Anda di halaman 1dari 10

Kata Pengantar

Puji syukur saya ucapkan atas kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayahnya saya dapat menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Kewarganegaraan ini yang
berjudul “Masyarakat Madani”. tugas makalah Pendidikan kewarganegaraan ini kami susun
untuk memenuhi tugas.
Kami mengucapakan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan sebagai penulis saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu saya menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah yang lebih baik. Atas perhatiannya saya mengucapkan
terima kasih.

Jakarta, 26 April 2018

Penulis

1
Daftar Isi

1. Kata pengantar ................................................................................................................................. 1

2. Daftar isi ............................................................................................................................................ 2

3. Bab I Pendahuluan ........................................................................................................................... 3

A. Latar Belakan ............................................................................................................................ 3

B. Rumusuan masalah .................................................................................................................. 3

C. Tujuan ........................................................................................................................................ 4

4. Bab II Pembahasan ........................................................................................................................... 5

A. Latar belakangdan pengertian masyarakat madani ............................................................. 5

B. Sejarah amsyarakat madani ..................................................................................................... 6

C. Karakterristik dan ciri masyarakat madani ........................................................................... 6

D. Karakteristik lembaga masyarakat madani ............................................................................ 7

E. Gerakana social untuk memperkuat masyarakat madani ..................................................... 7

F. Organisasi non pemerintah dalam ranah masyarakat madani ............................................. 8

G. Paradigm dan praktik masyarakat madani di Indonesia ...................................................... 8

H. Masyarakat madani dengan investasi masyarakat madain ................................................... 9

5. Bab III Penutup ................................................................................................................................ 10

A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 10

B. Saran ........................................................................................................................................... 10

C. Daftar pustaka ........................................................................................................................... 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wacana dan praksis tentang civil society belakangan ini semakin surut.
Kecenderungan ini sedikit mengherankan karena dalam “transisi” menuju demokrasi,
seharusnya wacana dan praksis civil society semakin kuat, bukan melemah.
Alasannya, eksistensi civil society merupakan salah satu diantara tiga prasyarat pokok
yang sangat esensial bagi terwujudnya demokrasi.
Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan sekedar
merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu adalah
membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan individu,
masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai
kemanusiaan .
Ungkapan lisan dan tulisan tentang masyarakat madani semakin marak akhir-akhir ini
seiring dengan bergulirnya proses reformasi di Indonesia. Proses ini ditandai dengan
munculnya tuntutan kaum reformis untuk mengganti Orde Baru yang berusaha
mempertahankan tatanan masyarakat yang status quo menjadi tatanan masyarakat
yang madani. Untuk mewujudkan masyarakat madani tidaklah semudah membalikan
telapak tangan.
namun, memerlukan proses panjang dan waktu serta menuntut komitmen masing-
masing warga bangsa ini untuk mereformasi diri secara total dan konsisten dalam
suatu perjuangan yang gigih.
Selanjutnya, wacana tentang masyarakat madani oleh banyak bangsa dan masyarakat
di negara berkembang, secara antusias ikut dikaji, dikembangkan, dan di eliminasi,
sebgaimana realitas empiris yang dihadapi.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
1. Apa pengertian dan latar belakang masyarakat madani?
2. Bagaimana sejarah masyarakat madani?
3. Bagaimana karakteristik dan ciri-ciri masyarakat madani?
4. Bagaimana karakteristik lembaga masyarakat madani?
5. Apa yang dimaksud gerakan sosial untuk memperkuat masyarakat madani?
6. Apa yang dimaksud organisasi nonpemerintah dalam ranah masyarakat
madani?
7. Bagaimana paradigma dan praktik masyarakat madani di Indonesia?
8. Apa hubungan antara masyarakat madani dengan investasi demokrasi?

