Anda di halaman 1dari 7

Penyusun: Ummu Nafisah

Muraja’ah: Ustadz Nur Kholis bin Kurdian

Anak adalah titipan Illahi. Ia merupakan sebuah amanat Allah yang diberikan kepada setiap orang tua.
Oleh karena itu, sudah semestinya setiap orang tua benar-benar memperhatikan tentang pendidikan
dan pembinaan bagi anak-anaknya. Orang tua hendaknya melindungi anak dari hal-hal yang dapat
menjatuhkan anak dan dirinya sendiri dari hal-hal yang dapat mengundang kemurkaan Allah.

Wahai Ibu, ketahuilah bahwa dosa yang paling besar dan tidak akan Allah ampuni adalah dosa
kesyirikan. Sehingga sebagai seorang pendidik, kita harus memprioritaskan pembinaan tauhid pada
anak-anak kita daripada yang lain. Tapi bukan berarti pendidikan yang lainnya lalu kita abaikan.

Orang tua berkewajiban mentarbiyah anak-anaknya sejak usia dini untuk mentauhidkan Allah dan
menjauhi kesyirikan. Sejak kecil hendaknya orang tua melindungi anak dari perbuatan-perbuatan
kesyirikan. Misalnya adalah penggunaan jimat. Jimat, biasa digunakan untuk melindungi si pemilik
jimat dari mara bahaya. Dalam masyarakat kita, masih sangat banyak para orang tua yang
menggunakan jimat untuk melindungi anaknya dari kesialan, bahaya, serangan penyakit, dan lain-lain.
Kita berlindung kepada Allah dari segala perbuatan yang mengantarkan kepada kesyirikan.

Hakikat Jimat

Jimat atau tamimah pada masa jahiliyah adalah sesuatu yang dikalungkan pada anak kecil atau
binatang dengan maksud untuk menolak ‘ain. Namun hakikat jimat tidak terbatas pada bentuk dan
kasus tertentu akan tetapi mencakup semua benda dari bahan apapun dan bagaimanapun cara
pakainya. Ada yang terbuat dari bahan kain, benang, kerang maupun tulang baik dipakai dengan cara
dikalungkan, digantungkan, dan sebagainya. Tempatnya pun bervariasi, baik di mobil, rumah, leher,
kaki, dan sebagainya.

Contohnya seperti kalung, batu akik, cincin, sabuk (ikat pinggang), rajah (tulisan arab yang ditulis
perhuruf dan kadang ditulis terbalik), selendang, keris, atau benda-benda yang digantungkan pada
tempat-tempat tertentu, seperti di atas pintu kendaraan, di pintu depan rumah, diletakkan pada ikat
pinggang atau sebagi ikat pinggang, sebagai susuk, atau ditulis di kertas, dibakar lalu diminum, dan
lain-lain dengan maksud untuk menolak bahaya.

Hukum Jimat

Secara wujudnya, jimat terbagi menjadi dua macam:

Pertama, jimat yang tidak bersumber dari Al-Qur’an. Jimat jenis inilah yang dilarang oleh syariat
Islam. Jika seseorang percaya bahwa jimat itu dapat berpengaruh tanpa kehendak Allah maka ia
terjerumus dalam perbuatan syirik besar karena hatinya telah bersandar kepada selain Allah. Adapun
jika seseorang meyakini bahwa jimat itu hanya sebagai sebab dan tidak memiliki kekuatan sendiri
maka ia terjatuh dalam perbuatan syirik kecil.

Kedua, jimat yang bersumber dari Al-Qur’an. Dalam hal ini ulama berbeda pendapat, ada sebagian
yang membolehkan dan ada yang melarangnya. Adapun pendapat yang paling kuat dalam hal ini
adalah terlarang, meskipun hukumnya tidak syirik karena menggunakan Al-Qur’an disini berarti
bersandar pada kalamullah bukan bersandar kepada makhluk. Mengapa dilarang? Karena keumuman
dalil tentang keharaman jimat, tidak peduli jimat tersebut berupa Al-Qur’an ataupun bukan. Dengan
membolehkan jimat yang berasal dari ayat Al-Qur’an, kita telah membuka peluang menyebarnya
jimat yang bukan berasal dari Al-Qur’an yang jelas-jelas haram.

