Anda di halaman 1dari 15

Keperawatan Jiwa I

Psikofarmaka Pada Gangguan Jiwa

Disusun oleh
Kelompok 2 :

- Keiren Timpal (
- Veren Lengkong (16061120)
- Maria Fauwawan (16061047)
- Destri Watimena (16061091)
- Agustina Lahape (
- Olivia Djeramu ( 16061067)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2017
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas tuntunannya sehingga kami
kelompokbisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Psikofarmaka Pada Gangguan Jiwa”
dengan tepat waktu. Kami juga mau berterima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan
Kesehatan Jiwa I karena sudah memberikan tugas yang sangat bermanfaat ini kepada kami.

Terlepas dari semua itu kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata
sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Oleh Karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dan berguna untuk makalah kami agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata semoga makalah kami ini dapat bermanfaat dan memberi pengetahuan bagi
pembaca sekalian.

Penulis

Manado, 24 februari 2018

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
Tujuan penulisan ......................................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................. 2
TINJAUAN TEORI ........................................................................................................................ 2
2.1 Definisi .................................................................................................................................. 2
2.2 Klasifikasi psiokafarmakologi............................................................................................... 2
BAB III ........................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4
3.1 Obat-obat psikotropika .......................................................................................................... 4
BAB IV ........................................................................................................................................... 9
PENUTUP....................................................................................................................................... 9
4.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 9
4.2 saran ...................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Psikofarmaka adalah obat-obat yang berkhasiat terhadap SSP (Sistem Syarat Pusat)
dengan mempengaruhi fungsi-fungsi psikis (rohaniah) dan proses-proses mental. Perubahan
dan kemajuan besar dalam farmakoterapi psikosis telah dimulai dengan introduksi dari
klorpromazin pada tahun 1952, disusul dengan dengan alkaloida Rauwolfia Reserpin (1954)
yang pada saat itu sudah beberapa tahun digunakan sebagai obat hipertensi. Sekitar 1957
obat-obat antidepresi pertama mulai digunakan, yaitu obat tuberkolosa yaitu iproniazida dan
imipramin. Pada waktu itu juga telah diperkembangkan tranquillizer-tranquillizer modern,
yakni meprobamat dan senyawa-senyawa benzodiazepine (diazepam,dan sebagainya). Semua
obat ini lalu disusul dengan banyak turunannya dan psikofarmaka yang lainnya. Obat-obat
baru ini tidak hanya lebih efektif dari obat-obat sebelunya, melainakan sangat merubah dan
mempermudah perawatan penderita-penderita di rumah sakit gangguan jiwa. Mereka menjadi
lebih terbuka dengan para perawat dan terapinya, selain itu waktu perawatan dirumah sakit
juga dapat diperpendek, karena para penderita gangguan jiwa dapat diobati secara ambulan
(poliklinis, dirumahnya sendiri). Namun demikian psikofarmaka ternyata tidak dapat
mengantikan terapi shock secara keseluruhan, antara lain electro-shock pada keadaan-
keadaan depresi tertentu.

Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang psikofarmakologi, kegunaan serta efek
sampingnya.
2. untuk mengetahui sejarah perkembangan psikofarmakologi
3. untuk mengetahui macam-macam psikofarmakologi dalam keperawatan jiwa

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Farmakologi merupakan kajian bahan-bahan yang berinteraksi dengan sistem kehidupan
melalui proses kimia, khususnya melalui peningkatan molekuk regulator dan pengaktifan atau
pengambatan proses-proses tubuh yang normal. Bahkan ini dapat berupa bahan kimia yang
diberikan untuk memperoleh manfaat efek terapeutik dalam suatu proses pada seorang pasien.

Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif ada Sistem Saraf
Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk
terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup pasien.

Psikofarmaka dalam bidang kesehatan jiwa, dikenal sebagai obat psikotropik. Dimana
obat psikotropik ini adalah obat yang paling banyak digunakan di bidang keodokteran.

Jadi, psikofarmakologi di bidang keperawatan jiwa adalah obat psikotropik yang dari
bahan-bahan proses kimia untuk memperoleh efek terapeutik pada seorang pasien yang
mengalami gangguan pada kejiwaan dan adalah obat yang bekerja di sistem saraf pusat yang
mempunyai efek pada tingkah laku dan aktivitas mental.

