Anda di halaman 1dari 11

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

PENERAPAN TEKNIK MODIFIKASI PERILAKU TOKEN ECONOMY


UNTUK MENINGKATAN KEDISIPLINAN ANAK USIA DINI

Nyoman Rohmaniah1 , I Made Tegeh2 , Mutiara Magta3


1,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
2
Jurusan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: nyomanrohmaniah@gmil.com1, imadetegehderana@yahoo.com2,


m_magta@yahoo.com3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan disiplin anak melalui penerapan
teknik modifikasi perilaku “token economy” pada anak kelompok A3 di Tk ‘Aisyiyah
Bustanul Atfhal Singaraja tahun pelajaran 2015-2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yang di laksanakan dalam dua siklus dan sebjek penelitianya sebanyak 24
orang anak kelompok A3 semester genap di TK ‘Aisyiyah Bustanul Atfhal Singaraja tahun
pelajaran 2015-2016. Data penelitian tentang kedisiplinan anak dikumpulkan dengan
metode observasi dengan instrumen lembar observasi. Data tentang kedisiplinan anak
dikumpulkan dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis
deskriftif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap
kedisiplinan anak kelompok A3 di TK ‘Aisyiyah Bustanul Atfha Singaraja setelah
diterapkan penerapan teknik modifikasi perilaku “token economy”. Rata-rata persentase
kedisiplinan anak pada siklus I sebesar 71% , dan rata-rata presentase hasil kedisiplinan
anak pada siklus II sebesar 88,87% yang tergolong pada kategori tinggi. Jadi terdapat
peningkatan kedisiplinan anak dari kategori rendah menjadi kategori tinggi sebesar 17,7%
pada anak kelompok A3 TK ‘Aisyiyah Bustanul Atfhal Singaraja.

Kata-kata kunci: teknik modifikasi perilaku, token economy, kedisiplinan anak

Abstract
This study aims to determine Increased discipline children through the application of
behavior modification techniques "token economy" on a group of children at Tk A3
'Aisyiyah Bustanul Atfhal Singaraja in the academic year 2015-2016. This research is a
classroom action research that is carried out in two cycles and subject of the study are 24
children in group A3 in the second semester of kindergarten 'Aisyiyah Bustanul Atfhal
Singaraja In the academic year 2015-2016. The research data on child discipline were
collected by the method of observation by observation sheet instruments. Data on child
discipline were collected by using descriptive statistical analysis and descriptive analysis
methods and quantitative methods. The result showed that there was an increase to
discipline children in kindergarten groups A3 'Aisyiyah Bustanul Atfha Singaraja after the
applied application of behavior modification techniques "token economy". The average
percentage of discipline of children at the first cycle of 71%, and the average percentage of
the result of discipline of children at the second cycle of 88.87% were classified in the high
category. So there is an increase in child discipline of the categories of low to high category
of 17.7% for the group A3 TK 'Aisyiyah Bustanul Atfhal Singaraja.

Keywords: behavior modification techniques, token economy, discipline children


e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

PENDAHULUAN balita hingga masa kanak-kanak dan


Disiplin adalah suatu cara untuk sampai usia remaja. Tujuan disiplin
membantu anak agar dapat adalah mengarahkan anak agar belajar
mengembangkan pengendalian diri. mengenai hal-hal baik yang merupakan
Dengan menggunakan disiplin, anak persiapan bagi masa dewasanya, dimana
dapat memperoleh suatu batasan untuk anak sangat bergantung kepada disiplin
memperbaiki tingkah lakunya yang salah diri dan pembentukkan perilaku
Disiplin merupakan proses yang sedemikian rupa hingga ia akan sesuai
diperlukan agar seseorang dapat dengan peran-peran yang ditetapkan
menyesuaikan dirinya (Suryadi, 2006: kelompok budaya tertentu, tempat
70). Hal tersebut sependapat dengan individu itu diidentifikasikan. Karena tidak
Peck (2007: 197), yang menyatakan ada pola budaya tunggal, tidak ada pula
bahwa disiplin merupakan perangkat satu falsafah pendidikan yang
mendasar yang kita butuhkan untuk menyeluruh untuk mempengaruhi cara
menyelesaikan permasalahan hidup. menanam disiplin.
Selain itu, kita selalu berada pada Berdasarkan hasil observasi dan
lingkungan masyarakat karena kita tidak wawancara yang peneliti lakukan pada
bisa hidup sendiri. Untuk itu, kita perlu bulan Januari 2016 di Kelompok A TK
disiplin agar dapat menyesuaikan diri dan ‘Aisyiyah Bustanul Athfal menunjukkan
diterima dimasyarakat. Suryadi (2006: 70) masih saja ada anak yang menunjukkan
menambahkan, dalam proses pendidikan perilaku kurang disiplin hal ini terlihat dari
anak diharapkan mampu memahami ada beberapa anak yang datang
disiplin agar mereka dapat bekerjasama terlambat ke sekolah, dan pada saat
dengan orang lain. proses pembelajaran berlangsung seperti
Disiplin merupakan salah satu pada saat kegiataan pembukaan yaitu
kebutuhan dasar anak dalam rangka pada saat berdoa masih ada anak yang
pembentukan dan pengembangan bercanda dan berbicara dengan
wataknya secara sehat. Tujuannya ialah temannya yang lain, pada saat mencuci
agar anak dapat secara kreatif dan tangan ada anak yang tidak mau antri,
dinamis dalam mengembangkan atau pada saat bermain anak berebut
hidupnya di kemudian hari. Tentu saja mainan dengan temannya, anak belum
kasih sayang dan disiplin harus berjalan mau ditinggal orangtuanya (masih
bersama-sama secara seimbang. Dengan ditunggu ketika sekolah) dan anak tidak
kata lain kasih sayang tanpa disiplin menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Hal
mengakibatkan munculnya rasa sentimen ini berarti bahwa anak belum mematuhi
dan ketidakpedulian sebaliknya disiplin dan memahami adanya aturan yang
tanpa kasih sayang merupakan tindakan berlaku dalam proses pembelajaran
kejam. berlangsung.
Disiplin merupakan sebuah sikap Guru mendisiplinkan anak dengan
yang harus dibentuk dan tidak dapat cara memberikan nasihat dan teguran.
terjadi dengan sendirinya. Penanaman Nasihat diberikan untuk mencegah anak
disiplin adalah tepat dilakukan sejak anak melakukan pelanggaran aturan sekolah,
usia dini karena pembentukan disiplin sebagai contoh setiap pulang sekolah
memerlukan sebuah proses atau guru selalu menasihati anak untuk datang
pembiasaan yang dilakukan secara ke sekolah tepat waktu. Ketika anak
berulang dan konsisten (Rimm, 2003). melakukan pelanggaran, guru
Konsisten perlu dilakukan dalam hal ini memberikan teguran kepada anak.
supaya dipercaya anak sehingga anak Teguran diberikan dalam bentuk
tahu bahwa disiplin merupakan sikap ancaman kepada anak. Bentuk ancaman
yang harus dimiliki semua orang jika ingin yang diberian kepada anak yang
bahagia. melanggar aturan yaitu anak akan disuruh
Orangtua dan guru selalu berdiri di sudut kelas atau keluar kelas
memikirkan cara yang tepat dalam jika anak tidak mau menurut. Bagi
menerapkan disiplin bagi anak sejak sebagian anak, hukuman atau
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