3
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian dan latar belakang masyarakat madani.
2. Untuk memahami sejarah masyarakat madani.
3. Untuk mengetahui karakteristik dan ciri-ciri masyarakat madani.
4. Untuk mengetahui karakteristik lembaga masyarakat madani.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud gerakan sosial untuk memperkuat
masyarakat madani.
6. Untuk mengetahui organisasi nonpemerintah dalam ranah masyarakat madani.
7. Untuk memahami paradigma dan praktik masyarakat madani di Indonesia.
8. Untuk mengetahui hubungan antara masyarakat madani dengan investasi
demokrasi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Latar Belakang Masyarakat Madani


Wacana masyarakat madani di Indonesia memiliki banyak kesamaan istilah
dan penyebutan, namun memiliki karakter dan peran yang berbeda satu dari yang
lainnya. Seperti halnya demokrasi, sejarah masyarakat sipil atau masyarakat madani
lahir untuk pertama kalinya dalam perjalanan politik masyarakat sipil di Barat. Istilah
masyarakat sipil dikenal luas dengan penyebutan istilah civil society. Kalangan ahli
mendefinisikan karakter masyarakat sipil sebagai komunitas sosial dan politik yang
pada umumnya memiliki peran dan fungsi yang berbeda dengan lembaga negara.1
Masyarakat madani ialah kondisi suatu komunitas yang jauh dari monopoli
kebenaran dan kekuasaan. Kebenaran dan kekuasaan adalah milik bersama. Setiap
anggota masyarakat madani tidak bisa ditekan, ditakut-takuti, diganggu kebebasannya,
semakin dijauhkan dari demokrasi.
Bahwa masyarakat madani pada prinsipnya memiliki multimakna, yaitu
masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparan,
toleransi, berpotensi, aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi, konsisten, memiliki
perbandingan, mampu berkoordinasi, sederhana, sinkron, integral, mengakuo
emansipasi, dan hak asasi, namun yang paling dominan adalah masyarakat yang
demokratis.2
Latar belakang masyarakat madani antara lain:
1. Adanya penguasa politik yang cenderung mendominasi masyarakat dalam
segala bidang agar patuh dan taat pada penguasa.
2. Masyarakat diasumsikan sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan yang
baik dibandingkan dengan penguasa.
3. Adanya usaha membatasi ruang gerak dari masyarakat dalam kehidupan
politik.3

1
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Kencana,
2015), hlm. 216.
2
Srijanti, dkk, Pendidikan Kewarnegaraan Mengembangkan Etika Berwarga Negara, (Jakarta: Salemba Empat,
2010), hlm. 209.
3
Srijanti, dkk, Pendidikan Kewarnegaraan Mengembangkan Etika Berwarga Negara, (Jakarta: Salemba Empat,
2010), hlm. 211.

5
B. Sejarah Masyarakat Madani
Sejarah awal civil society tidak bisa dilepaskan dari filsuf Yunani Aristoteles
yang memandang konsep civil society sebagai sistem kenegaraan atau identik dengan
negara itu sendiri. Konsep civil society pada masa dikenal sebagai istilah koinonia
politike, yakni sebagai sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat langsung
dalam berbagai percaturan ekonomi politik dan pengambilan keputusan.4
Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society, juga
berdasarkan pada konsep negara kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad SAW
pada tahun 622 M. Masyarakat madani juga mengacu pada konsep tamadhun yang
diperkenalkan oleh Ibnu Khaldun, dan konsep Al Madinah Al Fadhilah yang
diungkapkan oleh filsuf Al Farabi pada abad pertengahan.
Secara formal, Piagam Madinah mengatur hubungan sosial antar komponen
masyarakat. Pertama, antar sesama muslim, bahwa sesama muslim adalah satu umat
walaupun mereka berbeda suku. Kedua, hubungan antara komunitas muslim dengan
nonmuslim didasarkan pada prinsip bertetangga baik, saling membantu dalam
menghadapi musuh bersama, membela mereka yang teraniaya, saling menasehati, dan
menghormati kebebasan beragama.5

C. Karakteristik dan Ciri-Ciri Masyarakat Madani


Ada tiga karakteristik dasar dalam masyarakat madani menurut buku Etika Berwarga
Negara karangan Srijanti, yaitu:
1. Diakuinya semangat pluralism. Artinya pluraritas telah menjdi sebuah
keniscahyaan yang tidak dapat dielakkan, sehingga mau tidak mau, pluralitas
telah menjadi suatu yang kaidah yang abadi. Pluralis dengan kata lain,
merupakan sesuatu yang kodrati dalam kehidupan. Pluraisme bertujuan
mencerdaskan umat melalu perbedaan konstruktif dan dinamis, dan merupakan
sumber dan motivatir terwujudnya kreatifitas, yang terancam keberadaannya
jika tidak terdapat perbedaan.
2. Tingginya sikap toleransi. Secara sederhana tpleransi dapat diartikan sebagai
sikap suka mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain.

4
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Kencana,
2015), hlm. 217.
5
Srijanti, dkk, Pendidikan Kewarnegaraan Mengembangkan Etika Berwarga Negara, (Jakarta: Salemba Empat,
2010), hlm. 212.

6
3. Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekedar kebebasan dan
persaingan, demokrasi adalah pilihan untuk bersama-sama untuk membangun
dan memperjuangkan peri kehidupan warga dan masyaraka yang semakin
sejahtera.6

D. Karakteristik Lembaga Masyarakat Madani


1. Independen adalah bahwa lembaga ini memiliki sifat yang bebas(netral) dari
interferensi lembaga lain.
2. Mandiri yaitu bahwa lembaga ini memiliki kemampuan dan ekkuatan untuk
melaksanakan tugas dan fungsi lembaga.
3. Swaorganisasi yaitu bahwa pengelolaan dan pengendalian institusi atau
lembaga dilakukan secara swadya oleh SDM lembaga.
4. Transparan yaitu bahwa dlam pengelolaan dan pengendalian institusi dilakukan
secara teerbuka.
5. Idealis yaitu bahwa pengelolaan dan pengendalian serta pelaksanaan institusi
diselenggarakan dengan nilai-nilai yang jujur,ikhlas, dan ditujukkan bagi
kesejahteraan masyarakat banyak.
6. Demokratis yaitu bahwa institusi yang dibentuk, dikeklola serta dikendalikan
dari, oleh, dan untuk masyarakat sedniri.
7. Disiplin yaitu bahwa institusi dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus
taat dan setia terhadap segenap peraturan perundangan yang berlaku.7

E. Gerakan Sosial untuk Memperkuat Masyarakat Madani


Iwan gardono, mendefinisikan gerakan sosial sebagai aksi organisasi atau
kelompok masyarakat sipil dalam mendudkung atau menentang perubahan sosial.
Pendangan lain mengatakan bahwa gerakan sosial pada dasarnya adalah bentuk
perilaku politik kolektif non-kelembagaan yang secara potensial berbahaya karena
mengancam stabitiltas cara hidup yang mapan. Keberadaan masyarakat madani tidak
terlepas dari peran gerakan sosial. Gerakan sosial dapat dipadatkan perubahan sosial
atau masyarakat sipil yang didasari oelh pembagian tiga rana, yaitu negara, perusahaan
atau pasar, dan masyarakat sipil. Salah satu faktor yang memebedakan ketiga gerakan

6
Srijanti, dkk, Pendidikan Kewarnegaraan Mengembangkan Etika Berwarga Negara, (Jakarta: Salemba Empat,
2010), hlm. 214.
7
Srijanti, dkk, Pendidikan Kewarnegaraan Mengembangkan Etika Berwarga Negara, (Jakarta: Salemba Empat,
2010), hlm. 215.

7
tersebut adalah aktornya. Berdasarkan pemetaan diatas, secara empiris ketiganya dapat
saling bersinergi.

F. Organisasi Nonpemerintah dalam Ranah Masyarakat Madani


Istilah organisasi nonpemerintah adalah terjemah harfiah NGO yang telah lama
dikenal dalam pergaulan internasional. Istilah NGO merujuk pada organisasi
nonnegara yang mempunyai kaitan dengan badan-badan PBB atau mitra organisasi ini
ketika berinteraksi dengan organisasi nonpemerintah. Istilah ini perlahan-perlahan
menyebar dan dipakai oleh komunitas internasional. Ketika masuk di Indonesia, istilah
asing ini tidak memunculkan persoalan. Namun saat dialihbahasakan dari NGO
menjadi organisasi pemerintah dalam sebuah konferensi wahana lingkungan hidup
indonesia pada 1976, pemerintah indonesia bereaksi keras.

G. Paradigma dan Praktik Masyarakat Madani di Indonesia


Indonesia memiliki tradisi kuat civil society. Bahkan jauh sebelum negara
bangsa berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili oleh kiprah
beragam organisasi sosial keagamaan dan pergerakan nasional dalam perjuangan
merebut kemerdekaan. Selain berperan sebagai organisasi perjaungan penegakan
HAM dan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial. Sifat kemandirian dan
kesukarelaan para pengurus dan anggota organisasi tersebut merupakan karakter khas
dari sejarah masyarakat madani di Indonesia.8
Untuk membangun masyarakat madani di Indonesia, ada enam faktor yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Adanya perbaikan sektor ekonomi
2. Tumbuhnya intelektualitas dalam rangka membangun manusia yang
berkomitmen
3. Terjadinya pergeseran budaya
4. Berkembangnya pluralism
5. Adanya partisipasi aktif dalam menciptakan tata pamong yang baik
6. Adanya keimanan dan ketakwaan pada Tuhan
Implementasi keenam faktor tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Perbaikan kegiatan perekonomian dalam rangka peningkatan pendapatan
masyarakat
2. Membangun intelektualitas yang berkomitmen dan independen
3. Membangun masyarakat yang berbudaya modern

8
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Kencana,
2015). 227.

8
4. Membangun pluralisme yang beragam
5. Membangun partisipasi aktif masyarakat dalam menciptakan tata pamong
yang9

H. Masyarakat Madani dengan Investasi Demokrasi


Ciri utama masyarakat madani adalah demokrasi. Demokrasi memiliki
konsekuensi luas, diantaranya menuntut kemampuan partisipasi masyarakat dalam
sistem politik dengan organisasi-organisasi politik yang independen, sehingga
memungkinkan kontrol aktif dan efektif dari masyarakat sebagai pelaku ekonomi
pasar. Bila masyarakat Indonesiatidak demokratis, maka Indonesia akan mendapat
tekanan-tekanan politik dari kaum reformasi di dalam negara.
Dari uraian yang dikemukakan diatas, terliaht bahwa antara masyarak madani
memiliki persamaan. Artinya, bahwa demokrasi akan berjalan baik apabila
masyarakatnya meiliki sifat dan karakter masyarakat madani. Untuk itu, mka
pembangunan masyarakat madani investasi bagi kehidupan demokrasi dalam suatu
negara. 10

9
Srijanti, dkk, Pendidikan Kewarnegaraan Mengembangkan Etika Berwarga Negara, (Jakarta: Salemba Empat,
2010), hlm. 218.
10
Srijanti, dkk, Pendidikan Kewarnegaraan Mengembangkan Etika Berwarga Negara, (Jakarta: Salemba
Empat, 2010), hlm. 216.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral
yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat
akan berupa pemikiran seni, pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan undang-undang
dan bukan nafsu atau keinginan individu.
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanyakesejahteraan umat
maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan.
Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di
masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan
berita. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan materi yang
ada di bab II ialah bahwa di dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat
haruslah berpacu.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada potensi
manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri
manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin
besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun agama Islam maka akan
semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang
kurang di dalam membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh
karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-
latihan spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.

B. Saran
Melalui makalah ini kami berharap semoga pembahasan mengenai Masyarakat
Madani, sedikit banyaknya dapat dipahami oleh pembaca, selain itu kami sebagai penulis
mohon maaf apabila masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah ini,
untuk itu saya mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca, untuk kesempurnaan dari
makalah saya ini.

C. Daftar pustaka
1. Srijanti, dkk, Pendidikan Kewarnegaraan Mengembangkan Etika Berwarga Negara,
(Jakarta: Salemba Empat, 2010)
2. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani,
(Jakarta: Kencana, 2015).

10

Anda mungkin juga menyukai