TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1.1. Hiponatremia
kesadaran
14
Tanda dan gejala hiponatremi ringan yaitu: mual, muntah,
dua hal utama yaitu: keoreksi kadar Natrium (Na+) serum dan
15
Koreksi dilakukan dengan larutan Na hipertonik untuk
NaCl 3% 513
3.1.1.2. Hipernatremia
tersering) Na+
loss (meningkat dengan demam, latihan fisik, Asupan garam yang tinggi
ventilitas mekanik)
Keterangan :
16
o Diuresis osmotik (pada pasien
o Diuresis nonosmotik
idiopatik
hiperkalsemia, hiperkalemia
plasma sehingga cairan akan keluar dari sel, termasuk sel saraf otak.
17
poliuria dan sering mengeluhkan haus. Hipernatremi kronik biasanya
bersifat asimtomatis.
air sesuai dengan etiologi yang mendasari serta mengoreksi defisit air.
berikut:
1. Defisit Air
18
4. Jumlah OWL dan IWL diberikan/setiap hari
Rute pemberian cairan yang paling aman adalah per oral atau
3.2 Endokrin
3.2.1 Hipoglikemia
3.2.1.1 Definisi
Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa darah
< 70 mg/dl. Hipoglikemia adalah penurunan konsentrasi glukosa serum
dengan atau tanpa adanya gejala-gejala sistem otonom, seperti adanya
whipple’s triad:
a. Terdapat gejala-gejala hipoglikemia
b. Kadar glukosa darah yang rendah
c. Gejala berkurang dengan pengobatan.
Sebagian pasien dengan diabetes dapat menunjukkan gejala
glukosa darah rendah tetapi menunjukkan kadar glukosa darah normal.
Di lain pihak, tidak semua pasien diabetes mengalami gejala
hipoglikemia meskipun pada pemeriksaan kadar glukosa darahnya
rendah. Penurunan kesadaran yang terjadi pada penyandang diabetes
harus selalu dipikirkan kemungkinan disebabkan oleh hipoglikemia.
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan sulfonilurea
dan insulin.
19
Hipoglikemia akibat sulfonilurea dapat berlangsung lama,
sehingga harus diawasi sampai seluruh obat diekskresi dan waktu kerja
obat telah habis. Pengawasan glukosa darah pasien harus dilakukan
selama 24-72 jam, terutama pada pasien dengan gagal ginjal kronik atau
yang mendapatkan terapi dengan OHO kerja panjang.
Hipoglikemia pada usia lanjut merupakan suatu hal yang harus
dihindari, mengingat dampaknya yang fatal atau terjadinya kemunduran
mental bermakna pada pasien. Perbaikan kesadaran pada DM usia lanjut
sering lebih lambat dan memerlukan pengawasan yang lebih lama.
Pasien dengan resiko hipoglikemi harus diperiksa mengenai
kemungkinan hipoglikemia simtomatik ataupun asimtomatik pada
setiap kesempatan.
3.1.1.3. Klasifikasi
Hipoglikemia dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian
terakit dengan derajat keparahannya, yaitu :
a. Hipoglikemia berat: Pasien membutuhkan bantuan orang lain
untuk pemberian karbohidrat, glukagon, atau resusitasi lainnya.
20
b. Hipoglikemia simtomatik apabila GDS < 70mg/dL disertai
gejala hipoglikemia.
c. Hipoglikemia asimtomatik apabila GDS 70mg/dL dengan gejala
hipoglikemia.
d. Probable hipoglikemia apabila gejala hipogllikemia tanpa
pemeriksaan GDS.
21
Tumor non-sel B: sarkoma, tumor adrenokortikal, hepatoma,
leukemia, limfoma, melanoma
Pasca – prandial; reaktif (setelah operasi gaster), diinduksi alkohol
C- peptide
3.1.1.6. Terapi
sederhana)
glukosa darah.
sadar
22
glukosa darah 15 menit setelah pengobatan hipoglikemia masih
23
3.2.2. Ketoasidosis Diabetik (KAD)
KAD adalah keadaan dekompensasi-kekacauan metabolik yang
ditandai akibat defisiensi insulin absolut atau relatif yang merupakan
komplikasi akut diabetes. Manifestasi klinis utama KAD berupa
hiperglikemia, ketosis, dan asidosis metabolik. KAD pada DM terjadi
bila ada faktor pencetus:
Infeksi
Infark miokard akut
Pankreatitis akut
Penggunaan obat golongan steroid
Menghentikan atau mengurangi dosis insulin
Selain KAD, komplikasi akut diabetes yang juga dapat
membahayakan adalah hyperglycemic hyperosmolar state (HHS).
3.2.2.2. Patofisiologi
KAD terjadi oleh menurunnya konsentrasi insulin efektif dan
meningkatnya hormon kontra insulin (glukagon, katekolamin,
kortisol, dan growth hormone) keadaan tersebut menyebabkan
terjadinya hiperglikemia dan ketosis. Hiperglikemia terjadi sebagai
dampak dari tiga prose: meningkatnya proses glukoneogenesis,
meningkatnya glikogenolisis, menurunnya ambilan glukosa di
jaringan perifer. Keadaan ini terjadi oleh adanya ketidakseimbangan
24
hormone tersebut diatas yang menyebabkan meningkatnya resistensi
insulin sementara disertai dengan meningkatnya kadar asam lemak
bebas (free fatty acid).
Kombinasi defisiensi insulin dan meningkatnya hormone
kontra insulin pada KAD memyebabnya pelepasan asam lemak bebas
yang tidak terkendali dari jaringan adipose ke dalam sirkulasi
(lipolisis) dan terjadi oksidasi asam lemak bebasdalam hepar menjadi
benda keton (β-hydroxybutyrate dan acetoacetate), menyebabkan
terjadinya ketonemia dan asidosis metabolik.
Hiperglikemi pada pasien krisis hiperglikemia dihubungkan
dengan kondisi inflamasi berat yang ditandai dengan meningkatnya
sitokin proinflamasi (TNF-α,interlekin-β,interlekin-6,interlekin-8),
CRP, reaktif oksigen spesies(ROS),peroksidasi lipi, faktor resiko
kardiovaskuler plasminogen activatorninhibitor-1 (PAI-1), free fatty
acid (FFA) pad5a keadaantidak didapatkan infeksi yang jelas atau
patologi kardiovaskuler. Semua parameter tersebut diatas akan
kembali mendekati nilai normaldengan terapi insulin dan rehidrasi
dalam waktu 24 jam.Penyebab terjadinya kondisi tersebut diatas
disebabkan oleh karena fenomena stress nonspesifik.
3.2.2.3. Diagnosis
Kriteria diagnosis KAD adalah sebagai berikut:
1. Klinis :
- Poliuria
- Polidipsia
- Mual dan atau muntah
- Pernapasan Kussmaul (dalam dan frequen)
- Lemah
- Dehidrasi
- Hipotensi sampai syok
25
- Kesadaran terganggu sampai koma
2. Darah:
- Hiperglikemi > 300mg/dL (biasanya melebihi 500 mg/dL).
- Bikarbonat < 20 mEq/L (dan pH < 7.35), ketonemia
3. Urin: Glukosuria dan ketonuria
26
3.3.1. Koma Hepatik (Ensefalopati Hepatikum)
3.3.1.1. Patofisiologi
1. Hipotesis Amonia
Otot dan ginjal juga memproduksi amonia, namun tidak bermakna jika
sirkulasi sitemik.
27
Normalnya sel otot skeletal tidak memiliki enzim siklus urea,
28
2. Hipotesis GABA
amonia darah yang normal. Pasien dengan kadar amonia yang tinggi
29
akhirnya masuk ke dalam pirau portosistemik. Toksin kemudian
toksin.
dapat terjadi edema otak pada substansi abu dan mengakibatkan hernia
serebral.
30
4. Derajat 3 : somnolen tapi masih dapat dibangunkan, tidak dapat
yakni liver flap yang muncul pergerakan maju tiba-tiba dari pergelangan
3.3.1.3. Pencetus
31
5. Infeksi. Faktor predisposisi gangguan ginjal dan meningkatkan
(amonia),
elektrolit.
perburukan pasien.
3.3.1.5. Tatalaksana
32
1. Secara umum tata laksana ensefalopati hepatikum adalah sebagai
berikut:
perbaikan elektrolit
per oral. Dosis disesuaikan dengan keluar feses lunak 2-3 kali per
dan akan didegradasi oleh bakteri didalam usus menjadi asam laktat
33
jumlah laktobasilus non-amoniagenik. Hati-hati dalam
luas oral derivat rifamisisn yang tidak diserap dengan baik sehingga
34
d. L-Carnitine. Merupakan rantai pendek ester dari karnitin yang
3.3.2. Syok
disfungsi empat sistem yang terpisah namun saling berkaitan yaitu ; jantung,
volume darah, resistensi arteriol (beban akhir), dan kapasitas vena. Jika salah
satu faktor ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka
akan terjadi syok. Awalnya tekanan darah arteri mungkin normal sebagai
kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. Jika syok berlanjut,
3.3.2.1. Klasifikasi
1. Syok Hipovolemik
35
· Hemoragik eksternal : trauma, perdarahan gastrointestinal
2. Syok Kardiogenik
Syok Septik
vasodilatasi.
Syok Anafilaktif
ular berbisa.
Syok Neurogenik
36
Pada syok neurogenik terjadi gangguan perfusi
jantung)
3.3.2.2. Patofisiologi
1. Fase Kompensasi
jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat
37
Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya penurunan
kadar oksigen didaerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi
2. Fase Progresif
38
kerusakan pusat vasomotor danrespirasi di otak. Keadaan ini
keadaan.
karbonat di jaringan.
3. Fase Irrevesibel/Refrakter
tidak mampu lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku,
39
3.3.2.3. Tingkat syok
3. Syok berat; kehilangan lebih dari 40% dari volem darah total.
40
2. Sistem sirkulasi : ekstremitas pucat, dingin, dan berkeringat
cc/kgBB/jam).
kering.
3.3.2.5. Penatalaksanaan
1. Terapi umum
41
c. Pasang segera infus cairan kristaloid dengan kanukl yang
hipoperfusi jaringan.
42
g. Beri oksigen sebanyak 5-10 L/menit dengan kanul nasal atau
43
dopamin secara bertahap dapat ditingkatkanhingga 10-
intensif
44