Anak adalah titipan Illahi. Ia merupakan sebuah amanat Allah yang diberikan kepada setiap orang tua.
Oleh karena itu, sudah semestinya setiap orang tua benar-benar memperhatikan tentang pendidikan
dan pembinaan bagi anak-anaknya. Orang tua hendaknya melindungi anak dari hal-hal yang dapat
menjatuhkan anak dan dirinya sendiri dari hal-hal yang dapat mengundang kemurkaan Allah.
Wahai Ibu, ketahuilah bahwa dosa yang paling besar dan tidak akan Allah ampuni adalah dosa
kesyirikan. Sehingga sebagai seorang pendidik, kita harus memprioritaskan pembinaan tauhid pada
anak-anak kita daripada yang lain. Tapi bukan berarti pendidikan yang lainnya lalu kita abaikan.
Orang tua berkewajiban mentarbiyah anak-anaknya sejak usia dini untuk mentauhidkan Allah dan
menjauhi kesyirikan. Sejak kecil hendaknya orang tua melindungi anak dari perbuatan-perbuatan
kesyirikan. Misalnya adalah penggunaan jimat. Jimat, biasa digunakan untuk melindungi si pemilik
jimat dari mara bahaya. Dalam masyarakat kita, masih sangat banyak para orang tua yang
menggunakan jimat untuk melindungi anaknya dari kesialan, bahaya, serangan penyakit, dan lain-lain.
Kita berlindung kepada Allah dari segala perbuatan yang mengantarkan kepada kesyirikan.
Hakikat Jimat
Jimat atau tamimah pada masa jahiliyah adalah sesuatu yang dikalungkan pada anak kecil atau
binatang dengan maksud untuk menolak ‘ain. Namun hakikat jimat tidak terbatas pada bentuk dan
kasus tertentu akan tetapi mencakup semua benda dari bahan apapun dan bagaimanapun cara
pakainya. Ada yang terbuat dari bahan kain, benang, kerang maupun tulang baik dipakai dengan cara
dikalungkan, digantungkan, dan sebagainya. Tempatnya pun bervariasi, baik di mobil, rumah, leher,
kaki, dan sebagainya.
Contohnya seperti kalung, batu akik, cincin, sabuk (ikat pinggang), rajah (tulisan arab yang ditulis
perhuruf dan kadang ditulis terbalik), selendang, keris, atau benda-benda yang digantungkan pada
tempat-tempat tertentu, seperti di atas pintu kendaraan, di pintu depan rumah, diletakkan pada ikat
pinggang atau sebagi ikat pinggang, sebagai susuk, atau ditulis di kertas, dibakar lalu diminum, dan
lain-lain dengan maksud untuk menolak bahaya.
Hukum Jimat
Pertama, jimat yang tidak bersumber dari Al-Qur’an. Jimat jenis inilah yang dilarang oleh syariat
Islam. Jika seseorang percaya bahwa jimat itu dapat berpengaruh tanpa kehendak Allah maka ia
terjerumus dalam perbuatan syirik besar karena hatinya telah bersandar kepada selain Allah. Adapun
jika seseorang meyakini bahwa jimat itu hanya sebagai sebab dan tidak memiliki kekuatan sendiri
maka ia terjatuh dalam perbuatan syirik kecil.
Kedua, jimat yang bersumber dari Al-Qur’an. Dalam hal ini ulama berbeda pendapat, ada sebagian
yang membolehkan dan ada yang melarangnya. Adapun pendapat yang paling kuat dalam hal ini
adalah terlarang, meskipun hukumnya tidak syirik karena menggunakan Al-Qur’an disini berarti
bersandar pada kalamullah bukan bersandar kepada makhluk. Mengapa dilarang? Karena keumuman
dalil tentang keharaman jimat, tidak peduli jimat tersebut berupa Al-Qur’an ataupun bukan. Dengan
membolehkan jimat yang berasal dari ayat Al-Qur’an, kita telah membuka peluang menyebarnya
jimat yang bukan berasal dari Al-Qur’an yang jelas-jelas haram.
Maka, sarana yang dapat mengantar kepada perbuatan haram mempunyai hukum yang sama dengan
perbuatan haram itu sendiri. Selain itu, pemakaian jimat dari Al-Qur’an juga mengandung unsur
penghinaan terhadap Al-Qur’an, yaitu ketika dibawa tidur, buang hajat, atau sedang berkeringat dan
semacamnya. Hal seperti ini tentu bertentangan dengan kesucian Al-Qur’an. Selain itu juga, jimat ini
dapat pula dimanfaatkan oleh para pembuatnya untuk menyebarkan kemusyrikan dengan alasan jimat
yang dibuatnya dari Al-Qur’an.