punishment merupakan hal yang cukup perasaan yang pasti mengakibatkan rasa
untuk diabaikan. Bahkan hukuman tidak tidak bahagia dan penyesuaian yang
membuat anak jera dan anak kembali buruk. Dengan membantu anak
melakukan kesalahan yang sama. Hal itu menghindari rasa malu akibat perilaku
dikarenakan hukuman tidak benar-benar yang salah, disiplin memungkinkan anak
dilakukan dan jika dilakukan justru hidup menurut standar yang disetujui
membuat anak bebas dari tugastugasnya. kelompok sosial dan dengan demkian
Anak yang dihukum keluar kelas akan memperoleh persetujuan sosial (Hurlock,
senang karena bisa bermain diluar kelas. 1978: 83). Dengan demikian anak tidak
Dengan adanya masalah kurang lagi merasa kawatir melakukan
disiplin yang terjadi di sekolah tersebut, kesalahan.
maka ada salah satu metode yang Tujuan dalam penelitian ini adalah
digunakan di sekolah untuk penguatan untuk mengetahui Peningkatan disiplin
perilaku positif pada anak yaitu anak melalui penerapan token ekonomi
pemberian token economy kelompok A3 Tk ‘Aisyiyah Bustanul Atfhal
(penghargaan), yang pertama Singaraja. Token ekonomi adalah suatu
penghargaan verbal yang berupa pujian cara untuk penguatan tingkah laku yang
dari guru. Dimana pujian diberikan ketika ditujukan seorang anak yang sesuai
siswa dapat mengikuti kegiatan dengan target yang telah disepakati
pembelajaran dengan tertib. dengan menggunakan hadiah untuk
Penghargaan tidak hanya berupa verbal, penguatan yang simbolik. Dalam token
tetapi ada juga yang berupa non verbal ekonomi tingkah laku yang diharapkan
salah satunya yaitu dengan token muncul bisa diperkuat dengan sesuatu
economy. Token economy merupakan yang diinginkan oleh anak, sehingga hasil
suatu wujud modifikasi perilaku yang perilaku yang diharapkan oleh kita bisa
dirancang untuk meningkatkan perilaku ditukar dengan sesuatu yang diinginkan
yang diinginkan dan mengurangi perilaku oleh anak.
yang tidak diinginkan dengan pemakaian Purwanta (2012: 148) menyatakan
token (tanda-tanda). Individu menerima bahwa Token Economy atau tabungan
token dengan cepat setelah kepingan merupakan salah satu teknik
mempertunjukkan perilaku yang modifikasi perilaku dengan cara
diinginkan. pemberian satu kepingan (atau satu
Disiplin perlu untuk perkembangan tanda, satu isyarat) sesegera mungkin
anak, karena ia memenuhi kebutuhan setiap kali setelah perilaku sasaran
tertentu. Anak membutuhkan disiplin bila muncul. Pendapat-pendapat tersebut
mereka ingin bahagia dan menjadi orang sesuai dengan pendapat Martin dan Pear
baik penyesuaiannya. Melalui disiplinlah (2009: 323) yang menyatakan, token
anak belajar tentang perilaku yang dapat economy adalah sebuah program dimana
diterima oleh masyarakat. Dengan sekelompok individu akan memperoleh
demikian, disiplin memperbesar tokens ketika mereka melakukan perilaku
kebahagiaan dan penyesuaian pribadi yang ditargetkan, dan dapat menukar
dan sosial anak (Hurlock, 1978: 83). tokens tersebut dengan hadiah. Tokens
Disiplin memberi anak rasa aman merupakan pengukuh yang disyaratkan.
dengan memberitahukan apa yang boleh Token economy adalah suatu cara
dan tidak boleh dilakukan. Disiplin untuk penguatan tingkah laku yang
memberikan petunjuk bagi anak ditujukan seorang anak yang sesuai
mengenai apa yang boleh dan apa yang dengan target yang telah disepakati
tidak boleh diakukan (Maria J. Wantah, dengan menggunakan hadiah untuk
2005: 144). Karena itulah anak dapat penguatan yang simbolik. Dalam token
merasa tenang karena dia tahu mana ekonomi tingkah laku yang diharapkan
yang harus dilakukan dan mana yang muncul bisa diperkuat dengan sesuatu
tidak boleh dilakukan. Disiplin membantu yang diinginkan oleh anak, sehingga hasil
anak mengindari perasaan bersalah dan perilaku yang diharapkan oleh kita bisa
rasa malu akibat perilaku yang salah, ditukar dengan sesuatu yang diinginkan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

