Anda di halaman 1dari 11

Lex Crimen Vol. IV/No.

1/Jan-Mar/2015

KAJIAN HUKUM TENTANG TINDAK hukum merupakan kebijakan dalam hal


KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK penanggulangan kejahatan, dalam hal ini
DI INDONESIA1 dimaksudkan tentang tindak kekerasan
Oleh : Anastasia Hana Sitompul2 seksual. Penegakkan hukum yang di
maksud berupa pemberian sanksi (hukum)
ABSTRAK pidana terhadap pelaku tindak kekerasan
Anak merupakan asset bangsa dan negara seksual. Penanggulangan kejahatan dapat
yang adalah generasi penerus. Setiap anak dilakukan melalui hukum (penal) maupun
memiliki hak asasi sama seperti manusia diluar hukum (non penal).
pada umumnya. Hak-hak anak telah diatur Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
secara rapi dalam aturan perundang- peneggakkan hukum, diantaranya:
undangan positif di Indonesia dalam bentuk a. Faktor undang-undang dalam pemberian
perlindungan dari berbagai tindak sanksi (hukum) pidana.
kejahatan agar hak-haknya tidak dilanggar, b. Faktor penegak hukum dalam
mengingat begitu banyak kasus-kasus menjalankan tugas sebagai penegak
kejahatan yang dialami oleh anak-anak hukum.
yang menyebabkan kejiwaan anak c. Faktor sarana atau fasilitas yang
terganggu dan tidak dapat melaksanakan mendukung penegakkan hukum.
kewajibannya dengan baik. Seperti yang d. Faktor masyarakat yakni lingkungan
terus diberitakan di media massa tentang dimana hukum tersebut Berlaku atau
kasus-kasus tindak kekerasan seksual diterapkan
terhadap anak yang perlu mendapatkan Untuk itu, penulis mengkaji lebih dalam
sorotan penting bagi hukum untuk mengenai bentuk-bentuk perlindungan
bertindak sesegera mungkin. Bentuk serta penegakkan hukumnya dalam hal
perlindungan hukum yang diberikan mulai penanggulangan tindak kekerasan seksual
dari pencegahan terjadinya tindak terhadap anak dengan baik dan
kekerasan seksual terhadap anak, memberikan informasi tentang adanya
perlindungan terhadap anak korban tindak aturan-aturan hukum mengenai bentuk
kekerasan seksual serta perlindungan perlindungan anak dari kekerasan dan non
terhadap anak yang berhadapan dengan diskriminasi terhadap anak yang tertuang
hukum (anak pelaku) tindak kekerasan dalam perundang-undangan positif di
seksual. Hukum di tuntut untuk dapat Indonesia.
memberikan perhatian yang khusus bagi
kepentingan anak, dalam hal ini dapat PENDAHULUAN
menanggulangi tindak kekerasan seksual A. Latar Belakang Penulisan
yang banyak dialami oleh anak-anak Anak merupakan aset bangsa dan
Indonesia. Agar dapat berjalan dengan baik masyarakat yang merupakan generasi
maka perlu dilakukannya penegakkan penerus yang memiliki cita-cita dan
hukum bagi pelaku tindak kekerasan harapan kedepan untuk pembangunan
seksual sehingga dapat memberikan efek bangsa. Oleh karena itu sudah sepatutnya
jera dan meminimalisir tindak kekerasan bahwa anak-anak harus mendapatkan
seksual terhadap anak-anak. Penegakkan perlindungan orang tua, keluarga,
masyarakat dan negara. Kekerasan seksual
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Henry R. CH. tidak dapat didefinisikan dalam arti sempit
Memah, SH, MH; Harly Stanly Muaja, SH, MH; Dr. saja yakni suatu tindakan yang hanya
Diana pangemanan, SH, MH bersifat fisik, namun meliputi banyak aspek
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat. NIM. perilaku lainnya, misalnya berupa
110711027

