Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Miokard Infark Akut (MIA) merupakan salah satu manifestasiklinis penyakit jantung
koroner (Fathoni, 2011). Miokard Infark Akut, yangdikenal sebagai serangan jantung
adalah terbentuknya suatu daerahnekrosis pada sel otot miokardium akibat suplai darah
yang tidak adekuatke suatu daerah yang diawali dengan iskemik (Robbins et al.,
2007).Miokard Infark Akut adalah penyebab utama morbiditas maupunmortalitas di
seluruh dunia (Takii, 2009). Laju mortalitas awal yaitu 30hari pada pasien MIA sebesar
30% dengan lebih dari separuh terjadikematian sebelum pasien mencapai rumah sakit
Walaupun laju mortalitasmenurun yaitu sebanyak 30% dalam 2 dekade terakhir, sekitar 1
diantara25 pasien yang tetap hidup pada perawatan awal, meninggal dalam tahunpertama
setelah MIA (Alwi, 2009).
Miokard Infark Akut merupakan penyakit yang diagnosis rawatinapnya tersering pada
negara maju (Alwi, 2009).MIA ialah penyebabtunggal kematian di negara industri dan
risikonya meningkat secaraprogresif seumur hidup. Pasien yang terkena MIA
diperkirakan 1,5 jutaorang dengan kematian sekitar 500.000 pasien setiap tahunnya di
AmerikaSerikat. Usia yang sering menderita MIA berkisar antara 45 dan 54 tahundan
laki-laki memiliki kemungkinan terkena MIA empat sampai lima kalidibandingkan
perempuan. Risiko penyakit menjadi setara pada kedua jeniskelamin setelah usia 80 tahun
untuk penyakit sistemik secara umum(Robbins et al., 2007).Miokard Infark Akut
menyebabkan kematian setelah keluar rumahsakit sebanyak 72%. Sedangkan 21%
disebabkan oleh serangan jantungdan 6% kematian mendadak disebabkan oleh penyebab
yang tidakdiketahui. Peneliti mengidentifikasi 31.777 pasien MIA yang terdiri dari19.058
pasien yang dirawat di rumah sakit (60%) dan 12.719 pasien(40%) keluar dari rumah
sakit meninggal di Belanda pada tahun 2000(Koek et al., 2007).Dalam 6 tahun setelah
MIA pertama, 18 % laki-lakidan 35 % wanita dapat mengalami MIA berulang. Penyebab
yang mungkin adalaholahraga berlebih, embolisasi, dan oklusi trombotik lanjutan pada
arteri coroner oleh atheroma. (M.Black, Joyce, 2014 : 347).
Prevalensi kasus penyakit jantung koroner (Angina Pektoris, Miokard InfarkAkut,
sudden death) mengalami peningkatan dari 0,09% padatahun 2006 menjadi 0,10% pada

1|Infark Miokard
tahun 2007 dan 0,11% pada tahun 2008berdasarkan laporan dari rumah sakit dan
puskesmas di Propinsi JawaTengah. Prevalensi sebesar 0,11% berarti setiap 10.000 orang
terdapat 11orang penderita jantung koroner. Prevalensi tertinggi yang mengalamipenyakit
jantung koroner terjadi di Kota Pekalongan yaitu sebesar 0,76%sedangkan prevalensi
terendah sebesar 0,01% terjadi di KabupatenBanyumas, Kabupaten Banjarnegara,
Kabupaten Rembang, KabupatenBatang, dan Kabupaten Tegal. Satu kabupaten tidak ada
datanya yaituKabupaten Pati (Riskesdas, 2008).Penyakit Miokard Infarkdapat diprediksi
dengan melakukanpemeriksaan darah rutin yaitu leukosit pada saat pasien masuk rumah
sakit(Rohani et al., 2011)
Kami memilih penyakit Miokard Infark Akut karena Miokard Infark Akut adalah
masalah kesehatan di masyarakat danmerupakan penyebab kematian tertinggi di
Indonesia. Angka fatalitaskasus atau case fatality rate (CRF) MIA adalah tertinggi
dibandingkanpenyakit jantung lainnya yaitu 16,6% pada tahun 2002 dan 14,1%
padatahun 2003 berdasarkan statistik rumah sakit di Indonesia (Delima et
al.,2009).Penyakit ini sangatlah berbahaya bahkan dapat mengancam nyawa seseorang
bila penyakit ini tidak di lakukan perawatan yang tepat dan benar.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian Miokard Infark Akut?
1.2.2 Apa saja Etiologi Miokard Infark Akut?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi Miokard Infark Akut?
1.2.4 Apa saja Manifestasi Klinis Miokard Infark Akut?
1.2.5 Bagaimana pemeriksaan diagnosik Miokard Infark Akut?
1.2.6 Apa saja komplikasi pada Miokard Infark Akut?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan pada Miokard Infark Akut?
1.2.8 Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Miokard Infark Akut?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Dapat memahamai Asuhan Keperawatan pada klien MiokardInfark Akut
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat melakukan :
1.3.2.1 Pengkajian yang tepat pada pasien dengan MiokardInfark Akut
1.3.2.2 Diagnosa yang tepat pada pasien dengan MiokardInfark Akut
1.3.2.3 Perencanaan yang tepat pada pasien dengan MiokardInfark Akut
1.3.2.4 Implementasi yang tepat pada pasien dengan MiokardInfark Akut
1.3.2.5 Evaluasi yang tepat pada pasien dengan MiokardInfark Akut

2|Infark Miokard
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Miokard Infark Akut


2.1.1 Pengertian Miokard Infark Akut
Miokard Infark Akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh
karenasumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya
aterosklerotikpada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke
jaringan otot jantung (M. Black, Joyce, 2014 : 343)
Miokard Infark Akut (MIA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke
ototjantung terganggu. (M. Black, Joyce, 2014: 343)
Tanpa ATP, pompa natrium kalium berhenti dan sel terisi ion natrium dan air
yang akhirnya menyebabkan sel pecah (lisis). Dengan lisis, sel melepaskan simpanan
kalium intrasel dan enzim intrasel, yang mencederai sel-sel di sekitarnya. Protein
intrasel mulai mendapat akses edema dan pembengkakan interstisial di sekitar sel
miokardium. Akibat kematian sel, tercetus reaksi inflamasi. Di tempat inflamasi,
terjadi penimbunan trombosit dan pelepasan faktor pembekuan. Terjadi degranulasi
sel mast yang menyebabkan pelepasan histamine dan berbagai prostaglandin.
Sebagian bersifat vasokontriktif dan sebagian merangsang pembekuan (tromboksan)
(Elizabeth J. Corwin, 2009: 495)

2.1.2 Etiologi

Terlepasnya suatu plak aterosklorotik dari salah satu arteri koroner, dan
kemudian tersangkut di bagian hilir yang menyumbat aliran darah keseluruh
miokardium yang di pendarahi oleh pembuluh darah tersebut, dapat menyebabkan
miokard infark. Miokard Infark juga dapat terjadi apa bila lesi trombotik yang
melekat ke suatu arteri yang rusak menjadi cukup besar untuk menyumbat secara total
aliran ke bagian hilir, atau apabila suatu ruang jantung mengalami hipertrofi berat
sehingga kebutuhan oksigennya tidak dapat terpenuhi.

2.1.3 Patofisiologi

MIA dapat dianggap sebagai titik akhir dari PJK. Tidak seperti iskemia
sementarayang terjadi dengan angina, iskemia jangka panjang yang tidak berkurang

3|Infark Miokard
akan menyebabkan kerusakan ireversibel terhadap miokardium. Sel-sel jantung dapat
bertahandari iskemia selama 15 menit sebelum akhirnya mati. Manifestasi iskemia
dapat dilihat dalam 8 hingga 10 detik setelah aliran darah turun karena miokardium
aktif secara metabolik. Ketika jantung tidak mendapatkan darah dan oksigen, sel
jantung akan menggunakan metabolisme anaerobic, menciptakan lebih sedikit
adenosine trifosfat (ATP) dan lebih banyak asam laktat sebagai hasil sampingannya.
Sel miokardium sangat sensitif terhadap perubahan pH dan fungsinya akan menurun.
Asidosis akan menyebabkan miokarium menjadi lebih rentan terhadap efek dari
enzim lisosom dalam sel. Asidosis menyebabkan gangguan sistem konduksi dan
terjadi disritmia. Kontraktilitas juga akan berkurang, sehingga menurunkan
kemampuan jantung sebagai suatu pompa. Saat sel miokardium mengalami nekrosis,
enzim intraselular akan dilepaskan ke dalam aliran darah, yang kemudian dapat
dideteksi dengan pengujian laboratorium. (M.Black, Joyce, 2014 :345)
Dalam beberapa jam MIA, area nekrotik akan meregang dalam suatu proses
yangdisebut ekspansi infark. Ekspansi ini didorong juga oleh aktivasi neurohormonal
yang terjadi pada MIA. Peningkatan denyut jantung, dilatasi ventrikel, dan aktivasi
dari system renin-angiotensin akan meningkatkan preload selama MIA untuk menjaga
curah jantung. Infark transmural akan sembuh dengan menyisakan pembentukan
jaringan parut di ventrikel kiri, yamg disebut remodeling. Ekspansi dapat terus
berlanjut hingga enam minggu setelah MIA dan disertai oleh penipisan progresif serta
perluasan dari area infark dan non infark. Ekspresi gen dari sel-sel jantung yang
mengalami perombakan akan berubah, yang menyebabkan perubahan struktural
permanen ke jantung. Jaringan yang mengalami remodelisasi tidak berfungsi dengan
normal dan dapat berakibat pada gagal 3 jantung akut atau kronis dengan disfungsi
ventrikel kiri, serta peningkatan volume serta tekanan ventrikel. Remodeling dapat
berlangsung bertahun-tahun setelah MIA. (M.Black, Joyce,2014 : 345)
Lokasi MIA paling sering adalah dinding anterior ventrikel kiri di dekat apeks,
yang terjadi akibat trombosis dari cabang desenden arteri coroner kiri. Lokasi umum
lainnya adalah (1) dinding posterior dari ventrikel kiri di dekat dasar dan di belakang
daun katup/ kuspis posterior dari katup mitral dan (2) permukaan inferior
(diafragmantik) jantung. Infark pada ventrikel kiri posterior terjadi akibat oklusi arteri
coroner kanan atau cabang sirkumfleksi arteri coroner kiri. Infark inferior terjadi saat
arteri coroner kanan mengalami oklusi. Pada sekitar 25 % dari MIA dinding inferior,
ventrikel kanan merupakan lokasi infark. Infark atrium terjadi pada kurang dari 5 %.
4|Infark Miokard
Peta konsep menjelaskan efek selular yang terjadi selama miokard infark. (M.Black,
Joyce, 2014 :345)
Pathway

2.1.4 Gambaran Klinis


Manifestasi yang biasanya timbul adalah :
 Nyeri dengan awitan yang (biasanya) mendadak, sering digambarkan memiliki
sifat meremukan dan parah. Nyeri dapat menyebar ke bagian kebagian atas

5|Infark Miokard
tubuh mana saja, tetapi sebagian besar menyebar ke lengan kiri, ;eher, atau
rahang. Nitrat dan istirahat dapat menghilangkan iskemia di luar zona nekrotik
dan menurunkan beban kerja jantung
 Terjadi mual dan muntah yang mungkin berkaitan dengan nyeri hebat.
 Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot rangka
 Kulit yang dingin dan pucat
 Pengeluaran urine yang berkurang karena penuunan aliran darah ginjal serta
peningkatan aldosteron dan ADH
 Keadaan mental berupa berupa perasaan cemas serta perasaan kematian sering
terjadi.

2.1.5 Komplikasi

Kemungkinan kematian akibat komplikasi selalu menyertai MIA. Oleh karena


itu, tujuan kolaborasi utama antara lain pencegahan komplikasi yang mengancam jiwa
atau paling tidak mengenalinya. (M.Black, Joyce, 2014 : 347)
1. Disritmia. Disritmia merupakan penyebab dari 40 % hingga 50 %
kematiansetelah MIA. Ritme ektopik muncul pada atau sekitar batas
dari jaringan miokardium yang iskemik dan mengalami cedera parah.
Miokardium yang rusak juga dapat mengganggu system konduksi,
menyebabkan disosiasi atrium dan ventrikel (blok 6 jantung).
Supraventrikel takikardia (SVT) kadang kala terjadi sebagai akibat
gagal jantung. Reperfusi spontan atau dengan farmakologis dari area
yang sebelumnya iskemik juga dapat memicu terjadinya ventrikel
disritmia. (M.Black, Joyce, 2014 347)
2. Syok kardiogenik. Syok kardiogenik berperan hanya pada 9 %
kematian akibat MIA, tetapi lebih dari 70 % klien syok meninggal
karena sebab ini. Penyebabnya antara lain (1) penurunan kontraksi
miokardium dengan penurunan curah jantung, (2) disritmia tak
terdeteksi, dan (3) sepsis. (M.Black, Joyce, 2014 :347)
3. Gagal jantung dan edema paru. Penyebab kematian paling sering pada
klienrawat inap dengan gangguan jantung adalah gagal jantung. Gagal
jantung melumpuhkan22 % klien laki-laki dan 46 % wanita yang

6|Infark Miokard
mengalami MIA serta bertanggung jawab pada sepertiga kematian
setelah MIA. (M.Black, Joyce, 2014 :347)
4. Emboli paru. Emboli paru (PE) dapat terjadi karena flebitis dari vena
kakipanggul (trombosis vena) atau karena atrial flutter atau fibrilasi.
Emboli paru terjadi pada 10 % hingga 20 % klien pada suatu waktu
tertentu, saat serangan akut atau pada periodekonvalensi. (M.Black,
Joyce, 2014: 347)
5. Komplikasi yang disebabkan oleh nekrosis miokardium. Komplikasi
yangterjadi karena nekrosis dari miokardium antara lain aneurisme
ventrikel, ruptur jantung (ruptur miokardium), defek septal ventrikel
(VSD), dan otot papiler yang ruptur. Komplikasi ini jarang tetapi
serius, biasanya terjadi sekitar 5 hingga 7 ahri setelah MI. Jaringan
miokardium nekrotik yang lemah dan rapuh akan meningkatkan
kerentanan terkena komplikasi ini. (M.Black, Joyce, 2014 : 347)
6. Perikarditis. Sekitar 28 % klien dengan MI akut transmural akan
mengalamipericarditis dini (dalam 2 hingga 4 hari). Area yang
mengalami infark akan bergesekan dengan permukaan pericardium dan
menyebabkan hilangnya cairan pelumas. Gesekan friksi pericardium
dapat didengar di area prekardial. Klien mengeluh bahwa nyeri dada
memburuk dengan gerakan, inspirasi dalam, dan batuk. Nyeri
pericarditis akan mereda dengan duduk dan condong ke depan.
(M.Black, Joyce, 2014 : 348)
7. Sindrom dressler (perikarditis akut). Sindrom dressler, suatu
bentukpericarditis, dapat terjadi paling akhir enam minggu hingga
beberapa bulan setelah MIA.Walaupun agen penyebabnya tidak
diketahui, diduga terjadi karena faktor autoimun. Klien biasanya
datang dengan demam berlangsung satu minggu atau lebih, nyeri
dadaperikardium, gesekan friksi pericardium, dan kadang kala pleuritis
dengan efusi pleura. Ini merupakan fenomena yang akan sembuh
sendiri dan tidak ada pengobatan yang telah diketahui. Terapi meliputi
aspirin, prednisone, dan analgesic opioid untuk nyeri. Terapi
antikoagulasi dapat memicu tamponade kordis dan harus dihindari
pada klien ini. (M.Black, Joyce, 2014 : 348)

7|Infark Miokard
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik

 EKG dapat memperlihatkan perubahan akut di gelombang ST dan T seiring


dengan terjadinya infrak. Dalam 1 atau 2 hari infrak terjadi pendalam pada
gelombang Q. Walaupun perubahan gelombang ST dan T akan menghilang
seiring dengan waktu. Gelombang Q menetap dan dapat digunakan untuk
mendeteksi infrak sebelumnya.
 Timbul gejala inflamasi sistemik, termasuk demam, peningkatan jumlah
leukosit, dan peningkatan laju endap darah. Tanda tanda ini dimulai sekitar 24
jam setelah infrak dan memetap sampai 2 minggu
 Kadar enzim-enzim jantung ( karatinin fosfokinase, glutamat oksaloasetat
transaminase serum, dan laktat dehidrogenase ) di dalam serum meningkat
akibat kematian sel miokardiun. Peningkatantersebut terjadi dalam pola khas,
yang dimulai segera setelah infrak dan berlanjut sampai sekitar seminggu
 Kadar troponin T dan troponin I dapat di deteksi dalam darah dalam 15-20
menit. Mioglobin terdeteksi dalam 1 jam dan memuncakdalam 4-6 jam setelah
infrak.

2.1.7 Penatalaksanaan

Tindakan pencegahan antara lain:

 Menurunkan atau mengurangi faktor resiko yang dapat diubah


 Individu yang mengalami stres dan terutama mereka yang memiliki riwayat
penyakit jantung dalam keluarga harus di ajarkanuntuk menurunkan resiko
dan mencari pertolongan medis segera jika terjadi miokard infrak.

Untuk pasien yang memilikin sindrom koroner akut, panduan terapi


menggunakan pertolongan akronim ABCD dapat di lakukan :
 A untuk terapi antiplatelet, antikoagulan, penghambat enzim pengubah-
angiotensin dan penyekat reseptor-angiotensin
 B untuk penyekat beta dan pengendalian tekanan darah
 C untuk terapi kolestrol dan menghentikan rokok
 D untuk penatalaksanaan diabetes dan diet
 E untuk olahraga

8|Infark Miokard
Untuk pasien serangan jantung
 Menghentikan aktifitas fisik
 Resusitasi jantung paru
 Infus intavena atau intrakoroner
 Berikan oksigen
 Obat untuk mengilangkan nyeri
 Diberikan nitrat
 Diberikan diuretik
 Obat intropik positif
 Bypass arteri koroner

Setelah infrak miokard

 Rehabilitasi jantung
 Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa jantung mengandung sel benih
(stem cell) yang dapat meregenerasi sel otot jantung sehingga mampu
memperbaiki dirinya sendiri.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengertian
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan praktik
keperawatan langsung pada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang
pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti praktik
keperawatan (Ali, 2009).
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien
merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap
klien. Pada akhirnya, penerapan proses keperawatan ini akan meningkatkan kualitas
layanan keperawatan pada klien (Asmadi, 2008).
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang
digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau
mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal,
melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana
keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2009).

2.2.2Tujuan proses keperawatan

Menurut Asmadi (2008), proses keperawatan merupakan suatu upaya


pemecahan masalah yang tujuan utamanya adalah membantu perawat menangani
klien secara komprehensif dengan dilandasi alasan ilmiah, keterampilan teknis, dan

9|Infark Miokard
keterampilan interpersonal. Penerapan proses keperawatan ini tidak hanya ditujukan
untuk kepentingan klien, tetapi juga profesi keperawatan itu sendiri.
Tujuan penerapan proses keperawatan bagi klien, antara lain :
 Mempertahankan kesehatan klien.
 Mencegah sakit yang lebih parah/penyebaran penyakit/komplikasi akibat
penyakit.
 Membantu pemulihan kondisi klien setelah sakit.
 Mengembalikan fungsi maksimal tubuh.
 Membantu klien terminal meninggal dengan tenang.

Tujuan penerapan proses keperawatan bagi profesionalitas keperawatan, antara


lain :
 Mempraktikkan metode pemecahan masalah dalam praktik keperawatan.
 Menggunakan standar praktik keperawatan.
 Memperoleh metode yang baku, rasional, dan sistematis.
 Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan efektifitas yang tinggi.

2.2.3 Komponen Proses Keperawatan


a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua data
data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini.
Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan asfek biologis,
psikologis, sosial, maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk
mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Metode utama yang dapat
digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan
fisik serta diagnostik (Asmadi, 2008).
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual atau
potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan
berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien didapatkan dari
data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien masa lalu,
dan konsultasi dengan profesional lain, yang kesemuanya dikumpulkan selama
pengkajian (Potter & Perry, 2005).
c. Perencanaan
Tahap perencanaan memberikan kesempatan kepada perawat, klien, keluarga dan
orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna
mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan ini merupakan suatu petunjuk
10 | I n f a r k Miokard
tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang
dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis
keperawatan.
Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan
sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang
ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang
akan melakukan tindakan keperawatan. Karenanya, dalam menyusun rencana
tindakan keperawatan untuk klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara
maksimal (Asmadi, 2008).
d. Implementasi

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah


katagori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang dipekirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen
perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, di banyak lingkungan perawatan
kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara langsung setelah pengkajian (Potter &
Perry, 2005).

e. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian
ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:

a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.


b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
(Asmadi, 2008).

11 | I n f a r k Miokard
BAB III
Tinjauan Kasus

1. Pengkajian
1.1 Biodata
a. Biodata Klien
 Nama: Tn.A
 Umur: 42 Tahun
 Jenis Kelamin: Laki-laki
 Agama: Islam
 Pendidikan: S1
 Pekerjaan: Karyawan Bank
 Suku/Bangsa: Sunda/Indonesia
 Status Perkawinan: Menikah
 Alamat: Komplek Megamendung Jl. Surya Kencana Rt. 04/02 Kec.
Bandung Timur Kota Bandung Jawa Barat
 Tanggal Masuk: 18 Januari 2017
 No.RM: 321620
 Diagnosa Medis: IMA

b. Identitas Penanggung Jawab


 Nama: Ny. P
 Umur: 35 Tahun
 Jenis Kelamin: Perempuan
 Agama: Islam
 Pendidikan: SMA
 Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
 Alamat: Komplek Megamendung Jl. Surya Kencana Rt. 04/02 Kec.
Bandung Timur Kota Bandung Jawa Barat
 Hubungan dengan Pasien: Istri

12 | I n f a r k Miokard
1.2 Data Subjektif
1.2.1 Keluhan Pertama
 Keluhan Utama: Nyeri Dada sebelah kiri
1.2.2 Riwayat Penyakit
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Keluarga pasien mengatakan klien mengeluh nyeri dada dan sesak
nafas, sejak satu minggu yang lalu, dan di bawa ke IGD RSUD Kota Bandung
di bawa tanggal 18 Januari 2017 jam 14.00. setelah itu pukul 15.00 klien di
bawa ke ruangan ICU.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien dan keluarga mengatakan klien tidak mempunyai riwayat darah
tinggi maupun gula darah atau DM, keluarga klien mengatakan sebelumnya
klien pernah di rawat di rumah sakit 1 tahun yang lalu dengan keluhan yang
sama, klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat maupun
makanan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit yang sama.
d. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat maupun
makanan.

1.3 Data Objektif


1.3.1 Data Umum
 TTV
 Tekanan Darah : 100/60 mmHg
 Nadi : 120x/menit
 Suhu : 37,5O C
 Respirasi : 32x/menit
1.3.2 Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Sistematik Head to Toe
 Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak ada nyeri tekan, kulit
kepala bersih, tidak ada masa, dan tidak ada lesi.

13 | I n f a r k Miokard
 Rambut
 Inspeksi : Penyebaran rambut merata, rambut hitam, tidak
rontok.
 Palpasi : Rambut tidak lengket
 Kulit
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, pucat dan tidak ada lesi. Bentuk
kuku covex
 Palpasi : Kulit teraba dingin dan lembab
 Tekstur : kenyal
 Turgor kulit : elastis
 Cavilary refill : kembali dalam 4 detik
 Mata
Inspeksi : Bentuk mata simetris, pupil isokhor, kemampuan
mengedip spontan, fungsi penglihatan baik, sklera tidak iterik,
konjungtiva bagus tidak anemis.
 Hidung
 Inspeksi : Tidak ada pembengkakan, fungsi penciuman baik,
tidak ada sekret.
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus.
 Telinga
 Inspeksi : Kedua daun telinga simetris,fungsi pendengaran baik,
dan tidak ada lesi.
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
 Mulut
 Inspeksi : Bentuk bibir simetris, tidak ada masa, gigi lengkap
 Leher
 Inspeksi : Bentuk leher simetris, tidak ada masa, tidak ada
edema.
 Palpasi : Tidak ada pembesaran tiroid, pergerakan leher baik.
 Thoraks dan fungsi pernapasan
 Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri, frekuensi
pernafasan cepat dan dangkal
 palpasi : Fremitus, raba kanan dan kiri sama
 perkusi : Bunyi Ronchi
 auskultasi : Wheezing
 Pemeriksaan jantung
 Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
 Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
 Perkusi : Pekak
 Auskultasi : BJ I = BJ II, regular

14 | I n f a r k Miokard
 Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : Bentuk simentris
 palpasi : Tidak ada nyeri tekan, dan tidak edema
 auskultasi : Bising usus 8x/menit
 Genetalia
 Inspeksi : genetalia bersih, tidak adanya lesi dan pembengkakan
 Ektermitas Atas
 Kekuatan ektermitas atas baik, tidak ada lesi, tidak ada edema.
 Ektermitas Bawah
 Kekuatan ektermitas bawah baik, tidak ada lesi, tidak ada edema.

1.3.3 Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. DS: Aliran darah ke jantung Penurunan curah jantung
1 Klien merasa nyeri menurun
dada sebelah kiri
2 Klien merasa nyeri
menjalar ke bahu Oksigen dan nutrisi
hingga ke lengan menurun
kiri
3 Klien merasa sesak
nafas Miokard iskemik
DO:
1 Nadi : 120x/menit
2 TD: 100/60 mmhg Nekrosis selama 30 menit
3 RR: 32x/menit
4 Klien selalu
memegang area Seluler hipoksia
nyeri
5 Kulit teraba dingin
dan pucat Kontraktilitas menurun

Perubahan volume isi


katup jantung Jantung

Penurunan curah jantung

15 | I n f a r k Miokard
2. DS: Agen injury Nyeri Akut
1. Klien merasa nyeri
dada sebelah kiri
(angina pectoris) Aliran darah ke jantung
2. Klien merasa menurun
nyerinya sakit
sekali
3. Nyeri dan sesak Jaringan miocard iskemik
nafas bertambah
jika sedang
beraktifitas Suplai oksigen ke miokard
DO: menurun
1. Pasien terlihat
meringis kesakitan
2. Klien selalu Metabolisme an aerob
memegang area
nyeri
3. Klien tampak lemah Timbunan asam laktat
meningkat
4. P: Terjadi
penyempitan
pembuluh darah Nyeri
5. Q: Terasa tertusuk-
tusuk
6. R: Dada Kiri
7. S: Skala Nyeri 7 (1-
10)
8. T: Menetap
6
3. DS: Ancaman pada status Ansietas
1. Klien mengatakan
kesehatan
khawatir terjadi
apa-apa dengan
dirinya
DO:
1. Wajah klien terlihat Kurang informasi
cemas
2. Wajah klien terlihat
pucat
3. Keluar keringat
Gejala terkait penyakit
dingin

Kecemasan

2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume isi sekuncup

16 | I n f a r k Miokard
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Injury
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan

3. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Penurunan Tupan: Setelah diberikan 1. Kaji ku, ttv 1. Dapat
curah jantung 1. Curah jantung asuhan mengetahui
berhubungan meningkat keperawatan 1 x perubahan
dengan Tupen: 24 jam pada ttv dan
perubahan 1. Klien tidak ..Diharapkan ku klien
volume isi akan curah jantung
sekuncup merasakan bapak berkurang 2. Kaji skala 2. Dapat
nyeri dada dengan kriteria nyeri klien mengurangi
DS: kiri kembali evaluasi : rasa nyeri pada
1. Klien 2. Klien tidak 1. Klien mampu dada klien
merasa nyeri akan ngengontrol
dada sebelah merasakan nyeri
kiri sesak nafas 2. Klien mampu 3.Kaji dan 3. Dapat
2. Klien kembali mengontrol pantau EKG memantau
merasa nyeri pernafasan setiap hari perkembangan
menjalar ke 3. Ttv kembali denyut jantung
bahu hingga normal
ke lengan 4. Ajarkan klien 4. Dapat
kiri teknik nafas mengatur
3. Klien dalam pernafasan
merasa klien
sesak nafas
5. Monitor 5. Terapi O2yang
DO: tingkat adekuat dapat
1. Nadi: efektivitas membantu
120x/menit terapi O2 terpenuhinya
2. TD: 100/60 kebutuhan
mmhg O2dalam
3. RR: jaringan dan
32x/menit tubuh
4. Klien selalu
memegang
area nyeri
1. Kulit teraba
dingin dan
pucat

2. Nyeri akut Tupan : Setelah diberikan 1. Kaji nyeri 1. Dapat


berhubungan 1. Nyeri klien asuhan secara mengetahui
dengan agen berkurang/hil keperawatan 1 x komprehensif keadaan
injury ang 24 jam .. meliputi umum klien
Diharapkan nyeri lokasi,
DS: Tupen : pada tn.a karakteristik,

17 | I n f a r k Miokard
1. Klien 1. Terkajinya berkurang dengan durasi,
merasa nyeri skala nyeri kriteria evaluasi : frekuensi dan
dada sebelah 2. Tidak 1. Klien mampu kualitas nyeri
kiri (angina meringis mengatasi
pectoris) kesakitan nyeri 2. Ajarkan klien 2. Dapat
2. Klien 2. TTV klien teknik membantu
merasa normal relaksasi nafas klien untuk
nyerinya 3. Ekspresi dalam rileks
sangat sakit wajah klien 3. Obat Jantung
3. Nyeri dan rileks dapat
sesak nafas 4. Skala nyeri 3. Kolaborasi mengurangi
bertambah berkurang dengan tim rasa nyeri
jika sedang kesehatan pada jantung
beraktifitas yang lain
dalam
DO: pemberian
2. Pasien obat Jantung
terlihat
meringis
kesakita
3. Klien selalu
memegang
area nyeri
4. Klien
tampak
lemah
5. P: Terjadi
penyempitan
pembuluh
darah
6. Q: Terasa
tertusuk-
tusuk
7. R: Dada Kiri
8. S: Skala
Nyeri 7 (1-
10)
T: Menetap
5.

18 | I n f a r k Miokard
3. Ansietas Tupan: Setelah diberikan 1. Kaji tingkat 1. Dapat
berhubungan 1. Rasa cemas asuhan kecemasan mengurangi
dengan klien keperawatan 1 x dan reaksi rasa cemas
ancaman pada berkurang 24 fisik akibat
status jam..Diharapkan kecemasan
kesehatan Tupen: ansietas bapak
1. Klien tenang berkurang dengan 2. Bantu pasien 2. Berikan
DS: tidak cemas kriteria evaluasi : mengenal penjelasan
1. Klien dan tidak 1. Klien mampu ansietas tentang
mengatakan merasa menenangkan ansietas dan
khawatir khawatir diri cara
terjadi apa- 2. Klien dapat mengurangi
apa dengan rileks dengan rasa cemas.
dirinya nafas dalam
3. Latih cara 3. Berikan tata
DO: mengatasi cara teknik
1. Wajah klien ansietas: relaksasi
terlihat relaksasi nafas dalam
cemas nafas dalam dan meminta
2. Wajah klien klien untuk
terlihat melakukan
pucat teknik nafas
3. Keluar dalam.
keringat
dingin

4. Implementadsi dan Evaluasi

No. Hari/Tgl No. Dx Implementasi Evaluasi TTD


Selasa, 1 S: Klien mengatakan rasa
18/01/2017 1. Mengkaji KU,
nyeri dan sesak nafas
TTV Klien
1. 2. Mengkaji Skala berkurang (Skala 5)
(14.05) nyeri
O: Wajah Tampak Rileks
3. Memonitor
tingkat A: masalah teratasi sebagian
2. (14.45) efektivitas terapi
P: Intervensi dilanjutkan
O2
4. Mengajarkan  Ajarkan klien
teknik nafas teknik relaksasi
3. (16.25) dalam nafas dalam

 Kolaborasi
dengan tim

19 | I n f a r k Miokard
kesehatan yang
lain dalam
pemberian obat
Jantung

1. Selasa, 2 1. Mengkaji skala S: Klien mengatakan nyeri


18/01/2017 nyeri klien dada berkurang
secara
2. (14.00) komprehensif O: Klien tidak terlihat
meliputi lokasi, meringis kesakitan
3. (14.05) karakteristik,
durasi, frekuensi A: Masalah teratasi sebagian
4. (14.10) dan kualitas
nyeri P: Intervensi dilanjutkan
2. Membantu 
5. (16.25) melakukan
teknik relaksasi
nafas dalam pada
klien
3. Memberikan
obat analgetik
untuk klien

1. Selasa, 3 S: Klien mengatakan dirinya


18/01/2017
sudah merasa tenang
1. Mengkaji tingkat
(16.00) kecemasan dan O: wajah tampak rileks
reaksi fisik
A: Masalah kecemasan
akibat
2. (16.25) kecemasan sudah teratasi
2. Mengajarkan
P: Hentikan Intervensi
klien teknik
3. (16.50) nafas dalam
3. Memberikan
motivasi agar
dapat sembuh
kepada klien

20 | I n f a r k Miokard
5. Catatan Perkembangan

Hari/Tgl Dx Catatan Perkembangan Paraf


Kamis 1 S: Klien mengatakan rasa nyeri berkurang dan
19/01/2017 sesak nafas sudah hilang
(09.00) O: Wajah Tampak Rileks
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
I: - Mengajarkan klien untuk melakukan teknik
relaksasi nafas dalam.
- Menganjurkan klien untuk tetap
beristirahat
E: klien sudah bisa melakukan aktivitasnya
kembali

Kamis, 2 S: Klien mengatakan nyeri dada sudah semakin


19/01/2017 berkurang (Skala 2)
(11.00)
O: Klien sudah tidak terlihat meringis kesakitan

A: Masalah sudah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
I: - Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat
- Pemberian obat agar klien tidak merasa
nyeri lagi
- Mengajarkan klien tarik nafas dalam dan
panjang
- Menganjurkan klien untuk istirahat dan
kurangi aktivitas yang berat
- Memberikan bantuan dalam aktiitas
tertentu

21 | I n f a r k Miokard
- Menganjurkan pada keluarga klien agar
klien terus didampingi
E: klien sudah tidak merasakan nyeri yang
berlebih seperti kemarin.

Kamis, 1 S: Klien mengatakan rasa nyeri dan sesak nafas


19/01/2017 sudah hilang
(13.30) O: Tekanaan darah klien sudah normal
A: masalah sudah teratasi
P: Intervensi dihentikan
I: -
E: klien dapat melakukan aktifitasnya kembali

Kamis, 2 S: Klien mengatakan nyeri dada sudah hilang


19/01/2017 (skala 0)
(16.00) O: wajah tampak rileks
A: Masalah sudah teratasi
P: Hentikan Intervensi
I: -
E: Klien sudah tidak merasakan nyeri dan klien
sudah bisa dipulangkan

22 | I n f a r k Miokard
BAB IV
Penutup

1. Kesimpulan
MI (Miokard infark) Merupakan salah satu penyakit yang di akibatkan karena
berkurangnya suplai oksigen kejaringan .sehingga kematian sel-sel mikardium
yang terjadi akibat kekurangan oksigen berkepanjangan .
Selain itu, serangan jantung terjadi jika ada suatu sumbatan pada arteri koroner
menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah kesuatu bagian dari
jantung .dimana arteri koroner kiri memperdarahi sebagian besar ventrikel kiri,
septum dan arteri kiri serta arteri kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel
kiri sedikit bagian posterior septum dan vetrikel serta antrium kanan.
Akan tetapi , MI (miokard infark) bisa diatasi apabila, perawat atupun tim
medis segera melakukan tindakan kepada kliennya untuk cepat tanggap terhadap
gejala-gejala yang ditimbulkan dalam MI ini.

2. Saran
Dari kasus diatas, Sebaiknya untuk menghindari penyakit MIA ini maka
hindarilah hal-hal yang dapat menyebabkan fungsi otot jantung terganggu, dengan
melakukan pola nafas efektif dengan baik karena penyakit ini cukup
membahayakan bagi tubuh dalam menjalankan aktivitas sehari-hari .

23 | I n f a r k Miokard
Daftar Pustaka

 J, Elizabeth. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC


 Doengoes, Marilyn G. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
 Carpenito. Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.Edisi 2.
Jakarta: EGC
 NANDA. 2010. Nursing Diagnoses : definitions and classification. Jakarta : EGC
 Price and Wilson. 2005. Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta : EGC.
 Smeltzer and Bare. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
 M. Black. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika

24 | I n f a r k Miokard

Anda mungkin juga menyukai