oleh anak. Token ekonomi merupakan Pada dasarnya terapi tingkah laku
salah satu contoh dari perkuatan diarahkan pada tujuan-tujuan
ekstrinsik yang menjadikan seseorang memperoleh tingkah laku baru,
melakukan sesuatu untuk diraihnya yakni penghapusan tingkah laku yang
bisa meningkatkan perhatiannya baik dari maladaptif, serta memperkuat dan
tingkat tenasitas maupun dari tingkat mempertahankan tingkah laku yang
vigilitas, tujuannya adalah mengubah diinginkan (Corey, 2013: 216). Sebagai
motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi salah satu teknik modifikasi perilaku,
yang instrinsik, dengan cara ini Miltenberger (2004: 498) mengemukakan
diharapkan bahwa perolehan tingkah laku tujuan token economy adalah untuk
yang diinginkan dapat menjadi ganjaran menguatkan perilaku yang diinginkan. Hal
untuk memelihara tingkah laku yang baru. ini dilakukan untuk mengurangi perilaku
Token economy dapat digunakan yang tidak menyenangkan melalui sebuah
untuk membentuk tingkah laku apabila lingkungan terstruktur dengan
persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat memberikan suatu perlakuan.
yang tidak bisa diraba lainnya tidak Token economy bertujuan
memberikan pengaruh (Corey, 2013:222). mengubah motivasi esktrinsik menjadi
Dalam pelaksanaan token economy, motivasi instrinsik. Dengan pelaksanaan
pemerkuat atau pengukuh yang token economy diharapkan bahwa
digunakan yaitu berupa benda-benda perolehan tingkah laku yang diinginkan
konkret Pemberian penguatan yang akhirnya dengan sendirinya akan menjadi
dilakukan diwujudkan secara visual cukup mengganjar untuk memelihara
berupa token atau kepingan sebagai tingkah laku yang baru. Martin dan Pear
tanda-tanda. Beberapa jenis kepingan (2009: 136) menyatakan bahwa
atau tanda-tanda yang dapat digunakan perkuatan positif bertujuan untuk
sebagai simbol pengukuhan, antara lain meningkatkan frekuensi tingkah laku
adalah: bintang, kertas kupon, koin, ketika mendapatkan peristiwa yang
kertas warna, stiker, kancing plastik, dan menyenangkan atau stimulus. Reward
sebagainya. Anak menerima kepingan (hadiah) dan positive reinforcer
setelah ia melakukan perilaku yang telah (penguatan positif) sering digunakan
ditargetkan dan selanjutnya kepingan sebagai pengubah atau peningkat
tersebut ditukarkan dengan hadiah atau frekuensi perilaku. Token economy
ganjaran sebagai pemerkuat. menggunakan hadiah sebagai penguat
Token economy merupakan suatu positif yang dapat meningkatkan
wujud modifikasi perilaku yang dirancang frekuensi perilaku.
untuk meningkatkan perilaku yang Dalam memberikan token ada
diinginkan dan mengurangi perilaku yang beberapa langkah utama yang harus
tidak diinginkan dengan pemakaian token dipersiapkan, Kurniawati (2010: 90)
(tanda-tanda). Individu menerima token menyebutkan beberapa langkah tersebut
dengan cepat setelah mempertunjukkan diantaranya: (a) Menentukan perilaku
perilaku yang diinginkan. Token itu target. (b) Mencari garis basal. (c)
dikumpulkan dan dapat dipertukarkan Memilih back up reinforcer (d) Memilih
dengan suatu obyek atau kehormatan tipe token yang akan digunakan. (e)
yang penuh arti Mengidentifikasikan lokasi yang tepat.
Dari beberapa pendapat di atas Token dapat diberikan dimana saja, asal
dapat disimpulkan bahwa token economy diberikan setelah perilaku target muncul.
adalah suatu cara pembentukan perilaku Dalam pemilihan token setidaknya
yang memanfaatkan perkuatan berupa disesuaikan dengan kondisi anak.
simbol yang akan ditukar dengan hadiah Beberapa kriteria pemilihan token
agar seseorang mau melakukan suatu yang disebutkan diatas dapat digunakan
perilaku yang telah ditargetkan oleh guru sebagai bahan acuan dalam memilih
dan bisa meningkatkan perilaku yang token yang sesuai untuk anak. Menurut
diinginkan dan mengurangi perilaku yang Moeliono (1993: 208) disiplin artinya
tidak dinginkan. adalah ketaatan (kepatuhan) kepada