Maka, sarana yang dapat mengantar kepada perbuatan haram mempunyai hukum yang sama dengan
perbuatan haram itu sendiri. Selain itu, pemakaian jimat dari Al-Qur’an juga mengandung unsur
penghinaan terhadap Al-Qur’an, yaitu ketika dibawa tidur, buang hajat, atau sedang berkeringat dan
semacamnya. Hal seperti ini tentu bertentangan dengan kesucian Al-Qur’an. Selain itu juga, jimat ini
dapat pula dimanfaatkan oleh para pembuatnya untuk menyebarkan kemusyrikan dengan alasan jimat
yang dibuatnya dari Al-Qur’an.

Dalil-Dalil Terlarangnya Jimat

Terdapat banyak dalil dari Al-Qur’an dan hadits yang memberitakan tentang pengharaman jimat.
Beberapa dalil tersebut antara lain:

Allah berfirman, yang artinya, “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab: “Allah”. Katakanlah: “Maka
terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan
kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu,
atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?”.
Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah
diri.” (Qs. Az-Zumar: 38)

Dari ayat di atas dapat kita renungkan bahwa berhala-berhala sesembahan orang musyrik tersebut
tidak mampu memberikan manfaat atau menolak madharat bagi penyembahnya karena memang
berhala bukan merupakan sebab untuk mencapai maksud penyembahnya. Begitu pula dengan para
pengguna jimat yang telah mengambil sebab yang bukan merupakan sebab.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa menggantungkan jimat, maka ia


telah melakukan syirik.” (HR. Ahmad, Hakim, dari Sahabat ‘Uqbah bin ‘Amir al-Juhani)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat seseorang yang memakai gelang kuningan di
tangannya, maka beliau bertanya, “Apa ini?”

Orang itu menjawab, “Penangkal sakit.”

Nabipun bersabda, “Lepaskanlah, karena dia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu. Jika
kamu mati sedang gelang itu masih ada pada tubuhmu maka kamu tidak akan beruntung selama-
lamanya.” (HR. Ahmad)

Wahai ibu, sebagai seorang muslim kita seharusnya meyakini dengan sepenuh hati bahwa manfaat dan
mudharat itu ada di tangan Allah sehingga kita tidak boleh menggantungkan hati kepada selain Allah.
Kita wajib bertawakkal hanya kepada Allah saja. Allah berfirman yang artinya,

“Dan hanya kepada Allah saja hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal.” (Qs. Ibrahim: 11)

Ketahuilah, sesungguhnya jimat tidak dapat menolak dan menghilangkan apa yang telah Allah
takdirkan. Hal inilah yang harus kita tanamkan pada diri anak-anak kita. Dengan menghindar dari
kesyirikan ketika mentarbiyah anak, semoga menjadikan kita sebagai pendidik mulia yang dapat
melahirkan generasi yang terlindungi dari kegelapan syirik. Waallahu a’lam.

Diringkas dari:

1. Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Pustaka
Imam Asy-Syafi’i.
2. Jimat, Gaya Hidup Modern (Abu Abdirrahman), Buletin Dakwah At-Tauhid edisi no.34/ Thn 1
Zaman modern seperti saat ini masih banyak praktek-praktek ilmu hitam atau sihir yang bisa sangat
merugikan. Efeknya bukan hanya pada orang dewasa, tapi juga anak-anak. Termasuk gangguan
makhluk-makhluk halus yang bisa datang kapan saja.

