Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fanitha Dwi Putri

BP : 1512088
Kelompok : III C
Laporan Individu Ekstraksi Cair-Cair

I. Pembahasan
I.1 Mekanisme Ekstraksi Cair-Cair

Ekstraksi itu sendiri adalah proses pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Sedangkan ekstraksi cair-cair adalah
proses melarutkan satu atau lebih komponen dari campuran cair dengan
menggunakan pelarut. Prinsip kerja ekstraksi cair-cair adalah pemisahan senyawa
yang mempunyai perbedaan kelarutan pada dua pelarut yang berbeda, dalam
ekstraksi cair-cair ini digunakan untuk memisahkan satu atau lebih senyawa
menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur, dimana senyawa akan
terdistribusi di antara dua fasa sesuai dengan derajat kelarutannya di dalam salah satu
pelarut tersebut.

Pada percobaan ekstarkasi cair-cair ini sampel yang digunakan adalah minyak, etanol,
dan air sebagai pelarut, pelarut tadi dimasukkan ke dalam tangki B1 sedangkan
sampel yang akan dipisahkan menggunakan sampel yang telah digunakan oleh
praktikan sebelumnya, yaitu campuran minyak dan etanol.

Setelah sampel dan pelarut yang akan digunakan siap, maka alat dihubungkan dengan
arus listrik dan dinyalakan tombol power utama yang berwarna merah pada alat,
sebelumnya densitas dari umpan dan pelarut diukur dengan menggunakan
piknometer, serta diukur temperatur campuran etanol dan minyak, serta temperatur
dari pelarut. Setelah itu, pompa P1 dinyalakan untuk aliran pelarut, lalu pompa P2
untuk aliran umpan. Setelah itu buka katup V1 untuk mengalirkan pelarut dan V2
untuk mengalirkan umpan ke dalam kolom ekstraksi, dan diatur level batasan fasa
yang berada pada garis 50%, ini bertujuan untuk mengoptimalkan zona perpindahan
massa antara campuran etanol-minyak dengan solvent, jika pada kolom tersebut zona
perpindahan lebih besar dari 50%, maka akan terdapat lebih banyak solvent dari pada
minyak-etanol sehingga kontak antara solvent dengan minyak etanol lebih sedikit,
begitu juga sebaliknya. Untuk mengatur zona perpindahan berada pada 50%,
dilakukan dengan menyesuaikan laju alir pelarut dan umpan pada katub V1 dan V2,
dengan laju dapat dilihat pada Tabel IV.1.

Proses ekstraksi ini terjadi karena adanya perbedaan kelarutan antara etanol dan
minyak dalam pelarut air, dimana etanol bersifat semi polar yang lebih cepat larut
dalam air yang bersifat polar, dan sukar larut di dalam minyak yang bersifat non
polar.
I.2 Hubungan Waktu Pengukuran terhadap Densitas Ekstrak

Untuk mengetahui pengaruh waktu terhadap densitas ekstrak yang didapatkan maka
dapat dilihat dengan Gambar IV.1 berikut ini:
0.996

0.995
Densitas Ekstrak (gram/mL)

0.994

0.993

0.992

0.991

0.99
0 2 4 6 8 10
waktu pengukuran pada 10 menit ke-

Gambar I.1 Kurva Hubungan Waktu Pengukuran terhadap Densitas Ekstrak


Pada grafik diatas dapat dilihat hubungan antara waktu pengukuran terhadap densitas
ekstrak. Dimana ekstrak adalah campuran alkohol dan aquadest. Berdasarkan teori
dapat diketahui bahwa densitas air lebih tinggi dibandingkan dengan densitas alkohol.
Maka dengan bertambahnya komponen alkohol dalam aquades dapat mempengaruhi
densitas aquades dan juga bentuk kurva yang diperoleh.

Berdasarkan teori semakin lama proses ekstraksi berlangsung, maka densitas ekstrak
akan semakin menurun. Dapat dilihat pada Gambar IV.1 bahwa hubungan waktu
pengukuran terhadap densitas ekstrak sesuai dengan teorinya, yaitu densitas ekstrak
akan semakin menurun seiring dengan semakin lama proses ekstraksi berlangsung.

I.3 Hubungan Waktu Pengukuran Terhadap Densitas Umpan


0.99
0.98
densitas umpan (gram/mL)

0.97
0.96
0.95
0.94
0.93
0.92
0.91
0.9
0 2 4 6 8 10
waktu pengukuran pada 10 menit ke-

Gambar I.2 Kurva Hubungan Waktu Pengukuran Dengan Densitas Umpan

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat hubungan antara waktu pengukuran terhadap
densitas umpan. Dimana umpan adalah campuran minyak dan alkohol. Berdasarken
teori dapat diketahui densitas umpan akan mengalami kenaikan seiring berjalannya
waktu proses. Namun pada kurva setiap waktu pengukuran densitas umpan
mengalami naik turun yang tidak menentu.
Faktor yang menyebabkan perbedaan teori dengan hasil percobaan dapat terjadi
karena batasan antara pelarut dan umpan pada kolom tidak stabil pada setiap waktu
pengukuran. Pada Tabel IV.1 dapat dilihat bahwa batasan antara pelarut dan umpan
50 % terjadi hanya pada saat pengukuran waktu 10 menit keenam. Jika batasan
kurang atau lebih dari 50 % maka pelarut dan umpan tidak dapat berkontak secara
merata dan proses difusi antar umpan dan pelarut tidak efektif. Faktor lainnya adalah
pengadukan, karena pada saat pengambilan sampel yang akan diukur densitasnya
perlu dilakukan pengadukan. Jika pengadukan tidak dilakukan saat pengambilan
sampel, maka densitas yang diukur tidak sesuai karena campuran minyak dan alkohol
homogen.

I.4 Hubungan Fraksi Etanol terhadap Waktu Pengambilan Ekstrak Setiap 10


Menit
3.5

3
fraksi ekstrak (We)

2.5

1.5

0.5

0
0 2 4 6 8 10
waktu pengukuran pada 10 min ke

Gambar I.3 Kurva Hubungan Fraksi Etanol Terhadap Waktu Pengambilan


Ekstrak Setiap 10 Menit

Berdasarkan teori hubungan fraksi etanol terhadap waktu pengambilan ekstrak adalah
semakin lama waktu ekstraksi maka fraksi etanol yang diperoleh akan semakin tinggi,
karena kontak antara pelarut dan umpan semakin lama sehingga pelarut akan
berdifusi kedalam umpan dan akan membawa ekstrak yang terikat didalam umpan.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar IV.3
bahwa kurva yang diperoleh sesuai dengan teori yaitu fraksi etanol akan semakin
tinggi seiring dengan lamanya proses ekstraksi berlangsung.

I.5 Hubungan Densitas Ekstrak Terhadap Fraksi Ekstrak (We)

3.5

3
fraksi ekstrak (We)

2.5

1.5

0.5

0
0.99 0.991 0.992 0.993 0.994 0.995 0.996
densitas ekstrak (gram/mL)

Gambar IV.4 Kurva Hubungan Densitas Ekstrak Terhadap Fraksi Ekstrak (We),

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa fraksi ekstrak terbesar tidak lebih dari 4 %
sedangkan sekitar 96 % nya lagi adalah fraksi aquadest. Hal ini disebabkan karena
batasan antara pelarut dan umpan tidak mencapai 50 %, sehingga pelarut dan umpan
tidak dapat berkontak secara merata dan proses difusi antar umpan dan pelarut tidak
efektif.

Apabila densitas ekstrak kecil maka ekstrak mengandung banyak alkohol dari pada
pelarut. Berdasarkan teori hubungan antara densitas ekstrak dengan fraksi ekstrak
adalah berbanding terbalik yaitu semakin besar densitas ekstrak maka semakin kecil
fraksi alkohol. Pada Gambar IV.4 dapat dilihat bahwa hubungan antara densitas
ekstrak dengan fraksi ekstrak sesuai dengan teori.
II. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai


berikut:
1. Proses pemisahan ekstraksi adalah dengan melarutkan satu atau lebih komponen
dari campuran cair menggunakan pelarut, dimana minyak sebagai cairan
pembawa, alcohol sebagai cairan transisi dan aquades sebagai cairan pelarut.
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi LLE
a. Perbandingan pelarut-umpan (S/F)
b. Waktu ekstraksi
c. Pengadukan
3. Dalam proses percobaan pemisahan tidak dilakukan perhitungan dari neraca massa.
Namun berdasarkan konsentrasi yang dapat dievaluasi melalui fraksi ekstrak
terbesar yang didapatkan tidak lebih dari 4 %. Maka untuk mendapatkan fraksi
ekstrak yang lebih bayak akan membutuhkan waktu yang lebih lama.

Anda mungkin juga menyukai