Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
baik di wilayah perairan tawar (darat), pantai maupun perairan laut. Potensi
sumber daya perikanan meliputi keanekaragaman jenis ikan dan lahan perikanan.
Ikan Nila adalah salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di seluruh
pelosok tanah air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup populer. Penyebabnya
yaitu ikan nila merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang telah
terfokus pada cara agar ikan nila bisa diterima masyarakat di negara-negara
berkembang biak dan memiliki harga jual yang murah. Tampaknya konsep
tersebut meniru keberhasilan penyebar luasan ikan mujair untuk mencukupi gizi
masyarakat pada Perang Dunia II berlangsung. Hal ini dapat tercapai dengan
mudah karena tingkat produktivitas dan kemampuan berkembang biak ikan mujair
cukup tinggi. Namun, dalam hal ukuran tubuh, ikan mujair dinilai masih kurang
menguntungkan untuk diusahakan karena bobot tubuhnya relatif kecil dan tidak
tentang ikan nila sebagai ikan yang memiliki laju pertumbuhan cepat didunia
hanya menyebarluaskan ikan nila biasa atau nila lokal yang sudah terbukti
TINJAUAN PUSTAKA
Awalnya, ikan nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan
dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva didalam mulut
tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. Nama
Nilotika menunjukkan tempat ikan ini berasal, yakni sungai Nil di Benua Afrika.
dengan kelompok tilapia. Secara umum, bentuk tubuh Ikan Nila panjang tepinya
berwarna putih. Gurat sisi (Linea literalis) terputus dibagian tengah badan
kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih kebawah daripada letak garis yang
memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah.
Sirip punggung berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian
pinggir sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip punggung
Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) menurut Pauji (2007) adalah filum :
Secara alami, Ikan Nila bisa memijah sepanjang tahun di daerah tropis,.
Frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim hujan. Di alamnya, ikan
nila bisa memijah 6-7 kali dalam setahun. Berarti, rata-rata setiap dua bulan
sekali, Ikan Nila akan berkembang biak. Ikan ini mencapai stadium dewasa pada
umur 4-5 bulan dengan bobot sekitar 250 gram (Arie, 2000).
mengomsumsi makanan berupa hewan maupun tumbuhan. Karena itulah, ikan ini
sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih, makanan yang disukai Ikan
Nila adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp., Moina sp.,
Daphnia sp. Selain itu juga memangsa alga atau lumut yang menempel pada
benda-benda dihabitat hidupnya. Ikan nila juga memakan tanaman air yang
tumbuh di kolam budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan nila bisa
sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga di dataran
tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan nila cukup beragam, dari sungai,
Ikan nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38ºC dan
dapat memijah secara alami pada suhu 22-37ºC. Untuk pertumbuhan dan
atau pada suhu tinggi 38ºC. Ikan Nila akan mengalami kematian pada suhu 6ºC
Secara alami ikan ini melakukan migrasi dari habitat aslinya, yakni
dibagian hulu sungai Nil yang melewati Uganda ke arah selatan melewati danau
Selain itu ikan nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi
tangan manusia, saat ini ikan nila telah menyebar ke seluruh dunia, dari Benua
Afrika, Amerika, Eropa, Asia sampai Australia (Khairuman dan Khairul, 2003).
2.2 Sistem Budidaya
berbasiskan air wadah budidaya berada dalam badan air. Sistem budidaya ini
bersifat open system, dan interaksi antara ikan yang dibudidayakan dengan
lingkungan luar akan sangat kuat dan hampir tidak ada pembatasan. Dengan
kondisi demikian, kegiatan budidaya perikanan pada sistem ini sangat dipengaruhi
terpisah dari perairan yang menjadi sumber air sistem ini. Penyaluran air dari
perairan dilakukan dengan menggunakan saluran atau pipa, dan pengaruh dari
melalui treatment air) sehingga sistem ini bersifat closed system. Sistem budidaya
perikanan yang berbasiskan daratan ini, antara lain kolam air tenang, kolam air
cara untuk melakukan suatu budidaya ikan. Di Indonesia sendiri ada beberapa
cara yang terdiri dari budidaya secara ekstensif, semi intensif, intensif dan ultra
intensif. Pada pembahasan ini kita akan mengetahui bagaimana cara intensitas
2.2.2.1 Ekstensif
mengedepankan luas lahan, pasang surut, intercrop dan tanp apemberian makanan
budidaya tambak ekstensif adalah lebih ramah lingkungan sekitar tambak pada
bahkan tidak menggunakan obat-obatan kimia sama sekali. Limbah sisa budidaya
juga ramah lingkungan dengan kandungan amoniak yang rendah karena tidak
lingkungan relatif lebih kecil. Selain kebutuhan sarana dan prasarana produksi
yang jauh lebih murah dibandingkan tambak intensif, yang lebih pokok dari
Sistem budidaya semi intensif yaitu dengan padat tebar ikan yang
dipelihara cukup tinggi sehingga pakan alami tidak dapat sepenuhnya menopang
jenis ikan yang dipelihara, pakan tambahan bervariasi mulai dari biji-bijian, hasil
(Effendi, 2004).