3. Jimat jadi salah satu benda yang sering ditaruh dekat anak atau dipakaikan, untuk mencegah
mereka terkena efek sihir atau gangguan jin. Pada anak-anak terutama bayi yang baru lahir,
banyak orangtua yang menaruh berbagai benda yang dipercaya memiliki kekuatan gaib untuk
menangkal bala.
4. Lalu bagaimana Islam memandang hal tersebut? Seperti dikutip dari situs Nahdlatul Ulama,
jika jimat didapatkan dari dukun atau paranormal penggunaan jimat tersebut bisa masuk dalam
kategori sirik.
5. Syirik adalah pengakuan segala sifat ketuhanan terhadap selain Allah. Sehingga selain Allah,
dalam keyakinan yang bersangkutan, memiliki kekuatan setara dengan-Nya yang dapat
memberikan manfaat dan mudharat kepada makhluk-Nya. Padahal tidak ada kekuatan selain
Allah. Tidak ada satupun yang dapat memberikan manfaat dan mudharat sedikitpun kecuali
Allah SWT.
6. Adapun berlindung kepada Allah merupakan sebuah perintah mutlak bagi orang yang beriman.
Karenanya tidak heran kalau para orangtua memohon perlindungan Allah untuk anak-anak
mereka.
7. Sebuah hadits diriwayatkan oleh Sunan Abu Dawud dan At-Turmudzi dari Amr bin Syu‘aib,
dari bapaknya, dari kakeknya bahwa mengajarkan mereka sejumlah kalimat ketika rasa takut
mencekam. " Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, kejahatan
para hamba-Nya, dan godaan setan. Aku pun berlindung kepada-Nya dari kepungan setan itu"
.
8. Abdullah bin Amr mengajarkan kalimat ini kepada anak-anaknya yang sudah bisa mengerti
pelajaran. Kepada anak-anak balitanya yang belum bisa menangkap pelajaran, Abdullah
menulis kalimat (yang diajarkan Rasulullah SAW) itu, lalu menggantungkannya di tubuh
mereka. Imam At-Turmudzi mengatakan, hadits ini hasan,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-
Adzkar Al-Muntakhabah min Kalami Sayyidil Abrar, Mesir, Darul Hadits, tahun 2003 M/1424
H, halaman 102).
9. Untuk mengalungkan kalimat thayyibah kepada anak-anak dibolehkan sebagai bentuk doa
yang dimohonkan kepada Allah SWT. Tapi penting untuk bukan meyakini kalung dan gelang
itu mengandung kekuatan. Kalung dan gelang yang mengandung kalimat thayyibah adalah
ikhtiar doa para orang tua. Selengkapnya baca di sini.
10. Hukum Jimat atau Menggantungkan Jimat, dan Apakah Jimat Itu Dapat Menolak
Hipnotis atau Hasad
11.
12. Saya ingin tahu, apakah boleh menggunakan jimat? Saya pernah membaca kitab At-Tauhid
dan beberapa buku lain tulisan Bilal Filibis. Hanya saja, saya pernah mendapat sebagian hadits
dalam Al-Muwattha yang membolehkan sebagian bentuk jimat. Dalam kitab tauhid juga
disebutkan bahwa sebagian ulama As-Salaf membolehkan juga. Hadits-hadits tersebut ada
pada juz ke lima dalam Al-Muwattha, disebutkan pada nomor 4, 11 dan 14. Kami harap,
Syaikh memberikan jawaban, dan memberitahukan tentang keabsahan hadits-hadits itu,serta
