Anda di halaman 1dari 10

EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY UNTUK

MENURUNKAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA


MAHASIWA

Dian Fitri
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya no. 100, Depok 16424, Jawa Barat
dianfitri880@yahoo.com
Abstrak
Kompetensi mahasiswa dalam berbicara di depan umum dalam lingkup
akademis telah menjadi tuntutan yang sewajarnya guna menyiapkan mahasiswa
memiliki daya saing yang tinggi dan sebagai bekal kehidupan bermasyarakat.
Namun adakalanya beberapa mahasiswa cenderung mengalami kecemasan
berbicara di depan umum. Kecemasan ini menghasilkan pengaruh yang negatif
pada diri mahasiswa, salah satunya dalam bidang akademik. Tujuan penelitian
ini adalah untuk melihat efektivitas CBT (Cognitive Behavior Therapy) untuk
menurunkan kecemasan berbicara di depan umum pada subjek sebelum dan
sesudah dilakukannya intervensi. Penelitian ini merupakan penelitian yang
berbentuk single-case experimental, dengan desain A-B-A. Subjek dalam
penelitian ini adalah satu orang mahasiswa yang mengalami kecemasan ketika
berbicara di depan umum seperti pada saat presentasi. Teknik pengambilan
data menggunakan observasi, wawancara, dan SUD (Subjective Unit
Disturbance). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CBT dapat menurunkan
tingkat kecemasan yang dialami subjek. Hal tersebut dapat dilihat dari
pengukuran tingkat kecemasan subjek dari skor SUD saat pre-test 40%-80%,
intervensi 35%-50%, dan setelah intervensi semakin menurun dan stabil pada
angka 10%. Adanya perubahan pikiran yang realistis – positif, perubahan
perilaku, perasaan yang tenang bahkan subjek berani dan percaya diri ketika
berbicara di depan umum dan perubahan skor SUD dari hasil pengukuran
observasi, wawancara, self report, SUD menunjukkan bahwa subjek mampu
berhadapan dengan situasi berbicara di depan umum.

Kata Kunci : Cognitive Behavior Therapy, Kecemasan Berbicara Di Depan Umum,


Mahasiswa

COGNITIVE BEHAVIOR THERAPHY EFFECTIVENESS IN REDUCING


STUDENTS PUBLIC SPEAKING ANXIOUSNESS

Abstract
Student’s public speaking competence in academic context has become a
common thing in order to prepare them, so they have high competitiveness value
in facing the social life. However sometimes students tends to become anxious to
speak in public. This anxiousness produced negative influence for the students;
one of them is on the academic context. The purpose of this research is to know

64 Dian, Efektivitas Cognitive …


the CBT (Cognitive Behavior Therapy) effectiveness in reducing public speaking
anxiousness on the subject before and after the intervention conducted. This
research is a research with single-case experimental form, with A-B-A design.
The subject in this research is student that experience anxiousness while
speaking in public, such as in academic presentation. The data collection
technique used observation, interview, and SUD (Subjective Unit Disturbance).
The research result shows that CBT is able to reduce the anxiousness level that
the subject experience. This seen from the measurement of subject anxiousness
level, in pre test 40%-80%, intervention 35%-50%, and reduced in post
intervention and stabilize at 10%. The presences of realistic positive-mind,
behavior change, calm feeling, even the bravery and self confidence to talk in
public and the SUD score changing of the measurement results of observation,
interviews, self-report, SUD shows that subject is capable to faced with public
speaking situation.