2.2.2.3 Intensif
usaha budidaya perikanan banyak diterapkan pada budidaya air tawar dan tambak.
Menurut Reza (2011), Pola pengelolaan usaha budidaya perairan intensif banyak
a. Petak tambak/kolam untuk pemeliharaan yang lebih kecil. Luas petak tambak
untuk budidaya udang dan bandeng antara 0,2-0,5 ha, walaupun ada pada petak
budidaya) dan penggunaan sarana produksi (kapur, pupuk, dan bahan kimia)
c. Biota budidaya bergantung sepenuhnya pada pakan buatan atau pakan yang
dan aerator.
e. Produksi (hasil panen) sangat tinggi. Pada budidaya ikan bandeng dan udang
tambahan dalam pengolahan air bersih, terutama ditunjukan untuk pengolahan air
siap minum. Ukuran partikel yang yang mampu disaring sampai dengan 0,02
mikron, dengan demikian diharapkan bakteri dan polutan mikro dapat tersaring.
Teknologi ini hanya dapat dipakai untuk air tawar dan tidak bisa untuk air asin
(Herlambang. A, 2005)
2.2.3 Pergantian Air
dengan kolam ini menggunakan cara tradisional atau static. Selama pemeliharaan
tidak terjadi pergantian air. Menjaga kualitas air biasanya dengan memilih area
yang luas keran didalamnya terdapat biomassa dengan jumlah yang besar
(Appleford, 2012).
Open System adalah sistem yang mentransfer baik simbol atau tanda
(Pidwirny, 2006). Sistem budidaya ini bersifat open system dan interaksi antara
ikan kultur dengan lingkungan luar sangat kuat dan hampir tidak ada pembatasan.
Dengan kondisi demikian, kegiatan budidaya perikanan pada sistem ini sangat
menambahkan atau memindahkan air. Ada beberapa kerja pergantian air pada
proses alami. Sistem semi-closed menggunakan sumber air secara alami, seperti
curah hujan, mata air, ataupun sungai. Air kemudian berperan sebagai gravity-
(Appleford, 2012).
2.2.3.4 Closed System
planet dilihat sebagai suatu closed system (Pidwirny, 2006). Pada sistem budidaya
dari perairan yang menjadi sumber air sistem ini. Penyaluran air dari perairan
dilakukan dengan menggunakan saluran atau pipa, dan pengaruh dari perairan
treatment air) sehingga sistem ini bersifat closed system (Efendi I, 2004).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
tanggal 28 Februari 2017, pada pukul 15:00 wita sampai dengan selesai, di
Tadulako, Palu.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktek pemeliharaan ikan nila pada
2 x 3 x1 m.
2. Memasang terpal pada kerangka kolam yang telah siap dengan hati-hati agar
3. Mengisi air dengan tinggi 50cm dan diamkan beberapa hari agar lumut dapat
2. Ikan nila diaklimatisasi terlebih dahulu selama 5-10 menit sehingga dapat
merupakan faktor pendukung pertumbuhan ikan nila, hal ini dapat dilakukan
5. Pakan diberi 3 kali sehari, yaitu jam 07.00; 12.00; dan 17.00 WITA yang
sebagai berikut :
1. Kolam terpal dilengkapi dengan aerasi untuk menjaga agar kandungan oksigen
2. Setiap seminggu seklai air kolam terpal harus diganti air, karena air yang
3.3.3.3 Sampling
mengetahui banyak pakan yang akan diberikan dan dilakukan dalam waktu
seminggu sekali.
4. Mencatat dan menghitung hasil rata-rata dari bobot ikan dan panjang ikan.
3.4.1 Pertumbuhan
didasarkan pada metode sampling sebanyak 30 ekor dari total ikan. Pertambahan
L=Lt-Lo
Keterangan :
Perhitungan ini didasarkan pada metode sampling sebanyak 30 ekor dari total
G=Wt-Wo
Keterangan :
S=Nt/No x 100%
S= Survival
Pengukuran kualitas air dilakukan pada kolam untuk mengetahui DO, Ph,
suhu dan kadar amonia dalam air. Pengukuran suhu, pH dan DO dilakukan setiap
pagi, siang dan sore hari. Pengukuran amonia dilakukan pada akhir praktikum.
BAB IV
4.1. Hasil
4.1.1. Pertumbuhan
menunjukan hasil yang cukup baik hal ini ditunjukan dengan adanya perbedaan
pertambahan panjang maupun bobot yang di alami oleh benih ikan ketika
Pada awal penebaran pada tanggal 28 februari 2017, rata-rata panjang dan
bobot ikan nila 500 ekor masing-masing 5,17 cm dan 3,69 gram sampai tanggal 2
april 2017 yaitu 9,8 cm dengan bobot 20,93 gram. Secara umum pertumbuhan
sebabkan oleh padat tebar dan pemberian pakan yang baik. Pada kepadatan yang
rendah ruang gerak ikan lebih bebas dan pergerakannya lebih banyak
lebih cepat karena persaingan ruang gerak akan mempengaruhi kepadatan untuk
mendapatkan pakan.