memberikan kepada saya pengetahuan dalam persoalan ini. Terima kasih.
13. Published Date: 2002-04-09
14. Kami tidak berhasil mendapatkan hadits yang hendak ditanyakan oleh penanya tentang
keabsahannya. Karena kami tidak bisa mengenali hadits-hadits yang dimaksud. Sebab,
penanya menyebutkan bahwa hadits-hadits itu dalam Al-Muwattha' juz ke 50, padahal Al-
Muwattha cuma ada satu juz saja. Oleh sebab itu, kami akan menyebutkan beberapa lafazh
hadits yang bisa kami dapatkan dan telah dijelaskan hukumnya oleh para ulama, semoga
sebagian di antaranya adalah hadits yang dikehendaki penanya:
15. 1. Hadits dari Ibnu Mas'ud bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membenci sepuluh hal:
wewangian sufrah yakni khaluq, merubah warna uban menjadi hitam, melabuhkan kain,
mengenakan cincin emas, memukul-mukulkan kaki, mengenakan perhiasan tidak pada
tempatnya, menggunakan jampi-jampi selain dengan mu'awwidzat, mengalungkan jimat,
memindahkan aliran air dari asalnya dan merusak anak, namun tidak sampai
mengharamkannya." (HR. An-Nasaa-i (50880) dan Abu Dawud (4222)
Arti khaluq adalah sejenis wewangian berwarna kuning. Memindahkan aliran air, artinya
menghindarkan masuknya mani ke rahim Isteri. Merusak anak kecil, artinya adalah bersetubuh
dengan isteri yang masih menyusui. Arti bahwa Nabi tidak mengharamkannya, yakni bahwa
beliau hanya membencinya. Hadits tersebut dilemahkan oleh Muhammad Nasiruddien Al-
Albani dalam Dha'if An-Nasaa-i (3075)
16. 2. Dari Zainab binti Abdullah bin Mas'ud Radhiallahu 'anhum, dari Abdullah diriwayatkan
bahwa ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya jampi-jampi, jimat dan tiwalah adalah syirik." Zainab bertanya: "Kenapa
engkau berkata demikian? Demi allah, dahulu mataku pernah tertimpuk. Aku berbolak-balik
datang menemui seorang Yahudi yang menjampi-jampiku. Apabila ia menjampiku, aku
merasa senang." Abdullah menanggapi: "Itu adalah amalan syetan. Syetan yang menusuk-
nusuk dengan tangannya. Bila ia menjampi Anda, syetan itu menghilangkannya. Sebenarnya
cukup bagi Anda mengucapkan yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:
17. Adzhibil ba-sa Rabban naas, isyfi antasy Syafi, laa syifaa-a illa syifa-uk, syifaa-un laa
yughadiru saqaman
18. "Hilangkanlah penyakit ini wahai Rabb sekalian manusia. Sembuhkanlah, sesungguhnya
Engkau Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan selain kesembuhan dari-Mu,
kesembuhan yang tidak menyisakan lagi rasa sakit.."
19. (HR. Abu Dawud -3883-, dan Ibnu Majah -3530) Hadits itu dishahihkan oleh Al-Albani dalam
Silsilah Ash-Shahihah (331) dan (2972)
20. 3. Dari Utbah bin Amir Radhiallahu 'anhu diriwayatkan bahwa ia berkata: Aku pernah
mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa yang mengalungkan jimat, semoga Allah tidak menyempurnakan urusannya.