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dalam dimensi yang merupakan faktor
dan lain sebagainya. Sedangkan penyebab munculnya perilaku tidak
pengertian siswa adalah pelajar atau disiplin. Melalui metode eksplanatori yang
anak (orang) yang melakukan aktifitas serba terbatas rnenemukan bahwa
belajar (Ibid: 849). Dengan demikian sekalipun anak-anak tinggal di wilayah
disiplin siswa adalah ketaatan yang kumuh didukung pekerjaan,
(kepatuhan) dari siswa kepada aturan, pendidikan dan penghasilan orang tuanya
tata tertib atau norma di sekolah yang yang rendah, tetap saja ini menunjukkan
berkaitan dengan kegiatan belajar mereka berperilaku disiplin.
mengajar. Anak berperilaku disiplin pada
Pengertian disiplin sering kali kenyataannya tidak ditentukan oleh
dikacaukan dengan pengertian tertib. bekerjannya variabel-variabel tersebut,
Meskipun keduanya sama-sama tetapi rnelalui proses internalisasi yang
menunjukkan keberaturan, namun berlangsung dalam keluarga. Sekalipun
muatan geneologisnya berbeda. Kalau orang tua rendah dalam pendidikan,
disiplin adalah perilaku manusia yang penghasilan, dan pekerjaan yang tidak
muncul atas dasar justifikasi moralitas, ini menentu, tapi ia bersedia memberikan
berarti disiplin merupakan hasil proses contoh perilaku yang baik dalam
kebudayaan (civilas dei), maka kesehariannya, maka inilah yang
sebaliknya, tertib adalah perilaku manusia mempengaruhi proses pembentukan
yang dibangun atas dasar justifikasi kesadaran untuk berperilaku disiplin.
kemasyarakatan. Hurlock (1980: 124) menyatakan
Dengan demikian ketertiban adalah bahwa salah satu unsur penting dalam
produk peradaban atau hasil kontrak disiplin adalah hadiah (reward) untuk
sosial dalam kebersamaan. Secara perilaku yang baik. Skinner (dalam
filosofis, perilaku disiplin muncul karena Sugihartono, dkk., 2007: 98) menyatakan
hasil proses penyadaran dan kesadaran bahwa penghargaan merupakan
yang hakiki melalui proses perenungan penguatan positif sebagai stimulus yang
kemanusiaan sehingga mustahil jika dapat meningkatkan terjadinya
dalam komunitas religius muncul perilaku pengulangan tingkah laku. Dengan
tidak disiplin. Sebaliknya, perilaku tertib adanya reward dalam mengenalkan
adalah hasil proses inteleklualitas aturan, diharapkan anak akan mengulangi
manusia melalui proses berpikir tesis, dan meningkatkan tingkah laku mematuhi
sintesis dan antitesis, untuk mengatur peraturan. Jika tingkah laku mematuhi
hubungan kemasyarakatan yang peraturan mengalami pengulangan dan
mengandung dimensi sosiologis bukan peningkatan, maka disiplin anak akan
humanitis. terbentuk.
Maka dari itu, sanksi yang diberikan Rimm (2003: 47) menjabarkan
pada mereka yang tidak disiplin biasanya bahwa tujuan disiplin adalah
merupakan sanksi moral lantaran mereka mengarahkan anak agar mereka belajar
melanggar kaidah moralitas bukan sanksi mengenai hal-hal baik yang merupakan
hukum. Sebaliknya pada mereka yang persiapan bagi masa dewasa, saat
tidak tertib diberikan sanksi hukum karena mereka sangat bergantung kepada
mereka melawan kontrak-kontrak sosial disiplin diri. Diharapkan, kelak disiplin diri
yang telah disepakati bersama sebagai mereka akan membuat hidup mereka
aturan main dalam kemasyarakatan. bahagia, berhasil, dan penuh kasih
Proses kesadaran dan penyadaran sayang. Tujuan disiplin adalah membantu
manusia untukmenghasilkan perilaku anak membangun pengendalian diri
disiplin juga dipengaruhi oleh faktor mereka, bukan membuat anak mengikuti
ekologis atau tata ruang kewilayahan di dan mematuhi perintah orang dewasa.
mana mereka tinggal. Melalui disiplin,anak dapat belajar
Konsep disiplin sekarang ini bagaimana bersikap, menghargai hak
cenderung berkembang dan memiliki orang lain, dan menaati aturan.
cakupan yang amat luas, meliputi disiplin
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