Terdapat banyak dalil dari Al-Qur’an dan hadits yang memberitakan tentang pengharaman jimat.
Beberapa dalil tersebut antara lain:
Allah berfirman, yang artinya, “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab: “Allah”. Katakanlah: “Maka
terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan
kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu,
atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?”.
Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah
diri.” (Qs. Az-Zumar: 38)
Dari ayat di atas dapat kita renungkan bahwa berhala-berhala sesembahan orang musyrik tersebut
tidak mampu memberikan manfaat atau menolak madharat bagi penyembahnya karena memang
berhala bukan merupakan sebab untuk mencapai maksud penyembahnya. Begitu pula dengan para
pengguna jimat yang telah mengambil sebab yang bukan merupakan sebab.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat seseorang yang memakai gelang kuningan di
tangannya, maka beliau bertanya, “Apa ini?”
Nabipun bersabda, “Lepaskanlah, karena dia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu. Jika
kamu mati sedang gelang itu masih ada pada tubuhmu maka kamu tidak akan beruntung selama-
lamanya.” (HR. Ahmad)
Wahai ibu, sebagai seorang muslim kita seharusnya meyakini dengan sepenuh hati bahwa manfaat dan
mudharat itu ada di tangan Allah sehingga kita tidak boleh menggantungkan hati kepada selain Allah.
Kita wajib bertawakkal hanya kepada Allah saja. Allah berfirman yang artinya,
“Dan hanya kepada Allah saja hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal.” (Qs. Ibrahim: 11)
Ketahuilah, sesungguhnya jimat tidak dapat menolak dan menghilangkan apa yang telah Allah
takdirkan. Hal inilah yang harus kita tanamkan pada diri anak-anak kita. Dengan menghindar dari
kesyirikan ketika mentarbiyah anak, semoga menjadikan kita sebagai pendidik mulia yang dapat
melahirkan generasi yang terlindungi dari kegelapan syirik. Waallahu a’lam.
Diringkas dari:
1. Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Pustaka
Imam Asy-Syafi’i.
2. Jimat, Gaya Hidup Modern (Abu Abdirrahman), Buletin Dakwah At-Tauhid edisi no.34/ Thn 1
Zaman modern seperti saat ini masih banyak praktek-praktek ilmu hitam atau sihir yang bisa sangat
merugikan. Efeknya bukan hanya pada orang dewasa, tapi juga anak-anak. Termasuk gangguan
makhluk-makhluk halus yang bisa datang kapan saja.
3. Jimat jadi salah satu benda yang sering ditaruh dekat anak atau dipakaikan, untuk mencegah
mereka terkena efek sihir atau gangguan jin. Pada anak-anak terutama bayi yang baru lahir,
banyak orangtua yang menaruh berbagai benda yang dipercaya memiliki kekuatan gaib untuk
menangkal bala.
4. Lalu bagaimana Islam memandang hal tersebut? Seperti dikutip dari situs Nahdlatul Ulama,
jika jimat didapatkan dari dukun atau paranormal penggunaan jimat tersebut bisa masuk dalam
kategori sirik.
5. Syirik adalah pengakuan segala sifat ketuhanan terhadap selain Allah. Sehingga selain Allah,
dalam keyakinan yang bersangkutan, memiliki kekuatan setara dengan-Nya yang dapat
memberikan manfaat dan mudharat kepada makhluk-Nya. Padahal tidak ada kekuatan selain
Allah. Tidak ada satupun yang dapat memberikan manfaat dan mudharat sedikitpun kecuali
Allah SWT.
6. Adapun berlindung kepada Allah merupakan sebuah perintah mutlak bagi orang yang beriman.
Karenanya tidak heran kalau para orangtua memohon perlindungan Allah untuk anak-anak
mereka.
7. Sebuah hadits diriwayatkan oleh Sunan Abu Dawud dan At-Turmudzi dari Amr bin Syu‘aib,
dari bapaknya, dari kakeknya bahwa mengajarkan mereka sejumlah kalimat ketika rasa takut
mencekam. " Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, kejahatan
para hamba-Nya, dan godaan setan. Aku pun berlindung kepada-Nya dari kepungan setan itu"
.
8. Abdullah bin Amr mengajarkan kalimat ini kepada anak-anaknya yang sudah bisa mengerti
pelajaran. Kepada anak-anak balitanya yang belum bisa menangkap pelajaran, Abdullah
menulis kalimat (yang diajarkan Rasulullah SAW) itu, lalu menggantungkannya di tubuh
mereka. Imam At-Turmudzi mengatakan, hadits ini hasan,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-
Adzkar Al-Muntakhabah min Kalami Sayyidil Abrar, Mesir, Darul Hadits, tahun 2003 M/1424
H, halaman 102).