Dan barangsiapa yang mengalungkan wad'ah semoga Allah tidak mengiringi dirinya."
21. (HR. Ahmad -16951) Namun hadits tersebut dilemahkan oleh Al-Albani dalam Dha'if Al-
Jamie' (5703)
22.
4. Dari Utbah bin Amir diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
ditemui oleh sekelompok orang, lalu beliau membaiat sembilan di antara mereka dan tidak
membaiat satu yang tersisa. Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah! Engkau membaiat yang
sembilan orang, tetapi tidak membaiat yang satu ini?" Beliau menjawab: "Karena ia
mengalungkan jimat." Orang itupun memasukkan tangannya ke balik bajunya dan mencopot
kalung jimatnya. Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membaiatnya. Beliau bersabda:
"Barangsiapa yang mengalungkan jimat, dia telah berbuat syirik.." (HR. Ahmad -16969--)
Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah (492)"
23. Kedua:
Tamaa-im (jimat) adalah jamak dari tamimah. Yaitu yang biasa dikalungkan di leher anak
kecil atau orang besar, atau digantungkan di rumah-rumah dan dimobil, terbuat dari permata
atau tulang untuk menolak bala khususnya dari serangan hipnotis, atau untuk mendapatkan
manfaat.
Berikut ini pendapat para ulama berkaitan dengan jimat atau tama-im:
24. 1. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata;
25. "Ketahuilah! Bahwa para ulama dari kalangan Sahabat dan Tabi'ien serta generasi sesudah
mereka berbeda pendapat tentang bolehnya mengalungkan jimat yang berasal dari Al-Qur'an
atau Asma dan sifat Allah. Segolongan menyatakan boleh, yakni pendapat dari Abdullah bin
Amru bin Aash dan yang lainnya. Itulah yang pendapat yang jelas dari Aisyah. Demikian juga
pendapat Abu Ja'far Al-Baaqir dan Ahmad dalam satu riwayat. Mereka memahami larangan
dalam hadits tersebut adalah terhadap bentuk jimat yang mengandung syirik. Adapun yang
berasal dari Al-Qur'an atau asma dan sifat Allah, maka sama saja hukumnya dengan ruqyah
(jampi-jampi) menggunakan Al-Qur'an atau Asma dan Sifat Allah tersebut.
Saya katakan: Itu adalah pendapat yang jelas dari Ibnul Qayyim.
Segolongan lain menyatakan bahwa mengalungkan jimat itu tidak boleh. Itu adalah pendapat
Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas, juga merupakan pendapat yang jelas dari Hudzaifah, Uqbah bin
Amir dan Ibnu Aqim. Pendapat ini juga diambil oleh banyak kalangan Tabi'in, di antaranya
adalah para sahabat Ibnu Mas'ud dan juga Ahmad dalam satu riwayat yang dipilih banyak
kalangan sahabat beliau. Kalangan Al-Mutaakhirin juga banyak mengambil pendapat tersebut.
Mereka beralasan dengan hadits tersbut dan yang senada dengan hadits itu. Karena secara
zhahir hadits itu bermakna umum, tidak membedakan antara jimat yang berasal dari Al-Qur'an
atau berasal dari selain Al-Qur'an. Lain halnya dengan ruqyah atau jampi-jampi, memang
dibedakan antara keduanya. Pendapat itu dikuatkan lagi dengan kenyataan bahwa para Sahabat
yang meriwayatkan hadits-hadits tersebut mendudukkan hadits-hadits itu dengan maknanya
yang umum, sebagaimana riwayat terdahulu dari Ibnu Mas'ud.
Abu Dawud meriwayatkan dari dari Isa bin Hamzah bahwa ia menceritakan: Saya pernah
menemui Abdullah bin Ukaim. Kala itu ia sedang demam. Aku berkata: "Kenapa tidak engkau
kalungkan saja jimat?" Beliau berkata: "Na'udzu billah min dzalik. Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam pernah bersabda:
"Barangsiapa yang mengalungkan jimat, maka ia akan disandarkan kepada jimat tersebut.."
Demikianlah perbedaan pendapat para ulama berkaitan dengan mengalungkan jimat dari Al-
Qur'an atau nama dan sifat Allah. Sekarang bagaimana lagi dengan bid'ah-bid'ah yang terjadi
kemudian seperti jampi-jampi dengan menggunakan nama-nama syetan dan yang lainnya, lalu