Melalui pendisiplinan tanpa paksaan Disiplin mengajarkan kepada anak


atau dengan kesadaran akan kegunaan tentang bagaimana berperilaku yang
dan manfaat disiplin untuk hidup yang sesuai dengan aturan dalam
lebih baik. Seorang anak atau anggota kehidupansosial. Dengan disiplin, anak
masyarakat menjadikan disiplin karena belajar bersikap menurut cara yang akan
adanya kebiasaan dalam kehidupan. mendatangkan pujian yang akan
Schaefer (Sujiono 2005: 32) membagi ditafsirkan anak sebagai tanda kasih
tujuan disiplin menjadi dua yaitu, pertama sayang dan penerimaan. Anak yang
tujuan jangka pendek dari disiplin ialah bertingkah laku sesuai moral yang
membuat anak-anak terlatih dan berlaku tentunya akan mendapat respon
terkontrol, dengan mengajarkan mereka positif dari lingkungan sosialnya. Respon
bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas sosial berupa penerimaan atau pujian
dan tidak pantas atau yang masih asing memberikan rasa bahagia bagi anak
bagi mereka. Sedangkan yang kedua karena ia disayangi dan diterima. Dengan
tujuan jangka panjang disiplin ialah demikian, disiplin memperbesar
perkembangan pengendalian diri sendiri kebahagiaan dan penyesuaian pribadi
(self control dan self direction) yaitu dan sosial anak (Hurlock, 1978: 83).
dalam hal mana anak-anak dapat Selain itu, disiplin yang sesuai
mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dengan perkembangan berfungsi sebagai
dan pengendalian dari luar. motivasi yang mendorong anak mencapai
Disiplin perlu untuk perkembangan apa yang diharapkan darinya (Nurul
anak, karena ia memenuhi kebutuhan Zuriah, 2007: 41). Misalkan seorang anak
tertentu. Anak membutuhkan disiplin bila menyelesaikan tugasnya dengan baik
mereka ingin bahagia dan menjadi orang sehingga mendapatkan bintang dan
baik penyesuaiannya. Melalui disiplinlah pujian dari guru. Disiplin membantu anak
anak belajar tentang perilaku yang dapat mengembagkan hati nurani dalam
diterima oleh masyarakat. Dengan pengambilan keputusan dan
demikian, disiplin memperbesar pengendalian perilaku. Anak yang
kebahagiaan dan penyesuaian pribadi memiliki disiplin diri akan
dan sosial anak (Hurlock, 1978: 83). mempertimbangkan apa-apa yang
Disiplin memberi anak rasa aman hendak dilakukannya.
dengan memberitahukan apa yang boleh Menurut Hurlock (1999: 97) disiplin
dan tidak boleh dilakukan. Disiplin dapat berpengaruh pada perilaku, sikap
memberikan petunjuk bagi anak dan kepribadian anak, diantaranya: a)
mengenai apa yang boleh dan apa yang Pengaruh terhadap perilaku; Anak yang
tidak boleh diakukan (Maria J. Wantah, orang tuanya lemah dalam membimbing
2005: 144). Karena itulah anak dapat disiplin, akan menyebabkan anak menjadi
merasa tenang karena dia tahu mana mementingkan diri sendiri, tidak
yang harus dilakukan dan mana yang menghiraukan hak-hak orang lain, agresif
tidak boleh dilakukan. Disiplin membantu dan tidak sosial. Anak yang mengalami
anak mengindari perasaan bersalah dan disiplin yang keras atau otoriter, akan
rasa malu akibat perilaku yang salah, sangat patuh dihadapan orang-orang
perasaan yang pasti mengakibatkan rasa dewasa, namun agresif dalam
tidak bahagia dan penyesuaian yang hubungannya dengan teman-teman
buruk. Dengan membantu anak sebayanya. Anak yang dibesarkan
menghindari rasa malu akibat perilaku dibawah disiplin yang demokratis
yang salah, disiplin memungkinkan anak mengendalikan perilaku yang salah dan
hidup menurut standar yang disetujui mempertimbangkan hak-hak orang lain.
kelompok sosial dan dengan demkian b) Pengaruh terhadap sikap; Anak yang
memperoleh persetujuan sosial (Hurlock, orang tuanya melaksanakan disiplin
1978: 83). Dengan demikian anak tidak otoriter maupun disiplin yang lemah
lagi merasa kawatir melakukan cenderung membenci orang-orang yang
kesalahan. berkuasa. Anak yang mengalami disiplin
yang otoriter merasa diperlakukan tidak
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

adil, anak yang orang tuanya lemah 5. Menanamkan sikap disiplin secara
merasa bahwa seharusnya berkelanjutan, menanamkan disiplin
memperingatkan tidak semua orang bukanlah kegiatan “sekali jadi”
dewasa mau menerima perilaku yang melainkan harus bekali-kali,
tidak disiplin. Disiplin yang demokratis mendorong anak untuk bersikap
dapat menyebabkan kemarahan disiplin juga perlu dilakukan
sementara tapi bukan kebencian. Sikap- berulang-ulang sampai tercapai
sikap yang terbentuk sebagai akibat keadaan dimana anak bisa
darimetode pendidikan anak cenderung melakukan sendiri sebagai
menetap dan bersifat umum, tertuju kebiasaan.
kepada semua orang yang berkuasa. c)
Pengaruh terhadap kepribadian; Hurlock (1999: 84) menyatakan lima
Penerapan disiplin harus memperhatikan unsur pokok mendisiplinkan anak, yaitu:
banyak hal semakin banyak hukuman a) Peraturan Salah satu unsur pokok
fisik digunakan, dapat membentuk anak disiplin adalah peraturan. Peraturan
menjadi cemberut. Ini menguatkan adalah ketentuan-ketentuan yang telah
penyesuaian pribadi dan sosial yang ditetapkan untuk menata tingkah laku
buruk, yang juga merupakan ciri khas dari seseorang dalam suatu kelompok,
anak yang dibesarkan dengan disiplin organisasi, institusi atau komunitas..
yang lemah. Anak yang dibesarkan Tujuanya adalah membekali anak dengan
dibawah disiplin yang demokratis akan pedoman perilaku yang disetujui dalam
mempunyai penyesuaian pribadi dan situasi tertentu (Hurlock 1999: 85). b)
penyesuaian sosial yang baik. Kebiasaan-kebiasaan ada yang bersifat
Menurut Gunarsa (2008: 86) dalam tradisional dan ada pula yang bersifat
usaha menanamkan disiplin pada anak, modern. Kebiasaan tradisional dapat
ada beberapa faktor yang perlu berupa kebiasaan menghormati dan
diperhatikan. memberi salam kepada orang tua.
1. Menyadari adanya perbedaan Sedangkan yang bersifat modern berupa
tingkat kemampuan kognitif anak. kebiasaan bangun pagi, menggosok gigi,
Dengan azas perkembangan aspek dan sebagainya. c) Hukuman, terjadi
kognitif, maka cara yang dilakukan karena kesalahan, perlawanan atau
perlu disesuaikan dengan tingkat pelanggaran yang disengaja. Ini berarti
kemampuan kognitif anak. bahwa orang itu mengetahui bahwa
2. Menanamkan disiplin anak harus perbuatan itu salah namun masih
dimulai sejak dini yakni sejak anak dilakukan. Dalam hal anak kecil, kita tidak
mulai mengembangkan pengertian- dapat berasumsi bahwa mereka dengan
pengertian dan mulai bisa sengaja melakukan tindakan terlarang,
melakukan sendiri. kecuali jika terdapat bukti bahwa mereka
3. Mempergunakan teknik demokratis telah mengerti peraturan kelompok sosial
sebanyak mungkin dalam usaha yang diajarkan orang tua atau guru.
menanamkan disiplin. Pendekatan Tetapi dengan meningkatnya usia,
yang berorentasi pada kasih sayang wajarlah bila mereka dianggap telah
harus dipakai sebagai dasar untuk belajar tentang yang benar dan yang
menciptakan hubungan baik dengan salah. Hukuman mempunyai tiga peran
anak. penting yakni menghalangi, mendidik, dan
4. Penggunaan hukuman harus memotivasi. Fungsi yang pertama
diartikan sebagai bentuk sikap menghalangi, hukuman menghalangi
tegas, konsekwensi dan konsisten pengulangan tindakan yang tidak
dangan dasar bahwa yang diinginkan. Bila anak menyadari bahwa
dilakukan bukan di anak atau tindakan tertentu akan dihukum, mereka
perasaan anak, melainkan biasannya urung melakukan tindakan
perbuatannya yang melanggar tersebut karena teringat akan hukuman
aturan.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

yang dirasakan di waktu lampau akibat Pertama, mempunyai nilai mendidik yang
tindakan tersebut. besar. Bila peraturannya konsisten, maka
Fungsi kedua dari hukuman ialah akan memacu proses belajar yang
mendidik. Sebelum anak mengerti disebabkan karena nilai pendorongnya.
peraturan, mereka dapat belajar bahwa Kedua, konsistensi mempunyai nilai
tindakan tertentu benar dan yang lain motivasi yang kuat. Anak yang menyadari
salah dengan mendapat hukuman karena bahwa penghargaan selalu mengikuti
melakukan tindakan yang salah dan tidak perilaku yang disetujui dan hukuman
menerima hukuman bila mereka selalu mengikuti perilaku yang dilarang,
melakukan tindakan yang diperbolehkan. maka anak akan mempunyai keinginan
Dengan meningkatnya usia, mereka yang jauh lebih besar untuk menghindari
belajar mengenai peraturan terutama tindakan yang dilarang dan melakukan
lewat pengajaran verbal. Tetepai mereka tindakan yangdisetujui daripada anak
juga belajar dari pengalaman bahwa jika yang merasa ragu mengenai bagaimana
mereka gagal mematuhi peraturan sudah reaksi terhadap tindakan tertentu.
barang tentu mereka akan dihukum. d)
Penghargaa.
Penghargaan adalah unsur disiplin METODE
yang sangat penting dalam Penelitian ini dirancang dengan
pengembangan diri dan tingkah laku. menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
Penghargaan tidak harus berupa materi (PTK). Penelitian ini merupakan PTK
tetapi dapat juga berupa kata-kata pujian karena penelitian ini dilakukan untuk
atau senyuman. Penghargaan memecahkan masalah pembelajaran di
mempunyai tiga peranan penting dalam kelas. Penelitian ini juga termasuk
mengajar anak berperilaku sesuai dengan penelitian deskriptif, sebab
aturan yang berlaku. Pertama, menggambarkan penerapan suatu
penghargaan mempunyai nilai mendidik. pembelajaran untuk meningkatkan hasil
Bila suatu tindakan disetujui, anak belajar. Dipilihnya PTK karena penelitian
merasa bahwa hal itu baik. Kedua, ini akan melakukan perbaikan kualitas
penghargaan berfungsi sebagai motivasi proses dan hasil pembelajaran dengan
untuk mengulangi perilaku yang disetujui. melakukan refleksi dan perbaikan pada
Karena anak bereaksi positif terhadap setiap siklus penelitian. Perbaikan
persetujuan yang dinyatakan dengan kualitas proses dan hasil pembelajaran
penghargaan, dimasa mendatang mereka dalam penelitian ini dilakukan untuk
berusaha untuk berperilaku dengan cara meningkatkan kedisiplinan anak di
yang akan banyak memberinya Kelompok A TK ‘Aisyiyah Bustanul Atfhal
penghargaan. Ketiga, penghargaan Singaraja. Penelitian ini dilaksanakan
berfungsi untuk memperkuat perilaku pada semester II tahun pelajaran 2015-
yang disetujui secara sosial. Bila anak 2016 dikelompok A3 pada TK ‘Aisyiyah
harus belajar berperilaku secara sosial, ia Bustanul Atfhal Singaraja. Susjek
harus merasa bahwa berbuat demikian penelitian ini adalah 24 orang anak TK
cukup menguntungkan baginya. ‘Aisyiyah Bustanul Atfhal Singaraja.
Karenanya penghargaan harus digunakan Instrumen pengumpulan data
untuk membentuk asosiasi yang yang digunakan dalam penelitian ini
menyenangkan dengan perilaku yang adalah lembar observasi. Observasi
diinginkan. e) Konsistensi, unsur kelima dilakukan terhadap kegiatan peneliti dan
dari disiplin adalah konsistensi dalam siswa dalam menerapkan teknik
berbagai aturan dan pelaksanaannya. modifikasi prilaku token economy untuk
Konsistensi menunjukkan kesamaan medisiplinkan anak. Setiap kegiatan yang
dalam isi dan penerapan sebuah aturan. diobservasikan dikategorikan ke dalam
Konsistensi terhadap aturan harus ada kualitas yang sesuai dan dengan
diantara semua pihak yang menjalankan melibatkan tiga (2) dimensi yaitu anak
aturan tersebut. Konsistensi dalam belum berkembang dengan tanda skor
disiplin mempunyai dua peran penting. satu (1), anak berkembang dengan tanda
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

skor dua (2), anak berkembang. Penelitian ini dilaksanakan secara


Pedoman observasi adalah alat yang bersiklus, masing-masing siklus terdiri
digunakan untuk acuan pengamatan, dari empat tahap, yaitu: 1). tahap
untuk mengetahui sejauh mana rencana, 2). tahap tindakan, 3). tahap
peningkatan kedisiplinan anak. Pedoman observasi/evaluasi 4). tahap refleksi.
observasi disusun untuk memudahkan Penelitian ini akan berkolaborasi dengan
dalam melakukan pengamatan terhadap guru dikelas.
proses pembelajaran dengan”token
ekonomi.

Tabel.1 Kisi-kisi instrument kedisiplin anak


Dimensi Indikator
Memiliki perilaku yang mencerminkan Selalu datang tepat waktu
sikap taat terhadap aturan sehari-hari Membuang sampah pada tempatnya
untuk melatih kedisiplinan Mengambil dan mengembalikan benda pada
tempatnya.

Memiliki perilaku mencerminkan sikap Mendengarkan guru dan teman yang sedang
sabar (mau menunggu giliran ,mau berbicara
mendengar ketika orang lain Sabar menunggu giliran
berbicara)unttuk melatih kedisiplinan
Mentaati aturan yang berlaku dalam Berusaha mentaati aturan yang telah
suatu permainan disepakati.(berhenti bermain pada waktunya)

Metode pengumpulan data yang (PAP) skala lima sebesar 64,67% yang
digunakan dalam penelitian ini adalah beraa paa criteria renah.
metode observasi dan wawancara
Setelah data dalam penelitian ini
terkumpul maka selanjutnya dilakukan 10
F
analisis data. Dalam penelitian ini
menggunakan metode analisis statistik 8
deskriptif dan metode analisis statistik
deskriptif kuantitatif. 6

4 F
HASIL DAN PEMBAHASAN
2
Data kedisiplinan anak dengan
penerapan teknik moifikasi perilaku Token 0
economy” disajikan dalam bentuk tabel
distribusi, menghitung modus (Mo), 10 9 8 7 6 5
median (Me), mean (M), dan
membandingkan rata-rata atau mean M=7,1 Me=7
dengan model PAP skala lima. Nilai rata-
rata yang didapat pada siklus I sebesar Mo=7
64,67. Untuk menentukan tingkat
kedisiplinan anak apat dihitung dengan Gambar 1. Kedisiplinan anak kelompok
membandingkan rata-rata persen (M%) A3 di TK ‘Aisyiyah Bustanul
dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan Atfhal singaraja pada siklus I
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