Keywords: Cognitive Behavior Therapy, Anxiousness in Public Speaking, Students

PENDAHULUAN

Salah satu skill yang harus dikuasai mereka diminta untuk mengemukakan
mahasiswa adalah kemampuan berbicara ide atau pendapatnya secara lisan dalam
di depan umum (Tresniasari dan Har- diskusi kelompok ataupun mempresen-
yanthi, 2012). Dapat digambarkan bahwa tasikan materi di depan kelas.
mahasiswa yang memiliki keterampilan Muslimin (2013) memaparkan
komunikasi yang baik akan terlihat lebih kecemasan berkomunikasi dalam rea-
mampu berada dalam situasi berinteraksi litasnya merupakan suatu bentuk peri-
di depan orang banyak, sehingga maha- laku yang normal dan bukan menjadi
siswa yang memiliki keterampilan komu- persoalan yang serius sepanjang indi-
nikasi yang tinggi cenderung tidak akan vidu tersebut mampu mereduksi kece-
mengalami hambatan yang berarti dalam masan, sehingga tingkat kecemasan-
proses berhubungan dengan orang-orang nya tidak berpengaruh terhadap tindak
yang ada di sekitarnya, baik di lingkung- komunikasi yang dilakukannya. Seba-
an kampus maupun di lingkungan masya- liknya, apabila kecemasan tersebut su-
rakat. Mengingat pentingnya kemampuan dah bersifat patologis, maka individu
berkomunikasi, banyak universitas di luar tersebut akan menghadapi permasala-
negeri yang mengadakan speech class han pribadi yang bersifat serius dan
yang diperuntukkan bagi mahasiswanya berdampak sangat merugikan seperti
(Adkins, 2006). hasil penelitian yang dilakukan oleh
Demikian pun halnya dengan Uni- Setyastuti (2012) mahasiswa yang cemas
versitas yang ada di Indonesia salah satu- ketika berbicara di depan umum dapat
nya di Fakultas Psikologi Gunadarma mengakibatkan mahasiswa menghindari
dominan menggunakan diskusi kelompok mata pelajaran tertentu atau bahkan
dan presentasi yang mendorong maha- jurusan yang presentasi lisan diperlukan,
siswa agar aktif berbicara di depan umum tidak pernah berbicara di kelas, atau
dan dapat mengemukakan ide dan pemi- memutuskan terhadap karier tertentu
kirannya terutama di depan teman-teman karena mereka akan memerlukan sesekali
sekelas. Namun dalam prakteknya, ma- berbicara di depan teman-teman. Mereka
hasiswa seringkali merasa cemas ketika yang sangat cemas berbicara di depan

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 1 Juni 2017 65


umum juga menghindari kegiatan sosial. leher dan kaki, suara bergetar atau
Wahyuni (2014) menjelaskan bahwa parau, berbicara cepat dan tidak jelas,
individu yang cemas dalam komunikasi kesulitan konsentrasi, dan lainnya. Me-
akan menarik diri dari pergaulan, ber- lihat dampak yang ditimbulkan, maka
usaha sekecil mungkin untuk berkomu- penanganan terhadap kecemasan berbi-
nikasi, dan hanya akan berbicara apabila cara di depan umum yang dialami oleh
terdesak saja. Bila kemudian ia terpaksa mahasiswi perlu mendapatkan penangan-
berkomunikasi, pembicaraannya sering- an yakni dengan cara Cognitive Behavior
kali tidak relevan. Therapy (CBT).
Dalam penelitian ini, subjek pe- Cognitive Behavior Therapy (CBT)
nelitian seorang mahasiswi yang sedang merupakan suatu bentuk psikoterapi yang
menempuh pendidikan di semester lima bertujuan untuk menangani perilaku
dan mengalami cemas ketika berbicara maladaptif dan mereduksi penderitaan
di depan kelas, terutama pada saat pre- psikologis, dengan cara mengubah proses
sentasi makalah. Subjek merasa “diad- kognitif individu (Grebb, Kaplan, dan
ili”, merasa bahwa penampilan, gerak- Sadock, 2010). Menurut Rosenvald
geriknya sedang diamati dan tidak di- (Arjadi, 2012) pendekatan ini menga-
sukai. Demikian juga dengan apa yang jarkan individu untuk mengenali bahwa
disampaikan, subjek merasa tidak dapat pola pikir tertentu yang sifatnya negatif
menarik teman-temannya untuk men- dapat membuat individu salah memak-
dengarkan apa yang sedang dipresen- nai situasi dan memunculkan emosi atau
tasikan sehingga dirinya terlihat bodoh perasaan negatif.
dihadapan teman-teman dan dosen yang Pikiran dan emosi yang salah pa-
mengajar hingga kemudian dalam pi- da akhirnya akan mempengaruhi ting-
kirannya dosen pun akan mem-berikan kah laku individu, hingga dianggap
nilai yang jelek terhadapnya. Kecema- membutuhkan terapi Intervensi psiko-
san yang muncul membuat sub-jek tidak logis pada proses kognitif dan perilaku
bisa menyampaikan materi dengan lancar akan didapat perubahan pada pemikiran,
dan bahkan mencoba terus menghindar perasaan, dan perilaku. Oleh karena itu,
seperti berdiri paling belakang diantara pemberian terapi CBT (Cognitive Beha-
teman-teman kelompok yang akan pre- vioral Therapy) cocok digunakan untuk
sentasi. menangani kasus ini.
Apa yang dipikirkan oleh subjek Pada subjek yang mengalami
merupakan bentuk pikiran-pikiran ne- kecemasan ketika berbicara di depan
gatif yang kemudian muncul dalam pe- umum, CBT merupakan terapi gabungan
rilaku yang aprehensif, seperti tidak antara teknik kognitif untuk mengen-
berani memandang audience, berdiri dalikan distorsi kognitif dan teknik be-
paling belakang sehingga tidak mudah havioristik untuk mengendalikan kece-
dilihat teman, mata selalu tertuju pada masan dan perilaku menghindar. Pen-
lembaran makalah yang sedang dibaca, dekatan teknik kognitif dalam CBT yang
kesulitan untuk melanjutkan apa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
ingin dijelaskan, kata-kata yang telah untuk memodifikasi keya-kinan atau
disusun rapi untuk diutarakan banyak pola pikir yang terdistorsi pada individu
lupa untuk disampaikan, dan kurang sehingga individu dapat menciptakan
rileks saat berbicara di depan umum. keyakinan atau pola pikir yang adaptif.
Beberapa gejala yang sering dirasakan Teknik kognitif yang akan di-
seperti detak jantung yang cepat, tela- berikan pada individu dalam penelitian
pak tangan berkeringat, nafas terengah- ini adalah pemikiran otomatis-distorsi
engah, ketegangan otot dada, tangan, kognitif-restrukturisasi kognitif. Teknik