46
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

penganiayaan psikologis dan penghinaan, menimpa anak-anak Indonesia serta


sehingga ketika berbicara masalah mengkaji mengenai penegakkan hukum
kekerasan seksual haruslah menyentuh bagi pelaku-pelaku kekerasan seksual yang
pada inti kekerasan dan pemaksaan, tidak dibahas dalam sebuah skripsi yang berjudul
hanya tertuju pada perilaku yang keras dan “Kajian Hukum Tentang Tindak Kekerasan
menekan. Kalau kekerasan seksual hanya Seksual Terhadap Anak Di Indosesia”.
diartikan sempit pada perilaku yang keras
dan menekan, janganlah heran apabila B. Rumusan Masalah
banyak kasus kekerasan seksual yang 1. Bagaimana bentuk perlindungan
menimpa anak-anak lepas dari tuntutan hukum bagi anak terhadap tindak
pengadilan. kekerasan seksual di Indonesia?
Indonesia, bahkan telah memiliki 2. Bagaimana penanggulangan hukum
Undang-Undang Perlindungan Anak dan tindak kekerasan seksual terhadap
berbagai aturan-aturan lainnya yang anak di Indonesia?
berkaitan dengan masalah perlindungan
anak dimana memiliki pasal yang secara C. Metode Penulisan
normatif menjamin upaya pemenuhan hak Metode penelitian yang digunakan dalam
anak. Tapi pada kenyataanya aturan-aturan penelitian adalah metode kepustakaan
yang ada tidak memberikan dampak positif yang bersifat yuridis normatif.
bagi anak-anak di Indonesia karena melihat
kenyataan yang ada bahwa kekerasan PEMBAHASAN
seksual terus menimpa anak-anak yang A. Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Anak
mengakibatkan psikologis anak menjadi Terhadap Tindak Kekerasan Seksual Di
terganggu sehingga anak mengalami Indonesia
trauma yang hebat yang menyebabkan Bentuk kekerasan terhadap anak tidak
terganggunya kejiwaan anak dalam proses hanya berupa kekerasan fisik saja, seperti
pertumbuhan dan perkembangannya. pembunuhan, penganiayaan, maupun
Terdapat juga faktor lain yang menjadi dalih seksual, tetapi juga kekerasan non fisik,
bahwa terjadinya krisis ekonomi yang seperti kekerasan ekonomi, psikis, maupun
berkepanjangan telah membuat kondisi kekerasan religi. Sebagai bentuk
keuangan nasional porak-poranda dan juga perlindungan anak-anak di Indonesia, maka
membuat situasi politik menjadi kacau, pembuat Undang-Undang, melalui
maka tindakan untuk perundang-undangan (hukum positif),
mengimplementasikan pasal berbagai seperti Kitab Undang-Undang Hukum
Konvensi, Undang-Undang Perlindungan Pidana (KUHP), Undang-Undang No. 23
Anak bahkan aturan-aturan lainnya yang Tahun 2002 sebagaimana yang telah diubah
berkaitan dengan perlindungan anak diatas dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
seolah-olah sah untuk ditunda terlebih 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
dahulu. Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Setiap tahunnya angka kekerasan Perlindungan Anak, Undang-Undang No.23
seksual yang menimpa anak-anak di Tahun 2004 tentang Penghapusan
Indonesia terus meningkat maka menarik Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT),
perhatian penulis untuk mengkaji lebih dan Undang-Undang No.11 Tahun 2012
mendalam lagi mengenai perlindungan tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang
anak terhadap kekerasan seksual dalam secara mutlak memberikan berbagai
konteks yuridis normatif dengan melihat bentuk perlindungan hukum yang berkaitan
fenomena-fenomena yang terjadi yang dengan masalah perlindungan anak

47
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

terhadap tindak kekerasan seksual. Bentuk Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
perlindungan anak yang diberikan oleh menyebutkan bahwa:
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Setiap Anak berhak untuk memperoleh
Undang-Undang Penghapusan Kekerasan perlindungan dari:
Dalam Rumah Tangga dan Sistem Peradilan a. Penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
Pidana Anak merupakan adopsi, kompilasi, b. Pelibatan dalam sengketa bersenjata;
atau reformulasi dari bentuk perlindungan c. Pelibatan dalam kerusuhan sosial;
anak yang sudah diatur dalam Kitab d. Pelibatan dalam peristiwa yang
Undang-Undang Hukum Pidana. mengandung unsure kekerasan;
Dalam KUHP terdapat beberapa pasal e. Pelibatan dalam peperangan; dan
yang memberikan perlindungan bagi anak f. Kejahatan seksual.
terhadap kekerasan seksual, perlindungan Kejahatan seksual merupakan salah satu
terhadap anak ditunjukkan dengan kejahatan yang benar-benar mendapatkan
pemberian hukuman (sanksi) pidana bagi perhatian khusus dalam masalah
pelaku. Hal ini tercantum dalam KUHP pada perlindungan anak. Hal ini terlihat jelas
pasal-pasal dalam sebagai berikut: pada Pasal 15 undang-undang ini yang
1. Masalah pesetubuhan diatur dalam memberikan ketegasan agar setiap anak
Pasal 287, Pasal 288, Pasal 291 berhak memperoleh perlindungan dari
2. Perbuatan cabul diatur dalam Pasal 289, kejahatan seksual, penyebabnya adalah
Pasal 292, Pasal 293, Pasal 294, Pasal semakin banyaknya kejahatan tindak
295, Pasal 298 kekerasan seksual yang menimpa anak-
Jadi bentuk perlindungan hukum yang anak di Indonesia, dikarenakan anak-anak
diberikan KUHP bagi anak terhadap mudah untuk diancam dan dilukai oleh
kekerasan seksual merupakan pelaku kejahatan seksual untuk melakukan
pertanggungjawaban pidana terhadap kekerasan seksual mengingat anak-anak
pelaku, bukanlah pertanggung jawaban tidak mampu untuk melawan atau menjaga
terhadap kerugian/penderitaan korban dirinya terhadap bahaya yang akan
secara langsung dan konkret, tetapi lebih menimpanya.
tertuju pada pertanggungjawaban yang Untuk menghindari terjadinya
bersifat pribadi/individual.3 kejahatan-kejahatan terhadap anak,
Berikutnya dalam Undang-Undang No. khususnya kekerasan seksual maka
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
sebagaimana yang telah diubah dengan tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Nomor 23 Tahun 2002 tentang
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Perlindungan Anak menitikberatkan serta
Nomor 23 Tahun 2002 tentang memberikan kewajiban dan tanggungjawab
Perlindungan Anak juga memberikan kepada Negara, Pemerintah, Pemerintah
perlindungan bagi anak yang diatur. Daerah, Masyarakat, Keluarga dan Orang
Undang-undang ini berfungsi untuk Tua atau Wali dalam penyelenggaraan
pemberian perlindungan khusus bagi hak- perlindungan anak yang diatur dalam Pasal
hak anak dari berbagai macam kekerasan 20 BAB IV Kewajiban Dan Tanggung Jawab
dalam hal ini tindak kekerasan seksual. dan selanjutnya dalam Pasal 21-26 Undang-
Secara tegas dalam Pasal 15 Undang- Undang ini menjelaskan secara terperinci
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang masing-masing peran dan tugas Negara,
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua atau
3
Barda Nanawi, Op.Cit., hlm. 83.

48
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

Wali dalam penyelenggaraan perlidungan langsung yang ditanggungkan kepada


anak. pelaku tindak kekerasan seksual yang diatur
Dalam Pasal 54 Undang-Undang Nomor dalam Pasal 71D.
35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Selanjutnya dalam Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
tentang Perlindungan Anak menjelaskan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
bahwa: 2002 tentang Perlindungan Anak berisi
Pasal 54 Ayat (1) berbunyi: tentang larangan-larangan melakukan
Anak di dalam dan di lingkungan satuan perbuatan yang melanggar hak-hak anak
pendidikan wajib mendapatkan yang diatur dalam BAB XIA yang terdiri dari
perlindungan dari tindak kekerasan fisik, Pasal 76A-76D yang berisi perbuatan-
psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan perbuatan yang dilarang dilakukan
lainnya yang dilakukan oleh pendidik, terhadap anak. Khusus untuk larangan
tenaga kependidikan, sesama peserta melakukan tindak kekerasan seksual diatur
pendidik, dan/atau pihak lain. dalam Pasal 76D dan 76E
Pasal 54 Ayat (2) berbunyi: Untuk selanjutnya ketika terdapat orang
Perlindungan sebagaimana dimaksud pada yang melanggar larangan yang ada,
ayat (1) dilakukan oleh pendidik, tenaga melakukan kejahatan serta melanggar hak-
kependidikan, aparat pemerintah, dan/atau hak anak pada larangan yang telah diatur
masyarakat. diatas dalam hal ini melakukan tindak
Perlindungan yang diberikan yang kekerasan seksual terhadap anak maka
dimaksudkan bahwa setiap anak dalam terhadap orang tersebut akan dikenakan
lingkungan pendidikan yaitu sekolah berhak sanksi (hukuman) pidana untuk
mendapatkan perlindungan dari pihak yang mempertanggungjawabkan perbuatannya
terkait dengan masalah perlindungan anak. yang telah diatur dalam Pasal 81 dan Pasal
Pada hakikatnya sekolah merupakan 82 pada BAB XII tentang Ketentuan Pidana
tempat anak-anak untuk mendapatkan dalam undang-undang ini.
haknya untuk belajar dan menuntut ilmu Kemudian perlindungan anak yang
setinggi-tingginya, dengan demikian demi diatur dalam Undang-Undang No.24 Tahun
tercapainya hak anak di sekolah atau 2003 tentang Penghapusan Kekerasan
lingkungan pendidikan maka anak-anak Dalam Rumah Tangga (KDRT). Undang-
perlu di lindungi dari berbagai tindak Undang KDRT merupakan bentuk
kekerasan khususnya tindak kekerasan perundang-undangan hukum positif
seksul. Karena sekarang ini banyak anak- Indonesia yang didalamnya mengatur
anak yang mengalami tindak kekerasan tentang penghapusan kekerasan dalam
seksual di lingkungan pendidikan yaitu rumah tangga yang salah satu tujuannya
sekolah. memberikan perlindungan bagi anak selain
Selanjutnya dalam hal anak yang perempuan. Hal ini terbukti bahwa anak
menjadi korban dari tindak kekerasan merupakan bagian dari rumah tangga yang
seksual, dalam hal ini Undang-Undang tercantum dalam Pasal 2 Ayat (1) yang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan menyebutkan bahwa :
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun Lingkup rumah tangga dalam Undang-
2002 tentang Perlindungan Anak Undang ini meliputi :
memberikan perlindungan khusus dalam a. suami, isteri, dan anak;
hal pemulihan korban yang diatur dalam b. orang-orang yang mempunyai
Pasal 64A serta pengajuan ganti rugi hubungan keluarga dengan orang
(restitusi) terhadap diri korban secara sebagaimana dimaksud pada huruf a

49
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

karena hubungan darah, perkawinan, Pemberian perlindungan korban


persusuan, pengasuhan, perwalian, kekerasan seksual dalam rumah tangga
yang menetap dalam rumah tangga; diatur dalam BAB VI tentang Perlindungan
dan/atau dan pengaturan dalam hal ini anak adalah
c. orang yang bekerja membantu rumah korban maka dalam Pasal 27 berbunyi :
tangga dan menetap dalam rumah “Dalam hal korban adalah anak, laporan
tangga tersebut. dapat dilakukan oleh orang tua, wali,
Dalam Undang-Undang KDRT, anak pengasuh, atau anak yang bersangkutan
dalam rumah tangga mendapat yang dilaksanakan sesuai dengan
perlindungan melalui larangan kekerasan ketentuan peraturan perundang-
yang tercantum pada BAB III dan secara undangan yang berlaku”
khusus menjelaskan adanya larangan Diatur juga Pasal 46, Pasal 47 dan Pasal
kekerasan seksual dalam rumah tangga 48 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
(anak) yang secara tegas diatur pada Pasal tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
5 berbunyi : Rumah Tangga dalam hal pemberian
Setiap orang dilarang melakukan hukuman pidana (sanksi) terhadap mereka
kekerasan dalam rumah tangga terhadap yang melakukan tindak kekerasan seksual
orang dalam lingkup rumah tangganya, dalam lingkup rumah tangga (anak) yang
dengan cara : dalam hal ini memberikan perlindungan
a. kekerasan fisik; bagi korban (anak).
b. kekerasan psikis; Anak korban kekerasan seksual juga
c. kekerasan seksual; atau mendapatkan perlindungan di dalam
d. penelantaran rumah tangga. proses peradilan menurut Undang-Undang
Dalam undang-undang ini dijelaskan No. 11 Tahun 2011 tentang Sistem
bahwa anak merupakan salah satu bagian Peradilan Pidana Anak. Di dalamnya
dari rumah tangga oleh karenanya terdapat Pasal-Pasal mengenai
larangan-larangan kekerasan seperti yang perlindungan terhadap hak-hak anak
telah tercantum dalam pasal 5 juga korban dalam proses beracara diantaranya:
ditujukan terhadap anak. Dengan demikian Pasal 18 mengatur bahwa :
undang-undang ini secara jelas telah Dalam menangani perkara Anak, Anak
memberikan perlindungan terhadap anak Korban, dan/atau Anak Saksi, Pembimbing
khusus dalam lingkup rumah tangga ketika Kemasyarakatan, Pekerja Sosial Profesional
anak mendapat kekerasan selama dalam dan Tenaga Kesejahteraan Sosial, Penyidik,
lingkungan rumah tangga. Penuntut Umum, Hakim, dan Advokat atau
Kemudian Pasal 11 Undang-Undang No. pemberi bantuan hukum lainnya wajib
23 Tahun 2004 tentang Penghapusan memperhatikan kepentingan terbaik bagi
Kekerasan Dalam Rumah Tangga berbunyi Anak dan mengusahakan suasana
“ Pemerintah bertanggung jawab dalam kekeluargaan tetap terpelihara.
upaya pencegahan kekerasan dalam rumah Pasal 19 mengatur bahwa:
tangga”. Dan masing-masing tugas (1) Identitas Anak, Anak Korban, dan/atau
pemerintah dan masyarakat secara Anak Saksi wajib dirahasiakan dalam
terperinci dijelaskan dalam Pasal 12-15 pemberitaan di media cetak ataupun
undang-undang tersebut yang sebenarnya elektronik
bertujuan untuk menunjukkan peran (2) Identitas sebagaimana dimaksud
penting dalam mengupayakan pencegahan dalam ayat (1) meliputi nama Anak,
kekerasan dalam rumah tangga (anak). nama Anak Korban, nama Anak Saksi,
nama orang tua, alamat, wajah, dan

50
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

hal lain yang dapat mengungkapkan perbuatan tesebut, dan hal ini dilakukan
jati diri Anak, Anak Korban, dan/atau anak tehadap sesama teman sebayanya.
Anak Saksi.
Aturan-aturan hukum yang dijelaskan B. Penanggulangan Hukum Tindak
diatas, merupakan bentuk perlindungan Kekerasan Seksual Terhadap Anak Di
hukum yang diberikan perundang- Indonesia
undangan positif di Indonesia bagi anak Banyaknya kasus kekerasan seksual
baik dalam pencegahan akan terjadinya terhadap anak membuat masyarakat
tindak kekerasan seksual terhadap anak menjadi takut dan merasa tidak nyaman
maupun memberikan perlindungan khusus dalam hidup berumah tangga maupun
terhadap anak yang menjadi korban bermasyarakat. Hal ini mengakibatkan
kekerasan seksual dan telah tertuang dalam suasana yang aman dan tentram tidak akan
bentuk tertulis (dalam bentuk undang- dirasakan di lingkungan sekitar. Tindak
undang) yang di dalamnya melarang orang kekerasan seksual merupakan tindakan
berbuat tindak kekerasan seksual disertai yang merugikan orang lain karena tindak
dengan ancaman pidana bagi yang kekerasan seksual adalah suatu bentuk
melakukan serta keharusan bagi mereka pelanggaran terhadap norma-norma sosial
yang terkait didalamnya (orang tua, dan hukum.
keluarga, masyarakat, negara, pemerintah, Dengan demikian mereka yang
dan pemerintah daerah) untuk turut serta melakukan tindak kekerasan seksual
dalam usaha penyelenggaraan diberikan sanksi (hukuman) pidana sesuai
perlindungan bagi anak. dengan undang-undang yang berlaku
Perlindungan terhadap anak yang sebagai bentuk kebijakkan hukum atas
berhadapan dengan hukum (anak pelaku) kejahatan yang dilakukannya. Tingkah laku
pada hakikatnya juga telah mendapat manusia yang jahat , immoril, dan antisosial
perlindungan khusus dalam hal anak dalam itu membuat masyarakat marah dan
proses pidana dan sebelum memasuki menimbulkan kejengkelan di kalangan
peradilan yang termuat dalam konvensi masyarakat dan sangat merugikan umum.
internasional seperti dalam pasal yang Karenanya, kejahatan tersebut jangan
telah dijelaskan diatas dalam konvensi hak dibiarkan terus berkembang dan
anak. bertumbuh di dalam kehidupan
Bentuk perlindungan yang diberikan masyarakat, maka tindak kekerasan seksual
tidak hanya perlindungan anak sebagai harus diberantas demi ketertiban,
korban, namun perlindungan juga keamanan, dan keselamatan masyarakat.
diberikan bagi anak yang berhadapan Warga masyarakat secara keseluruhan,
dengan hukum (anak pelaku). Mengingat bersama-sama dengan lembaga-lembaga
anak dipandang sebagai subjek khusus resmi yang berwenang baik kepolisian,
dalam hukum, maka peraturan perundang- kejaksaan, pengadilan, bahkan lembaga
undangan tersebut memuat berbagai pemasyarakatan, dan lain-lain wajib
kekhususan tentang anak, yaitu kekhususan menanggulangi kejahatan sejauh mungkin.
perlakuan hukum terhadap anak baik Dengan demikian untuk dapat
sebagai korban maupun pelaku. Karena menanggulangi tindak kekerasan seksual,
melihat kenyataan sekarang yang maka di perlukan peneggakkan hukum
diberitakan di media massa, bahwa anak- terhadap pelaku kekerasan seksual dengan
anak tidak hanya menjadi korban kekerasan cara memberikan hukuman sesuai dengan
seksual melainkan menjadi pelaku dari kejahatan yang dilakukan untuk
memberikan efek jera terhadapnya

51
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

sehingga dapat mengurangi sejauh tertentu, bagi barangsiapa yang melanggar


mungkin tindak kekerasan seksual terhadap larangan tersebut.
anak yang sangat banyak menimpa anak- Penanggulangan tindak kekerasan
anak di Indonesia. seksual dapat dilakuan dengan 2 cara yaitu
Dalam hal agar peneggakkan hukum penanggulangan dengan menggunakan
dapat berjalan dengan lancar dan sebaik- jalur hukum (penal) dan penanggulangan di
baiknya sehingga penanggulangan terhadap luar jalur hukum (non penal). Dalam hal
kejahatan berdampak positif, maka penanggulangan dengan jalur hukum, maka
terdapat faktor-faktor yang telah adanya kebijakan-kebijakan hukum
mempengaruhinya diantaranya : dalam hal pemberian sanksi pidana
1. Faktor Undang-Undang Dalam terhadap mereka yang melakukan tindak
Pemberian Sanksi (Hukuman) Pidana kekerasan seksual. Dalam KUHP, beberapa
Kepada Pelaku Tindak Kekerasan Seksual Pasal mengatur mengenai pemberian
Undang-undang merupakan suatu sanksi (hukuman) pidana diantaranya Pasal
bentuk aturan yang didalamnya mengatur 287, Pasal 288, Pasal 291, Pasal 298, Pasal
mengenai pengenaan sanksi (hukuman) 292, serta Pasal 294.
pidana bagi setiap orang yang melakukan Dengan kekerasan atau ancama
kejahatan, dalam hal ini undang-undang kekerasan menurut Mr. M.H Tirtaamidjaja,
yang dimaksud berkenaan dengan dengan kekerasan dimaksudkan, setiap
kekerasan seksual terhadap anak. Fungsi perbuatan yang dilakukan dengan kekuatan
dari undang-undang sendiri adalah dalam badan yang agak hebat. Pasal 89 KUHP
setiap aturan yang ada kiranya dapat memperluas pengertian “kekerasan”
menjadi suatu sarana yang digunakan sehingga memingsankan atau melemahkan
untuk menjadi alternatif dalam orang, disamakan dengan melakukan
menanggulangi tindak kekerasan terhadap kekerasan.5
anak. Seiring dengan perkembangan zaman,
Upaya penanggulangan kejahatan maka KUHP dalam memberikan sanksi
dengan menerapkan sanksi (hukuman) (hukuman) tidak dapat memberikan efek
pidana merupakan cara yang paling tua, jera sehingga menimbulkan lebih banyak
setua peradaban manusia itu sendiri. lagi anak-anak menjadi korban tindak
Sampai saat ini pun, hukum pidana masih kekerasan seksual. Oleh karenanya
digunakan dan diandalkan sebagai salah pembuat undang-undang membuat suatu
satu sarana politik kriminal. Bahkan hingga aturan khusus yang berfungsi untuk
akhir-akhir ini, pada bagian akhir melindungi anak-anak terhadap kekerasan-
kebanyakan produk perundang-undangan kekerasan yang dialaminya baik merupakan
hampir selalu dicantumkan sub bab kekerasan fisik, kekerasan psikis dan
tentang “ketentuan pidana”.4 kekerasan seksual yang diatur Undang-
Dalam beberapa Pasal di KUHP Undang No. 23 Tahun 2002 sebagaimana
mengatur tentang pemberian sanksi pidana yang telah diubah dengan Undang-Undang
terhadap mereka yang melakukan tindak Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
kekerasan seksual. Tindak kekerasan Atas Undang-Undang 23 Tahun 2002
seksual adalah tindakan yang dilarang oleh tentang Perlindungan Anak. Bentuk
suatu aturan hukum larangan mana disertai perundang-undangan ini merupakan
ancaman (sanksi) yang berupa pidana formulasi dari KUHP yang dalam hal ini

5
Leden Marpaung, Kejahatan Terhadap Kesusilaan,
4
Ibid., hlm. 67. Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hlm. 52.

52
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

pemberian sanksi (hukuman) pidana 1) Setiap orang yang melanggar ketentuan


terhadap pelaku lebih diperberat dari sebagaimana dimaksud dalam Pasal
aturan yang diatur dalam KUHP 76D dipidana dengan pidana penjara
sebelumnya. paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
Dalam Pasal 81 dan 82 dalam Undang- lama 15 (lima belas) tahun dan denda
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang paling banyak Rp. 5.000.000.000,00
Perlindungan Anak mengatur tentang (lima miliar rupiah).
pemberian sanksi pidana. 2) Ketentuan pidana sebagaimana
Pasal 81 berbunyi : dimaksud pada ayat (1) berlaku pula
(1) Setiap orang yang dengan sengaja bagi Setiap Orang yang dengan sengaja
melakukan kekerasan atau ancaman melakukan tipu muslihat, serangkaian
kekerasan memaksa anak melakukan kebohongan, atau membujuk Anak
persetubuhan dengannya atau dengan melakukan persetubuhan dengannya
orang lain, dipidana dengan pidana atau dengan orang lain
penjara paling lama 15 (lima belas) 3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana
tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
dan denda paling banyak Rp. Orang Tua, Wali pengasuh Anak,
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) pendidik, atau tenaga kependidikan,
dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 maka pidananya ditambah 1/3
(enam puluh juta rupiah). (sepertiga) dari ancaman pidana
(2) Ketentuan pidana sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula Pasal 82 berbunyi :
bagi setiap orang yang dengan sengaja 1) Setiap orang yang melanggar ketentuan
melakukan tipu muslihat, serangkaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E
kebohongan, atau membujuk anak dipidana dengan pidana penjara paling
melakukan persetubuhan dengannya singkat 5 (lima) tahun dan paling lama
atau dengan orang lain 15 (lima belas) tahun dan denda paling
Pasal 82 berbunyi : banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima
Setiap orang yang dengan sengaja miliar rupiah).
melakukan kekerasan atau ancama 2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana
kekerasan, memaksa, melakukan, tipu dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
muslihat, serangkaian kebohongan, atau Orang Tua, Wali, pengasuh Anak,
membujuk anak untuk melakukan atau pendidik, atau tenaga kependidikan,
membiarkan dilakukan perbuatan cabul, maka pidananya ditambah 1/3
dipidana dengan pidana penjara paling (sepertiga) dari ancaman pidana
lama 15 (lima belas) tahun dan paling sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling Oleh karena pemberian sanksi
banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta (hukuman) dalam Undang-Undang Nomor
rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 23 Tahun 2002 sendiri dirasa belum mampu
(enam puluh juta rupiah). menanggulangi terjadinya tindak kekerasan
Kemudian dalam Undang-Undang seksual terhadap anak dengan melihat
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan kenyataan seperti banyaknya contoh-
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun contoh kasus yang telah dipaparkan diatas,
2002 tentang Perlindungan Anak pada Pasal sehingga diperlukan dilakukannya
81 dan 82 diubah, sehingga bunyi dari perubahan atau revisi dengan melakukan
pasal-pasal tersebut adalah ; penambahan, pengurangan bahkan
Pasal 81 berbunyi : penghapusan beberapa pasal dalam ini

53
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

yang diubah dalam Undang-Undang Nomor melakukan tugas-tugas dengan baik dalam
35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas hal menegakkan hukum dalam usaha upaya
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menanggulangi tindak kekerasan seksual.
tentang Perlindungan Anak. Perubahan Masing-masing penegak hukum tersebut
terjadi pada pemberian sanksi (hukuman) memiliki kedudukan dan peran di dalam
pidana bagi pelaku tindak kekerasan masyarakat, sehingga dalam kedudukan
seksual yang awalnya diancam dengan dan peran tersebut sangat mempengaruhi
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun pekerjaan masing-masing dalam hal
penjara dan paling lama 15 (lima belas) peneggakan hukum. Peneggak hukum
tahun penjara serta denda paling Rp. merupakan golongan panutan dalam
60.000.000,00 (enampuluh juta rupiah) masyarakat, yang hendaknya mempunyai
diubah menjadi paling singkat 5 (lima) kemampuan-kemampuan tertentu, sesuai
tahun penjara dan paling lama 15 (lima dengan aspirasi masyarakat. Sebagai
belas) tahun penjara serta denda Rp. golongan panutan maka sudah seharusnya
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). mereka dapat memilih waktu dan
Dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan yang tepat di dalam
yang terjadi dalam memperbaiki kualitas memperkenalkan norma-norma atau
suatu undang-undang kiranya dapat kaidah-kaidah hukum yang baru, serta
memberikan suatu kesan positif dalam hal memberikan keteladanan yang baik.
menggulangi kekerasan seksual dengan
cara semakin memperberat sanksi 3. Faktor Sarana Atau Fasilitas Yang
(hukuman) pidana terhadap pelaku Mendukung Penegakkan Hukum
sehingga menimbulkan efek jera Sarana atau fasilitas merupakan faktor
didalamnya sehingga tidak menimbulkan yang juga mempengaruhi penegakkan
kejahatan-kejahatan terhadap anak, hukum. Dengan sarana yang memadai
khususnya kekerasan seksual terhadap maka peneggakan hukum dapat berjalan
anak di Indonesia. Pada saat berlakunya dengan sebagaimana mestinya karena
undang-undang ini, semua peraturan dalam hal penegak hukum menjalankan
perundang-undangan yang berkaitan tugasnya harus disertai dengan sarana
dengan perlindungan anak yang sudah ada pendukung. Tanpa adanya sarana atau
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak fasilitas tidak mungkin penegak hukum
bertentangan dengan undang-undang ini.6 akan berlangsung dengan lancar.
Yang dimaksudkan Sarana atau fasilitas
2. Faktor Penegak Hukum Dalam tersebut, antara lain, mencakup tenaga
Menjalankan Tugas Sebagai Penegak manusia yang bependidikan dan terampil,
Hukum organisasi yang baik, peralatan yang
Agar dapat berjalannya penegakkan memadai, keuangan yang cukup, dan
hukum sesuai dengan ketentuan udang- seterusnya.7
undang yang berlaku, maka dibutuhkan
aparat peneggakkan hukum baik pihak- 4. Faktor Masyarakat Yakni Lingkungan
pihak yang membentuk maupun Dimana Hukum Tersebut Berlaku Atau
menerapkan undang-undang saja. Oleh Diterapkan
karenannya selain undang-undang, Masyarakat merupakan salah satu unsur
penegak hukum sudah seharusnya yang terkait dalam hal penegakkan hukum.
Masyarakat bersama-sama dengan penegak
6
Lihat Pasal 91 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
7
Undang Nomor 35 Tahun 2014. Ibid., hlm. 37.

54
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

hukum turut serta dalam hal berhadapan dengan hukum (anak


penanggulangan terhadap kejahatan- pelaku) tindak kekerasan seksual.
kejahatan yang terjadi khususnya 2. Penegakkan hukum merupakan
kekerasan seksual terhadap anak. Namun kebijakan dalam hal penanggulangan
sebelumnya masyarakat terlebih dahulu kejahatan, dalam hal ini dimaksudkan
tahu dan mengerti akan penegakkan tentang tindak kekerasan seksual.
hukum hal ini dikarenakan bahwa Penegakkan hukum yang di maksud
penegakkan hukum berasal dari berupa pemberian sanksi (hukum)
masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai pidana terhadap pelaku tindak
kedamaian di dalam masyarakat. kekerasan seksual. Penanggulangan
Setiap masyarakat, khususnya Indonesia kejahatan dapat dilakukan melalui
memmiliki pandangan yang berbeda-beda hukum (penal) maupun diluar hukum
mengenai hukum itu sendiri, sehingga (non penal). Ada beberapa faktor yang
sangat mempengaruhi kepatuhan dalam mempengaruhi peneggakkan hukum,
hukumnya. Oleh karena itu, kejahatan- diantaranya:
kejahatan tumbuh dalam kehidupan a. Faktor undang-undang dalam
bermasyarakat. pemberian sanksi (hukum) pidana.
Dalam hal ini masyarakat selalu b. Faktor penegak hukum dalam
mengidentikan hukum dengan penegak menjalankan tugas sebagai penegak
hukum, dan selalu berpendapat bahwa hukum.
polisi adalah hukum yang dapat melindungi c. Faktor sarana atau fasilitas yang
masyarakat selain Hakim dan Jaksa. mendukung penegakkan hukum.
Peranan polisi menimbulkan dambaan atau d. Faktor masyarakat yakni lingkungan
pengharapan yang besar bagi masyarakat dimana hukum tersebut Berlaku atau
dimana dia di tugaskan dan ditempatkan. diterapkan
Kurangnya pengetahuan dari masyarakat
akan hukum harus dapat dicegah, karena B. Saran
dapat memberikan gambaran yang keliru 1. Saran dari penulis dalam pembahasan
mengenai hukum yang diidentikan dengan pertama yaitu dalam hal perlindungan
penegak hukum. anak kiranya dapat berjalan dengan baik,
apa yang telah ditentukan oleh undang-
PENUTUP undang sebagai hukum kiranya dapat
A. Kesimpulan direalisasikan dengan dilakukannya
1. Perlindungan anak telah diatur secara penyuluhan kepada masyarakat bahwa
khusus dalam Konvensi PBB tentang terdapat aturan hukum dalam hal
Hak-Hak Anak (Convention on The Rights perlindungan anak dimana undang-
of The Child). Selanjutnya, berbagai undang telah memberikan tanggung
bentuk perlindungan anak terhadap jawab kepada orang tua atau wali,
tindak kekerasan seksual di Indonesia keluarga, masyarakat, pemerintah,
telah diatur dalam perundang-undangan pemerintah daerah, bahkan negara,
positif. Bentuk perlindungan hukum untuk turut serta dalam
yang diberikan mulai dari pencegahan penyelenggaraan perlindungan terhadap
terjadinya tindak kekerasan seksual anak.
terhadap anak, perlindungan terhadap 2. Dengan dilakukannya perubahan/revisi
anak korban tindak kekerasan seksual undang-undang perlindungan anak,
serta perlindungan terhadap anak yang kiranya dapat memberikan efek jera
terhadaap pelaku sehingga dapat

55
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015

menanggulangi tindak kekerasan seksual Nanawi Barda Arif, 2005, Beberapa Aspek
terhadap anak di Indonesia mengingat Kebijakan Penegakkan dan
perubahan yang terjadi lebih Pengembangan Hukum Pidana, Citra
memperberat sanksi (hukuman) pidana Aditya Bakti: Bandung
terhadap pelaku. Selain itu dalam hal Prinst Darwan, 1997, Hukum Anak
penegakkan hukum dapat berjalan Indonesia, Aditya Citra Bakti: Bandung
dengan baik untuk menanggulangi Suyanto Bagong, 2010, Masalah Sosial
tindak kekerasan seksual terhadap anak, Anak, KENCANA: Jakarta
maka diperlukan keefektifan dan fungsi Sumbu Telly, dkk, 2011, Kamus Umum
yang baik dari faktor-faktor yang Politik & Hukum, Jakarta: Media Prima
mempengaruhi penegakkan hukum (UU, Angkasa
penegak hukum, sarana atau fasilitas, Soekanto Surjono, 2013, Faktor-Faktor
dan masyarakat). yang Mempengaruhi Penegakkan
Hukum, Rajawali Pers: Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Wahid Abdul (dkk), 2011, Perlindungan
Abdussalam H.R, dkk, 2014, Hukum Terhadap Korban Kekerasan Seksual,
Perlindungan Anak, PTIK: Jakarta Refika ADITAMA: Bandung
Abintoro Prakoso, 2013, Pembaharuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Sistem Peradilan Pidana Anak, Laksbang sebagaimana yang telah diubah dengan
Grafika: Surabaya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Bawengan G.W, 1991, Pengantar Psikologi tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Kriminil, PT. Pradaya Paramita: Jakarta Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Chazawi Adami, 2002, Pelajaran Hukum Perlindungan Anak
Pidana (Bagian 2), Raja Grafindo
Persada: Jakarta
Djamil M. Nasir, 2013, Anak Bukan Untuk
Dihukum, Sinar Grafika: Jakarta
Kartono Kartini, 1981, Patologi Sosial,
RajaGrafindo Persada: Jakarta
Gosita Arif, 2004, Masalah Korban
Kejahatan Waluyadi, PT Bhuana Ilmu
Populer Kelompok Gramedia: Jakarta
Gultom Maidin, 2012, Perlindungan Hukum
Terhadap Anak dan Perempuan, Refika
Aditama: Bandung
Gultom Maidin, 2013 Perlindungan Hukum
Terhadap Anak, Refika Aditama:
Bandung
Makarao Mohammad Taufik, dkk, 2013,
Hukum Perlindungan Anak dan
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga, Rineka Cipta: Jakarta
Marpaung Leden, 1996, Kejahatan
Terhadap Kesusilaan, Sinar Grafika:
Jakarta
Moeljatno, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana,
Rineka Cipta: Jakarta

56

Anda mungkin juga menyukai