4.1.2. Sintasan (Survival Rata)
peroleh hasil:
niloticus) awal pertumbuhan adalah 100% yang mana penebaran benih berjumlah
500 ekor, setelah satu minggu pemeliharaan terjadi penurunan yang sangat drastis
karena terjadinya mortalitas yang di sebabkan oleh serangan penyakit pada tubuh
ikan terutama bagian mata ikandi mana awal penebaran ini sangat rentang terjadi
kematian.Oleh sebab itu,perlu penangan secara khusus. Pada minggu kedua terjadi
lagi mortalitas yang di sebabkan oleh penyakit dan minggu ketiga pertumbuhan
stabil tidak ada kematian dalam minggu ketiga. Setelah minggu kelima dan
minnggu keenam terjadi lagi mortalitas terhadap ikan, memasuki minggu ketujuh
sampai minggu kedelapanpertumbuhan yang terjadi pada ikan sudah stabil seperti
minggu keenam. Hal ini menunjukan bahwa kualitas air selama praktikum masih
dalam keadaan kurang baik untuk menunjang kehidupan benih ikan nila.
Oleh sebab itu, dalam pemliharaan ikan nila ataupun jenis ikan lain yang
benih ikan.
pada kolam terpal pada minggu 1-7tertera pada tabel di bawah ini:
Ph 5-7
Suhu 25-28ºC
nilai parameter kualitas air budidaya terliat masih baik. Meskipun secara umum
terjadi perubahan, namun perubahan yang terjadi masih berada dalam batas
toleransi untuk kehidupan ikan nila ((Oreochromis niloticus) yaitu ph sekitar 5-7
4.2.1. Pertumbuhan
menunjukan hasil yang cukup baik hal itu di tunjukan dengan adanya perbedaan
pertambahan panjang maupun berat tubuh yang di alami oleh benih ikan ketika
Pada awal penebaran pada tanggal 28 februari 2017, rata-rata panjang dan berat
ikan nila500 ekor masing-masing 4 cm dan 110,51 g sampai tanggal 22 april 2017
kepadatan yang rendah ruang gerak ikan lebih bebas dan pergerakanyya lebih
kesempatan untuk mendapatkan pakan. . Panjang mutlak ikan nila sesuai dengan
rumus adalah L = ...cm - ...cm = ... cm. Berat mutlak ikan nila sesuai dengan
Niloticus) selama masa pemeliharaan adalah 90% yang mana pada awal
penebaran benih berjumlah 500 menjadi 229 ekor karena terjadi mortalitas
sebanyak 271 ekor. Mortalitas terjadi akibat kurangnya waktu frekuensi
pemberian pakan pada kolam pemelihaan dan Kualitas air dalam kolam
adanya kematian atau penyakit yang di sebabkan oleh kualitas air yang buruk.Hal
ini menunjukkan bahwa kualitas air selama praktikum masih dalam keadaan
kurang baik untuk menunjang kehidupan benih ikan nila (Oreochromis Niloticus).
Sintasan (survival rate) ikan nila sesuai dengan rumus adalah S = 500 ekor / 229
nilai parameter kualitas air budidaya terliat masih baik. Meskipun secara umum
terjadi perubahan, namun perubahan yang terjadi masih berada dalam batas
masih berada dalam kisaran optimum untuk kehidupan dan pertumbuhan benih
ikan nila yaitu suhu selama pemeliharaan bekisar antara 25,4 - 28,90C dan Derajat
keasaman (pH) selama masa pemeliharaan benih ikan lele berkisar 5.3 –6,9.
BAB V
5.1. Simpulan
1. Aklimatisasi perlu dilakukan agar ikan tidak stres saat berada dalam
kolam budidaya
5.2. Saran
akuakultur maka penulis memberikan saran yang sangat bermafaat dan dapat
kematian atau mortalitas dan lebih serius dalam mengikuti praktikum ini. Saran
lainnya adalah lebih tepat waktu untuk melakukan praktikum dan menyiapkan
obat atau solusi agar mortalitas dan penyakit tidak terjadi pada praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
.
Khairuman dan Khairul, A 2003.Budidaya ikan Nila secara Intensif. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Murachman. 2010. Model Polikultur udang Windu (Penaeus monodon Fab), ikan
Bandeng (Chanos chanos0dan Rumput laut (Grasillaria Sp) Secara
Tradisional. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang
Pauji, A. 2007.Beberapa teknik Produksi Induk Unggul ikan nila dan ikan
Mas.Disampaikan pada pelatihan tenaga teknis sewilayah timur
Indonesia.BBAT Tatelu, Manado.
.
Sucipto, A. dan Prihartono, E. 2007.Pembesaran Nila Merah Bangkok. Penebar
Swadaya, Jakarta.