1/Jan-Mar/2015
46
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
47
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
terhadap tindak kekerasan seksual. Bentuk Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
perlindungan anak yang diberikan oleh menyebutkan bahwa:
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Setiap Anak berhak untuk memperoleh
Undang-Undang Penghapusan Kekerasan perlindungan dari:
Dalam Rumah Tangga dan Sistem Peradilan a. Penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
Pidana Anak merupakan adopsi, kompilasi, b. Pelibatan dalam sengketa bersenjata;
atau reformulasi dari bentuk perlindungan c. Pelibatan dalam kerusuhan sosial;
anak yang sudah diatur dalam Kitab d. Pelibatan dalam peristiwa yang
Undang-Undang Hukum Pidana. mengandung unsure kekerasan;
Dalam KUHP terdapat beberapa pasal e. Pelibatan dalam peperangan; dan
yang memberikan perlindungan bagi anak f. Kejahatan seksual.
terhadap kekerasan seksual, perlindungan Kejahatan seksual merupakan salah satu
terhadap anak ditunjukkan dengan kejahatan yang benar-benar mendapatkan
pemberian hukuman (sanksi) pidana bagi perhatian khusus dalam masalah
pelaku. Hal ini tercantum dalam KUHP pada perlindungan anak. Hal ini terlihat jelas
pasal-pasal dalam sebagai berikut: pada Pasal 15 undang-undang ini yang
1. Masalah pesetubuhan diatur dalam memberikan ketegasan agar setiap anak
Pasal 287, Pasal 288, Pasal 291 berhak memperoleh perlindungan dari
2. Perbuatan cabul diatur dalam Pasal 289, kejahatan seksual, penyebabnya adalah
Pasal 292, Pasal 293, Pasal 294, Pasal semakin banyaknya kejahatan tindak
295, Pasal 298 kekerasan seksual yang menimpa anak-
Jadi bentuk perlindungan hukum yang anak di Indonesia, dikarenakan anak-anak
diberikan KUHP bagi anak terhadap mudah untuk diancam dan dilukai oleh
kekerasan seksual merupakan pelaku kejahatan seksual untuk melakukan
pertanggungjawaban pidana terhadap kekerasan seksual mengingat anak-anak
pelaku, bukanlah pertanggung jawaban tidak mampu untuk melawan atau menjaga
terhadap kerugian/penderitaan korban dirinya terhadap bahaya yang akan
secara langsung dan konkret, tetapi lebih menimpanya.
tertuju pada pertanggungjawaban yang Untuk menghindari terjadinya
bersifat pribadi/individual.3 kejahatan-kejahatan terhadap anak,
Berikutnya dalam Undang-Undang No. khususnya kekerasan seksual maka
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
sebagaimana yang telah diubah dengan tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Nomor 23 Tahun 2002 tentang
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Perlindungan Anak menitikberatkan serta
Nomor 23 Tahun 2002 tentang memberikan kewajiban dan tanggungjawab
Perlindungan Anak juga memberikan kepada Negara, Pemerintah, Pemerintah
perlindungan bagi anak yang diatur. Daerah, Masyarakat, Keluarga dan Orang
Undang-undang ini berfungsi untuk Tua atau Wali dalam penyelenggaraan
pemberian perlindungan khusus bagi hak- perlindungan anak yang diatur dalam Pasal
hak anak dari berbagai macam kekerasan 20 BAB IV Kewajiban Dan Tanggung Jawab
dalam hal ini tindak kekerasan seksual. dan selanjutnya dalam Pasal 21-26 Undang-
Secara tegas dalam Pasal 15 Undang- Undang ini menjelaskan secara terperinci
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang masing-masing peran dan tugas Negara,
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua atau
3
Barda Nanawi, Op.Cit., hlm. 83.
48
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
49
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
50
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
hal lain yang dapat mengungkapkan perbuatan tesebut, dan hal ini dilakukan
jati diri Anak, Anak Korban, dan/atau anak tehadap sesama teman sebayanya.
Anak Saksi.
Aturan-aturan hukum yang dijelaskan B. Penanggulangan Hukum Tindak
diatas, merupakan bentuk perlindungan Kekerasan Seksual Terhadap Anak Di
hukum yang diberikan perundang- Indonesia
undangan positif di Indonesia bagi anak Banyaknya kasus kekerasan seksual
baik dalam pencegahan akan terjadinya terhadap anak membuat masyarakat
tindak kekerasan seksual terhadap anak menjadi takut dan merasa tidak nyaman
maupun memberikan perlindungan khusus dalam hidup berumah tangga maupun
terhadap anak yang menjadi korban bermasyarakat. Hal ini mengakibatkan
kekerasan seksual dan telah tertuang dalam suasana yang aman dan tentram tidak akan
bentuk tertulis (dalam bentuk undang- dirasakan di lingkungan sekitar. Tindak
undang) yang di dalamnya melarang orang kekerasan seksual merupakan tindakan
berbuat tindak kekerasan seksual disertai yang merugikan orang lain karena tindak
dengan ancaman pidana bagi yang kekerasan seksual adalah suatu bentuk
melakukan serta keharusan bagi mereka pelanggaran terhadap norma-norma sosial
yang terkait didalamnya (orang tua, dan hukum.
keluarga, masyarakat, negara, pemerintah, Dengan demikian mereka yang
dan pemerintah daerah) untuk turut serta melakukan tindak kekerasan seksual
dalam usaha penyelenggaraan diberikan sanksi (hukuman) pidana sesuai
perlindungan bagi anak. dengan undang-undang yang berlaku
Perlindungan terhadap anak yang sebagai bentuk kebijakkan hukum atas
berhadapan dengan hukum (anak pelaku) kejahatan yang dilakukannya. Tingkah laku
pada hakikatnya juga telah mendapat manusia yang jahat , immoril, dan antisosial
perlindungan khusus dalam hal anak dalam itu membuat masyarakat marah dan
proses pidana dan sebelum memasuki menimbulkan kejengkelan di kalangan
peradilan yang termuat dalam konvensi masyarakat dan sangat merugikan umum.
internasional seperti dalam pasal yang Karenanya, kejahatan tersebut jangan
telah dijelaskan diatas dalam konvensi hak dibiarkan terus berkembang dan
anak. bertumbuh di dalam kehidupan
Bentuk perlindungan yang diberikan masyarakat, maka tindak kekerasan seksual
tidak hanya perlindungan anak sebagai harus diberantas demi ketertiban,
korban, namun perlindungan juga keamanan, dan keselamatan masyarakat.
diberikan bagi anak yang berhadapan Warga masyarakat secara keseluruhan,
dengan hukum (anak pelaku). Mengingat bersama-sama dengan lembaga-lembaga
anak dipandang sebagai subjek khusus resmi yang berwenang baik kepolisian,
dalam hukum, maka peraturan perundang- kejaksaan, pengadilan, bahkan lembaga
undangan tersebut memuat berbagai pemasyarakatan, dan lain-lain wajib
kekhususan tentang anak, yaitu kekhususan menanggulangi kejahatan sejauh mungkin.
perlakuan hukum terhadap anak baik Dengan demikian untuk dapat
sebagai korban maupun pelaku. Karena menanggulangi tindak kekerasan seksual,
melihat kenyataan sekarang yang maka di perlukan peneggakkan hukum
diberitakan di media massa, bahwa anak- terhadap pelaku kekerasan seksual dengan
anak tidak hanya menjadi korban kekerasan cara memberikan hukuman sesuai dengan
seksual melainkan menjadi pelaku dari kejahatan yang dilakukan untuk
memberikan efek jera terhadapnya
51
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
5
Leden Marpaung, Kejahatan Terhadap Kesusilaan,
4
Ibid., hlm. 67. Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hlm. 52.
52
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
53
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
yang diubah dalam Undang-Undang Nomor melakukan tugas-tugas dengan baik dalam
35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas hal menegakkan hukum dalam usaha upaya
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menanggulangi tindak kekerasan seksual.
tentang Perlindungan Anak. Perubahan Masing-masing penegak hukum tersebut
terjadi pada pemberian sanksi (hukuman) memiliki kedudukan dan peran di dalam
pidana bagi pelaku tindak kekerasan masyarakat, sehingga dalam kedudukan
seksual yang awalnya diancam dengan dan peran tersebut sangat mempengaruhi
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun pekerjaan masing-masing dalam hal
penjara dan paling lama 15 (lima belas) peneggakan hukum. Peneggak hukum
tahun penjara serta denda paling Rp. merupakan golongan panutan dalam
60.000.000,00 (enampuluh juta rupiah) masyarakat, yang hendaknya mempunyai
diubah menjadi paling singkat 5 (lima) kemampuan-kemampuan tertentu, sesuai
tahun penjara dan paling lama 15 (lima dengan aspirasi masyarakat. Sebagai
belas) tahun penjara serta denda Rp. golongan panutan maka sudah seharusnya
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). mereka dapat memilih waktu dan
Dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan yang tepat di dalam
yang terjadi dalam memperbaiki kualitas memperkenalkan norma-norma atau
suatu undang-undang kiranya dapat kaidah-kaidah hukum yang baru, serta
memberikan suatu kesan positif dalam hal memberikan keteladanan yang baik.