2.2 Klasifikasi psiokafarmakologi


Obat-obat psikotoprik diklasifikasikan dalam berbagai cara, yaitu :

- Berdasarkan sifat sebagai stimulan/depresan mental di klasifikasi ini pada masanya


dikenal dengan afetamin/caffeine yang dapat menstimulasi keadaan emosi yang
merendah. Narkotik dapat menekan tingkah laku yang berlebihan
- Berdasarkan bentuk dan rumusan bangunannya, pada saat obat-obat psikotropik didapat
(1950-1960), terdapat kecenderungan bahwa rumus yang hamper sama akan mempunyai
keaktifan yang sama. Obat yang dapat mensupresi gejala psikotik misalnya, mempunyai
bentuk-bentuk phetothiazine, butirophenon, dan bentuk lainnya sama sekali tidak mirip.

2
- Berdasarkan aksi dan mekanisme biokimianya, pembagian ini terjadi karena dengan
optimisnya bahwa etiologi gangguan jiwa dapat diketahui dari segi biokimia gangguan
otak. Secara sederhana dapat dikatakan penderita skizofrenia disebabkan karena adanya
keaktifan dari dopamine yang berlebihan.
- Berdasarkan efek kliniknya. Pembagian berdasarkan dari efek kliniki ini merupakan
pembagian empiris, yang kadang-kadang dasar ilmiahnya ttidak selalu tepat.

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Obat-obat psikotropika


a. obat Anti-psikosis
Obat anti-psikosis disebut juga neuroleptic, dahulu dinamakan major transquilizer.
Salah satunya adalah chlorpromazine (CPZ), yang diperkenalkan pertama kali tahun 1951
sebagai premedikasi dalam anastesi akibat efeknya yang membuat relaksasi tingkat kewaspadaan
seseorang. CPZ segera dicobakan pada penderita skizofrenia dan ternyata berefek mengurangi
delusi dan halusinasi tanpa efek sedatif yang berlebihan.
Contoh obat :

Golongan : Fenotiazin
Obat : Chlorpromazin
Sediaan : Tablet 25 dan 100 mg
Injeksi 25 mg/ml
Dosis Anjuran : 150-600 mg/hari

Mekanisme Kerja
Semua obat anti-psikosis merupakan obat-obat potensial dalam memblokade reseptor dopamin
dan juga dapat memblokade reseptor kolinergik, adrenergik dan histamin.

Cara Penggunaan
Umumnya dikonsumsi secara oral, yang melewati “first-pass metabolism” di hepar. Beberapa
diantaranya dapat diberikan lewat injeksi short-acting Intra muscular (IM) atau Intra Venous
(IV), Untuk beberapa obat anti-psikosis (seperti haloperidol dan flupenthixol), bisa diberikan
larutan ester bersama vegetable oil dalam bentuk “depot” IM yang diinjeksikan setiap 1-4
minggu. Obat-obatan depot lebih mudah untuk dimonitor. Pemilihan jenis obat anti-psikosis
mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat Dalam pemberian
dosis, perlu dipertimbangkan:
• Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

4
• Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
• Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
• Dosis pagi dan malam berbeda untuk mengurangi dampak efek samping,
sehingga tidak menganggu kualitas hidup pasien

Indikasi
Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani skizofreni, untuk memgurangi
delusi, halusinasi, gangguan proses dan isi pikiran dan juga efektif dalam mencegah kambuh.

Efek Samping

1. Extrapiramidal: distonia akut, parkinsonism, akatisia, dikinesia tardiv


2. Endokrin: galactorrhea, amenorrhea
3. Antikolinergik: hiperprolaktinemia
Bila terjadi gejala tersebut, obat anti-psikosis perlahan-lahan dihentikan

Kontraindikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris yang tinggi, ketergantungan
alkohol, penyakit SSP dan gangguan kesadaran

b. Obat Anti-Depresan

Depresi merupakan gangguan afektif yang biasa terjadi pada banyak orang setiap
tahunnya. Pada pasien depresi peristiwa maupun penyebab depresi susah ditelusuri , pasien yang
mengalami kemnungkinan memiliki sedikit energy, mengalami gangguan tidur, nafsu makan
kurang penurunan libido dan ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

Contoh obat

Golongan : . Trisiklik (TCA)

Obat : : Amitriptilin, Imipramin

Sediaan : Tablet 25 mg

5
Anjuran dosis : 75-150 mg/hari

Cara Penggunaan
Umumnya bersifat oral, sebagian besar bisa diberikan sekali sehari dan mengalami proses first-
pass metabolism di hepar

Indikasi
Obat antidepresan ditujukan kepada penderita depresi dan kadang berguna juga pada penderita
ansietas fobia, obsesif-kompulsif, dan mencegah kekambuhan depresi.