66 Dian, Efektivitas Cognitive …


lain yang diajarkan yakni psikoedukasi behavior Therapy (CBT) dalam menu-
yang bertujuan untuk menjelaskan ke- runkan tingkat kecemasan berbicara di
pada subjek hubungan antara apa yang depan umum pada mahasiswa. Kecema-
ada dalam pemikirannya, berpengaruh san berbicara didepan umum adalah pe-
pada perasaan dan perilakunya, relaksasi rasaan cemas yang dirasakan oleh pembi-
yang bertujuan untuk membuat subjek cara ketika melakukan presentasi di de-
lebih rileks ketika menghadapi cemas, pan kelas yang muncul karena adanya pi-
psikoedukasi tentang menjadi pembicara kiran negatif yang ditandai dengan mun-
sukses dan selanjutnya dihadapkan lang- culnya gejala fisik dan psikologis serta
sung pada situasi yang membuatnya ti- perilaku menghindar.
dak nyaman (exposure). Faktor-faktor yang mempengaru-
Penelitian yang sama pernah dila- hi individu mengalami kecemasan ber-
kukan oleh beberapa orang, seperti di- bicara di depan umum adalah sebagai
lakukan oleh Melisa (2014) yang hasil- berikut : (a) Faktor Biologis. Pada saat
nya terdapat penurunan tingkat kecema- menghadapi situasi yang membuat-
san berbicara di depan umum pada ma- nya merasa tidak nyaman, respon fisio-
hasiswa yang diberikan intervensi Cog- logis yang tampak adalah, sistem saraf
nitive Behavior Therapy (CBT). Namun simpatis memproduksi dan melepas-
demikian, yang membedakan penelitian kan adrenalin yaitu suatu hormon fight
kali ini adalah belum dilakukan inter- (menghadapi) dan flight (menghindari)
vensi CBT secara individual terhadap situasi bahaya. Kedua, detak jantung
mahasiswi yang mengalami kecemasan berdebar dengan kuat; tekanan darah
berbicara didepan umum di Indonesia. naik; wajah bersemu merah. Ketiga, me-
Pertimbangan yang diambil yaitu rasakan adanya sensasi dingin dan ge-
intervensi yang dilakukan secara indi- metar pada tangan dan kaki. Keempat,
vidual dinilai dapat meminimalkan mun- nafas memburu dengan cepat; sulit
culnya kecemasan subjek akan penilaian mengatur pernafasan dan mengalami sa-
orang lain terhadap dirinya saat bertanya kit kepala ringan. Kelima, berkeringat
atau menceritakan pengalamannya keti- pada sekujur tubuh.
ka intervensi berlangsung. Intervensi in- Selanjutnya, (b) Faktor Pikiran Ne-
dividual juga diharapkan dapat membuat gatif. Berdasarkan teori kognitif, cara
subjek lebih mudah dalam menerima berpikir menentukan bagaimana sese-
dan memahami materi yang akan dibe- orang merasa dan berbuat. Dengan ka-
rikan dalam intervensi. ta lain, cara seseorang memaknai hu-
Penggunaan pendekatan Cognitive bungan antara dirinya dengan ling-
Behavior Therapy (CBT) sebagai terapi kungan disekitarnya akan berpengaruh
untuk mengatasi berbicara di depan terhadap perasaan dan perilakunya. (c)
umum, diharapkan dapat mengubah kog- Faktor Perilaku Menghindar. Respon
nitif subjek yang memiliki pemikiran yang alami saat mengalami kecema-
negatif sehingga tingkah laku menghin- san adalah bagaimana agar dapat lepas
dar dari situasi yang mengharuskan ber- dari kondisi tersebut dengan strategi
bicara di depan umum serta gejala cemas menghindar. Kita ingin menghindari si-
yang muncul dapat berkurang. Berku- tuasi yang membuat tegang tersebut se-
rangnya kecemasan yang timbul ketika cepat mungkin dan tidak ingin kembali
berbicara di depan umum diharapkan da- pada situasi yang sama. (d) Faktor Emo-
pat meningkatkan performa subjek dan sional. Individu cenderung merasakan
memperlancar pemahaman dalam proses perasaan cemas, takut, kuatir, merasa ti-
belajar. Berdasarkan uraian di atas, ma- dak mudah menghadapi situasi sosial,
ka akan diteliti keefektifan Cognitive tegang, panik, dan gugup menghadapi

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 1 Juni 2017 67


situasi berbicara didepan umum. Ter- fobia saat sebelum dan setelah CBT
dapat 2 faktor yang menyebabkan ada- (Cognitive behavior Therapy) diberikan
nya kecemasan, yaitu pengalaman nega- pada subjek yang mengalami kecemasan
tif pada masa lalu dan pikiran yang ti- berbicara di depan umum dan Hipotesis
dak rasional. alternatif (Ha) : “Ada perbedaan yang
Ernawati dan Fatma (2012) men- signifikan antara kondisi fobia saat se-
jelaskan faktor yang mempengaruhi ke- belum dan setelah CBT (Cognitive beha-
cemasan berbicara di depan umum da- vior Therapy) diberikan pada subjek yang
pat digolongkan menjadi 2, yaitu faktor mengalami kecemasan berbicara di depan
yang berasal dari dalam diri individu umum.
sendiri (pengalaman, keterampilan berbi- Subjek dalam penelitian ini adalah
cara, harga diri, asertivitas, efikasi di- seorang mahasiswi yang mengalami
ri, kemampuan berpikir positif atau nega- gangguan kecemasan berbicara di de-
tif, dan kemampuan berpikir rasional), pan umum yang diketahui melalui skor
dan faktor yang berasal dari luar (jum- kecemasan di atas angka 60 dan me-
lah, sikap, familiaritas, status, evaluasi, miliki motivasi untuk mengikuti terapi.
dan perbedaan audiens). Faktor kece- Desain yang digunakan adalah single-
masan berbicara di depan umum dian- case experimental design meng-gunakan
taranya adalah faktor biologis, pikiran desain A-B-A yaitu dimana (A1) me-
negatif, perilaku menghindar, emosio- rupakan fase baseline sebelum diberikan
nal, pengalaman negatif pada masa la- intervensi, dan (B) merupakan fase treat-
lu, keterampilan berbicara, harga diri, ment atau fase pemberian perlakuan atau
asertivitas, efikasi diri, jumlah, sikap, intervensi. Sedangkan (A2) baseline yang
familiaritas, status, evaluasi, dan per- diberikan kembali setelah intervensi.
bedaan audiens.
Intervensi Cognitive Behavior Teknik Pengumpulan Data
The-rapy (CBT) adalah perpaduan pen- SUD. SUD merupakan skala ber-
dekatan kognitif dan teknik behavio- tingkat yang digunakan untuk menilai
ristik (untuk mengendalikan kecemasan tingkat kecemasan. Skala bertingkat
dan perilaku menghindar) yang dapat dimulai dari angka 0 yang berarti tidak
menimbulkan perubahan kognitif mau- ada kecemasan sama sekali, hingga angka
pun perubahan perilaku dalam menang- 100 yang berarti tingkat kecemasan ter-
ani masalah kecemasan berbicara di de- tinggi menurut penilaian subjek. Menurut
pan umum yang bersifat aktif, direktif, Martin dan Pear (dalam Asrori, 2015)
terstruktur, berorientasi tujuan dan hirarki tingkat kecemasan dari 0-100 ini
mempunyai batas waktu. Norton dan lazim disebut SUD (Subjective Unit
Hope (dalam Melisa, 2014) menjelaskan Disturbance) yang biasa dipakai dalam
komponen CBT antara lain, psiko- treatment perilaku seperti desensitisasi
edukasi, pendekatan kognitif (cognitive sistematik untuk mengatasi fobia spe-
restructuring), dan pendekatan behavior sifik.
(exposure). Terdapat treatment tam- Peneliti menetapkan angka hirarki
bahan yaitu berupa latihan relaksasi dan tingkat kecemasan di atas angka 60. Nilai
teknik pemantauan diri. 60 ditetapkan dengan asumsi bahwa
kriteria kecemasan dari angka 0 (paling
METODE PENELITIAN tidak mencemaskan) hingga angka 100
(paling mencemaskan), nilai tengah
Hipotesis pada penelitian ini ada- adalah angka 50, sehingga 10 tingkat
lah: Hipotesis nihil (Ho) : “Tidak ada diatas nilai tengah kecemasan adalah 60.
perbedaan yang signifikan antara kondisi Seluruh data yang terkumpul dianalisis

68 Dian, Efektivitas Cognitive …


secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kan dalam penelitian ini yakni menurun-
kuantitatif, data SUD kecemasan sebe- nya tingkat kecemasan, berkurang bah-
lum dan setelah intervensi (pretest - kan hilangnya pemikiran dan perilaku
post test) akan dibandingkan dengan negatif, subjek lebih dapat berpikir po-
menggunakan grafik untuk mengetahui sitif dan rasional, hingga masa tindak
perubahan atau penurunan intensitas lanjut.
kecemasan subjek. Secara kualitatif, da-
ta interview anamnesa, data interview Menurunnya Tingkat Kecemasan yang
pikiran subjek tentang bentuk stimulus Dilihat dari SUD.
fobia, data observasi, data self report Pada grafik di Gambar 1. terlihat
terkait isi dan jenis distorsi kognitif ser- persentase skor yang diperoleh subjek
ta terkait pikiran, perasaan, perilaku dan pada kondisi baseline (A1) berkisar an-
kondisi fisiologis saat latihan akan dije- tara 40% (terendah) sampai 80% (ter-
laskan secara deskriptif. tinggi). Ini membuktikan bahwa kece-
masan berbicara di depan umum yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dialami oleh subjek tergolong cukup
tinggi. Selanjutnya pada kondisi interven-
Intervensi CBT yang diberikan pa- si CBT, persentase angka yang diperoleh
da subjek penelitian dilakukan sebanyak subjek menurun dan berada pada angka
enam sesi, dilaksanakan selama empat 35%. Sedangkan pada baseline (A2)
hari dan berlangsung ± 2 jam untuk se- semakin menurun dan stabil pada angka
tiap sesinya. Intervensi dalam penelitian 10%.
ini diberikan dalam bentuk psikoedukasi,
diskusi, relaksasi, bermain peran (role Berkurangnya Pemikiran Negatif
play), exposure, dan pemberian tugas- Subjek merasa tidak cemas ketika
tugas untuk dilaksanakan agar subjek berbicara di depan umum, merasa diter-
mendapatkan pemahaman lebih men- tawakan, malu, tidak percaya diri, merasa
dalam tentang kecemasan yang dialami. dinilai negatif oleh teman-teman merupa-
Setiap materi yang diberikan pada ma- kan hal yang sangat khas dari gangguan
sing-masing pertemuan memiliki tujuan kecemasan berbicara di depan umum
dan sasaran tersendiri bagi gejala-gejala yang dialami oleh subjek. Pemikiran ini
gangguan kecemasan berbicara di depan selalu muncul dalam pikiran subjek dan
umum yang dialami subjek. benar-benar dipercayai.
Tahap selanjutnya adalah peng- Setelah mendapat intervensi Cog-
ukuran tindak lanjut setelah intervensi nitive Behavior Therapy pada beberapa
diberikan dengan cara memberikan kem- sesi, perlahan pikiran negatif subjek mu-
bali SUD untuk mengetahui apakah lai berkurang bahkan hilang sama sekali.
efektivitas intervensi Cognitive Behavior Subjek bahkan dapat berpikir po-sitif dan
Therapy dalam menurunkan tingkat rasional. Teknik restrukturisasi kognitif
kecemasan berbicara di depan umum membantu subjek merubah pikiran ne-
dapat bertahan dalam jangka waktu gatifnya menjadi alternatif pikiran yang
tertentu. Subjek diajak untuk berbagi lebih rasional dan positif. Dalam pelak-
tentang pengalaman subjek setelah inter- sanannya, untuk mengatasi keadaan
vensi dilakukan. Intervensi Cognitive tegang, relaksasi diiterapkan guna men-
Behavior Therapy (CBT) yang diberikan capai keadaan rileks. Terakhir untuk me-
terbukti efektif menurunkan tingkat lihat keberhasilan intervensi dilaksanakan
kecemasan berbicara di depan umum exposure yang bertujuan melatih subjek
yang dialami subjek. Dikatakan efektif berani dan percaya diri ketika berbicara
sebab memenuhi kriteria yang disyarat- di depan umum.

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 1 Juni 2017 69


100

80

60
Series 1
40 Series 2
20 Series 3

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
HARI

Gambar 1 : Perbedaan tingkat kecemasan berbicara di depan umum subjek dengan desain
A-B-A

Berdasarkan hasil penelitian yang rangi kecemasan ketika akan melakukan


telah dilakukan, didapatkan bahwa pem- berbicara di depan umum. RV kemudian
berian intervensi berupa Cognitive Beha- mengakui bahwa sebagian besar perilaku
vior Therapy efektif untuk menurunkan dan reaksi fisik yang terjadi selama ini
ke-cemasan berbicara di depan umum ketika berbicara di depan umum karena
yang dialami oleh RV. Melalui CBT, adanya pikiran negatif. Di dalam pikiran-
RV menyadari adanya kesalahan ber- nya, RV berpikir bahwa ketika ia ber-
pikir ketika ia berbicara di depan umum bicara di depan umum, semua orang akan
yang berdampak pada perilaku meng- menertawakan dirinya, dianggap bodoh,
hindar. RV menyadari akan konsekuensi tidak menarik sehingga tidak dapat
yang ditimbulkan oleh perilakunya bagi mempengaruhi orang lain. Setelah subjek
diri dan masa depannya. Dengan beru- menyadari berbagai pemikiran negatif-
bahnya bentuk pemikiran dan kesadaran nya, selanjutnya dilakukan restrukturisasi
akan konsekuensi yang ditimbulkan, RV kognisinya dengan mencari alternatif
mampu mengendalikan kecemasannya pemikiran yang lebih positif dan rasional.
sehingga ia tidak lagi menghindar ketika Tugas yang peneliti berikan pada sesi
berbicara di depan umum dengan cara restrukturisasi kognitif memudahkan sub-
berdiri paling belakang, menjawab per- jek untuk berlatih mengembangkan alter-
tanyaan teman dengan tergesa-gesa atau natif pemikiran yang lebih positif dan
diam. rasional.
Sesi pertama sebelum dilakukan Sesi ke empat, RV diberikan pema-
pemahaman terhadap intervensi CBT, haman mengenai cara yang dapat dilaku-
RV diberikan pengetahuan tentang ke- kan untuk mengurangi ketegangan yang
cemasan. Sesi kedua dan ketiga yang dirasakan ketika cemas berbicara di de-
dilakukan kepada RV menekankan pada pan umum melalui teknik relaksasi.
pemahaman segitiga kognitif, yakni ba- Menurut Bower (dalam Utami dan Pur-
gaimana pikiran mempengaruhi perasaan namaningsih, 1998) relaksasi merupa-
dan perbuatan. Menurut Norton dan Hope kan suatu teknik atau metode di dalam
(dalam Melisa, 2014) psikoedukasi terapi perilaku yang dapat digunakan
bertujuan untuk meningkatkan pengertian untuk merilekskan otot-otot yang tegang
seseorang mengenai hubungan antara pi- ketika individu mengalami kecemasan
kiran, perasaan dan tingkah laku dan cara berbicara di depan umum. Subjek
melakukan persiapan serta cara mengu- mengaku setelah berlatih relaksasi tu-

70 Dian, Efektivitas Cognitive …


buhnya menjadi lebih nyaman, rileks, dan ia berhasil berbicara / presentasi se-
dan tidak grogi lagi ketika dihadapkan orang diri. Tidak hanya itu, subjek juga
pada situasi berbicara di depan umum. berhasil menjawab semua pertanyaan dari
Sesi ke lima, sebelum dilakukan teman dengan baik. Hal yang sebelumnya
role play yakni psikoedukasi yang ber- paling menakutkan bagi subjek sebelum-
judul “Menjadi Pembicara Hebat”. Tema nya karena ia lebih memilih untuk meng-
ini diberikan bertujuan untuk menambah hindar. Bagian yang kurang dinikmati
pengetahuan lebih luas lagi dan mem- adalah psikoedukasi kognitif karena cu-
persiapkan subjek agar lebih percaya diri kup banyak penjelasan ketika dibaca satu
ketika presentasi dihadapan teman-teman demi satu.
dan dosen di kelas. Saat subjek telah Akhirnya, seluruh rangkaian proses
mampu berfikir positif, terampil melaku- CBT (Cognitive Behavior Therapy)
kan relaksasi, dan mendapatkan penge- mampu mengatasi sisi kognitif subjek
tahuan menjadi pembicara, maka ia ber- dengan momodifikasi distorsi kognitif
latih menghadapi exposure. Role play menjadi pikiran realistis-positif berdasar-
dilakukan di hadapan peneliti dan di de- kan analisis self report, observasi dan
pan cermin untuk menyiapkan subjek wawancara, mengatasi sisi afeksi dengan
menghadapi exposure, dan hasilnya ia proses relaksasi yang dapat memuncul-
dapat mengevaluasi keberhasilan dan ke- kan ketenangan ketika cemas berbicara di
gagalannya sehingga ia lebih siap ketika depan umum berdasarkan hasil self
melakukan exposure. report dan mengatasi sisi perilaku dengan
Sesi keenam merupakan sesi ter- mengajarkan subjek untuk menghadapi
akhir yakni exposure yang dirancang bagi situasi sosial berbicara di depan umum
subjek sebelum pada akhirnya dilakukan dengan exposure berdasarkan hasil obser-
evaluasi. Menurut Norton dan Hope vasi, wawancara dan self report.
(dalam Melisa, 2014) exposure dinilai Penilaian keberhasilan program in-
sebagai cara yang efektif untuk men- tervensi juga dapat dilihat dari skor SUD
dukung perubahan perilaku klien. Subjek saat pre test yakni berkisar 40%-80%,
melakukan exposure presentasi seorang intervensi 35%-50% dan pasca intervensi
diri dihadapan teman-teman lain di kelas. semakin menurun dan stabil pada angka
Kondisi subjek yang rileks membuatnya 10%. Data tersebut menjelaskan bhawa
mampu menerapkan alternatif pemikiran intensitas kecemasan subjek berkurang,
yang lebih positif dan rasional, sehingga bahkan membuat subjek sembuh dari
membuatnya lebih termotivasi, berani kondisi cemasnya. Subjek juga menilai
dan percaya diri tampil seorang diri ber- dirinya pemberani dan berhasil menaklu-
bicara di depan kelas. kan rasa cemas yang telah lama meng-
Hasil evaluasi kemudian menun- ganggu aktivitas kehidupannya.
jukkan adanya perubahan perilaku pada Keberhasilan penerapan CBT pada
RV hingga masa tindak lanjut. Beberapa RV dipengaruhi oleh faktor internal dan
teknik yang telah diterapkan seperti eksternal. Faktor internal antara lain, mo-
restrukturisasi kognitif, exposure, dan re- tivasi dalam diri subjek untuk berubah,
laksasi, dirasakan subjek sebagai hal karakter kepribadian yang sudah cukup
yang sangat membantu mereka mengatasi matang, dan kompleksitas masalah yang
kecemasannya. Dari berbagai teknik yang terbatas (tidak meluas). Motivasi dalam
diajarkan, exposure dihadapan teman- diri subjek untuk berubah terlihat dari
teman dikelas merupakan hal yang dirasa adanya inisitaif untuk mengajukan diri
subjek paling menarik karena kegiatan menjadi partisipan penelitian dan kesung-
tersebut merupakan bentuk latihan untuk guhannya dalam melakukan beberapa
berani tampil berbicara di depan umum teknik terapi dan beberapa tugas, sehing-

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 1 Juni 2017 71


ga evaluasi pun dapat dilakukan secara dak hanya didapatkan subjek dari ayah,
efektif. namun juga dari teman-teman sekelas
Nuzula (2015) menjelaskan bahwa dan sahabat yang terus memberikan du-
motivasi adalah faktor yang sangat kungan agar berani tampil berbicara di
penting dalam perubahan perilaku indivi- hadapan teman-teman di kelas.
du. Kematangan kepribadian ditunjukkan
dari sikapnya selama pertemuan. Kom- SIMPULAN DAN SARAN
pleksitas masalah yang terbatas hanya
pada bentuk komunikasi berbicara di Berdasarkan penelitian yang telah
depan umum dan bukan pada komunikasi dilakukan dapat disimpulkan bahwa in-
dengan teman-teman, dosen secara in- tervensi Cognitive Behavior Therapy
dividual membuat intervensi lebih mudah (CBT) berhasil menurunkan kecemasan
dan cepat tertangani. Hal-hal lain yang berbicara di depan umum subjek. Hal ter-
mendukung penurunan kecemasan sub- sebut dapat dilihat pada perubahan skor
jek, yaitu : kepribadian, penerimaan diri, SUD yang awalnya tinggi berada pada
kemampuan memahami diri, keterbukaan kategori rendah.
terhadap masukan, kedisiplinan untuk Hasil evaluasi subjek pada setiap
melatih keterampilan dan menerapkan sesi terapi juga menunjukkan adanya pe-
hasil pelatihan. rubahan yang lebih baik dalam hal pi-
Beberapa faktor eskternal yang kiran, perasaan, perilaku dan kondisi fisi-
mempengaruhi keberhasilan R antara la- ologis. Dengan berubahnya bentuk pemi-
in, penggunaan alat ukur yang objektif kiran dan konsekuensi yang ditimbulkan,
untuk melihat sejauh mana penurunan subjek mampu mengubah perilakunya. Ia
tingkat kecemasan berbicara di depan tidak lagi menghindar atau berprilaku
umum pada subjek seperti SUD untuk aman ketika berbicara di depan umum,
melihat tingkat kecemasan subjek. namun sebaliknya subjek berani tampil,
Rancangan intervensi mengacu pa- percaya diri dan menilai dirinya hebat
da terapi kognitif dan perilaku yang dan luar biasa.
pernah dilakukan oleh Melisa (2014). Untuk penelitian selanjutnya di-
Konsep pelatihan ini disusun berdasarkan sarankan untuk menambah jumlah sesi
pendekatan perilaku kognitif yang efek- intervensi. Hal ini dilakukan untuk me-
tif untuk mengatasi permasalahan psiko- ningkatkan efektivitas penurunan kece-
logis, termasuk kecemasan sosial dan ke- masan berbicara di depan umum dan
cemasan berbicara di depan umum. Tema individu semakin terlatih dalam menga-
presentasi yang ringan dan berkisar pada tasi kecemasan yang dialaminya. Pene-
diri sendiri memudahkan subjek me- litian yang saat ini dilakukan adalah mo-
nyusun apa yang disampaikan pada saat del penelitian kualitatif single case. Apa-
presentasi. Kondisi ini menimbulkan pe- bila penelitian serupa hendak dilakukan,
rasaan mampu pada diri subjek sehingga sebaiknya menggunakan partisipan deng-
subjek lebih percaya diri. an jumlah lebih dari satu. Dengan demi-
Dengan demikian, meskipun kece- kian, keberhasilan intervensi dapat lebih
masan subjek telah menurun, RV tetap teruji.
membutuhkan dukungan dari keluarga
khususnya ayah. Berdasarkan anamnesa DAFTAR PUSTAKA
diketahui bahwa ayah tidak lagi pernah
membandingkan dirinya dengan adik, Adkins, S. J. (2006). The relation of
ayah juga selalu memotivasi agar terus self-regulated learning to public
berlatih berani berbicara di hadapan te- speaking anxiety and achievement.
man-teman. Dukungan tersebut juga ti- Proqoest information and learning

72 Dian, Efektivitas Cognitive …


company. nikasi di depan umum. Jurnal inte-
Arjadi, R. (2012). Terapi kognitif-perilaku raksi, Vol II No.2, Juli : 43-52.
untuk menangani depresi pada lan- Nuzula, F. (2015). Psikologi dan ko-
jut usia. Skripsi tidak dipublika- munikasi. Jurnal psikologi, Volume
sikan. Jakarta: Fakultas Psiko-logi VIII No.2 Juli : 403-420.
UI. Setyastuti, Y. (2012). Apresiasi komu-
Asrori, A. (2015). Terapi kognitif perilaku nikasi dalam komunikasi antar-
untuk mengatasi gangguan kecema- pribadi. Jurnal komunikator Vol.4
san sosial. Jurnal Ilmiah Psiko-logi No. 2 November.
Terapan, Vol. 03, No. 01. Tresniasari, N & Haryanthi, L.P.S (2012).
Ernawati, S & Fatma, A. (2012). Efektivitas metode terapi ego state
Pendekatan perilaku kognitif dalam dalam mengatasi kecemasan berbi-
pelatihan keterampilan mengelola cara di depan umum pada maha-
kecemasan berbicara di depan siswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
umum. Talenta Psikologi. Vol I. No Hidayatullah Jakarta. Jurnal INSAN
1, Februari. Vol. 14 No. 01, April.
Grebb, J. A., Kaplan, H. I., & Sadock, B. J. Utami, M. S., & Purnamaningsih, E. H.
(2010). Sinopsis Psikiatri ilmu penge- (1998). Efektivitas terapi perilaku
tahuan perilaku psikiatri klinis jilid kognitif untuk mengurangi kecema-
dua. Tangerang. Binarupa Aksara. san berbicara di muka umum. Jurnal
Melisa, D. (2014). Efektivitas Cognitive Psikologi, No. 1, 65 -76.
Beahvior Therapy untuk menurun- Wahyuni, S. (2014). Hubungan antara
kan Public Speaking Anxiety pada kepercyaaan diri dengan kecemasan
Mahasiwa. Tesis tidak dipubli- berbicara di depan umum pada
kasikan. Fakultas Psikologi, UI. mahasiswa Psikologi. Jurnal Psiko-
Muslimin, K. (2013). Faktor-faktor yang logi, Volume 2, Nomor 1 : 50-64.
mempengaruhi kecemasan berkomu-

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 1 Juni 2017 73

Anda mungkin juga menyukai