9. Untuk mengalungkan kalimat thayyibah kepada anak-anak dibolehkan sebagai bentuk doa
yang dimohonkan kepada Allah SWT. Tapi penting untuk bukan meyakini kalung dan gelang
itu mengandung kekuatan. Kalung dan gelang yang mengandung kalimat thayyibah adalah
ikhtiar doa para orang tua. Selengkapnya baca di sini.
10. Hukum Jimat atau Menggantungkan Jimat, dan Apakah Jimat Itu Dapat Menolak
Hipnotis atau Hasad
11.
12. Saya ingin tahu, apakah boleh menggunakan jimat? Saya pernah membaca kitab At-Tauhid
dan beberapa buku lain tulisan Bilal Filibis. Hanya saja, saya pernah mendapat sebagian hadits
dalam Al-Muwattha yang membolehkan sebagian bentuk jimat. Dalam kitab tauhid juga
disebutkan bahwa sebagian ulama As-Salaf membolehkan juga. Hadits-hadits tersebut ada
pada juz ke lima dalam Al-Muwattha, disebutkan pada nomor 4, 11 dan 14. Kami harap,
Syaikh memberikan jawaban, dan memberitahukan tentang keabsahan hadits-hadits itu,serta
memberikan kepada saya pengetahuan dalam persoalan ini. Terima kasih.
13. Published Date: 2002-04-09
14. Kami tidak berhasil mendapatkan hadits yang hendak ditanyakan oleh penanya tentang
keabsahannya. Karena kami tidak bisa mengenali hadits-hadits yang dimaksud. Sebab,
penanya menyebutkan bahwa hadits-hadits itu dalam Al-Muwattha' juz ke 50, padahal Al-
Muwattha cuma ada satu juz saja. Oleh sebab itu, kami akan menyebutkan beberapa lafazh
hadits yang bisa kami dapatkan dan telah dijelaskan hukumnya oleh para ulama, semoga
sebagian di antaranya adalah hadits yang dikehendaki penanya:
15. 1. Hadits dari Ibnu Mas'ud bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membenci sepuluh hal:
wewangian sufrah yakni khaluq, merubah warna uban menjadi hitam, melabuhkan kain,
mengenakan cincin emas, memukul-mukulkan kaki, mengenakan perhiasan tidak pada
tempatnya, menggunakan jampi-jampi selain dengan mu'awwidzat, mengalungkan jimat,
memindahkan aliran air dari asalnya dan merusak anak, namun tidak sampai
mengharamkannya." (HR. An-Nasaa-i (50880) dan Abu Dawud (4222)
Arti khaluq adalah sejenis wewangian berwarna kuning. Memindahkan aliran air, artinya
menghindarkan masuknya mani ke rahim Isteri. Merusak anak kecil, artinya adalah bersetubuh
dengan isteri yang masih menyusui. Arti bahwa Nabi tidak mengharamkannya, yakni bahwa
beliau hanya membencinya. Hadits tersebut dilemahkan oleh Muhammad Nasiruddien Al-
Albani dalam Dha'if An-Nasaa-i (3075)
16. 2. Dari Zainab binti Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu 'anhum, dari Abdullah diriwayatkan
bahwa ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya jampi-jampi, jimat dan tiwalah adalah syirik." Zainab bertanya: "Kenapa
engkau berkata demikian? Demi allah, dahulu mataku pernah tertimpuk. Aku berbolak-balik
datang menemui seorang Yahudi yang menjampi-jampiku. Apabila ia menjampiku, aku
merasa senang." Abdullah menanggapi: "Itu adalah amalan syetan. Syetan yang menusuk-
nusuk dengan tangannya. Bila ia menjampi Anda, syetan itu menghilangkannya. Sebenarnya
cukup bagi Anda mengucapkan yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:
17. Adzhibil ba-sa Rabban naas, isyfi antasy Syafi, laa syifaa-a illa syifa-uk, syifaa-un laa
yughadiru saqaman
18. "Hilangkanlah penyakit ini wahai Rabb sekalian manusia. Sembuhkanlah, sesungguhnya
Engkau Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan selain kesembuhan dari-Mu,
kesembuhan yang tidak menyisakan lagi rasa sakit.."
19. (HR. Abu Dawud -3883-, dan Ibnu Majah -3530) Hadits itu dishahihkan oleh Al-Albani dalam
Silsilah Ash-Shahihah (331) dan (2972)
20. 3. Dari Utbah bin Amir Radhiallahu 'anhu diriwayatkan bahwa ia berkata: Aku pernah
mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: