Puji syukur saya ucapkan atas kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayahnya saya dapat menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Kewarganegaraan ini yang
berjudul “Masyarakat Madani”. tugas makalah Pendidikan kewarganegaraan ini kami susun
untuk memenuhi tugas.
Kami mengucapakan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan sebagai penulis saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu saya menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah yang lebih baik. Atas perhatiannya saya mengucapkan
terima kasih.
Penulis
1
Daftar Isi
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 4
A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 10
B. Saran ........................................................................................................................................... 10
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wacana dan praksis tentang civil society belakangan ini semakin surut.
Kecenderungan ini sedikit mengherankan karena dalam “transisi” menuju demokrasi,
seharusnya wacana dan praksis civil society semakin kuat, bukan melemah.
Alasannya, eksistensi civil society merupakan salah satu diantara tiga prasyarat pokok
yang sangat esensial bagi terwujudnya demokrasi.
Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan sekedar
merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu adalah
membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan individu,
masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai
kemanusiaan .
Ungkapan lisan dan tulisan tentang masyarakat madani semakin marak akhir-akhir ini
seiring dengan bergulirnya proses reformasi di Indonesia. Proses ini ditandai dengan
munculnya tuntutan kaum reformis untuk mengganti Orde Baru yang berusaha
mempertahankan tatanan masyarakat yang status quo menjadi tatanan masyarakat
yang madani. Untuk mewujudkan masyarakat madani tidaklah semudah membalikan
telapak tangan.
namun, memerlukan proses panjang dan waktu serta menuntut komitmen masing-
masing warga bangsa ini untuk mereformasi diri secara total dan konsisten dalam
suatu perjuangan yang gigih.
Selanjutnya, wacana tentang masyarakat madani oleh banyak bangsa dan masyarakat
di negara berkembang, secara antusias ikut dikaji, dikembangkan, dan di eliminasi,
sebgaimana realitas empiris yang dihadapi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
1. Apa pengertian dan latar belakang masyarakat madani?
2. Bagaimana sejarah masyarakat madani?
3. Bagaimana karakteristik dan ciri-ciri masyarakat madani?
4. Bagaimana karakteristik lembaga masyarakat madani?
5. Apa yang dimaksud gerakan sosial untuk memperkuat masyarakat madani?
6. Apa yang dimaksud organisasi nonpemerintah dalam ranah masyarakat
madani?
7. Bagaimana paradigma dan praktik masyarakat madani di Indonesia?
8. Apa hubungan antara masyarakat madani dengan investasi demokrasi?
3
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian dan latar belakang masyarakat madani.
2. Untuk memahami sejarah masyarakat madani.
3. Untuk mengetahui karakteristik dan ciri-ciri masyarakat madani.
4. Untuk mengetahui karakteristik lembaga masyarakat madani.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud gerakan sosial untuk memperkuat
masyarakat madani.
6. Untuk mengetahui organisasi nonpemerintah dalam ranah masyarakat madani.
7. Untuk memahami paradigma dan praktik masyarakat madani di Indonesia.
8. Untuk mengetahui hubungan antara masyarakat madani dengan investasi
demokrasi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Kencana,
2015), hlm. 216.
2
Srijanti, dkk, Pendidikan Kewarnegaraan Mengembangkan Etika Berwarga Negara, (Jakarta: Salemba Empat,
2010), hlm. 209.
3
Srijanti, dkk, Pendidikan Kewarnegaraan Mengembangkan Etika Berwarga Negara, (Jakarta: Salemba Empat,
2010), hlm. 211.
5
B. Sejarah Masyarakat Madani
Sejarah awal civil society tidak bisa dilepaskan dari filsuf Yunani Aristoteles
yang memandang konsep civil society sebagai sistem kenegaraan atau identik dengan
negara itu sendiri. Konsep civil society pada masa dikenal sebagai istilah koinonia
politike, yakni sebagai sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat langsung
dalam berbagai percaturan ekonomi politik dan pengambilan keputusan.4
Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society, juga
berdasarkan pada konsep negara kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad SAW
pada tahun 622 M. Masyarakat madani juga mengacu pada konsep tamadhun yang
diperkenalkan oleh Ibnu Khaldun, dan konsep Al Madinah Al Fadhilah yang
diungkapkan oleh filsuf Al Farabi pada abad pertengahan.
Secara formal, Piagam Madinah mengatur hubungan sosial antar komponen
masyarakat. Pertama, antar sesama muslim, bahwa sesama muslim adalah satu umat
walaupun mereka berbeda suku. Kedua, hubungan antara komunitas muslim dengan
nonmuslim didasarkan pada prinsip bertetangga baik, saling membantu dalam
menghadapi musuh bersama, membela mereka yang teraniaya, saling menasehati, dan
menghormati kebebasan beragama.5
4
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Kencana,
2015), hlm. 217.
5
Srijanti, dkk, Pendidikan Kewarnegaraan Mengembangkan Etika Berwarga Negara, (Jakarta: Salemba Empat,
2010), hlm. 212.
6
3. Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekedar kebebasan dan
persaingan, demokrasi adalah pilihan untuk bersama-sama untuk membangun
dan memperjuangkan peri kehidupan warga dan masyaraka yang semakin
sejahtera.6
6
Srijanti, dkk, Pendidikan Kewarnegaraan Mengembangkan Etika Berwarga Negara, (Jakarta: Salemba Empat,
2010), hlm. 214.
7
Srijanti, dkk, Pendidikan Kewarnegaraan Mengembangkan Etika Berwarga Negara, (Jakarta: Salemba Empat,
2010), hlm. 215.
7
tersebut adalah aktornya. Berdasarkan pemetaan diatas, secara empiris ketiganya dapat
saling bersinergi.
8
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Kencana,
2015). 227.
8
4. Membangun pluralisme yang beragam
5. Membangun partisipasi aktif masyarakat dalam menciptakan tata pamong
yang9
9
Srijanti, dkk, Pendidikan Kewarnegaraan Mengembangkan Etika Berwarga Negara, (Jakarta: Salemba Empat,
2010), hlm. 218.
10
Srijanti, dkk, Pendidikan Kewarnegaraan Mengembangkan Etika Berwarga Negara, (Jakarta: Salemba
Empat, 2010), hlm. 216.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral
yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat
akan berupa pemikiran seni, pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan undang-undang
dan bukan nafsu atau keinginan individu.
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanyakesejahteraan umat
maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan.
Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di
masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan
berita. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan materi yang
ada di bab II ialah bahwa di dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat
haruslah berpacu.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus melihat pada potensi
manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri
manusia sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin
besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun agama Islam maka akan
semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang
kurang di dalam membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh
karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui latihan-
latihan spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.
B. Saran
Melalui makalah ini kami berharap semoga pembahasan mengenai Masyarakat
Madani, sedikit banyaknya dapat dipahami oleh pembaca, selain itu kami sebagai penulis
mohon maaf apabila masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah ini,
untuk itu saya mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca, untuk kesempurnaan dari
makalah saya ini.
C. Daftar pustaka
1. Srijanti, dkk, Pendidikan Kewarnegaraan Mengembangkan Etika Berwarga Negara,
(Jakarta: Salemba Empat, 2010)
2. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani,
(Jakarta: Kencana, 2015).
10