Efek Samping
Trisklik: antikolinergik(mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardi)
dan antiadrenergik (perubahan EKG, hipotensi)

Kontraindikasi
• Penyakit jantung koroner
• Glaucoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsy

c. Cbat anti- ansietas.

terapi obat anti-ansietas berkhasiat mengurangi ansietas yang patologis,ketegangan,agitasi tanpa


mempengaruhi fungsi kognitif dan proses persepsi.

Contoh obat (Townsend, 2010)

Agens : Alprazolam

Klasifikasi : anstiansietas,benzodiazepine, relaksan otot skelet, antikonvulsan

Mekanisme kerja
Sindrom ansietas disebabkan hiperaktivitasndari system limbic yang terdiri dari dopaminergic,
nonadrenergic, seretonnergic yang merupakan suatu inhibitory neurotransmitter. Obat
antiansietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya yang akan meng-inforce the
inhibitory action of GABA neuron, sehingga hiperaktivitas tersebut mereda.

6
Cara penggunaan

Alprazolam efektif untuk ansietas antosipatorik, mula kerja lebih cepat dan mempunyai
komponen efek antidepresan.

Efek samping
Sedasi ( rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerka psikomotor menurun, kemampuan
kognitif melemah) Relaksasi otot ( rasa lemas, cepat lelah dan lain-lain) Potensi menimbulkan
ketergntungan lebih rendah dari narkotika Potensi ketergantungan obat disebabkan oleh efek
obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis trerakhir berlangsung sangat singkat

Kontraindikasi

Pasien hipersensitivitas. Tidak boleh digunakam dalam kombinasi dengan depresan SSP lain,
Pada pasien usia lanjut dan anak dapat terjadi reaksi yang berlawanan (paradoxal reaction)
berupa kegelisahan, iritabilitas, disinhibisi, spasitas oto meningkat dan gangguan tidur.

D. Obat Anti panik

Dalam membicarakan antipanik yang menjadi obat acuan adalah imipramine.

contoh obat
1.nama generik : Imipramin sediaan : Tab 25 mg dosis anjuran : 75-150 mg/hr
2 nama generik :Clomipramin sediaan :Tab 25 mg dosis anjuran : 75-150 mg/hr

mekanisme kerja
Mekanisme kerja obat antipanik adalah menghambat reuptake serotonin pada celah sinaptik antar
neuron.

cara penggunaan obat

Alprozolam merupakan obat yang paling kurang toksiknya dan onset kerjanya lebih cepat

7
Efek samping obat
Mengantuk, sedasi, kewaspadaan berkurang.

8
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Jadi, psikofarmakologi di bidang keperawatan jiwa adalah obat psikotropik yang dari
bahan-bahan proses kimia untuk memperoleh efek terapeutik pada seorang pasien yang
mengalami gangguan pada kejiwaan dan adalah obat yang bekerja di sistem saraf pusat yang
mempunyai efek pada tingkah laku dan aktivitas mental. Klasifikasi psiokafarmakologi terdiri
atas 3 pembagian yaitu :

1. Berdasarkan sifat sebagai stimulan/depresan mental.


2. Berdasarkan bentuk dan rumus bangunnya.
3. Berdasarkan aksi dan biokimianya
4. Berdasarkan efek kliniknya.

Berdasarkan klasifikasinya kemudia ada beberapa macam obat –obat psikotropik yang
dipakai untuk diberikan kepada pasien penderita gangguan jiwa berdasarkan hasil diagnosanya.
Obat-obat psikotropik itu antara lain : obat Anti-psikosis Obat Anti panic, obat anti- ansietas.,
obat Anti-Depresan dan bebarap obat-obat tersebut memiliki cara kerjanya sendiri, efek samping
serta indikasi mapun kontra indikasinya.

4.2 saran
obat-obat psikofarmaka pada gangguan jiwa atau yang biasa disebut obat-obat
psikotropik menurut kelompok kami sebaiknya digunakan sesuai dengan klasifikasi/diagnosa
penyakit jiwa yang dialami seorang pasien, obat-obat tersebut bisa disebut obat keras dan harus
dipakai sesuai dengan instruksi dari dokter atau tenaga kesehatan yang memang ahli dalam
bidang kesehatan jiwa.

Penggunaannya pun harus dilakukan dengan hati-hati karena masing-masing obat


memiliki efek sampingnya tesendiri serta indikasi dan kontraindikasinya. Maka dari itu

9
penggunaan obat di luar dari resep dokter ataupun istruksi dokter maupun tenaga kesehatan yang
ahli dalam bidang kesehatan jiwa harus diperhatikan secara saksama agar tidak memperumit
keadaan pasien,

10
11
DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. Keperawatan Kesehatan jiwa : Prinsip dan Praktik Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : PT. Pustaka Baru Press.

http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/298/298

12

Anda mungkin juga menyukai