mengalungkannya. Bahkan ditambah lagi dengan kebergantungan dengan syetan-syetan itu,
meminta perlindungan dari mereka dan menyembelih untuk mereka, meminta mereka untuk
selamat dari bahaya atau untuk mendapatkan manfaat tertentu yang jelas-jelas merupakan
perbuatan syirik yang murni. Demikianlah yang menjadi kebiasaan umumnya manusia, kecuali
yang diselamatkan oleh Allah. Renungkanlah yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam dan pendapat sekalian para Sahabat dan Tabi'ien, demikian juga yang dinyatakan
oleh para ulama sesudah mereka dalam persoalan tersebut atau dalam persoalan-persoalan lain
dalam buku ini. Kemudian lihatlah apa yang dikerjakan oleh generasi belakangan. Akan
tampak bagi kita betapa asingnya ajaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sekarang ini
pada segala sisinya. Wallahu musta'an." (Taisirul Azizil Hamied) hal. 136-138)
26. 2. Syaikh Haifz Hukmi mengungkapkan:
27. "Apabila jimat itu berasal dari ayat-ayat Al-Qur'an yang jelas, atau berasal dari hadits-hadits
yang jelas, masih ada perbedaan pendapat yang kental di kalangan para ulama As-Salaf dari
kalangan Sahabat, Tabi'ien dan generasi sesudah mereka tentang boleh tidaknya. Sebagian
mereka membolehkanya. Pendapat itu diriwayatkan dari Aisyah Radhiallahu 'anha, Abu Ja'far
Muhammad bin Ali, dan yang lainnya. Sebagian lagi menahan diri, yakni membencinya dan
menganggapnya tidak boleh. Di antara yang berpendapat demikian adalah Abdullah bin
Ukaim, Abdullah bin Amru, Uqbah bin Amir, Abdullah bin Mas'ud dan para sahabat beliau
seperti Al-Aswad dan Alqamah. Demikian juga generasi sesudahnya seperti Ibrahim An-
Nakha'ie dan yang lainnya -Rahimahullah--.
Tidak syak lagi, bahwa dengan menahan diri kita akan lebih bisa mencegah terjadinya
keyakinan yang dilarang, terutama pada jaman sekarang ini. Karena kalau kebanyakan para
Sahabat dan Tabi'ien melarang pada masa kehidupan mereka yang agung dan bernilai,
sementara iman mereka lebih besar dari pada gunung, tentu pada masa sekarang ini lebih layak
dan lebih pantas untuk dilarang; di jaman yang penuh dengan godaan dan cobaan. Bagaimana
tidak? Dengan adanya keringanan-keringanan hukum semacam itu, mereka bisa saja
menggunakannya sebagai tangga melakukan berbagai hal yang diharamkan, menjadikannya
sebagai sarana dan sebagai cara untuk melakukan perbuatan-perbuatan haram tersebut. Di
antara contohnya, bahwa mereka menuliskan ta'awwuddz, ayat, surat, bismillah dan
sejenisnya, namun dibawahnya mereka tuliskan juga berbagai mantera syetan yang hanya
dapat dikenali oleh orang yang menelaah buku-buku mereka. Contoh lain, bahwa dengan
menggunakan keringanan hukum itu mereka memalingkan hati orang banyak dari rasa
tawakkal kepada Allah menjadi tawakkal kepada apa yang mereka tulis. Bahkan banyak orang
yang berasa gentar kepada mereka, meskipun ia tidak terkena bahaya apapun dari mereka.
Salah seorang di antara mereka misalnya datang kepada orang yang hendak ia preteli uangnya,
sementara ia sudah tahu bahwa orang itu sudah demikian menggandrunginya. Ia berkata:
"Anda akan terkena musibah ini dan itu pada keluarga atau harta Anda." Atau mengatakan:
"Sesungguhnya ada makhluk halus yang menemani Anda," dan sejenisnya. Atau
menggambarkan kepada berbagai bentuk tanda-tanda gangguan syetan, dengan memberi kesan
bahwa ia orang yang tajam firasatnya, merasa kasihan sekali kepadanya dan bertekad
menolongnya. Apabila hati orang yang bodoh dan bebal itu sudah dipenuhi rasa takut terhadap
semua gambaran itu, mulailah ia berpaling dari Allah dan menghadap kepada dajjal
pembohong itu dengan segenap hati, bersandar dan bertawakkal kepadanya, bukan kepada
Allah. Ia akhirnya terpaksa berkata: "Lalu bagaimana jalan keluarnya dari kondisi demikian?
Apa kiat menolak bencana tersebut?" Seolah-olah orang itu memiliki kemampuan memberi
mudarrat dan manfaat. Dengan cara itu, keinginan dan harapannya akan tercapai. Semakin
berhasratlah ia untuk mendapatkan uang yang pasti akan dikeluarkan oleh sang korban. Ia akan
berkata: "Kalau Anda mau memberi saja uang sekian, akan saya berikan kepada Anda tameng
dari semua itu yang panjang dan lebarnya sekian dan sekian." Ia memberikan gambaran dan
menghias-hiasi ucapannya kepada korbannya itu. Bahwa tamengnya itu dapat memelihara
dirinya dari sekian jenis penyakit. Apakah kita menganggap perbuatan tersebut dengan
keyakinan itu termasuk perbuatan syirik kecil? Tidak, justeru itu termasuk penyembahan selain
Allah, bertawakkal kepada selain Allah dan bersandar kepadanya, bahkan cenderung kepada
perbuatan makhluk dan mencabut pelakunya dari agamanya. Syetan hanya mampu membuat
kiat yang semacam itu dengan pertolongan saudaranya dari kalangan syetan manusia.
28. Firman Allah:
29. "Katakanlah:"Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari selain
(Allah) Yang Maha Pemurah" Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang berpaling dari
mengingati Rabb mereka…" (Q.S Al-Anbiyaa : 42)
30. Kemudian di samping menuliskan mantera-mantera syetannya, ia juga menuliskan ayat-ayat
Al-Qur'an dan mengalungkannya tanpa bersuci lagi, dalam keadaan berhadats kecil maupun
besar. Dengan itu, mereka sama sekali tidak menyucikan Al-Qur'an itu dari segala yang tak
pantas. Demi Allah! Tidak ada seorangpun musuhi-musuh Allah yang menghina Kitab-Nya
sebagaimana penghinaan yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku muslim itu. Dan
demi Allah! Al-Qur'an itu hanya diturunkan untuk dibaca, diamalkan dan diikuti perintah-
perintahnya serta dijauhi larangan-larangannya, dipercayai beritanya dan dipatuhi aturannya,
diambil pelajaran dari permisalan yang diberikannya dan dari kisah-kisah yang tercantum di
dalamnya, lalu diimani seluruhnya (semuanya berasal dari sisi Rabb kami). Sementara mereka
justeru telah melanggar itu semua dan mencampakkannya di belakang punggung mereka.
Mereka hanya menghafal kulitnya saja, untuk dijadikan alat mencari makan dan mengais
rezeki sebagaimana berbagai cara lain yang mereka gunakan untuk memperoleh yang haram,
bukan yang halal. Kalau ada seorang raja atau gubernur yang menyuruh bawahannya untuk
mengerjakan sesuatu, meninggalkan hal-hal tertentu, menyuruh demikian dan melarang
demikian, dan sejenisnya, lalu bawahannya itu mengambil surat perintah itu tanpa
membacanya, tidak memikirkannya baik perintah maupun larangannya, tidak juga ia
sampaikan kepada orang lainnya harus mengetahuinya, namun ia hanya mengalungkanya di
lehernya, atau mengikatnya tanpa mengindahkan sedikitpun isinya sama sekali; sudah tentu,
sang raja akan memberinya hukuman seberat-beratnya dan pasti akan memberikan kepadanya
siksaan yang pedih. Apalagi bila titah itu adalah yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa
Pemilik langit dan bumi, yang memiliki sifat-sifat yang tinggi di langit dan di bumi, Yang
berhak atas segala pujian di dunia dan di akhirat, yang segala urusan dikembalikan kepada-
Nya. Beribadahlah kepada-Nya, bertawakkallah kepada-Nya. Dia-lah Yang Mencukupi diri
kita, tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Dia. Dia adalah Rabb dari Arsy
yang agung. Jadi, bila jimat itu berasal dari selain Al-Qur'an dan Hadits, maka itu adalah syirik
yang jelas. Bahkan sama bentuknya dengan undian menggunakan cawan-cawan sebagai
penentu sikap (di masa jahiliyyah), ditilik dari jauhnya dari sifat-sifat Islam terdahulu.
Apabila jimat itu berasal dari selain Al-qur'an dan hadits, bahkan berasal dari mantera-mantera
Yahudi dan para penyembah kuil, bintang-bintang dan para malaikat, atau berasal dari para
pelayan jin dan sejenisnya, atau berasal dari permata, tali senar atau kalung besi dan
sejenisnya, maka semua itu adalah syirik. Yakni bahwa mengalungkannya sebagai jimat
adalah syirik, tidak diragukan lagi. Karena bukan termasuk cara yang dibolehkan, dan bukan
termasuk pengobatan yang lazim. Justeru dengan cara itu mereka meyakini secara lepas bahwa
semua itu dapat menolak bahaya ini dan itu, yakni bahaya berbagai rasa sakit, karena
khasiatnya. Mereka berkeyakinan dalam hal itu sebagaimana yang diyakini oleh para
penyembah berhala terhadap berhala mereka. Mirip atau bahkan serupa dengan berhala-
berhala terbuat dari cawan-cawan di masa jahiliyyah yang dijadikan alat mengundi, kalau
mereka menginginkan sesuatu. Yakni cawan-cawan yang diberi tulisan, salah satunya berisi
tulisan: "Lakukan," yang kedua: "Jangan lakukan," sedang yang ketiga: "Biarkan." Kalau yang
keluar adalah yang bertulisan "lakukanlah," maka segera dilakukan. Bila yang keluar adalah
yang bertulisan "jangan lakukan," mereka tidak jadi mengerjakannya. Dan bila yang keluar
adalah yang bertulisan "biarkan," mereka mengocoknya kembali. Allah telah menggantikan
cara itu untuk kita dengan cara yang lebih baik, Al-Hamdulillah, yakni shalat istikharah
berikut doanya.
Sasaran pembahasan di sini, bahwa semua jenis jimat yang tidak berasal dari Al-Qur'an dan
Hadits adalah syirik, seperti undian dengan cawan tadi, dilihat dari keyakinan batil dan
pelanggaran terhadap syariat Allah, serta jauhnya perbuatan itu dari sifat-sifat Islam
sesungguhnya, yakni dari ciri khas Islam. Karena Ahli Tauhid sejati amatlah jauh dari sikap
semacam itu. Iman dalam hati mereka terlalu besar untuk bisa dimasuki keyakinan semacam
itu. Mereka terlalu mulia dan terlalu bagus keyakinannnya untuk harus bertawakkal kepada
selain Allah, atau bertakwa kepada selain-Nya. Wa billahit Taufik." (Ma'arijul Qabul II : 510-
512)
31. Sementara pendapat yang melarang menggunakan jimat meskipun berasal dari Al-Qur'an
sekalipun adalah pendapat guru-guru kami.
32. 3. Al-Lajnah Ad-Daa-imah menyatakan:
"Para ulama bersepakat tentang haramnya menggunakan jimat dari selain Al-Qur'an. Namun
mereka masih berbeda pendapat bila berasal dari Al-Qur'an. Di antara mereka ada yang
membolehkannya dan ada juga yang melarangnya. Namun pendapat yang melarang itu lebih
kuat, berdasarkan keumuman hadits-hadits yang ada, dan demi mencegah terjadinya
keharaman."
(Syaikh Ibnu Baaz -Rahimahullah-- , Syaikh Abdullah Ibnu Ghadiyan dan Syaikh Abdullah
bin Qu'uud. Fatwa Al-Lajnah Ad-Daa-imah I : 212)
33. 4. Syaikh Al-Albani -Rahimahullah-berkata:
"Kesesatan ini masih saja meraja-lela di kalangan orang-orang badui, para petani bahkan juga
orang-orang kota. Di antaranya adalah sejenis kalung yang digantungkan oleh para supir di
depan mereka di kaca mobil. Sebagian mereka ada yang menggantungkan sendal butut di
depan atau di belakang mobil. Ada lagi yang bahkan menggantungkan sepatu kuda di muka
rumah atau tokonya. Menurut keyakinan mereka, semua itu untuk menolak sihir. Dan banyak
lagi berbagai hal lain yang meraja lela di mana-mana karena tidaktahuan orang terhadap tauhid
dan yang menjadi lawan tauhid, yakni berbagai perbuatan syirik dan berhalaisme (paganisme).
Seluruh rasul diutus dan seluruh kitab diturunkan semata-mata hanya untuk menyanggah dan
memberantas semua itu. Hanya kepada Allah-lah kita mengadukan ketidaktahuan kaum
muslimin sekarang dan jauhnya mereka dari agama-Nya." (Silsilatul ahadits Ash-Shahihah
492, I : 890) Wallahu A'lam.

Anda mungkin juga menyukai