menggulangi kekerasan seksual dengan
cara semakin memperberat sanksi 3. Faktor Sarana Atau Fasilitas Yang
(hukuman) pidana terhadap pelaku Mendukung Penegakkan Hukum
sehingga menimbulkan efek jera Sarana atau fasilitas merupakan faktor
didalamnya sehingga tidak menimbulkan yang juga mempengaruhi penegakkan
kejahatan-kejahatan terhadap anak, hukum. Dengan sarana yang memadai
khususnya kekerasan seksual terhadap maka peneggakan hukum dapat berjalan
anak di Indonesia. Pada saat berlakunya dengan sebagaimana mestinya karena
undang-undang ini, semua peraturan dalam hal penegak hukum menjalankan
perundang-undangan yang berkaitan tugasnya harus disertai dengan sarana
dengan perlindungan anak yang sudah ada pendukung. Tanpa adanya sarana atau
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak fasilitas tidak mungkin penegak hukum
bertentangan dengan undang-undang ini.6 akan berlangsung dengan lancar.
Yang dimaksudkan Sarana atau fasilitas
2. Faktor Penegak Hukum Dalam tersebut, antara lain, mencakup tenaga
Menjalankan Tugas Sebagai Penegak manusia yang bependidikan dan terampil,
Hukum organisasi yang baik, peralatan yang
Agar dapat berjalannya penegakkan memadai, keuangan yang cukup, dan
hukum sesuai dengan ketentuan udang- seterusnya.7
undang yang berlaku, maka dibutuhkan
aparat peneggakkan hukum baik pihak- 4. Faktor Masyarakat Yakni Lingkungan
pihak yang membentuk maupun Dimana Hukum Tersebut Berlaku Atau
menerapkan undang-undang saja. Oleh Diterapkan
karenannya selain undang-undang, Masyarakat merupakan salah satu unsur
penegak hukum sudah seharusnya yang terkait dalam hal penegakkan hukum.
Masyarakat bersama-sama dengan penegak
6
Lihat Pasal 91 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
7
Undang Nomor 35 Tahun 2014. Ibid., hlm. 37.
54
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
55
Lex Crimen Vol. IV/No. 1/Jan-Mar/2015
menanggulangi tindak kekerasan seksual Nanawi Barda Arif, 2005, Beberapa Aspek
terhadap anak di Indonesia mengingat Kebijakan Penegakkan dan
perubahan yang terjadi lebih Pengembangan Hukum Pidana, Citra
memperberat sanksi (hukuman) pidana Aditya Bakti: Bandung
terhadap pelaku. Selain itu dalam hal Prinst Darwan, 1997, Hukum Anak
penegakkan hukum dapat berjalan Indonesia, Aditya Citra Bakti: Bandung
dengan baik untuk menanggulangi Suyanto Bagong, 2010, Masalah Sosial
tindak kekerasan seksual terhadap anak, Anak, KENCANA: Jakarta
maka diperlukan keefektifan dan fungsi Sumbu Telly, dkk, 2011, Kamus Umum
yang baik dari faktor-faktor yang Politik & Hukum, Jakarta: Media Prima
mempengaruhi penegakkan hukum (UU, Angkasa
penegak hukum, sarana atau fasilitas, Soekanto Surjono, 2013, Faktor-Faktor
dan masyarakat). yang Mempengaruhi Penegakkan
Hukum, Rajawali Pers: Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Wahid Abdul (dkk), 2011, Perlindungan
Abdussalam H.R, dkk, 2014, Hukum Terhadap Korban Kekerasan Seksual,
Perlindungan Anak, PTIK: Jakarta Refika ADITAMA: Bandung
Abintoro Prakoso, 2013, Pembaharuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Sistem Peradilan Pidana Anak, Laksbang sebagaimana yang telah diubah dengan
Grafika: Surabaya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Bawengan G.W, 1991, Pengantar Psikologi tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Kriminil, PT. Pradaya Paramita: Jakarta Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Chazawi Adami, 2002, Pelajaran Hukum Perlindungan Anak
Pidana (Bagian 2), Raja Grafindo
Persada: Jakarta
Djamil M. Nasir, 2013, Anak Bukan Untuk
Dihukum, Sinar Grafika: Jakarta
Kartono Kartini, 1981, Patologi Sosial,
RajaGrafindo Persada: Jakarta
Gosita Arif, 2004, Masalah Korban
Kejahatan Waluyadi, PT Bhuana Ilmu
Populer Kelompok Gramedia: Jakarta
Gultom Maidin, 2012, Perlindungan Hukum
Terhadap Anak dan Perempuan, Refika
Aditama: Bandung
Gultom Maidin, 2013 Perlindungan Hukum
Terhadap Anak, Refika Aditama:
Bandung
Makarao Mohammad Taufik, dkk, 2013,
Hukum Perlindungan Anak dan
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga, Rineka Cipta: Jakarta
Marpaung Leden, 1996, Kejahatan
Terhadap Kesusilaan, Sinar Grafika:
Jakarta
Moeljatno, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana,
Rineka Cipta: Jakarta
56