
penanggulangan PTM merupakan kombinasi upaya inisiatif pemeliharaan
kesehatan mandiri oleh petugas dan individu yang bersangkutan. Tantangan yang
dihadapi adalah bagaimana mengembangkan suatu sistem pelayanan yang dapat
mendukung upaya pemeliharaan kesehatan mandiri, dengan melakukan redefinisi
peran dan fungsi seluruh sarana pelayanan kesehatan, untuk menghubungkan
pelayanan medis dengan pendekatan promosi dan pencegahan.
WHO memperkirakan 15 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit
jantung setiap tahun, sama dengan 30% total kematian di dunia. Pembaruan 2010
dari American Heart Association (AHA) memperkirakan bahwa terdapat 5,8 juta
orang dengan gagal jantung di Amerika Serikat pada tahun 2006 dan juga terdapat
23 juta orang dengan gagal jantung di seluruh dunia.
Hasil penelitian WHO (2002) menunjukkan bahwa 62% kasus stroke dan
49% kasus serangan jantung disebabkan oleh hipertensi. Secara global, hipertensi
diestimasikan penyebab kepada 7,1 juta angka kematian, sekitar 13 % dari nilai
total. Kematian akibat penyakit kardiovaskuler khususnya decompensasi cordis
adalah 27 %. Sekitar 3 - 20 per 1000 orang mengalami decompensasi cordis,
angka kejadian decompensasi cordis meningkat seiring pertambahan usia (100 per
1000 orang pada usia di atas 60 tahun).
Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi
masalah serius di dunia. American Heart Association (AHA) pada tahun 2004
melaporkan 5,2 juta penduduk Amerika menderita gagal jantung. Di Asia tercatat
38,4% juta penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diprediksi akan meningkat
menjadi 67,4 juta orang pada tahun2005. Menurut Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) di Indonesia tahun1995, prevalensi hipertensi untuk penduduk
berumur > 25 tahun adalah 8,3 %,dengan prevalensi pada laki-laki sebesar 7,4 %
dan pada perempuan sebesar 9,1%. Berdasarkan SKRT tahun 2004, prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 14 %, dengan prevalensi laki-laki sebesar12,2%
dan perempuan 15,5%. Penyakit system sirkulasi dari hasil SKRT tahun 1992,
1995,dan 2001 selalu menduduki peringkat pertama dengan prevalensi terus
meningkat yaitu 16%, 18,9%, dan 26,4%. Di Indonesia berdasarkan data DepKes
2005 penyakit jantung koroner menempati urutan ke 5 sebagai penyebab kematian
terbanyak diseluruh Rumah Sakit di Indonesia dengan jumlah kematian 2.557
orang.
Prognosis dari gagal jantung akan jelek bila dasar atau penyebabnya tidak
dapat diperbaiki. Seperdua dari pasien gagal jantung akan meninggal dunia dalam
4 tahun sejak diagnosis ditegakkan dan pada keadaan gagal jantung berat lebih
dari 50 % akan meninggalpada tahun pertama. Prevalensi gagal jantung pada DM
mendekati 20%. Menurut Boyer dkk prevalensi gangguan diastolik pada DM yang
normotensi sebanyak 75%.
Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung
memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah
kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. Jenis pelayanan
kesehatan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya
kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya
kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta
kemampuan puskesmas. Salah satu usaha kesehatan tersebut adalah upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau P2PM. Dekompensasio
kordis atau gagal jantung merupakan suatu penyakit tidak menular di masyarakat.
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan
perorang dan pelayanan kesehatan masyarakat, diharapkan dapat mengurangi
angka morbiditas maupun mortalitas akibat penyakit tidak menular di
masyarakat .
BAB II
PERMASALAHAN

1. IDENTITAS
Nama : Tn. H
Umur : 78 tahun
Jenis kelamin : pria
Alamat : Jampirejo Tengah 05/02, Temanggung
Pekerjaan : tidak bekerja
Agama : Islam
Suku : Jawa

2. Anamnesis
 Riwayat Penyakit Sekarang
 2 hari sebelum berobat ke Puskesmas pasien mengeluh sesak nafas yang
timbul secara terus menerus sepanjang hari, namun penderita masih dapat
beraktivitas seperti biasa. Sesak tidak dipengaruhi cuaca dan emosi. Sesak
akan bertambah jika pasien beraktivitas seperti berjalan dan tidur dengan
posisi terlentang. Sesak berkurang saat beristirahat, duduk, tidur setengah
duduk. Saat tidur pasien merasa nyaman dengan menggunakan 2 bantal
sebagai penyangga punggung. Penderita pernah mengeluh terbangun dari
tidur oleh karena sesak. Penderita terkadang batuk dengan dahak berwarna
putih cair, tanpa adanya darah. Riwayat kedua tungkai bengkak disangkal.
Buang air kecil lancar, tidak sakit, warna kuning. BAB tidak lancar sudah
tiga hari, perut terasa sakit. Lalu pasien berobat ke Puskesmas (27/9/2014).
 Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien sudah sering berobat ke Puskesmas karena sesak dan membaik
jika minum obat
- Riwayat hipertensi (+)
- Riwayat asam urat (+)
- Riwayat diabetes disangkal
- Riwayat merokok (+) berhenti sekitar 3 tahun lalu
 Riwayat Penyakit keluarga
Riwayat anggota keluarga sakit serupa disangkal.
 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien sudah tidak bekerja dan tinggal di sebuah rumah kontrakan terpisah
dari anak pasien.

3. Pemeriksaan Fisik (27/9/2014)


Keadaan umum : dispneu (-), orthopneu (-)
Kesadaran : komposmentis, GCS E4M6V5 = 15
TV : TD : 150/90 mmHg
N : 110x/menit, reguler, isi dan tegangan kurang
RR : 24 x / menit, tidak kusmaul
t : afebris
Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
THT : dalam batas normal
Leher : JVP R+0 cm, deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar getah
bening leher (-)
Toraks : bentuk normal, simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Pulmo : I : Simetris statis dinamis.
Pa : Stem fremitus kanan = kiri
Pe :Sonor seluruh lapangan paru
Au : Depan : SD vesikuler (+/+), ST RBH (+/+) pada
kedua basal paru
Belakang : SD vesikuler (+/+), ST RBH (+/+) pada
kedua basal paru
Cor
Inspeksi :iktus kordis tak tampak
Palpasi :iktus kordis teraba di SIC IV 2 cm medial linea
midclavicula sinistra, tidak kuat angkat, tidak melebar,
pulsasi parasternal (-), pulsasi epigastrial (+), sternal lift
(-), thrill (-)
Perkusi : Batas atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas kiri : SIC V 2 cm medial linea mid clavicula
sinistra
Batas kanan : SIC IV linea parasternalis dekstra
Pinggang jantung cekung
Auskultasi : HR 110x/menit, reguler, Bunyi Jantung I-II Murni,
bising (-), gallop (-).

Abdomen
Inspeksi : datar, venektasi (-)
Auskultasi : bising usus positif normal
Perkusi : timpani, area traube timpani, pekak sisi (+) normal, pekak
alih (-)
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan regio
umbilikal (+)

Ekstremitas : Superior Inferior


- Oedem -/- -/-
- Sianosis -/- -/-
- Pucat -/- -/-
- Akral dingin -/- -/-
- Jari tabuh -/- -/-

4. Diagnosis Kerja
- Decompensatio cordis
- Hipertensi stage I
- Konstipasi

Follow up: home visit (2/10/2014)

Tanggal Keluhan PF Dx
2/10/2014 Sesak masih dirasa Tanda vital: -Dekompensasio
TD = 140/90 mmHg
namun sudah kordis
RR = 24 x/ menit
berkurang, pasien Nadi = 100 x / menit -Hipertensi stg I
T = afebris
sudah bisa BAB.
Mata: CPP -/-, SI -/-
THT: dbn
Cor: BJ I-II N, gallop (-)
Pulmo: SDV (+/+), RBH
(-/-)
Abd: dbn

BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Pada kasus ini, intervensi yang dapat dilakukan adalah melakukan


penyuluhan secara langsung kepada pasien dan anggota keluarga yang lain
yang berhubungan langsung dengan pasien. Sehingga diharapkan keluarga
dapat mengetahui bagaimana pengelolaan terhadap pasien, pencegahan
terjadinya penyakit terhadap anggota keluarga lain dalam lingkup terdekatnya.
Intervensi dilakukan dengan cara melakukan Home Visit (Kunjungan
Rumah) dan melakukan wawancara secara langsung kepada pasien dan
anggota keluarga lain. Kemudian dilakukan suatu edukasi mengenai
dekompensasio kordis.
.BAB IV
PELAKSANAAN

Telah dilakukan kunjungan ke rumah pasien di daerah Jampirejo Tengah


RT 05/02 pada tanggal 2 Oktober 2014. Pasien tidak tinggal bersama keluarga
sehingga edukasi terhadap keluarga tidak dilakukan, namun pasien tinggal
bersama warga lain di kontrakan tersebut, yaitu teman usia sebaya sehingga
edukasi juga dilakukan terhadap warga tersebut.
Edukasi yang diberikan antara lain:
 Pengertian dekompensasio kordis atau gagal jantung
 Gejala dan tanda penyakit tersebut
 Faktor risiko terjadi dekompensasio kordis, seperti: Hipertensi, konsumsi
alkohol, merokok, obat-obatan, penyakit jantung koroner, diabetes melitus,
dll.
 Kunci untuk mencegah gagal jantung adalah dengan mengurangi faktor –
faktor yang beresiko. Misalnya dengan mengontrol atau menghilangkan
banyak faktor – faktor resiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan
penyakit arteri koroner. Hal tersebut bisa teratasi misalnya dengan melakukan
perubahn gaya hidup bersama dengan bantuan obat apapun yang diperlukan.
Perubahan – perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan meliputi :
 Tidak merokok
 Mengendalikan kondisi tertentu, seperti tekanan darah tinggi,
kolesterol tinggi dan diabetes.
 Tetap aktif secar fisik
 Makan makanan yang sehat, diet rendah garam
 Menjaga berat badan yang sehat
 Mengurangi dan mengelola stres
 Membiasakan diri berolah raga
 Menghimbau pasien agar rajin kontrol dan meminum obat yang diberikan di
pelayanan kesehatan.
BAB V

MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan memberikan pertnyaan balik


kepada pasien setelah dokter menjelaskan tentang dekompensasio kordis (gagal
jantung), faktor risiko, pengelolaan dan pencegahan gagal jantung guna
mengetahui seberapa besar pasien dapat menerima informasi yang telah diberikan.
Dari respon yang diberikan, pasien cukup dapat menyerap informasi dan memiliki
kesadaran untuk merubah gaya hidup guna mencegah terjadinya perburukan pada
kondisi penyakitnya.
Komentar/feedback

Temanggung, 4 Oktober 2014

Pembimbing Dokter Internship, Dokter Internship,

dr. Novelia Dian Trenggonowati dr. Selvi Destaria


NIP. 19621104 1990102001

Anda mungkin juga menyukai