Berdasarkan perhitungan dan grafik apat dilihat dari analisis mengenai


polygon di atas, terlihat Mo = Me < M kedisiplinan anak dapat diuraikan sebagai
(7,00 = 7,00 < 7,1), sehingga dapat berikut.
disimpulkan bahwa sebaran data-data Berdasarkan hasil analisis statistik
perkembangan kedisiplinan anak pada deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif
siklus I menunjukkan kurve juling positif. diperoleh rata-rata persentase
Dengan demikian dapat di interpretasikan kedisiplinan anak kelompok A3 di TK
bahwa skor perkembangan kedisiplinan ‘Aisyiyah Bustanul Atfhal singaraja
anak pada kelompok A3 TK ‘Aisyiyah melalui penerapan teknik modifikasi
Bustanul Atfhal Singaraja cenderung perilaku “token ekonomi” pada siklus I
rendah. sebesar 64,67% , dan rata-rata
Sedangkan kedisiplinan anak presentase hasil kedisiplinan anak pada
kelompok A3 TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal siklus II sebesar 80,55%. Hal ini
Singaraja pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan rata-
rata presentase hasil kedisiplinan anak
dari siklus I ke siklus II sebesar 15,88%
Dari paparan diatas dapat
F dinyatakan bahwa dengan penerapan
10 teknik modifikasi perilaku “token ekonomi”
dapat meningkatkan kedisiplinan anak
8 kelompok A3 semester II tahun pelajaran
2015/2016 di TK ‘Aisyiyah Bustanul Atfhal
6 Singaraja.

4 F SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan kesimpulan diatas
2 hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan kedisiplinan anak, hal ini
0 dapat dilihat dari adanya peningkatan
10 9 8 7 6 5 rata-rata perkembangan kedisiplinan anak
pada siklus I adalah 71% yang berada
pada kategori rendah dan rata-rata
Mo= 9 peningkatan perkembangan kedisiplina
M= 8,87 anak pada siklus II sebesar 88,87%
Mo= 9 berada pada kategori tinggi. Ini
menunjukkan adanya peningkatan
presentase peningkatan kedisiplinan anak
Gambar 2. Peningkatan kedisiplinan anak dari siklus I ke siklus II sebesar 17,7%.
kelompok A3 di TK ‘Aisyiyah Peningkatan kedisiplinan ini dapat terjadi
Bustanul Atfhal Singaraja karena kegiatan pembelajaran dengan
Singaraja pada siklus II menggunakan teknik modifikasi perilaku
token ekonomi. Pelaksanaan tindakan ini
Selanjutnya nilai rata-rata yang secara keseluruhan dapat dikatakan
didapat pada siklus II sebesar 88,87 berhasil karena telah memenuhi kriteria.
untuk menentukan tingkat kedisiplinan Berdasarkan kesimpulan dalam
anak dapat dihitung dengan penelitian ini, dapat di ajukan beberapa
membandingkan rata-rata persen (M%) saran sebagai berikut. Kepala TK dapat
dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan menjadi motor penggerak dalam
(PAP) skala lima sebesar 88,87% yang perbaikan terhadap proses pembelajaran,
berada paa kriteria tinggi. Penyajian hasil sehingga mampu memberikan pembinaan
penelitian diatas memberikan gambaran informasi tentang pembelajaran yang
bahwa dengan penerapan teknik moifikasi menarik untuk diterapkan dalam proses
perilaku “token economy” ternyata apat pembelajaran agar mampu meningkatkan
meningkatkan kedisiplinan anak. Hal ini kedisiplinan anak. Bagi guru sebaiknya
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

pemberian token ekonomi ini dapat Nasional, Direktorat Jenderal


diteruskan sesuai dengan kebutuhan dan Pendidikan Anak Usia Dini
dikembangkan sebagai sarana untuk Nonformal dan Informal, Direktorat
meningkatkan kedisiplinan anak usia dini. Pembinaan Pendidikan Anak Usia
Bagi Anak dapat lebih menyadari akan Dini. Diakses dari
pentingnya disiplin sekolah supaya http://pernasaids5.org/uploads/ck_
kegiatan pembelajaran dapat terlaksana uploads/files/200417d77d0b08ab4
dengan tertib. Anak dapat f4aa8 79cb312284_70.pdf pada
mengembangkan sikap disiplin melalui 15 Maret 2016 pukul 11.35 WIB.
motivasi. Bagi peneliti dan penelitian
selanjutnya agar memilih tipe token yang Rimm, S. (2003). Mendidik dan
akan digunakan lebih menarik dan sesuai Menerapkan Disiplin pada Anak
dengan karakter anak usia dini agar Prasekolah.
penelitian lebih menarik. (Alih bahasa: Lina Yusuf). Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
DAFTAR PUSTAKA

Agung. A.A Gede 2010. “Penelitian


Tindakan Kelas (Teori dan Analisis
Data dalam PTK”). Makalah
disajikan Pada Workshop Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
FIP Undiksha. Singaraja 27
September 2010.

Boniecki, Kurt dan Stacy Moore. 2003.


Breaking the Silence: Using a
Token Economy to Reinforce
Classroom Participation. Teaching
Of Psychology, vol. 30, no. 3.
http://apadiv2.org/ebooks/tips2011
/I-12- 03Boniecki2003.pdf. (28
april 2012)
Corey, G. (2013).Teori Praktek Konseling
dan Psikoterapi. (Alih bahasa: E.
Koeswara). Bandung: Refika
Aditama

Hurlock, Elizabeth B. (1978).


Perkembangan Anak Jilid 2.
Jakarta: Penerbit Erlangga

Martin, G. & Pear, J. (2009). Behavior


Modification. USA: Pearson
Eduction

Rahmat, firlia. 2004. Token Ekonomi.


http://lib.uin-
malang.ac.id/thesis/chapter_ii/076
20004-firlia-rachmat.ps (1 maret
2016)

Rose Mini. (2011). Disiplin pada Anak.


Jakarta: Kementerian Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai